Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Berita Yudha
Tipe: Koran
Tanggal: 1995-02-05
Halaman: 03

Konten


HALAMAN III Fi Lilis Ellysa Nur Fitria, lembut sorot matanya, halus kulitnya. (Foto: Leo) Ellysa Nur Fitria, Ingin Jadi Penyanyi Profesional AWALNYA, hanya ikut-iku- tan. Tahu-tahunya, jadi keteru- san. Dijagatnya seni olah vokal, memang namanya belum be- gitu terkenal Namun, soal po- pularitas hanya menunggu waktu saja Sebab, menilik kua- litas vokal, postur tubuh yang aduhai, ditambah lagi sema- ngat kerja keras bukan tidak mungkin namanya akan mele- jit diblantika musik Indonesia Apalagi jenis musik yang dige- lutinya adalah dangdut, yang akhir-akhir ini mendapat ke- majuan pesat. Ellysa Nur Fitria, nama lengkapnya. Tapi nama beken- nya lebih dikenal Lilis Ellysa. Soal pergantian nama itu, me- nurutnya, nggak apa apa Yang jelas, diharapkan lewat nama yang lebih komersial diharap kan keberhasilan berpihak ke- padanya "Pergantian nama bagi kalangan artis sudah ja- mak. Artinya, banyak yang mengganti nama untuk mem- buru keberhasilan dibidangnya dan termasuk saya", aku Lilis jujur. Gadis yang manis ini menga- kui, dunia seni olah vokal men- jadi pilihannya sejak usia kecil Untuk itulah, ia senantiasa be- rusaha belajar dari pengala- man sendiri maupun pengala- lain guna menan- man orang capkan kuku diblantika musik dangdut "Saya ingin menyanyi secara profesional", kata pe- makai BH ukuran 34 dan sepa- tu ukuran 39 ini. Pemilik bibir sensual dan rambut terurai panjang ini mengharapkan suatu saat ke- lak mampu menembus dapur rekaman. Keinginan itu tentu wajar karena mengingat sela- ma ini menjadi penyanyi reka man lebih gampang dikenal masyarakat daripada penyanyi panggung. Walaupun dari segi pengalaman penyanyi pang- gung belum tentu kalah bila diadu dengan penyanyi reka- man. Namun sudah menjadi keharusan yang begitu mem- bara bagi seorang penyanyi panggung untuk menembus dapur rekaman. "Sebagai penyanyi pang- gung yang sudah lama malang melintang ingin rasanya saya memiliki album sendiri. Kare- na memiliki album sendiri me- rupakan kebanggaan tersendiri yang susah diukur dari segi fi- nansial Untuk itulah saya sa- ngat mengharapkan uluran ta- ngan dari pihak produser mau- pun dari pencipta lagu agar mengarahkan saya", harap gadis yang memiliki tinggi 155 cm dan berat 41 kg. Lilis yang lahir di kota Rem- bang, 10 Juli 1974 ini, walau- pun berobsesi menjadi penya- nyi profesional, namun ia tetap memiliki komitmen tidak mau meminta-minta kepada produ- ser. "Kalau produser tertarik kepada Lilis, ya oke-oke saja Tapi kalau ada sesuatu dibalik itu, saya akan tolak. Lebih baik menjadi penyanyi panggung daripada penyanyi rekaman kalau mengorbankan harga diri", tegasnya, memberi ko- mentar tentang banyak produ- ser yang berlaku curang kepada artisnya. Desy Ratnasari dan Fendy Pratama : mesra 7 Pacaran ? "Kalau saja Lilis belum mampu menghasilkan album, itu tak lepas dari segi keberun- tungan. Mungkin saya harus lebih sabar lagi menanti", ujarnya seraya menutup bin- cang-bincangnya di rumahnya Perum. Pesona Real Estate Blok U/4, Jalan Margonda Ra- ya 45 Depok I, Jawa Barat baru- baru ini. (DICSON RG) GAUNG nama Desy Ratna- sari kian membahana. Sejak pemunculannya untuk pertama kali dijagat seni, namanya lang- sung berkibar. Tak heran, jika dia menjadi tumpuan bagi ma- syarakat. Penggemarnya dari mulai usia anak-anak, remaja bahkan orangtua. Boleh jadi, fenomena ini berawal mula dari pribadinya yang simpatik dan jarang dilanda gosib murahan. Penggemar esy bertebaran -diseluruh pelosok Tanah Air. Tidak saja dari kalangan ABG (Anak Baru Gede), tapi juga da- ri kalangan tua renta. Ini boleh dilihat dari acara "Foto Mesra Dengan Artis" yang digelar Ma- libu Fotogenis bekerja sama dengan majalah Film, yang di- banjiri penggemarnya baru-baru ini. Dari pengamatan penulis, yang hadir saat itu, tidak saja re- maja-remaja melainkan ada juga ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah ubanan. Rata-rata mereka mengung- kapkan, keinginan berfoto ria dengan artis kelahiran Sukabu- mi ini, merupakan kesempatan emas. "Selama ini saya hanya melihat Desy lewat sinetron, film dan iklan saja. Nggak per- nah terpikirkan sebelumnya akan bertatap muka secara lang- sung. Saya sangat beruntung da- pat berfoto dengan artis kebang- gaan saya," ujar salah seorang remaja putri, yang kebetulan baru selesai merampungkan ku- liahnya dari UI. FILM-MUSIK-TV Lain lagi pendapat pemuda yang mengaku berprofesi kuli Little Darling & Sikap Sensor Sebaliknya juga dapat terjadi. Apa yang dahulu diperbolehkan sensor, kini mungkin saja tidak lagi, karena perkembangan menghendaki demikian. Tapi tentu saja, kasus semacam ini jarang sekali ditemukan. Belum lama berselang para penonton televisi di Indonesia dapat menyaksikan "Little Darling", film yang dibintangi Tatum O'Neal, Kristy Mc- Nichol, Armand Assante dan Matt Dillon, disutradarai oleh Ronald F. Maxwell. Film produsi tahun 1980 ini mempunyai kisah yang dahulu dianggap kontroversial, tapi mungkin kini tidak lagi. Para siswi yang berkemah di suatu musim panas terdorong untuk melakukan semacam kompetisi: siapa yang lebih dahulu ke- hilangan keperawanan. Di final, kontesten hanya terdiri dari dua: Tahun dan Kristy. Tatum mengincar se- orang guru pria yang diperankan Armand, sedangkan Kristy tertarik pada Matt. Tatkala "Little Darlings" dinilai oleh Badan Sensor Film akhir tahun 1980-an, badan tersebut masih memperbin- cangkan tema dan kisahnya. Bahkan, "Little Darlings" mengalami semacam sorotan khusus: apakah akan diluluskan atau tidak sensor? Apakah masih dapat tertolong dengan po- tongan? Artinya, apakah film dapa diluluskan dengan potong- an. Deperlukan waktu cukup lama sebelum sensor berani mengambil keputusan. Kini, film yang sama diputar tidak lagi di bioskop, tapi di TV, dapat disaksikan oleh puluhan juta warga di seluruh nusantara. Apa makna semua ini? Kriteria sensor film tampaknya berubah dari waktu ke waktu, mengikuti zaman dan kemajuan, mengikuti apa yang dapat diterima oleh satu masyarakat pada suatu waktu tertentu. Tidak ada yang statis di dunia ini. Dahulu, misalnya, sensor tidak mengizinkan adegan kecup, terutama yang berkepan- jangan. Kini adegan kecup sudah dianggap biasa, lebih-lebih dalam film Amerika Serikat, karena hal ini bukan barang baru di sana. Desy Ratnasari & Fendy Pratama ngefans berat dengan Desy. Un- bangunan. Katanya, dia sangat tuk itulah ia sengaja ikutan ber- foto walaupun harus mengkor- bankan waktu dan uang sejum- lah Rp.15.000,- dari koceknya. "Kalau soal waktu dan uang bagi saya Mas, nggak apa-apa. Yang penting saya bisa berfoto dengan Desy. Foto ini nantinya Sekalipun intisari kisah "Lit- tle Darlings" dapat dianggap "shocking" atau sangat menge- jutkan, apa yang digambarkan tidak menyeramkan. Dalam film ini Kristy dengan mudah meng- alahkan permainan Tatum. Kristy sangat menyakinkan sebagai seorang gadis yang ingin memenangkan kompetisi, tapi sesungguhnya belum siap untuk akan saya kirim ke kampung. "Kan merupakan satu kebang- gaan bagi saya bisa ketemu dan berfoto mesra dengan artis ?" Ujarnya, berbangga hati. itu. Di Hollywood sendiri, sensor puntidak statis. Atau, jika tidak ada sensor, maka MPAA rating, yaitu yang ditrapkan para pro- duser yang mewakili "major companies" atau "Major stu- dios senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Misalnya saja, "Tea And Sympathy", film produksi tahun 1956 yang didasarkan pada karya Robert Anderson, meng- alami sedikit perubahan. Di kisah aslinya, ada unsur ho- filmnya, yang dikemukakan moseksualitas. Tapi dalam versi adalah seorang "sister boy" (John Kerr), pemuda yang suka ngintip, suka menemani para yang sedang merajut. Ini berarti bahwa pada tahun 1956, produser tidak diper- kenankan oleh MPAA untuk mengetengahkan thema homo- seksualitas. John Kerr sangat menderita, karena ia tidak di- anggap jantan, bukan saja oleh guru oleh raganya (Lief Erick- son), tapi bahkan oleh ayahnya ibu sendiri. Ditengah berjubelnya pe- ngunjung yang ingin menyak- sikan sekaligus berfoto dengan Desy, penulis kebetulan ketemu dengan Fendy Pratama pemain film dan sinetron yang namanya juga tengah menanjak saat ini. la mengemukakan, adapun ke- hadirannya saat itu sekedar me- nemui Desy yang kebetulan satu profesi dengannya. "Motivasi saya tidak hanya berfoto saja. Karena saya bisa berfoto dilo- kasi syuting kalau mau. Keha- diran saya disini, tak lebih untuk mendekati Desy, siapa tahu ia mau main dalam sinetron yang bakal saya garap. Sayang kesem- patan untuk berbicara empat mata tidak ada. Kasihan ia jika diganggu," ujar pria ganteng yang sudah membintangi be- lasan film dan sinetron ini. Sebagai sister boy, John Kerr dianggap tidak jantan, kebanci- bancian. Baru setelah dibantu Sebagai insan film, Fendy memberi komentar tentang De- sy. Katanya, selain cantik dan memiliki bakat seni yang tinggi, Desy jarang di landa gosip se- hingga ia banyak disenangi ma- oleh Deborah Kerr (istri guru olahraga). John Kerr menemu- kan kenyataan bahwa ia bukan itu, Deborah harus berkorban, seorang sister boy. Tapi untuk dan terpaksa menceraikan Eric- son. Sheillawati Yang Ngetop Lewat "Bang Madun" Menurut Sheilla, panggil- annya, tembang "Bang Madun" - memang lebih menguatkannya di jurus dangdut blantika musik/ seni suara nasional, meski ku- rang paham berapa kaset albu- mnya yang dilego ke pasaran. "Produsernya belum pernah bi- lang sama saya berapa yang di- cetak" katanya santai. Album-album lain yang me- Sheillawati: tak menyangka kalau akan ngetop lewat lagu Bang mbikin dirinya ngetop dua-tiga Madun. (Foto: Albert Lantang) bulan belakangan antaranya berjudul "Gila Cinta" lalu "Ba- ng Madun" yang memang disu- kai anak-anak muda. "Saya sen- diri tidak sangka kalau Bang Madun bakal meraih fans begitu luas, apakah karena dunia seni suara sekarang adalah dunia da- ngdut" Sheilla coba bertanya. Tapi penyanyi kelahiran Ja- karta 10 Agustus 1971 dibawah naungan zodiak LEO masih me- rasa "Orang Termiskin Didu- nia" garapan Handan ATT sang- Kini, jika kitamelihat suatu film seperti "Full Metal Jacket" atau Beverly Hills Cop", ungkapan yang terdapat dalam dialog sarat dengan kata-kata makian, kata-kata yang dipakai untuk mendamprat dan meng- hajar seseorang. syarakat. Ketika ditanya menge- nai hubungannya dengan Desy, ia mengungkapkan sekedar te- kurang," tandasnya. man saja. "Tidak lebih, tidak Sering kali, bahkan untuk ungkapan yang tidak bertujuan keras, digunakan kata-kata makian. akrab lebih dari teman biasa ? Siapa tahu ada hubungan "Anda jangan berpritensi yang Desy itu tidak ada apa-apanya. macam-macam. Antara saya dan Kecuali hubungan antara sesa- ma artis. Jadi saya mohon Anda jangan menghubung-hubung- kan saya dengan Desy. Lagipula, mana mungkin saya dengan ia ada hubungan pribadi, semen- tara kenal saja tidak begitu akrab sekali," ujarnya dengan ekspresi serius. Dalam banyak tahun, tidak ada satu pun film produksi Hollywood yang diperbolehkan menggunakan kata-kata makian yang kini seakan sudah dianggap biasa. Di Indonesia, tentu saja kata-kata tersebut diperlunak" sehingga tidak terlalu dirasakan dampak beratnya. 65 Pada tahun 1967, badan sen- sor film di Indonesia harus mempertimbangkan masak-ma- sak sebelum meluluskan "The Graduater", film pertama Dus- tin Hoffman dalam suatu peran utama. Dalam karya Mike Nichols yang menonjol ini, Hoffman berperan sebagai "the graduate" (lulusan perguruan tinggi) yang jatuh dalam pe- rangkap erotis seorang wanita setengah umur (Anne Bancroft), tapi kemudian jatuh cinta pada anak gadis wanita tersebut (diperankan oleh Katharine Ross). Godaan seorang wanita yang sudah sangat dewasa terhadap seorang bocah yang baru lulus perguruan tinggi dianggap suatu tontonan yang sangat risih pada waktu itu. Kini, ada saja ke- mungkinan "The Graduate" berubah. diputar di TV. Keadaan sudah Kini homoseksualitas sudah bukan barang baru. Dalam "No Way Out", menjelang akhir film Gene Hackman terpaksa mengungkapkan hubungan se- benarnya yang terjalin antara dirinya dan Will Patton, pria jiwanya untuk orang yang ia yang bersedia mengobarkan puja. (Tony Ryanto/Ant). Dewi Yull yang ngetop lewat "Kau Bukan Dirimu"nya Amin Ivos, Hetty Koes Endang" da- lam "Desember Kelabu", kemu- dian Betharia Sonata dengan "Hati Yang Luka" nya di era de- lapan puluhan, Dian Piesesha lewat "Kaulah Segalanya", ma- ka di era sekarang melambung Sheillawati dengan tembang dangdut "Bang Madun" yang riang jenaka. Sementara Ham- dan ATT melejit duluan bersama gubahannya sendiri "Orang Termiskin Didunia" sejak ta- hun silam. meminta saya membawakan la- gu Bang Madun dalam paket Profil dan Lagu di awal tahun 1995 ini ya saya senang banget, memang saya sukai dan nyatanya juga ngetop lagu itu" kilahnya. Namun penggemar musik dipinggir tembok TVRI sebab mengomentari bahwa karena yang menyanyikannya memang badannya. "Anak-anak muda cantik, manis dan mulus banyak yang senang karena She- illa memang cantik" kata seba- gian dari mereka saat tayang- annya di studio VII TVRI belum lama. Fendy Pratama, memang tak mau macam-macam. Artinya, kariernya sebagai pemain sine- tron tak mau dicampuri oleh hal-hal yang tidak berguna. Ba- ginya, menekuni jagat seni ada- lah semata-mata menyalurkan hobi dan bakat. Maka, ia tidak mau mencampur aduk urusan pribadi dengan karier. Bagai- mana pun, seperti pengakuan- nya, kelak sampai urusan beru- mah tangga, sudah menjadi ko- yang tidak berasal dari seni. mitmen hidup mencari gadis Penyanyi bertinggi 160 cm Polri dari pasangan Sugiono dan berat 49 kg putri keluarga (Purwokerto) dengan Saidah (Cirebon) mulai kenal musik dangdut sejak tahun 1989 di "Saya tidak mau kawin dengan artis. Kalau bisa istri saya kelak harus dari kalangan masyarakat biasa. Artinya, istri saya jangan berprofesi artis tapi harus me- ngerti kehidupan saya sebagai Juju Juhar dari Tanjung Priok. Bekasi. Waktu itu Sheilla ber- gabung dengan orkes Group NAMURAS pimpinan bapak A. Ruman. Tahun 1991 pindah ke Jakarta dan gabung dengan gro- up BLACK CROSS asuhan Pak seniman. Ia harus jujur, penger- tian dan tidak mengekang karier. Atas uluran tangan Pak Slamet. B yang mengajaknya ke dapur rekaman buat pertama kalinya di tahun 1990 lalu. (SX) (Dícson) Anika Hakim, si cantik yang lembut tapi memiliki kepandaian bela diri. (Foto: Roy P.) Anika Hakim, Terjun Ke Film Lewat Adegan Keras at populer. "Tapi sekarang Pak Sinetron Garam Semula dunianya berkiprah di percayakannya. Lebih dari 1- di blantika tarik suara. Tapi sejak tu, pemegang gitar di Group 4 tahun lalu Anika Hakim, ce- Flash Band, yang telah ikut me- wek kelahiran Deli Serdang ini nyemarakkan dan memajukan sosoknya berkibar di kancah ak- perkembangan sinetron. ting. Nika, demikian panggilan kentalnya, sekental bodynya ya- ng terasa segar dipandang. Membicarakan andilnya dalam dunia alur cerita, dia bukan saja sudah cukup berpengalaman le- wat berbagai peran yang telah Sejumlah 21 judul sinetron sudah dituntaskan, belum ter- masuk film besar. Deretan cerita itu antara lain, Pendekar Tidar, Maharani, Murtado Macan Ke- mayoran, Nyanyian Krakatau, Lentera Kehidupan, Suri Tau- YUDHA MINGGU, 5 FEBRUARI 1995 Dua tahun belakangan ini si- netron-sinetron televisi di Indo- nesia sedang bangkit, ini dikare- nakan berdirinya stasiun-stasiun televisi swasta di tanah air dan bergesernya film-film nasional di bioskop-bioskop kalah ber- saing dengan film produksi Amerika. Hal ini mengakibat- kan para aktor dan aktris film layar lebar pindah bermain di sinetron-sinetron layar kaca. Booming sinetron nasional terlihat ketika serial "Si Doel Anak Sekolah" yang digarap Rano Karno berhasil merebut hati pemirsa layar kaca (rating tertinggi acara yang digemari). Dan belum lama ini diadakan Festival Sinetron Indonesia de- ngan maksud meningkatkan kualitas sinetron-sinetron Indo- nesia. Ela Damayanti & Moch. Jahaya Bakar, dua artis pendukung "Mutiara Pulau Garam" yang sedang diselesaikan. (Foto: Ist) Semakin maraknya dunia si- netron diikuti dengan bermun- culannya produser baru. Salah satunya, seorang pengusaha mu- da perkapalan, direktur PT. Ber- ladan, dan Sundari. Hadirnya pemain yang gemar renang dan tenis meja ini di awali dalam film layar Saur Sepuh kemudian di susul kolosal lainnya Babat Tanah Leluhur. Lebih jauh gadis ini bilang bahwa, keterlibatan- nya di film karena kemauan diri- sendiri nya yang kuat. Jadi bu- kan lantaran coba-coba, pelari- Ke Halaman IV 'ngapore "Mutiara Dari Pulau Digarap Di Madura jaya Bintang Samudera Moch. Djahaya Bahar (35) kelahiran Madura menciptakan karya si- netron yang dikemas dalam 13 episode dengan judul "Mutiara Pulau Garam". Sinetron ini mengisahkan ten- tang perjalanan hidup pribadi Moch Djahaya Bahar, yang sce- ne plotnya dibuat oleh Dra. Sa- rah Sudharma B.R.A, dan pena- nganannya dilakukan oleh su- tradara muda Usman HD. De- ngan mengambil wilayah syu- ting di pulau Madura. Dipilihnya Madura yang di- juluki pulau garam ini, di sam- ping tempat kelahirannya, disa- na terdapat banyak objek wisata yang menarik untuk ditonjolkan, dam kesenian di pedalaman Ma- dura yang belum banyak diketa- hui masyarakat luas. Diharapkan melalui sinetron ini dapat mempromosikan dac- rah/tempat wisata yang ada di- pulau Madura sebagai pulau pa- riwisata yang tidak kalah indah dan menarik dari pulau wisata lainnya di nusantara. Aktor dan aktris yang ikut terlibat dalam pembuatan sine- tron ini antara lain: H. WD. Mochtar, Piet Paggau, Yat Surahman, Yenny Farida dan Ela Damayanthi yang dalam la- kon berpasangan dengan tokoh utama Bahar. Pembuatan sinetron ini men- dapat dukungan dari masyarakat dan pemuka agama di Madura. Karena sinetron ini juga meng- gambarkan kehidupan sosial masyarakat Madura yang dike- nal religius. Demikian dikatakan Moch. Djahaya Bahar yang se- lain pencetus ide, juga ikut ber- main sebagai tokoh utama. Bahar berharap sinetron pro- duksinya akan mampu menggu- gah pengusaha lain ber- agar sama-sama imut meramaikan khasanah hiburan sinetron yang sehat dan sesuai dengan norma, adat dan budaya masyarakat ti- mur. (Iwan/IISIP).