Tipe: Koran
Tanggal: 1995-02-05
Halaman: 04
Konten
HALAMAN IV M BERBUKA PUASA. Warga Jakarta yang masih dalam perjalanan pulang saat bedug tanda buka puasa berbunyi, tidak mengalami kesusahan, sebab banyak rumah makan dan warung serta pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman menyediakan "Sarana" untuk berbuka puasa. Bahkan beberapa warung nasi serta pedagang kaki lima yang menambah meja kursinya khusus bagi mereka yang akan berbuka puasa. Tampak dalam gambar sebagian warga Jakarta yang sedang berbuka puasa di perjalanan mereka pulang ke rumah. (Photo: YM/Ries) Puisi Kawula Muda Untuk Seorang Sahabat Ketika Bulan mulai merangkak Bernaung kekanakan Dalam usia menghendaki langka pasti Untuk memahat kemandirian Untuk memutuskan berbagai tantangan Dengan ketegangan dan kekuatan pikiran. Melihat perasaan yang mulai suka cita Menatap awan dimasa depan Dan cita-cita yang hampir tercapai Berusaha hidup dengan tujuan. Semua ini membuahkan semangat Jarum waktu yang panjang dapat menemukan Seorang yang menjadikan aku Seperti sekarang Engkau tetap sahabat Sampai kapanpun Karya: Anike Wijaya Isi Hatiku Seandainya kau tahu isi hatiku Semuanya tak akan jadi begini Hatiku terasa tergores oleh rindu yang bergejolak Dan entah sampai kapan kan berakhir Hanyalah kesibukan sebagai bekalku dalam penantian www Memang, tak ada alasan untuk tidak memiliki rasa. Ketika sampai di tempat yang dituju, matahari mulai bersinar hangat, kabut pun tak lagi tebal. Beberapa ekor burung manyar terlihat ber- terbaran, pindah dari satu po- hon ke pohon lainnya. Ada juga yang hanya meloncat- loncat kecil di atas dahan, seperti ingin mengusir rasa kantuk yang masih tersisa. Mak Piah agak terkesiap saat melihat tempat yang didatanginya agak berubah. Pagar kawat berduri mem- bentang menutup tanah yang selama ini begitu akrab de- ngannya. Benar, tanah di sekitar ini begitu ia hapal. Mak Piah "Oh... kamu, Duleh! bikin kaget saja, sahutnya sambik melirik ke arah datangnya suara. "Mau apa ke sini, Mak...? tanya Duleh lagi, meng- hampiri Mak Piah. "Ah.. kami ini, Leh. Seperti tak tahu saja kebiasaan Mak. Mak mau cari jamur, Leh." "Iya.. tapi sekarang Mak tidak boleh mencari di tempat sekitar ini! Apa Mak tidak melihat pagar-pagar itu?!" "Aih-aih memangnya siapa yang melarang, Leh?" tanya mak Piah keheranan. "Saya, Mak. Sekarang saya yang menjaga tempat ini." "Lha... kok kamu, Leh? Mak Piah semakin heran, membuat keriput pada dahi dan kelopak matanya terlihat Keyakinan diriku akan cintaku diujung harapan Semuanya jadi musnah ditelan harapan yang kosong Sesuatu tentangmu akan kukenang didalam hidupku Biarlah semuanya hanya impian semu belaka. Karya: Anike Wijaya *** Penolakan amere I've Jangan.... Jangan dekati Mina Tangannya tak lagi menari Jangan.... Jangan dekati Mina Bibirnya tiada lagi menyanyi Celotehnya bukan lagi cinta buatmu Tolonglah.... Jangan kau dekati Mina Jangan kau peluk dia Jangan.... jangan.... jangan ! Dan jangan lagi Sebab kasihnya tak lagi mendekapmu. Karya: Erry Sofid MUDA-MUDI "Mak... kenapa masih saja disitu?" kata Duleh lagi. Mak Piah menoleh per- lahan, bersamaan dengan itu Pak Ulis yang kebetulan se- dang lewat, datang meng- hampirinya. "Ada apa, Leh ...? lalu tanyanya. "Ini Pak Ulis. Mak Piah Mak Piah mengangguk * Antka Dari Hal III an, ataupun selagi ada kesem- patan. Selain hasratnya yang kuat dirinya ditopang juga bukan semata-mata kecantikan-. nya, lebih tepatnya Nika ber- modalkan kemampuannya akan Bela Diri Karate. Mantan juara adu panco ce- wek tingkat Jakarta Timur, di sisi lain juga sudah merasa kon- sen, dan menyatakan aktifitas- nya ini ditekuni secara totalitas. Kenyataan itu tentu saja bisa dimaklumi, karena pemain ini sudah sekian tahun berkecim- pung didalamnya, dan seabrek peran sudah dikuasainya. Belum lagi lewat pengamatannya sen- diri yang mana sinetron itu sen- diri kini lagi menunjukkan pamornya. Disinggung soal pe- main-pemain yang berada di kiri kanannya cuma mengandalkan body ataupun peran "ngesek- ngesek" beralasan bahwa bagi- nya itu bukanlah kesulitan apa- lagi saingan yang musti dihada- pi. Itu hal biasa dalam film, dan saya tidak suka dan tidak mau kalau disodori peran macam itu. Walaupun kariernya di film, kehidupan yang penuh glam- our, tapi bintang yang satu ini jauh dari kesan ataupun pola se- orang artis. Baik penampilan, pergaulan, maupun bicaranya semua muncul apa adanya, tanpa banyak macam-macam. Apalagi dikalangan orang film yang istilah cinta lokasi begitu ngetrend, bagi Nika sendiri tak ada kamus untuk itu. "Bahkan saya sempat dikira penyakitan karena jauh dari cowok, dan te- man cewek cuma 1,2 saja. (SX) Jamur-Jamur Liar "Tapi, di sini sudah banyak ditebar benih jagung. Bagai- mana kalau terinjak. Nanti saya yang dimarahi, Mak!" "Benar, Mak. Sebaiknya Mak cari di tempat lain saja!" usul Pak Ulis. Oleh: Hikmat Sudjana "Sebaiknya jangan, Mak. Tanah di sekitar sini 'kan su- dah dipagar. Jadi, tidak boleh sembarang orang memasuki- nya." "Tadinya mak hanya mau memetik jamur, Pak Ulis," mur-jamur liar, dan di- olahnya menjadi pepes. Pe- pes jamur Mak Piah sudah terkenal di seluruh kampung. Kalau nasibnya sedang baik, terkadang ia mendapat uang cukup banyak, yang di- hasilkan dari penjualan pepes jamurnya itu. Dengan uang lalu jawabnya menunduk. itulah, ia mencoba bertahan hidup sendirian, berusaha "Saya tahu, Mak," sela Du- leh. untuk tidak menjadi beban orang lain. Kalau saja sedang tidak musim jamur, Mak Piah terkenal ringan tangan. Ia mau mengerjakan apa saja dan membantu siapa saja. Hanya satu saja yang ia in- ginkan, ia tak mau jadi beban orang lain atau tak mau orang-. orang terlalu khwatir akan dirinya. 99 "Ya, sudahlah kalau begitu sahut Mak Piah akhirnya sambil berlalu dari tempat itu. Ia tak ingin masalahnya sekali. Jangankan untuk di- jual, untuk dimakan sendiri saja, rasanya tak akan cukup. Tidak terasa waktu meram- bat dengan cepatnya. Mata- hari nampak kelelahan, ber- tengger di ufuk Barat dengan cahayanya yang semakin meredup, kemerah-merahan. Sementara itu, segerombolan burung pipit dengan perut dipenuhi padi-padi hasil curian, terlihat melintas di tas pematang sawah. Suaranya gemericit, terbang terburu-buru seperti takut kemalaman. Ketika keadaan benar- benar sudah gelap dan orang- orang mulai bersiap pergi ke peraduan. Mak Piah dengan perlahan ke luar dari gubuk- Anak-Anak Panti Asuhan Menyambut Ramadhan Hari-hari terus bergulir, kini sinar Ramadhan telah kita masuki. Kedatangan bulan suci ini disambut de- ngan penuh keriangan tanda kesyukuran. Sekali lagi kaum muslim dan muslimat memu- liakan penghidpan menahan diri, menaha rasa lapar dan dahaga bermula dari imsak hingga tenggelamnya mata- hari di ufuk barat. INI SE- LAMA SEBULAN. Wajah-wajah keletihan bercampur baur cahaya kegembiraan mereka yang berpuasa, terutama kalangan anak-anak berkumpul me- nunggu akan detik-detik beduk berbunyi tanda waktu berbuka puasa. semakin jelas. CERPEN "Benar, sekarang sayalah yang menjaganya, Mak," potong Dulch. jadi berkepanjangan, apalagi sampai menimbulkan keri- butan. Mak Piah tak mau ka- lau semua itu sampai terjadi. Apalagi harus menentang Pagi itu, dengan diiringi tahu di mana ada lubang atau cericit burung-burung kecil, lekuk-lekuk tanah yang Mak Piah ke luar dari gubug membuatnya harus berhati- tuanya. Udara terasa sangat hati melangkah. Ia juga tahu lembab. Kabut masih tebal, pada sudut-sudut mana ja-mana?!" "Pak Jaya...? Pak Jaya membuat pucat suasana. mur-jamur liar biasa muncul, "Sudahlah, Mak. Pokok- "Pak Jaya sudah memper- cayakan pada saya," lanjut- nya dengan nada penuh rasa bangga. perintah pak Ulis, sama saja dengan menentang peme- rintah, begitu pikirnya. Tiba di rumah, Mak Piah hanya mendapat dua buah kecil-kecil. Sam- Keadaan benar-benar sepi, hanya suara serangga malam terdengar saling bersahutan. Mak Piah dengan obor kecil- nya terus melangkah menem- bus gelapnya malam. Keesokan harinya, cuaca bakul yang didalamnya dipenuhi jamur-jamur liar. Orang-orang terus saling bertanya, kenapa Mak Piah meninggal secara tiba-tiba dan sangat mengenaskan. Ada juga sebagai orang yang mengatakan kalau Mak Piah meninggal karena memakan tika petugas kesehatan datang jamur beracun. Namun, ke- Seluruh isi kampung seperti menunggu untuk dipetiknya. nya saya harap sekarang Mak untuk tidak masuk ke sini, bilmenyelonjorkan kakinya, sungguh tak ramah. Sejak dan sempat memeriksa tubuh sepi "Ah... lama juga aku tak ia malah nerobos keluar dari tempat ini!" Du- leh mulai kehilangan rasa sa- barnya. ehhh pagar." 11 Sesaat Mak Piah diam. "Betul, Mak?" tanya Pak Ulis melirik ke arah Mak Piah. sekali! ke sini," ucapnya dalam hati Dengan mengapit bakul, sambil mencari jalan untuk Mak Piah terus melangkah menerobos pagar kawat ber- penuh semangat. Terkadang duri itu. Akhirnya Mak Piah ia berlari-lari kecil, seperti menemukan celah yang agak Lupa sudah sejak kapan ia seorang gadis belasan tahun mulai melakukan pekerejaan yang akan menemui kekasih- seperti ini. Memunguti ja- kecil. nya di suatu tempat yang telah dirahasiakan. Mak Piah tampak sangat bahagia. Mak Piah tersenyum hambar. Selain di tempat yang seka- rang dijaga Duleh, ia tak begi- tu hapal di tempat mana lagi jamur-jamur liar biasa mun- cul. Tak heran, jika kali ini Mak Piah mendapat sedikit lebar, lantas dengan cepat ia masuk ke dalam. Hidungnya yang sudah terlatih, cepat sekali membaui jamur-jamur yang akan dipetiknya. Mak Piah hapal benar bau itu. "Hal..., Mak! Mau ke mana seperti itu. Sudah dua malam...?!" tiba-tiba terdengar teri- berturut-turut hujan turun de- ak seseorang ketika ia sudah ngan derasnya. Ia sudah ba- berada di dalam. yangkan, bagaimana banyak- nya jamur-jamur liar yang akan ia peroleh. Karena hausnya suasana kekeluargaan yang erat terjalin,maka tidak heranlah jika terdapat segelincir penghuni Jakarta sanggup pula kampung halamannya yang semata-mata hendak memuliakan bulan Rama- dhan bersama ayah bunda serta sanak familinya. Dihari pertama bulan Ramadhan kemarin di be- berapa sudut kota Jakarta ditandai dengan derasnya hujan. Dipusat kota, seperti tidak terjadi peralihan yang berarti. Kekhidmatan lebih dirasakan di daerah pinggiran kota, dimana warganya "memuliakan" ini dari bulan-bulan yang lain. Masyarakat Jakarta pada hari-hari pertama bulan Ramadhan ini kelihatan begitu menghormati dengan tidak secara demonstratif melakukan makan dan minum, Rumah-rumah ma- kan atau warung-warung nasi yang ada di pusat kota melengkapi diri dengan gording, agar mereka yang "hajat" untk minum dan makan tidak tampak men- colok dan kurang hormat dipandang umum. Bahkan ada pula yang menutup kegiatanya sebagai penjual jasa. Malam memasuki bulan Ramadhan ditandai dengan membanjirnya pengunjung mesjid-mesjid dan musholla. Mereka meramaikan malam puasanya dengan jemaah tarawikh. Tidak ketinggalan remaja putrinya yang ingin memanfaatkan waktu baik itu untuk bersama sama yang lain mengisi malam puasanya dengan sajian makanan- makanan kecil yang dimak- sud sebagai amal yang mendatangkan pahala. Mesjid dan mosholla akan kembali ramai dikala ma- tahari menjelang terbit. Para remaja berkerudung putih, berduyun-duyun mengun- jungi mesjid-mesjid untuk melakukan sembahyang subuh berjemaah. Suatu warna lain dari bulan puasa di ibukota dimana jalan-jalan nya. Tangan kanannya me- megangi sebuah obor kecil, dan satunya lagi mengapit bakul usang. Keadaan seperti itu, tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba saja, Oned anaknya Pak Haji Abdul sambil berlari mengelilingi kampung ber- teriak-teriak menyebut-nye- but nama Wak Piah. "Mak Piah meninggal...! Mak piah meninggal...!!" begitu te- riaknya dengan suara yang lantang. tertentu dipenuhi remaja putra-putri jalan-jalan setelah selesai saur dan sembahyang subuh dirumahnya masing- masing. Sesaat kemudian suara kentongan tanda bahaya mulai berbunyi, dan dalam sekejap saja rumah Mak Piah sudah dipenuhi orang. Benar apa yang dikatakan Oned. Di atas lantan papan, terlihat Mak Piah terlentang dengan kaku tak bernafas lagi. Di sampingnya terletak sebuah Kantor-kantor pemerintah dan swasta di Jakarta, sampai hari kedua bulan Ramadhan ini tampak "lain" dari hari- hari biasa. Di ruangan yang disediakan untuk mereka yang masuk dalam" baris- an" perokok atau ruang- ruang kerja tiada tampak asap rokok berkepulan, asbak- asbak kelihatan "diungsi- kan". Sungguh suasana khidmat Ramadhan ini dapat terpelihara dengan baik. Ditengah-tengah ke- gembiraan didalam mema- suki bulan suci ini terdapat segelintir anak yang kurang bernasib naik, bersedih dan berlinang air mata menge- nang diri Anak Yatim Piatu, yang tiada ayah bunda serta jauh pula dengan sanak saudara untuk bersama-sama merasakan sinar Ramadhan . Bagi sebagian mereka yang telah lama menjadi penghuni rumah ini, me- masuki bulan Ramadhan telah menjadi suatu ke- biasaan dan bukan meru- pakan pesoalan yang berat, mereka besama-sama teman senasib, menciptakan sua- sana keleluargaan dengan mengerjakan ibadah salah satu rukun Islam. dipanggil Tuti, orangnya Puji Astuti yang sehari-hari pendiam dan berwajah man- ja, Ketika ditemui Yudha Minggu untuk membuka perasaannya yang ia kandung didalam memasuki bulan Ramadhan ini, ia merasa puasa, sebab akan selalu terkenang detik-detik manis bersama adik-adiknya. Ha- nya itu yang ia katakan. Pelajar klas I di Sekolah Lanutan Atas di Jakarta Pusat ini. Dara berkulit kuning langsat dan hampir tujuh ta- hun tinggal di Panti Asuhan ini lebih lanjut mengatakan, dirinya betul-betul memulia- kan bulan suci ini dan bertekad akan menjalankan puasa sampai sebulan penuh. "Doakan saja om, Fitri Bagi gadis manis Nurlela, setiap kali dia mendengar pengumuman pengesyahan bermula bulan Ramadhan air matanya akan berlinang, sebab akan terbayang di- benaknya riuh ketawa adik dan bapak ibunya menye- diakan makanan untuk kuat puasa, tidak putus bersahur dan juga untuk ditengah jalan", ujarnya berbuka puasa bersama. penuh manja. "Tapi sekarang semua itu tinggalah kenangan manis belaka, lantaran kedua orang tua saya telah pergi me- ninggalkan kami buat selamanya" ujar dara manis ini dengan suara sendu. Demikian keluhan seorang dara manis yatim piatu yang sempat Yudha Minggu temui di rumah Panti Asuhan ini bilangan Jakarta Timur. Rata rata penghuni Panti Asuhan ini membayangkan suasana kesedihan menyambut/me- masuki bulan Ramadhan ini ,sebab berjauhan dari orang tuanya serta sanak famili. Bagi Darmi,dia tiada merasakan perubahan yang begitu memukul bathinnya, hal itu dapat dimaklumi sebab keberadaan di Panti Asuhan itu bersama ibunya yang se- karang bertugas di dapur. Di- samping itu ketika masuk ke Panti Asuhan dirinya masih kecil, dan kini menganggap Panti Asuhan merupkan rumahnya sendiri. Cuma sang ibu yang merasakan perubahan yang begitu 180 derajad. Cuma sang ibu yang merasakan perubahan yang begitu 180 derajad. dari memasak untuk suami dan tiga anaknya diwaktu me- masuki bulan suci Rama- dhan, kini ia harus me- nyediakan lebih dari 50 anak asuhannya. Es Batu laku keras. Es batu, kelapa muda dan sirop merupakan salah satu yang diincar untuk pelengkap * TAHUN membahas "nasibnya", lansia hanya 7,7 juta atau 5,2 persen dari seluruh penduduk, dan dipro- yeksikan tahun 2000 menjadi 15,1 juta atau 7,2 persen, atau meng- selama 20 tahun. alami kenaikan 96 persen pagi hingga siang hujan terus Mak Piah, dilihatnya dengan Sementara jumlah pen- saja turun. Sehingga tidak jelas ada dua bekas gigitan duduk pada waktu sama banyak kegiatan yang di- lakukan. Orang-orang lebih senang mengurung diri di dalam rumah bercerita ringan sambil menikmati ubi rebus dan ketela bakar. Atau sambil minum kopi pahit mereka mengelilingi hawu-hawu 'yang ada di dapur. Kalau tidak begitu, mengerutkan tubuh di atas dipan dengan berselimutkan kain sarung, ini juga pilihan yang cukup menyenangkan dan perlu diperhitungkan. yang ular di kaki Mak Piah nampak membiru. Walau tidak begitu deras, hujan terus saja turun, seperti menangisi kepergian Mak Piah yang begitu tiba-tiba itu. meningkat dari 148 juta jiwa menjadi 210,4 juta jiwa atau naik 42 persen. Ini berarti, jumlah penduduk lansia di In- donesia meningkat lebih dari dua seperempat kali lipat dibanding kenaikan seluruh penduduk. Catatan : 1. pak ulis: asal kata dari Juru Tulis (Sekretaris Kepala Desa). 2. hawu: semacam tungku yang dapat dipakai untuk keperluan memasak. Penyalur/Agen "BY" SUMATERA SELATAN YUDHA MINGGU, 5 FEBRUARI 1995 SMEN AGENCY (BAKARUDDIN St.ENDAH) Jalan Medan No.17 segala penderitaannya yang ini seterusnya beharap agar pernah dialami dulu akan lenyap dibawah angin dan timbul sinar kebahagiaan bagi dirinya dihari-hari yang akan datang. 53224 Tanjung Karang Bagaimana suasana yang dialami dibulan Ramadhan ini, ia masih merasa gambira setelah lima tahun menjadi penghuni Panti Asuhan ini, sebab menurut dia rekan- rekan senasib dengannya amat sayang padanya serta penuh pengertian satu sama lainnya. Segala persoalan yang dihadapi oleh penghuni selalu dipecahkan bersama- sama. Lain lagi dengan dara cantik berambut sebahu Fitriani, setiap kali dirinya mendengar bedug tanda berbuka puasa, akan ter- bayang saat gembira dimana dia berlari-lari bersama teman-teman sebayanya sewaktu keluarganya tinggal di asrama dahulu. Namun perubahan itu tidak begitu membuat bersedih hati, dia selalu riang gembira di dalam setiap gerak gerik- nya. 'Biarpun didalam ini hancur sewaktu mengatur meja makan, sebab selalu teringat akan kenangan lama besama suami saya, namun hal itu tidak boleh berlaku seperti itu, Saya harus menunjukkan penuh ke- gembiraan dihadapan anak- anak Panti Asuhan ini," ujar ibu Darmi penuh wibawa. Sekalipun jumlah pen- duduk lansia semakin meledak, namun karena semakin berkualitasnya penduduk, maka keha- diran mereka dalam keluarga akan memberi corak dan warna yang berbeda dibandingkan masa lalu. Ini juga me- rupakan akibat perubah- an ciri dan struktur keluarga. Apa yang bisa dibuat pada tahun lansia 1995 ini? Karier yang ber- kembang mulus dan kesehatan yang terjaga berbuka puasa. Untuk itu su dah selayaknya kalau pabrik- pabrik es balokan menaikkan produksinya pada bulan Ramadhan seperti ini. Dj. samping itu gula pasir dan kopi juga meningkat per- mintaannya. Hal ini dapat kita maklumi sebab ada suatu tradisi bagi sebagian masya- rakat yang tinggal di daerah pinggiran, selalu membia- sakan diri untuk mengunjungi saudara atau kerabat-kerabat yang dianggap lebih tua pada hari menjelang puasa, dengan membawa "gula kopi" atau makanan kecil sebagai oleh- oleh. Lain lagi halnya dengan permintaan akan sandang. Dapat dikatakan pasaran sandang pada awal bulan Ramadhan ini. tenang- tenang saja" Beberapa pe- dagang di proyek Jatinegara dan toko-toko di Rawa Bening Jakarta Timur me- nilai pasaran sandang masih sepi pada awal Ramadhan ini. Padahal harga tekstil dan pakaian jadi tidak melonjak harganya. 1 Masih tenangnya suasana pasaran sandang ini menurut mereka karena umumnya masyarakat menyerbu be- berapa hari sebalum hari raya dan sebagian telah menyiap- kan diri jauh-jauh hari sebelum bulan Ramadhan dengan perhitungan pada bulan Ramadhan harga-harga akan mengalami lonjakan. Disamping itu, cara berfikir masyarakat Jakarta telah banyak berobah dari yang sudah-sudah Mereka tidak harus membeli pakaian kalau ada lebaran saja. Dengan kata lain lebaran tidak harus me- makai pakaian baru. Satu hal yang patut dicatat, adalah para pedagang kembang yang menjajakan aneka ragam kembang untuk ziarah, panen pada sehari sebelum puasa, ini. Susah menjadi tradisi, masyarakat ziaah pada hari-hari men- dekati puasa dimulai. Di pekuburan Karet, Menteng Pulo, Kemiri Rawamangun dan pekuburan-pekuburan muslim lainnya di Jakarta, penjaja bunga-bunga sibuk melayani orang-orang yang hendak berziarah. Sementara itu, masa-masa seperti ini juga merupakan kesempatan yang indah bagi juru-juru doa profesional, yang membantu memberikan doa-doa dengan imbalan tertentu dari orang-orang yang mendelegasikan pe- nyampaian doanya itu. Penziarah itu cukup me- nyebutkan kepada siapa doa yang dipanjatkan kepada Tuhan itu hendak di-sam- paikan, dan pendoa khusus it akan membacakannya secara kelompok atau perorangan. (dua sembilan).- Dari Hal II semasa muda sebenar- nya merupakan modal untuk menikmati hari tua. Persoalannya sejauh mana masyarakat atau keluarga sendiri mem- beri dukungan terhadap kehadiran lansia. Di sisi lain sejauh mana pula kemandirian para lansia agar tetap produktif tanpa mengambil porsi kegiatan generasi yang lebih muda. Banyak lansia produk- tif yang masih tetap memberi warna corak keluarga atau masya- rakat. Ambil contoh, Dr. Ruslan Abdul Gani yang dengan kepiawaiannya dalam tulis menulis namun tokh peluangnya tetap terbatas kalau generasi lebih muda tidak memberi kesemap- tan nyata. Kunci sukses peringat- an tahun lansia, selain memberi perhatian ke- pada para lanjut usia ini, yakni kasih sayang antara orangtua dan anak serta ketulusan hati me- nerima orangtua kita. (T. Drs. Mamo ST, peng- amat lingkungan).