Dari Pena Tirto Adhi Soerjo untuk Pemuda Hari ini: Aksi Lokal, Dampak Global

Dunia pada bulan lalu tengah memperingati Hari Pemuda Sedunia yang jatuh pada tanggal 12 Agustus 2025. Peringatan ini merupakan bentuk dukungan terhadap peran pemuda dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan. Pemuda diharapkan memiliki andil besar dalam perubahan. Ini sejalan dengan tema yang diangkat Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Aksi Pemuda di Tingkat Lokal untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. 

Peringatan kali ini, mengajak para pemuda untuk memanfaatkan teknologi yang sudah mengalami perkembangan, guna menghadapi berbagai bentuk tantangan di dunia. Salah satunya adalah terkait Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). SDGs sendiri merupakan proyek yang diinisiasi oleh PBB untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan pada tahun 2030. 

Pembangunan berkelanjutan bukan hanya terkait infrastruktur atau transportasi saja, tetapi juga terkait kualitas manusia. Sumber daya manusia, terutama pemuda, perlu melek akan literasi dan informasi. Dunia yang semakin berkembang dengan ruang informasi yang luas sangat dekat dengan generasi muda saat ini. Maka, generasi muda perlu untuk memahamkan diri terhadap informasi dan perkembangan yang ada. 

Generasi muda yang melek informasi dan literasi akan menyaring mana fakta, mana opini, dan mana hoaks. Mereka akan lebih peka dan mampu menghubungkan isu yang ada dengan bagaimana perkembangan SDGs. Sehingga, mereka akan mampu mencari solusi di tengah masyarakat.

Semangat literasi seperti ini, sudah ditunjukkan oleh Tirto Adhi Soerjo sejak dirinya giat mengirim tulisannya ke beberapa surat kabar terkemuka saat itu. Tokoh yang lahir di Blora, Jawa Tengah pada 1880 ini memulai kiprah di bidang tulis-menulis sejak di bangku sekolah School tot Opleiding van Inlandsche (STOVIA). Bahkan dia tidak sempat menuntaskan pendidikannya di STOVIA saking sukanya dia dengan tulis-menulis.

Tirto mengirim tulisannya ke beberapa surat kabar terkemuka kala itu, seperti Bintang Betawi, Pewarta Priangan, Chabar Hindia Olanda, Pembrita Betawi, dan Bromartani. Kinerjanya yang bagus mengantarkan Tirto menjadi redaktur di Pembrita Betawi. Selang setahun naik menjadi pemimpin redaksi. 

Tirto mendirikan Soenda Berita pada 1903, embrio dari surat kabar perjuangan pribumi pertama Medan Prijaji pada tahun 1907 yang menjadi media untuk kaum tertindas. Menyusulnya pada 1908, diluncurkanlah Poetri Hindia, yang saat itu menjadi surat kabar yang hampir seluruh jajaran keredaksiannya diisi oleh perempuan.

Bisa dikatakan Tirto menjadi orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat untuk membentuk opini publik. Dalam tulisan, dia dengan berani menulis kecaman-kecaman pedas pada pemerintahan kolonial Belanda kala itu. Keberaniannya ini, dijawab Pemerintahan Belanda dengan ditangkap dan disingkirkannya Tirto dari Pulau Jawa ke Pulau Bacan, dekat Halmahera, Maluku Utara.

Perjalanan yang mengantarkannya ditetapkan menjadi Bapak Pers Indonesia ini, diabadikan dalam buku Sang Pemula karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam buku ini dijelaskan biografi dan latar belakang secara detail dari Tirto Adhi Soerjo. 

Dari sini bisa kita lihat, bagaimana sisi pers dan literasi mampu menjadi senjata ampuh untuk mendorong perubahan. Pemuda bisa memanfaatkan media digital sebagai ”Medan Prijaji” zaman sekarang. Mungkin sederhana, tapi berdampak luar biasa. 

Peringatan Hari Pemuda Sedunia kali ini bukan sekedar peringatan, tapi momentum untuk bergerak demi perubahan yang lebih baik. Dan, pemuda punya andil besar dalam perubahan.

(Artikel ditulis Fauziah Luluk Fitriani, mahasiswa magang program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta)

Message Us on WhatsApp