Soekarno dan Istri SMA-nya, Mengupas Buku Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA

Kita semua mengenal Soekarno. Entah sebagai titel bapak bangsa, proklamator, hingga orator ulung. Namun, di balik jas resmi, pidato lantang, dan sejarah yang telah kita dengar di bangku sekolahan, Soekarno ternyata juga punya kisah romansa yang membuat… alis terangkat?

Buku Kadjat Adra’i yang bertajuk Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA ini bukan hanya romance policity trope biasa. Namun, juga lembaran-lembaran yang bisa membuat kita nano-nano. Mulai dari nyinyir, heran, bahkan penasaran sekaligus. Tentunya, karena tokoh utamanya bukan cuma Bung Karno, tetapi juga Yurike Sanger — si gadis SMA yang tiba-tiba dipinang menjadi istri presiden. 

Kisah yang Tidak Dijumpai di Buku Sejarah Sekolah

Menilik ke awal cerita buku ini, pertemuan mereka bermula dari suatu acara kenegaraan. Yurike saat itu masih pelajar SMP menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika. Bung Karno yang langsung terpikat, meminta Yurike mengganti nama menjadi “Yuri” biar terdengar lebih Indonesia. Dari situ, mulailah benih hubungan tidak biasa itu tumbuh.

“Pakai Yuri saja. Nama dengan embel-embel -ke atau -ce itu kebarat-baratan, tidak sesuai dengan kepribadian nasional kita,” ujar Soekarno saat pertemuan pertamanya dengan Yurike, dikutip dalam buku Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA.

Tentu saja, membaca buku ini membuat kita penuh pertanyaan. Apalagi mengingat perbedaan usia mereka yang menganga lebar. Jarak usia mereka saat itu terpaut lebih dari 4 dekade. Bila peristiwa semacam ini terjadi di masa sekarang, sudah dipastikan akan ramai dengan cercaan warganet. Pun, usia Yurike saat itu juga masih belia. Patutlah jika kisah mereka membuat mata memicing.

Pertemuan di Tengah Sorotan Kekuasaan

Jangan bayangkan pertemuan-pertemuan mereka atau kalau di buku, Bung Karno menyebutnya dengan incognito–pertemuan diam-diamseperti pasangan biasa. Kencan mereka justru lebih seperti penyamaran, diam-diam supaya tidak ketahuan oleh banyak orang. 

Setelah menikah pada 6 Agustus 1964 pun, Yurike, si gadis muda harus menjalani hidup sebagai istri presiden. Ruang geraknya pun dibatasi tetek-bengek protokol. Interaksi dapat dihitung jari dan selalu berada dalam keadaan diawasi. Bayangkan, di usia remaja, gadis berdarah Jerman-Manado tersebut sudah masuk ke lingkaran paling elit sekaligus paling terisolasi di negeri ini.

Aku benar-benar lelah. Perasaan itu makin menggemuruh ketika aku sudah sendirian di kamar. Bagaimana mungkin semua ini kualami?

Publik yang Senyap

Di era sekarang, mungkin berita ini bakal menjadi trending topic berhari-hari. Dengan berbagai judul dan headline yang entah-entah tentunya. Namun, pada tahun 60-an? Arus informasi belum sepesat sekarang.

Dalam kasus pernikahan Soekarno ini pun, publik baru mengetahui Soekarno beristri banyak setelah dirinya meninggal. Seperti yang disebutkan Mujiasri dan Agus dalam jurnalnya Pemikiran Soekarno tentang Perempuan dan Kontroversi Pernikahannya (2014).

Pernikahan Soekarno dengan sembilan istrinya, menimbulkan kontroversi. Ketika pemikirannya tentang nasib perempuan dielu-eluhkan masyarakat yang tercatat dalam buku Sarinah, ia kemudian justru mendapat protes keras dari para organisasi perempuan, khususnya Gerwani ketika ia ketahuan berpoligami dengan menikahi Hartini. Kontroversi Soekarno beristri banyak pun, menunjukkan bahwa adanya tarik-ulur antara perjuangan hak-hak perempuan dengan kepentingan politik yang bersinggungan. 

Kontroversi yang terjadi pula tidak semata-mata membuat hasrat Soekarno ciut. Karena kekuasaan dan posisi dia saat itu, bisa dibilang perempuan-perempuan yang ia nikahi tidak bisa mengelak rayuannya. Malah, orang tua perempuan pun setuju-setuju saja berkat jabatan Soekarno saat itu. Tidak bisa dipungkiri, terdapat rasa bangga dari para orang tua karena anaknya dipinang pemimpin negara, meski harus dimadu.

Pengalaman Membaca yang Nano-nano

Kadjat Adra’i bukan hanya menyuapi pembaca dengan kisah kasih gosip sejarah. Namun, dia mencoba mengupas tentang yang tidak pernah disinggung dalam bangku sekolahan. Buku ini juga menjadi perbincangan menarik karena kita bisa melihat bagaimana situasi sosial politik negara saat itu melalui kacamata orang dekat pemimpin negara, Yurike Sanger. 

Rasanya, tulisan ini masih belum cukup. Kamu harus pegang buku yang terbit tahun 2010 lalu ini. Hikmati tiap halamannya dan biarkan tuturan si gadis bau kencur Yurike membuat kamu masuk ke  pintu sejarah yang jarang, bahkan nyaris tidak pernah, kita bicarakan.

Jangan hanya mengangguk-angguk membaca ulasan ini. Kamu bisa langsung datang ke Perpustakaan Monumen Pers Nasional, temukan bukunya, dan rasakan sendiri nano-nano Buku Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA, Biografi Cinta Presiden dengan Yurike Sanger. 

Buku ini dapat dibaca dan dipinjam di Perpustakaan Monumen Pers Nasional.

(Artikel ditulis Aulia Novia, mahasiswa magang program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta)

Message Us on WhatsApp