Tipe: Koran
Tanggal: 1988-12-17
Halaman: 04
Konten
4cm HALAMAN IV TAJUK RENCANA Jadikan Penghijauan sebagai Gerakan Masyarakat da. BERDASARKAN evaluasi terhadap kegiatan penghijauan dalam rangka Pekan Penghijauan Nasional yang sudah-sudah terbukti bahwa usaha penghijauan masih harus lebih ditingkatkan. Dalam kaitan ini Presiden Soeharto ketika menerima Menteri Kehutanan Ir. Hasjrul Hara- hap Kamis, berpesan agar kegiatan penghijauan pada masa-masa men- datang lebih mengikutsertakan peran-serta masyarakat. Dijadwalkan Kepala Negara akan hadir dalam kegiatan Pekan Penghijauan Nasional 1988 yang akan dipusatkan di Blitar, Jawa Timur, Sabtu ini. Pesan Kepala Negara tersebut mengandung makna bahwa penghijau- an tidak cukup ditempatkan sebagai program, dalam hal ini program pemerintah saja, tetapi sekaligus harus ditempatkan sebagai suatu gera- kan masyarakat. Bagaimana mekanismenya yang efektif dalam upaya menjabarkan pesan Kepala Negara inilah barangkali yang patut kita pikirkan dan kita rumuskan. Salah satu aspek penting dalam gerakan masyarakat ini, adalah peran-serta masyarakat. Menjadikan penghijau- an sebagai gerakan masyarakat pada dasarnya adalah upaya menum- buhkan motivasi di kalangan masyarakat dan bertolak dari motivasi ini tumbuh peran-serta mereka dalam berbagai aspek kegiatan penghi- jauan. Peran-serta itu akan tumbuh apabila masyarakat memang merasakan secara nyata manfaat dari gerakan penghijauan itu, manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Manfaat apa pun harus jelas dirasakan bahwa kesemuanya itu mengacu pada upaya peningkatan kesejahter- aan masyarakat. Oleh karena itu tepat tema Pekan Penghijauan Nasio- nal ke-28 sekarang ini yakni "Penghijauan dan Konservasi Tanah untuk Kesejahteraan Masyarakat." Harus menjadi jelas dan kemudian diyakini masyarakat bahwa penghi- jauan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan me- reka baik melalui pemanfaatan secara langsung maupun tidak langsung yang kesemuanya itu mampu memberikan peluang bagi terlanjutkannya kegiatan budi daya komodit sebagai penunjang kesejahteraan ma- syarakat. Oleh karena kondisi masyarakat berbeda-beda, maka kegiatan penghijauan tersebut harus didasarkan pada potensi kawasan dan kebu- tuhan lingkungan masing-masing. Oleh karena itulah ada penghijauan berupa penanaman pohon buah- buahan jika hal itu diarahkan untuk pemanfaatan hasilnya secara lang- sung. Di samping itu ada beragam motivasi lainnya, seperti ada penghi- BILL MORRISON dan Paul Wolfowitz tak disangsikan lagi pastilah dua orang duta besar yang paling populer di Indonesia. Yang pertama mewa- kili negeri kangguru, sedangkan yang kedua bertindak untuk kepentingan negeri Paman Sam. Terutama Bill amat akrab dengan rakyat. Kita masih ingat ketika ia ikut melayat dan mengantar pemakaman jenazah Sri Sultan Hamengku Buwono IX ke Imogiri beberapa waktu yang lalu. Dengan pakaian Jawanya yang bergaya Jogyakarta (kain, surjan dan blangkon bermondolan) tanpa canggung-canggung ia menyelinap di tengah para kerabat Keraton dan pelayat, melakukan pangabekten serta berdoa di dekat cungkup untuk arwah Sri Sultan sebagai pembawa harapan terakhir rakyat Australia setulus-tulusnya. Bekas senator dari Partai Buruh Australia ini mengakhiri tugasnya pada pertengahan bulan Desember 1988 ini. Dalam pengamatan banyak orang, Bill dalam jabatannya sebagai duta besar negara tetangga justru mengambil sikap yang lebih menguntungkan Indonesia. Ketika ia berbi- cara tentang Timor Timur sesudah kunjungannya ke daerah ini, yang oleh sebagian daripada rakyat Australia diberi perhatian yang besar, ia sempat didemonstrasi karena komentarnya yang dianggap terlampau memihak kita. Selamat Jalan dan Jumpa Lagi Pak Bill! Timor Timur khususnya dan Timor pada umumnya memang mendapat tempat istimewa dalam hati rakyat Australia. Pada waktu terjadi serbuan Jepang ke wilayah Asia Tenggara, sejumlah serdadu Australia pernah berjuang bahu-membahu dengan serdadu Belanda dan rakyat Indonesia yang masuk dalam dinas militer Belanda pada waktu itu (pada awal Perang Dunia II). Pada waktu Timor Timur kita merdekakan, banyak kesalahpahaman yang sengaja ditiup-tiupkan oleh agen-agen Fretilin serta para pendukung mereka, sejumlah kecil pengikut komunis, yang menuduh pemerintah RI mencaplok Timtim tanpa mempedulikan hak rakyatnya untuk menentukan nasib sendiri. CATATAN kita kali ini kita awa- li dengan memetik sebait Gegurit an Dina ini: Iki yan sadana yoga, dite asta tanggal nyeki, soma tanggalnya ping tiga, anggara sapta tanggalneki, budane tanggal ping kalih, wrespati tanggal ping catur, sukra sad tanggal ira, sori panca tanggal nieka, uli malu, yan ring panglong mertayoga. Ini adalah hari yang disebut sa- dana-yoga, yaitu hari Minggu 'tanggal kedelapan, Senin tanggal ketiga, Selasa tanggal ketujuh, Ra- bu tanggal kedua, Kamis tanggal keempat, Jumat tanggal keenam, Sabtu tanggal kelima, hal itu berla- ku sejak dahulu, tetapi kalau 'panglong disebut merta-yoga. Demikianlah hari yang disebut sadana-yoga kehadirannya mema- kai perhitungan pertemuan antara tanggal (suklapaksa, hari-hari sete- lah tilem s.d. purnama) dengan saptawara (lingkaran tujuh hari), sedangkan hari merta-yoga mema- kai perhitungan pertemuan antara panglong (kresnapaksa, hari-hari setelah purnama s.d. tilem) juga dengan saptawara. Ini hanya se- buah contoh dari suatu perhitung- an dalam kalender Bali yang se- sungguhnya menyatukan dua sis- tem kalender. Sistem yang pertama adalah apa yang oleh para peneliti disebut se- bagai sistem kalender Hindu-Bali. Sistem yang satu lagi adalah sistem kalender Jawa-Bali. Sistem kalen- der Hindu-Bali terdiri atas dua be- las bulan, yaitu Kasa (Srawana), Karo (Bhadrawada), Katiga (Asu- ji/Aswina), Kapat (Kartika), Kali- ma (Mergasira), Kanem (Pausa), Kapitu (Magha), Kaulu (Phalgu- na) Kasanga (Caitra), Kadasa (Waisaka), Desa (Jyaistha), Sada (Asadha). Sebagaimana dituliskan di atas masing-masing bulan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pananggal (Suklapaksa) dan pa- ngelong (kresnapaksa) yang ma- sing-masing terdiri atas 15 hari. Karena antara tilem atau purnama ke purnama tidak tepat 30 hari te- tapi ± 29,5 hari maka setiap sem- bilan wuku diadakan pengunalatri- an atau pangalihan (istilah ksayatit- hi yang sama artinya dengan pa- ngunalatrian tidak begitu dikenal di Bali), yaitu pengurangan sehari pada hari yang telah ditentukan se- suai dengan pangalihan yang berla- ku. (Saat ini berlaku pangalihan eka-sungsang ka pon, jadi pangu- nalatrian dilakukan pada hari Ra- Kalender Bali bu). Perhitungan lain yang terkait dengan sistem kalender ini adalah apa yang disebut sebagai nampi- hang sasih (dalam tradisi Hindu di- kenal dengan Adhikamasa) yang dilakukan setiap 30 bulan, yaitu adanya bulan-ekstra sebagai akibat dari perhitungan di atas. Jelasnya sistem kalender Hindu- Bali adalah sistem kalender yang memperhitungkan tidak saja per- edaran bumi mengelilingi matahari tetapi juga peredaran bulan meng- elilingi bumi sekalian bersama bu- mi mengelilingi matahari. Sistem ini biasa disebut dengan solar- lunar sistem. Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan fotokopi identitas Sistem kalender Jawa-Bali terdi- ri atas 30 uku, masing-masing de- ngan namanya sendiri mulai dari Sinta, Landep, Ukir dan seterus- nya sampai pada Watugunung. Tiap-tiap uku terdiri atas tujuh ha- ri, sehingga jumlah hari dalam sis- tem kalender ini adalah 210 hari. Seluruh hari tersebut dibagi lagi oleh hari-hari yang berjumlah satu (ekawara: luang), dua (dwiwara : menga, pepet), tiga (triwara: pa- hya, biantara), empat (caturwara. sah, beteng, kajeng atau dora, wa- sri, laba, jaya, mandala), lima (pan cawara: umanis, paing, pon, wage, kliwon), enam (Sadwara: tungleh, ariang, urukung, paniron, was, maulu), tujuh (saptawara: Radite, Soma, Anggara, Buda, Wrehaspa- ti, Sukra, Saniscara), delapan (as- tawara: Sri, indra, guru, yama, lu- dra, brahma, kala, uma), sembilan (sangawara: dangu, dangur, gigis, nohan, ogan, erangan, urungan, tulus, dadi) sepuluh (dasawara : pandita, pati, suka, duka, sri, ma- nu, manusa, raja, dewa, raksasa). Jumlah 210 hari tersebut tidak ha- bis dibagi empat, delapan, dan sembilan, maka terjadi masalah pada penempatan anggota dari ca- turwara, astawara dan sangawara. Pemecahannya dilakukan dengan menempatkan jaya (anggota dari caturwara) dan kala (anggota dari astawara) tiga kali berturut-turut pada uku Dungulan (uku ke-11) (biasa disebut jayatiga atau kalati- ga) dan menempatkan dangu (ang- gota dari sangawara) empat kali berturut-turut mulai hari Minggu pada uku Sinta (uku ke satu). Ten- tang penempatan anggota masing- masing dari duiwara dan dasawara dipakai aturan penjumlahan urip (naptu) dari unsur pancawara de- ngan saptawara. Masing-masing unsur dari pancawara memang me- Bali Post menerima titipan dana punia Panca Wali Krama di Besakih masing- masing: jauan yang dimaksudkan untuk memberi iklim yang baik bagi perkem- bangan sektor perekonomian, ada penghijauan yang dimaksudkan seba- gai penambah daya dukung kepariwisataan, ada pula penghijauan yang diarahkan untuk penangkaran tanaman langka. Pengetahuan ma- syarakat secara jelas dan diyakini terhadap motivasi penghijauan yang didasarkan pada potensi kawasan dan kebutuhan lingkungan seperti itu, akan menggampangkan kita memancing peran-serta mereka, sebagai salah satu prasyarat bagi terwujudnya penghijauan sebagai gerakan masyarakat. Strategi khusus bagi upaya menumbuhkan motivasi yang demikian itu juga kita perlukan. Misalnya hal itu dapat kita lakukan bertahap. Masalah- nya kelompok masyarakat mana yang pertama-tama kita jadikan objek sekaligus subjek pada tahap pertama? Dalam rangka Pekan Penghijauan Nasional tahun ini ada kegiatan yang mengawalinya yang menarik untuk kita garis bawahi kaitannya dengan strategi tersebut. Kegiatan tersebut adalah Safari Karya Penghi- jauan Pemuda yang menempuh perjalanan di lima daerah propinsin yakni DKI Jakarta Raya, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam safari tersebut para pemuda bukan saja berperan sebagai objek gerakan tetapi sekaligus juga subjek yang di sepanjang perjalanan mereka terlibat dalam kegiatan untuk membangkitkan sema- ngat dan kesadaran masyarakat tentang penghijauan. Kegiatan lainnya adalah Temu Karya Kelompok Pelestari Sumber daya Alam yang pada umumnya juga melibatkan generasi muda. Kelom- pok-kelompok generasi muda seperti ini dapat kita isi dan arahkan agar mereka mampu menjadi fasilitator bagi terciptanya komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat. Di satu pihak mereka harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan kebijaksanaan pemerintah, di pihak lain juga harus mampu membantu masyarakat menyalurkan aspirasi mereka pada pemerintah demi terpenuhinya usaha peningkatan kese- jahteraan masyarakat yang mereka inginkan. Dalam kegiatan penghijauan sebagai gerakan masyarakat, kita perlu- kan bermunculannya kelompok-kelompok generasi muda sebagaimana Kelompok Pelestari Sumber daya Alam ini. Sebagai lembaga swasdaya masyarakat kehidupan dan pertumbuhannya di daerah-daerah harus lebih kita dorong dan kita koordinasikan. Wyn. Supartha, Karyawan Asuransi Ji- Rp 2.500,00 Jumlah penerimaan sampai Jumat siang wasraya Bill Morrison, sang duta besar, agaknya termasuk dalam golongan orang-orang politik di Australia yang bisa melihat masalah-masalah di Indonesia dalam lingkup besar. Sekurang-kurangnya ia bisa memahami kapan sesekali sikap rakyat dan pemerintah kita agak aneh di mata kebanyakan orang Australia atau dunia liberal Barat pada umumnya (Karena kita memang tak harus mengikuti seluruh adat Barat). Wyn. Sumawati, JL. WR Supratman Gg.1/4 Dps. Rp 5.000,00 I Nengah Suara, Sidem Bunut Bangli Rp 3.000,00 I Kr. Panca Putra, Tunjung Mekar 11 Kuta Rp 10,000,00 Ni Nyom. Srinadi, Jl. Seroja 4 Denpasar Bali Post menerima titipan sumbangan Rp 3.000,00 Monumen MBU Munduk Malang Ta- Nyom, Suanda, Jl. Tukad Melangit banan masing-masing dari Rp Gg.VI/3 Dps 5.000,00 INengah Tjiden, Br. Pondok Gadungan Rp 2.500,00 Wyn. Durus, Jl. Kecubung Gg. Ratna 2 Selemadeg Denpasar Kp 5.000,00 1 Nengah Deger, Br. Munduk Malang Kt. Mandiasa, Jl. G. Agung Gg. Gangga Selemadeg Rp 1.000,00 IV/95 Dps Rp 2.500,00 I Ketut Suyatra, Br. Belumbang Tengah Kerambitan Rp 500,00 I Putu Suasta, SE, JI Rambutan 59 Ne- gara Rp 3.000,00 I Gst. Kt. Suja, Br. Munduk Malang Peranan seorang duta besar acapkali berwatak ganda. Di satu pihak ia menjadi juru bicara bagi kepentingan pemerintah dan rakyat yang diwaki- li, tetapi di lain pihak ia bisa menjadi juru bicara bagi keinginan dan kenyataan rakyat dan pemerintah negara di mana ia bertugas. Baik melalui pemerintahnya maupun melalui tokoh-tokoh tertentu sejak dahu- lu sebenarnya selalu ada hubungan yang intim antara Indonesia dan Australia. Sebagai tetangga-tetangga terdekat hubungan ekonomi dan budaya antara dua bangsa ini bisa saling menguntungkan jika diperkem- bangkan dengan baik. Duta besar berumur 60 tahun, yang memangku jabatannya di Indone- sia sejak tahun 1985, mengaku akan menghabiskan hari-hari pensiunnya dengan kegiatan berolah raga laut di kawasan pantai Sidney. Akan tetapi mengingat pengalaman-pengalamannya yang cukup banyak, karena ia berani masuk kampung (dalam arti bergaul dengan berbagai orang dari berbagai kalangan masyarakat), tentunya memungkinkan Pak Bill, saha- bat rakyat Indonesia, untuk menulis banyak tentang perkembangan so- sial-politik Indonesia. Tulisan-tulisan para mantan duta besar mengenai keadaan sosial-politik di negara-negara di mana mereka pernah bertu- gas, pada galibnya diminati banyak pembaca, karena dianggap mencer- minkan objektivitas dan kecermatan berkadar tinggi. Kita terkesan akan ucapannya "Sampai jumpa lagi" sebagai ganti "Selamat tinggal" ketika ia berpamitan akan pulang ke negerinya tanggal 14 Desember yang lalu. miliki naptu, yaitu umanis 5, paing 9, pon 7, wage 4 dan kliwon 8; se- dangkan naptu saptawara adalah sbb.: radite 5, Soma 4, Anggara 3, Buda 7, Wrespati 8, Sukra 6 dan Saniscara 9. Naptu ini muncul ada- lah sesuai dengan "rumah" ma- sing-masing wara tersebut pada arah mataangin: Timur 5, Tengga- ra 8, Selatan 9, Baratdaya 3, Barat 7, Baratlaut 1, Utara 4, Timurlaut 6, dan Tengah 8. Apabila jumlah naptu adalah 10 seperti pada hari Anggara (Selasa) pon maka dasa- waranya adalah pandita, apabila 11 adalah pati, demikian seterusnya. Rp 1.158.155,55 Dana Punia Panca Wali Krama AA Sagung Mayun, Puri Kawan Kesim- an Oleh IB.G. Agastia Sistem Kalender Jawa-Bali ini kemudian dituangkan dalam ka-- lender Tika yang dapat digantung- kan di dinding karena ia dibuat se- demikian rupa, dari kayu ataupun kertas, yang berukuran relatif kecil dengan memuat tanda-tanda atau simbul-simbul dari wewaran terse- but. Tika yang lebih besar biasanya dibuat dari kertas "ulantaga" se- hingga dapat digulung, memuat gambar-gambar yang lebih leng- kap, di samping wewaran juga pa- dewasan pada masing-masing hari (kolom). Tika tersebut terakhir le- bih berdimensi lukisan dengan warna-warni dan berbagai gambar binatang tumbuh-tumbuhan, alat- alat pertanian dan rumah tangga, sampai pada lukisan dewa yang "menguasai hari atau wuku ter- sebut. Wariga Kerimping adalah se- buah naskah lontar yang me- nyuratkan secara cukup rinci sis- tem kalender Jawa-Bali tersebut. Kita petik uraian dari satu hari yang tersurat dalam naskah terse- but: Coma Sinta ngunya ka angga- ra, pon, waya, ariang, indra laba, dangu, menga, sami ngebek ngar- an, ngawitin ndagingn pulu, nda- gingn jineng, sami ayu; ngawitin madagang ayu; mapikat, ngawe kungkungan, lantas ngenahang sa- mi ayu; sami luh-luh, ratu makaka- sihan ngaran, nandur sarwa bung- kah, kasela, ubi, biaung, sami ayu, pala gantung, waluh, sumangka, katimun sami ayu; karna sula, aja makuh bale, ngawe kendang, ceng- ceng, cagcag, kulkul, kakroncong- an, lantas mlaspasin ayu, ingkel manuk sadina, aywa ngejuk ayam pacang kurungan, doyan payah, watek pati, mina rasinia. Di sam- Rp 10.000,00 Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 49.000,00 Rp 1.109.155,55 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 8.200,00 untuk Pembangunan Monumen Munduk Malang ping hari-hari anggota dari masing- masing wewaran telah tertuang da- lam satu hari pada hari Senin uku Sinta ini, juga dituangkan beber- apa padewasan yang dianggap pen- ting yaitu hari baik untuk mena- nam umbi-umbian termasuk apa yang disebut palagantung, karena hari ini disebut ratu makakasihan, hari ini juga baik untuk membuat bunyi-bunyian seperti kulkul, gam- belan dan yang lain, karena hari ini disebut karnasula, tetapi dila- rang atau tidak baik mengupacarai (makuh) bangunan. Tapi yang ter- penting yang diperingati secara luas, adalah bahwa hari ini adalah hari Comaribek hari untuk memu- ja Dewi Sri, Dewi kemakmuran, karenanya ia terkait dengan ke- giatan mengupacarai padi, beras dan yang lain. Satu lagi yang ingin kita catat adalah bahwa hari ini adalah hari ingkel (kematian) ma- nuk (ayam), oleh karenanya tidak baik untuk mulai mengurung ayam terutama ayam aduan. (Tentang ingkel ini patut dicatatkan bahwa ada ingkel yang berlaku untuk satu minggu (wuku) ada pula ingkel harian. Ingkel terdiri dari enam anggota yaitu: wong (manusia), sato (binatang berkaki empat), ma- nuk (unggas), mina (ikan), taru (tumbuh-tumbuhan kayu), buku tetumbuhan berbuku). Selemadeg Rp 2.000,00 Ni Nengah Ridiawati, Br. Sembung Ke- rambitan Rp 200,00 Jumlah penerimaan sampai Jumat siang Rp 6.200,00 Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 2.000,00 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 8.200,00 Menelusuri lebih lanjut kalender Jawa-Bali memang terasa semakin menarik. Ketika kita bertemu de- ngan masalah pakakalan dengan berbagai macam nama serta ala- ayu (baik-buruk) hari yang ditim- bulkannya, kita pun sampai pada. kesimpulan bahwa masyarakat pe- makai kalender tersebut telah me- miliki "rencana kerja" yang ter- atur yang dituangkan dalam se- buah kalender dengan demikian mereka juga memiliki program- program yang akan dikerjakan, de- ngan kata lain berpandangan ke depan alias futurelistik. Bali Post meneri- Rp Rp 1.158.155,55 ma titipan sum- bangan untuk pengobatan Ka- dek Wiliasih ma- sing-masing dari: Koni dan Niko Denpasar 10.000,00 Kt. Ja- na, Desa Silang- jana Singaraja Rp 5.000,00 Jumlah penerimaan sam- pai Jumat siang Rp 15.000,00 Jum- lah penerimaan sebelumnya Rp 822.000,00 Jumlah penerimaan se- luruhnya Rp 837.000,00 alat-alat menangkap ikan lainnya, kala lutung gelut: hari baik mem- buat makanan ayam dan juga me- lamar gadis, kala buing rau jangan mengatapi rumah. ring terbakar, tapi baik untuk menebang kayu, kala kutila: se- Rp 837.000,00 untuk Wiliasih Bali Post da BAPANÉ... PENANGANAN SAMPAH AKAN DISWASTAKAN... KALAU BEGINI KITA PENGUSAHA JUGA KAN?! Untuk mencapai kesempurnaan berupa Dharma dan Moksha, da- lam Agama Hindu disebutkan ada 3 jalan yang disebut Tri Marga, yakni: Jnana Marga, Bhakti Mar- ga, Karma Marga. Dari Tri Mar- ga (tiga jalan) tersebut dapat di- uraikan sebagai berikut: baik membuat pagar, kala gumarang jangan menanam pohon sirih atau tembakau, kala jengking han baik membuat pa- gar, kala geger: hari baik membuat kentongan, gambelan, kroncongan atau segala bunyi-bunyian, kala ngadang baik untuk membuat alat penangkap binatang, dan seterus- nya sampai pada kala kilang-kilung hari baik untuk membuat barong mengerjakan anyam- atau anyaman. Masih sangat banyak nama- nama padewasan yang lain di sam- ping pakakalan tersebut seperti ge- nirawana, banyuurung, tali wang- ke, wurung agung, cintamani, pu- tek ati, sri tumpuk dan terlalu ba- nyak untuk dituliskan di sini. Yang pasti setiap hari senantiasa ada baik dan buruknya (ala-ayu), tidak ada hari yang sepenuhnya baik atau sebaliknya. Kita perhatikan nama-nama ka- la yang tertuang dalam naskah Wa- riga Kerimping ini: kala golongan: jangan menguburkan mayat, kala beseh jangan menaikkan air sa- wah, jangan memperbaiki pema- tang, kala mretyu hari baik mem- Mengapa harus ada kata "diber- lakukan? Ya perhitungan panga- buat senjata, kala timpang hari baik membuat makanan jengkrik lantaka atau pangalihan Purnama- atau ayam (sadek), kala caplokan: tilem dapat dirubah dengan berba- baik membuat pancing, jala dan gai alasan seperti : karena telah la- ma diberlakukan sehingga tidak cocok lagi ketepatan waktunya, terjadinya peristiwa alam yang be- sar, atau boleh juga karena telah diadakannya ekadasa rudra dan se- bagainya. Apakah perhitungan eka sungsang ke pon sekarang ma- sih tepat? Seharusnya para ahli mendiskusikannya. Ada gejala yang boleh diungkapkan bahwa purnama pada hari Sabtu tanggal 24 Desember 1988 ini adalah pur- nama yang telah layu, karena pur- nama yang nedeng (tepat), jatuh pada hari Jumat tanggal 23 Desem ber 1988 pada pukul 13.29 Wita. Menarik? Ya memang sangat menarik. Apa yang disebut wariga di Bali memang sangat menarik. Naskah-naskahnyapun tidak saja banyak tetapi juga beraneka: mu- lai dari Wariga Gemet, Wariga Ke- rimping, Sundari Terus, Sundari Bang, Sundari Gading, Pratiti Sa- 27.8 Karya Manca Wali Krama di Pura Besakih Satatam kirtayanto mam, yatantas cha dridhavratah, namasyantas cha mam bhaktya, nityayukta upasate. Dengan selalu mengagung-agungkan Aku, berusaha dengan teguh memegang sumpah, sujud kepada-Ku dalam pengabdian, dan dengan disiplin jiwa berbhakti kepada-Ku. Bhakti Marga Bagi orang kebanyakan untuk mencapai kesempurnaan berupa Dharma dan Moksha, jalan Bhakti Marga inilah yang lazim dilakukan, yaitu dengan jalan menyembah dan jalan ini merupakan jalan yang termudah. Dengan menyembah dan berbhakti kepada Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha lah satu wujud yajna yaitu korban suci yang dipersembahkan oleh umat Hindu dalam melaksanakan sembah sujud dan bhaktinya terha- dap Sanghyang Widhi Wasa (Tuh- an Yang Maha Esa). Di samping Karya Manca Wali Krama, di Pura Besakih terdapat beberapa jenis yajna, seperti Piodalan, Aci, Ka- rya dan lain sebagainya, yang pe- (Bhagawadgita pada bagian Raja Vidya Raja Guhya Yogha, Esa) dan berdoa mohon perlin- laksanaannya cukup bervariasi dan çloka 14). kadang-kadang berbeda satu sama yang lainya termasuk waktunya. Ada yang berdasarkan peredaran Sapta dan Panca Wara serta Wuku, tetapi ada pula berdasarkan perhi- tungan Purnama dan Tilem atau pangalihan (pergantian) Rah dan Tenggek serta tahun içaka dan lain-lainnya. Pada beberapa buah pura, di samping adanya upacara Piodalan, juga terdapat upacara Aci atau Karya, seperti misalnya : 1. Di pura Gelap, di samping upacara Piodalan yang jatuh pada hari Coma (Senin) keliwon, wara Wariga, juga terdapat Aci Pangen- teg Jagat pada setiap Purnama sa- sih Karo. Demikianlah kalender Jawa- Bali dengan jumlah harinya 210 ha- ri itu dituangkan dalam Tika. Per- hitungan kalender Bali menjadi ru- mit apabila dua sistem kalender, yaitu sistem kalender Hindu-Bali dengan Jawa-Bali itu disatukan. Karena pertemuan tanggal/ panglong dengan wewaran dan atau wuku akan juga menimbulkan padewasan sekalian dengan nama- namanya sendiri. Demikian juga halnya dengan pertemuan sasih de- ngan wuku atau kadang-kadang dengan wewaran. Malah ada pade- wasan yang ditimbulkan oleh dauh (jam?) secara tersendiri atau di- timbulkan karena pertemuannya dengan aspek-aspek wewaran yang lain. Galungan-nadi misalnya adalah hari raya yang jatuh dengan mem- perhitungkan pertemuan dua sis- tem kalender tersebut: Galungan memakai sistem kalender Jawa- Bali, sedangkan purnama mema- kai sistem kalender Hindu Bali. Galungan yang pas jatuh pada hari purnama yang disebut Galungan nadi itu baru akan datang pada tanggal 17 September 1997 (± 9 tahun yang akan datang) kalau per- hitungan eka-sungsang ke pon ma- sih diberlakukan. mutpada, dan seterusnya sampai pada sejumlah Geguritan Dewasa. Tetapi ada yang lebih menarik lagi. Padewasan yang tertuang da- lam kalender Bali ternyata "meng- ajarkan" kedisiplinan, pengendali- memiliki wawasan yang luas, wa- an diri dan mengajak kita untuk wasan kesemestaan dan berorien- tasi ke depan. Filsafat padewasan Jnana Marga Jnana bermakna kebijaksanaan, dan Marga berarti jalan, sehingga kata Jnana Marga berarti jalan ke- bijaksanaan untuk mencapai ke- sempurnaan yaitu mempersatukan Jiwatma dengan Paratma, Guna mencapai ini, dengan jalan mem- pelajari ilmu pengetahuan dan fil- safat pembebasan diri dari ikatan- ikatan duniawi. Tiada ikatan yang lebih kuat dari pada maya, dan tiada kekuatan yang lebih ampuh dari yogha untuk membasmi ikatan-ikatan maya ter- sebut. Maka berbahagialah orang- orang yang sudah dapat mengakhi- ri ikatan-ikatannya untuk menca- pai ketenangan dan kedamaian abadi, inilah Moksha. Untuk melepaskan ikatan- ikatan ini manusia harus meng- arahkan seluruh pikirannya, ke- mudian memaksakan kepada ke- biasaan-kebiasaan yang bersifat suci. Dalam kaitan ini proses pertum- buhan merupakan hal yang mut- lak, seperti pertumbuhan pikiran, perbuatan lahir, pelaksanaan Swadharma dan Wikrama (sikap bathin) sangat diperlukan dan sa- ngat menentukan. Apabila manu- sia tidak berbuat, pikiran tidak da- pat diuji kebenarannya, sebab per- buatan lahir akan menunjukkan mutu (kualitas) seseorang terma- suk pikirannya. Bagi orang-orang yang bijaksana untuk mempersatu- kan Jiwatma dengan Paratma, jal- an Jnana Marga inilah yang ditem- puh, karena mereka sudah dapat melepaskan ikatan-ikatan du- niawi. juga mengajak kita bersikap dan berpikir luas dan lues, seperti yang dituangkan ke dalam konsep we- waran alah dening wuku, wuku alah dening tanggal-panglong, tanggal panglong alah dening sasih, sasih alah dening ening. Jadi semua baik-buruk hari itu dikalahkan oleh "keheningan pikiran". Maka berarti pula penentuannya harus diawali juga oleh keheningan itu. Bhagawan Garga telah mewaris- kan kepada kita ajaran-ajaran As- trologi (dalam naskah disebut Jyo- tisha) yang merupakan landasan peradaban. Dan apakah kita masih yang penting bagi kehidupan dan menganggapnya penting kini? Tapi betapapun juga kita yang hidup di bumi ini, yang secara mitologi dise- but sebagai salah satu "telor Brahman" (Brahmanda) ini, tidak dapat lepas dari pengaruh Surya dan candra (bulan) yang adalah "telor-telor Brahman" yang lain, tidak dapat lepas dari siang dan malam,..... Dan seluruh alam se- mesta adalah sebuah kesatuan sistem. 4 dungan serta mohon ampun atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, serta mengucapkan angayu bagya (bersyukur) atas perlindungan- Nya. Untuk memupuk rasa sujud dan berbhakti ini, dengan jalan se- lalu rajin sembahyang dan ber- bhakti kepada Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), berdasarkan çredhaning manah (hati yang suci dan tulus ikhlas). Karena Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) bersifat Maha Murah, yaitu dapat meno- long manusia dikala kesusahan. Kebalian Orang Bali semakin hilang. Itu kata artikel yang dimuat Bali Post (Sabtu, 3/12), sedangkan pendapat lainnya menyatakan ti- dak benar kebalian orang Bali pudar (Bali Post, hal II, 6/12). Di diakui adanya per- lain pihak ubahan pada "kulit" luar orang Bali (Bali Post, hal 1,7/12), dan Tajuk Rencana Bali Post (Rabu, 5/12, hal IV) berbicara tentang Masyarakat Bali, Kini dan di Masa Depan. Oleh Ktut Soebandi Walaupun dalam sujud bhakti dan menyembah ini, manusia karena keterbatasannya, tidak mungkin akan menjumpai yang disembah itu, sebab Beliau tidak berwujud badan kasar, melainkan bersifat abstrak, namun demikian manusia akan dapat merasakannya serta percaya dan yakin bahwa Beliau itu ada. Karma Marga Karma Marga adalah jalan usa- ha untuk mencapai kesempurnaan yaitu Dharma dan Moksha. De- ngan jalan perbuatan atau kebaji- kan, tanpa mengikatkan diri dari amerih sukaning awak (mencari kesenangan atau kepuasan diri sa- ja) berupa keuntungan, kemasy- huran atau kewibawaan dan lain. sebagainya. Pada jalan Karma Marga yang diutamakan, melepas- kan segala hasil atau buah dari per- buatan, sebagaimana dimaksud di dalam pustaka suci Bhagawadgita pada bagian Karma Yogha, yang mengatakan demikian : Çloka 19: Tasmad asaktah satatam, karyyam karmma samachara, asakto hy ac- haran karmma, param apnoti pu- rushah. (Dari itu laksanakanlah segala kerja, yang sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan, sebab kerja tanpa keuntungan pribadi, membawa orang ke kebahagiaan tertinggi). Jadi dalam usaha mencapai ke- sempurnaan merupakan Dharma dan Moksha, dapat mela- lui Tri Marga (tiga jalan) tersebut tadi, sesuai dengan tingkatan ke- mampuan dari tiap-tiap orang, dan hasilnya akan sama saja. Dengan demikian tampak bagaimana lu- wesnya ajaran Agama Hindu, yang memberikan kebebasan memilih jalan guna mencapai kesempurna- an itu, sepanjang tidak me- nyimpang atau bertentangan dari ajaran Agama itu sendiri. Karya Manca Wali Krama Demikianlah karya Manca Wali Krama di Pura Besakih, sebagai sa- KEBALIAN ORANG BALI Lantas sebagai orang Bali atau bukan apa yang Anda rasakan tentang Kebalian orang Bali saat ini? Indikator apa yang Anda pakai untuk mendukung pendapat Anda itu. Silakan tulis pendapat Anda kirimkan ke Redaksi Bali Post Jl. Kepundung 67 A Denpasar. Pada sampul kiri tulis "Kebalian Orang Bali". Pendapat Anda hendaknya singkat saja tak lebih dari setengah kwarto ditulis tangan yang rapi atau diketik dua spasi. Jangan lupa lampirkan fotocopy tanda pengenal yang masih berlaku, nama dan alamat serta pekerjaan, sebuah foto ukuran berapa saja, dan pendapat Anda jangan lupa ditanda tangani. Pendapat Anda kami tunggu sampai Senin (26/12) mendatang. 8.. 2. Di pura Kiduling Kereteg, ke- cuali upacara Piodalan yang jatuh pada hari Anggara (Selasa) Wage, wara Dungulan, terdapat pula Aci Panyeheb pada Purnama sasih Kaenem. 3. Di pura Hulun Kulkul, di sam- ping upacara Piodalan yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Keli- won, wara Kuningan, juga terda- pat Aci Pangurip Bhumi pada Ti- lem sasih Katiga, dan Aci Sarin Ta- hun pada Tilem sasih Kawolu. 4. Di pura Batumadeg, kecuali upacara Piodalan yang jatuh pada hari Coma (Senin) Umanis, wara Tolu, terdapat pula Aci Ngusabha Warggasiram pada pananggal ping 5 sasih Kalima, dan Aci Panaung Bhayu pada Tilem sasih Kalima. 5. Di pura Panataran Agung, di samping upacara Piodalan yang ja- tuh pada hari Purnama sasih Ka- pat, juga terdapat Aci dan Karya yaitu a. Malabuh Gentuh, yang juga di- sebut Bhatara Turun Kabeh, pada setiap Purnama sasih Kadasa, jadi setiap satu tahun sekali. b. Manca Wali Krama, diseleng- garakan pada Rah Windhu (nol) yaitu bilangan satuan nol dari ta- hun içaka, jadi setiap sepuluh ta- hun sekali. SABTU, 17 DESEMBER 198 c. Eka Daça Ludra, diadakan pada Rah Tenggek windhu (bilangan satuan dan puluhan nol dari tahun içaka), jadi setiap seratus tahun se- kali. 1 DECHI • 88 3. Lontar Tutur Dangdang Bu ngalan Di dalam lontar ini diuraikan an- tara lain seperti berikut: Ithi caru- nya nistha, madya, uttama, Iwir- nya, sata panca rupa, asu bang bungkem, bebek bulu sikep, samis ngajak suci, Panca Sanak ngaran caru ika, nistha caru ika. Yan malih wewehin kambing, angsa, Panca Kelud caru ika, madya cari ika. Malih wewehin bawi butuhan, mwang banteng, Balik Sumpah ca- ru ika, uttamaning jaba, mepek ca- tur bantene, uli Panca Kelud bante- Rebah, Catur Muka, tur mapala ne mepek catur, dwaning ada Catur gembal 1, Maweweh kebo 1, Tawur caru ika, madyaning wong angaku wesis, mapala gembal 2, sami me pek catur lis cenik, lis gede, tur maajalan. Maweweh kebo 3, Pasa- puh-sapuh caru ika, mepek catur, bantene mapala gembal 3, nistha- ning Ratu. Maweweh kebo 5, Pan- ca Wali Krama caru ika, ... dan Demikian antara lain Piodalan seterusnya (Ini caru (korban) yang atau upacara Aci dan Karya pada disebut nistha, madya dan uttama, beberapa buah pura di Besakih yakni ayam lima jenis, anjing bang yang pelaksanaannya, baik dilihat bungkem, itik berbulu seperti bulu dari segi waktu, jenis, yajna dan burung elang, semuanya dengan tingkatannya bervariasi dan berbe- suci, Panca Sanak namanya caru da satu dengan yang lainnya, na- itu, nistha caru tersebut. Apabila mun memiliki arti, tujuan dan ditambah kambing, angsa, Panca maksud sama, yaitu untuk melaku- Kelud namanya caru tersebut, ma- kan persembahan serta sujud dya caru itu. Jika ditambah babi bhakti kepada Sanghyang Widhi jantan yang belum dikebiri, dan sa- Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). pi, Balik Sumpah caru itu, tingka- Pedoman Penyelenggaraan Karya tannya uttamaning jaba namanya, Pada setiap upacara Piodalan, dilengkapi catur bantennya (sajen- Aci atau Karya ini selalu berpe- nya), dan dari tingkat Panca Kelud doman pada ketentuan-ketentuan banten (sajen) tersebut dilengkapi yang telah ada, demikian pula dengan catur, maka ada Catur Re mengenai penyelenggaraan Karya bah, Catur Muka, ditambah de- Manca Wali Krama ini. Tentang (Bersambung ke Hal X, kol 1) ✰✰✰ karya Manca Wali Krama ini da- lam beberapa lontar antara lain di- sebutkan sebagai berikut : 1. Lontar Raja Purana Pura Be sakih Di dalam lontar ini diuraikan an- tara lain demikian: Nihan Amanca Wali Krama, druwe Dalem, rawuh anemu masalin tenggek, ring Pana taran gunung Agung, wus ring gu nung Agung, ring bancingah Agung, nora saika ring Pasar Agung, wus ring desa-desa, nistha, madya, uttama.... dan seterusnya. (Begini upacara Manca Wali Krd- ma, tugas Pemerintah, pada wak pergantian tenggek, diselenggard- kan di Panataran gunung Agung, sesudah di gunung Agung, diada kan di bancingah Agung, tidak de mikian halnya di Pasar Agung, se telah itu di masing-masing desa (daerah), dengan tingkatan nistha madya dan uttama.....dan seter- usnya). 2. Lontar Pawilangan indik Pu- jawali ring Kahyangan Pura Be sakih. Catatan Peserta Munas Kadin diminta bersikap dewasa. Jangan-jangan ada yang anggap masih anak-anak suka. mainan kotak-kotakan. ✰✰✰ 14 Di dalam lontar ini disebutkan antara lain sebagai berikut: Malih ring Panataran Agung, Karya Manca Wali Krama, angken daça masa sapisan, malih ring Panataran Agung, Karya Eka Daça Ludra, angken satus masa sapisan..... dan seterusnya (Lagi di pura Panataran Agung, berupa Karya Manca Wali Krama, setiap sepuluh tahun sekali, demikian pula di pura Panataran Agung, upacara Eka Daça Ludra, setiap seratus tahun sekali.... dan) seterusnya). Tiap tahun di Indonesia setengah juta hektar hutan rusak, akibat lemahnya disiplin manusia yang terkait dengan masalah kehutan- an, kata Menteri Kehutanan, Ir. Hasjrul Harahap. Tampaknya tak dapat dibiarkan terus berlakunya hukum hutan yang kuat makan yang lemah. Dikatakan, penanganan sampah di Denpasar akan diswastakan. Agaknya diperlukan pemikiran dan penanganan bersama masyarakat secara lebih praktis dan efektif. Bang Podjok . SABTU, 17 DESEMBER Cinta Kris SEORANG sahabat ialah se tentang diriku, tetapi tetap Memasuki minggu keempat M sa Adven ini sampailah kita ke pe dakian terakhir dalam masa prih tin menantikan Dia yang mencint kita. Oleh karena kita telah m nyadari bahwa kita dicinta ole Dia, maka kita memperoleh keh ningan. Melalui suasana henin itu, marilah kita mencoba mere leksi diri, bagaimana perjalana cinta kita. Color Rendition Chart Untuk menyederhanakanny baiklah kita mengandaikan denga tokoh pelaku cinta: Bambang T tuka yang sedang menjalin cin dengan Endang Pregiwa. Sebagai seorang senapati, Bar bang Tutuka sering bergaul da berkomunikasi dengan putri-pur istana. Namun demikian, anta Bambang Tutuka dan putri-put istana itu tidak terjadi kontak k bersamaan. Meminjam ungkapan Gabri Marcel: Communication sans cor munion. Mengapa? Karena han- Endang Pregiwa-lah yang hadir dalam hati Bambang Tutuka. M mang, kehadiran atau précencé, dak harus berada di satu temp yang sama dan dalam waktu yan sama pula. Endang Pregiwa pu demikian pula. Sekalipun ia dang bersama-sama dengan pa. ksatria, namun hanya Bambam Tutuka-lah yang hadir di dala hatinya. Tutuka dan Pregiwa selalu hac satu bagi yang lain karena masin masing mengarahkan dirinya yan satu kepada yang lain. Perjumpaa yang demikian disebut recontré a tara 'aku' dan 'engkau'. Dalam r contré ini terjadi communion ant ra pribadi dengan pribadi, buka antara pribadi dengan objek. H nya dengan cara ini keduanya d pat mewujudkan kehadiranny artinya dapat mewujudkan keh diran kekasihnya biarpun dala ruang dan waktu yang berbeda. S perti misalnya: setiap pagi Pregiw membuatkan minuman buat Tut ka, biarpun Tutuka tidak berada sisinya. Kehadiran istimewa ini c king 4 CHASSIS BUS FF 173 LA-B chưa MOTEL SANUR BALI INDONES Julur depan (front c seluruhan (total ler 173 LA-B lebih penc Chassis Bus tipe AK dah melakukan ma berbelok-belok.
