Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1989-08-14
Halaman: 04

Konten


2cm HALAMAN IV TAJUK RENCANA Perlu lebih Konsepsional Pengkaderan di Jajaran Pemda KITA merasa ikut lega, Gubernur Oka sangat menaruh perhatian terhadap kemelut PSIK (Program Studi Ilmu Kepariwisataan) Universitas Udayana berkaitan dgn keberadaan program studi tersebut akhir-akhir ini. Hal itu terbukti dengan upaya-upaya Gubemur Oka untuk berkomuni- kasi dengan pihak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta pekan lalu. Hasilnya, sebagaimana yang telah menjadi kebijakan Depar- temen Pendidikan dan Kebudayaan sejak 22 Juli 1989, keberadaan PSIK Unud menjadi jelas, berada di bawah langsung Rektor Unud. Informasi ini kita peroleh dari penjelasan Gubernur Oka kepada warta- wan Sabtu (12/8). Meskipun sudah ada kebijakan tetapi masih saja terjadi kemelut, me- nurut hemat kita hal itu disebabkan oleh faktor komunikasi, baik komuni- kasi internal maupun komunikasi eksternal, di lingkungan universitas terbesar di Bali itu. Hal itu dapat kita maklumi jika diingat bahwa dalam banyak bidang kehidupan dan kegiatan pemerintahan dan kemasyaraka- tan, "masalah komunikasi" memang masih sering tampil ke permukaan sebagai sumber kendala. Perhatian Gubernur Oka terhadap kemelut PSIK Unud tersebut seyo- gyanya tidak cukup diamati dari kacamata sempit. Misalnya perhatian timbul karena Pak Oka sebelum menjabat gubernur adalah Rektor Unud yang turut memiliki ide mendirikan PSIK. Harus kita lihat dari kacamata yang lebih luas. Perhatian Gubernur Oka adalah perhatian Pemerintah Daerah Bali. Perhatian Gubernur Oka itu merefleksikan rasa memiliki dan rasa membutuhkan Pemerintah Daerah Bali terhadap lembaga-lembaga pendidikan yang diharapkan mampu mencetak kader-kader bangsa yang profesional secara konsepsional. Meskipun masih terjadi silang pendapat apakah kepariwisataan sudah tepat diangkat sebagai disiplin ilmu tersendiri atau belum, dari Gubernur Oka pula kita memperoleh informasi bahwa PSIK didirikan memang bertujuan untuk mencetak tenaga-tenaga yang mampu memikirkan, me- rencanakan dan mengelola sektor kepariwisataan secara profesional. Adalah kenyataan bahwa sekarang ini sudah semakin terasa kurang- nya tenaga-tenaga profesional yang demikian itu, juga di lingkungan dan jajaran pemerintah daerah Bali. Bahkan boleh dikatakan Bali sangat kekurangan kader di sektor yang sangat potensial dan sangat strategis ini. Barangkali bukan hanya di sektor pariwisata saja Bali kekurangan kader, tetapi juga di sektor-sektor lainnya. Padahal proses pengkaderan harus berjalan terus. Pengkaderan di jajaran pemerintah daerah jangan hanya diartikan proses penggantian pejabat yang tua usianya oleh pejabat yang lebih muda usianya. Pengkaderan jangan pula hanya diartikan sebagai proses penggantian pejabat-pejabat yang sudah terlalu lama menduduki jaba- Geguritan Lokika terdiri atas 445 bait (pada) dengan meng- gunakan lima jenis pupuh. Yak- ni, Sinom (154 bait), ginada (162 bait), durma (36), dangdanggula (22), dan pangkur (71 bait). Dari keseluruhan baitnya tersebut, catatan kali ini terutama akan diarahkan pada kurang lebih 100 bait pertama yang dibangun dengan pupuh sinom. Bait-bait pertama ini merupakan prolog pangawi yang selain berisi pa- ngaksama sebagai wujud keren- dahan hati pangawi sekaligus ju- ga berisi pandangan hidup pa ngawinya. Karena itu, wajar apa- bila prolog geguritan Lokika ini menjadi sangat panjang - selu- ruhnya 109 bait. Baru setelah prolog yang cu- kup panjang itulah narasi cerita - sebagai "isi" geguritan -- dimu- lai. Sebagaimana tampak pada judulnya, dalam geguritan Loki- ka ini ditokohkan I Lokika ter- utama pada masa brahmacaryas- rama. Yakni, masa menuntut il- mu dengan menjadi murid Rsi Gayatri, sahabat seperguruan ayah I Lokika sendiri, Santusti. Namun, secara keseluruhan tampak bahwa bagian narasi ini justru merupakan penjelasan lebih lanjut atau penjabaran le- bih kongkret konsep-konsep hi- dup yang tertuang pada prolog- nya. Karena itu, dapat dipahami bila narasinya menjadi sangat sederhana dan lebih banyak berisi dialog-dialog yang tetap mengacu pada konsep-konsep hidup sebagaimana tertuang pada bagian prolognya. Catatan dari "Geguritan Lokika" Empat Bekal Hidup CATATAN kita kali ini akan diarahkan pada sebuah karya sastra Bali Tradisional yang di- temukan di desa Kaba-kaba, Ta- banan. Karya sastra ini berju- dul geguritan Lokika, milik I De- wa Puji. Dari pengamatan saya selaku o- rang awam bentuk kesenian baik yang tradisional maupun yang mo- dern mempunyai kelemahan dalam bidang tertentu tetapi tidak harus "divonis mati" seperti anggapan Anda. Pada bagian prolog itu secara eksplisit pangawi menegaskan bahwa ia hanya menceritakan ulang, mengingat-ingat kembali apa yang pernah dinasihatkan oleh orang tuanya kepadanya. Terlepas dari rasa senang dan ti- dak senang, beberapa hal positif yang dapat kita petik dalam cerita ANE Oleh Nirta Setelah Abubakar bicara soal pe- nampilan Drama Gong kita yang cengeng, ternyata banyak timbul reaksi. Terlepas dari benar atau salah tuduhan tersebut, sebaiknya kita tetap berkepala dingin, de- ngan tenang mengadakan koreksi, mawas diri, barangkali reaksi o- rang terhadap drama gong itu ada benarnya. Tak ada gunanya kita semua ngamuk, kayak orang kebakaran jenggot. Tidak mestinya sesuatu yang disenangi banyak orang itu baik lho! Film sex di vidio misal- nya, banyak orang senang, tetapi patutkah kita produsir untuk ma- syarakat? Oleh karena itu, mawas dirilah. Apa yang betul, mari kita teruskan. Tetapi apa yang salah atau keterlaluan, yang harus kita terima guna diperbaiki. Setiap o rang punya penilaian tersendiri.. Oke drama gong banyak memban- nasihat hidup itu kepada pem- bacanya sembari menggarisba- Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan fotokopi identitas Ketiga, bhakti. Dan kapradnyan- an, itu yang keempat. Dengan empat bekal hidup itu sesung- guhnya pangawi telah menun- jukkan suatu pola hidup yang tak hanya horisontal, tetapi ju- ga vertikal. Tak hanya bagi ke- pentingan fisik (awake kasar), te- tapi juga kepentingan jiwa (ji- wane). Harmonisasi antara ke- Sehingga, kita sepertinya diha- dapkan pada suatu adegan di mana seorang ayah duduk menghadapi anaknya sembari memberikan nasihat-nasihat hi- dup yang mengalir dari lubuk hatinya ke dalam lubuk hati ser- ta pikiran sang anak. Lalu, kini duanya mutlak diperlukan. Mengesampingkan apalagi meniadakan salah satunya ti- dak diharapkan oleh pangawi, karena itu berarti ketimpang an, ketidakharmonisan. Sing- katnya, pangawi sangat mene- kankan pentingnya keharmo- sang anak mengulangnya kem-nisan, keseimbangan antara fi- bali sik dengan jiwa, antara kehi- dupan horisontal dengan ver- tikal, ga wahi serta menafsirkan ulang) Geginan" dan "Gelitik" hal-hal tertentu sesuai dengan konteks zamannya. Pola yang semacam inilah, antara lain, MSW yang menyebabkan maksud di- daktis pangawi dalam geguritan Lokika tampak tidak terlalu menggurui. Sekurang-kurang- nya, tidak terlalu mengambil ja- rak dalam kapasitas guru-mu- rid. Melainkan, pangawi 'menya- pa' secara akrab pembacanya dengan menempatkan posisi- nya pada posisi lebih rendah' dengan pembacanya, yakni de- ngan menggunakan kata ganti titiang. 1200 1 Bekal Hidup Ada empat hal yang digaris- bawahi oleh pangawi sebagai be- kal hidup paling utama yang mesti dimiliki seseorang dalam kehidupannya di dunia ini. Per- tama, geginan. Kedua, kapatutan. nasihat- mengalirkan 1. Tema cerita pasti mengung- kapkan kemenangan dharma atas adharma (kebajikan unggul terha- dap kejahatan). Hal ini bersifat u- niversal dan perlu terus diingatkan kepada masyarakat dan anak cucu kita. 2. Pesan-pesan pembangunan ada terselip, walaupun mungkin masih banyak yang perlu diting- tannya sehingga terasa jenuh dan kurang kreatif lagi. Pengkaderan harus berangkat dari perencanaan yang konsepsional yang mengacu pada suatu analisis jabatan. Pengkaderan yang konsepsional, idealnya harus dimulai dari saat penerimaan pegawai. Namun karena suatu analisis jabatan belum ada, bukan mustahil tidak semua pegawai yang diterima di jajaran pemerintah daerah itu mengarah pada klasifikasi profesi dan keahlian sebagaimana yang sebenarnya dibutuhkan. Oleh karena itulah dalam kenyataannya yang kita amati ada pejabat yang sebenarnya tidak mempunyai disiplin ilmu atau keterampilan yang dituntut oleh jabatannya. Ada kesenjangan antara pegawai yang ditempatkan dengan tempat di mana pegawai itu ditugaskan, suatu kesenjangan yang harus kita hindari jauh-jauh jika kita menginginkan pemerintahan yang efisien dan produktif. Saya benar-benar heran ketika membaca penjelasan Kasubag Pe- nerangan Kanwil Depdikbud NTB, Bapak Gst. Ngurah Darmada, yang dimuat pada Bali Post Senin (7/8), halaman III. Beliau men- jelaskan bahwa daya tampung SMTP dan SMTA di NTB masih terbatas. Padahal kenyataan yang Kok Kebakaran Jenggot? Akibat proses penerimaan pegawai yang belum mengacu pada anali- sis jabatan itulah, tidak sedikit pegawai yang baru belajar bidang-bidang pekerjaan yang harus ditangani setelah mereka diangkat menjadi pega- wai. Proses pengenalan terhadap suatu bidang pekerjaan baru adalah suatu hal yang wajar. Namun terasa akan kurang efisien dan kurang produktif apabila hal itu dimulai dari nol dan memakan waktu yang tidak sedikit. Bagian Pertama dari Dua Tulisan Salam Buat Bung Abu Bakar Membaca hasil temu wicara Drama Gong antara lain : TVRI Denpasar, saya mengucap- kan salut atas partisipasi Anda un- tuk ikut menyoroti "Drama Gong" salah satu bentuk kesenian tradi- sional Bali yang cukup mendapat tempat di hati masyarakat Bali. Anda sebagai seniman muda telah menunjukkan aktivitas yang ber- arti dan ternyata bukanlah terma- suk seniman yang melempem. Cuma sayangnya pendapat Anda dalam hal ini adalah memvonis bagi suatu bentuk kesenian tradi- Benarkah Daya Tampung SMTP sional Bali. dan SMTA di NTB Terbatas? Namun tidak sedikit pula kita temui pegawai yang cepat menghayati bidang-bidang pekerjaannya kendatipun pekerjaan tersebut baginya me- rupakan pekerjaan yang baru. Bahkan pekerjaan tersebut termasuk pe- kerjaan yang sedikit sekali kaitannya dengan disiplin ilmunya. Hal itu dapat saja terjadi apabila ditunjang oleh faktor-faktor pengalaman dan kematangan pribadi, ditambah semangat ingin maju dari kalangan pega- wai yang bersangkutan. tu pembangunan, banyak orang se- nang, banyak yang gandrung, itu tidak salah. Kalau ada koreksi, de- ngan kata-kata cengeng, humor yang dibuat-buat, ya apa salah- nya diterima. Siapa yang seharus- nya mengoreksi kalau bukan orang yang mencintai diri kita? Dalam kaitan inilah kita sependapat dengan apa yang pernah diung- kapkan Gubernur Oka, perlunya lembaga Diklat (Pendidikan dan Lati- han) lebih ditingkatkan peranannya. Lembaga Diklat atau Pusdiklat yang dimiliki pemerintah daerah harus lebih difungsikan untuk menjembatani kesenjangan-kesenjangan tadi. Lembaga ini harus memiliki data dasar secara menyeluruh tentang kepegawaian dan atas dasar data tersebut dibuat perencanaan pembinaan dan pengembangannya. Di luar kegiatan Diklat ini sudah tentu masih ada lagi lembaga-lembaga lain yang dapat dimanfaatkan secara optimal dalam upaya menunjang proses pengkaderan di lingkungan pemerintah daerah. Lembaga pen- didikan sebagaimana PSIK misalnya, seyogyanya tidak luput dari perha- tian pemerintah daerah pula. Jangan terlalu apriori dengan koreksian,bagaimana pun keras- nya. Setiap orang punya cara un- tuk mengoreksi. Ada yang keras, apa aaanya, ada yang lembut, ten- Dalam usianya yang 31 tahun yang diperingati 14 Agustus 1989 ini, kiranya Propinsi Daerah Tingkat I Bali sudah seharusnya lebih memper- hatikan lagi proses pengkaderan di lingkungan dan jajaran pemerintah daerah secara lebih konsepsional. 2980 tu juga ada yang berbunga-bunga. Mungkin Abu- bakar ingin keterusterangan, se- perti juga saya sendiri. Apa pun yang ada, mari kita petik hikmah- nya. Selamat Abubakar, selamat Drama Gong kita, semoga jayalah dikau semuanya. Nama dan Alamat Diketahui Redaksi Setiap orang yang ingin hidup tidak bisa tanpa memiliki gegin- an, terutama dalam hal meme- nuhi kebutuhan fisiknya. Gegin- an diartikan sebagai pekerjaan guna mendapatkan pangupaji- waning urip, baik berbentuk san- dang, pangan, dan papan. Pengertian geginan di sini, ter- nyata, tidak hanya dibatasi pengertiannya pada satu jenis pekerjaan saja. Akan tetapi, se- dapat mungkin diharapkan da- pat mencakup semua jenis pe- kerjaan. Dengan bekal geginan yang demikian, maka seseorang dinyatakan tak akan merasa ta- kut walau ada di mana pun di belahan bumi ini. Dia bisa hi- dup dengan mandiri di mana pun, walaupun tidak berbekal- kan uang, walaupun hanya ber- kekalkan satu stel pakaian yang melekat di badan, itu saja sudah cukup. Karena dengan berbe- kalkan geginan yang banyak ma- ka segala yang diinginkan pasti akan dapat diraih. Begini pa- ngawi menuliskan pandangan- nya tentang geginan itu: I..... ne ada len buin unduk/ ane tan dadi imayang! saluir gegaene sa- mil apang tuhul da jagul keweh pa- lannyall yan asing gegaen tawang/ tur anteng nglaksanain! wiadin mandura desaltan buat mabekel pi- pis/ diastun jaler abesikl bekelang ya suba cukup bisane teken gegin- an waluya lembu Nandinil asing kayun sinah pacang kasidayang/ saya lihat untuk wilayah Kota Ad- ministratif Mataram banyak SMTP maupun SMTA (khususnya swasta) tidak memperoleh jumlah siswa seperti yang ditargetkan. Contohnya antara lain, SMAK Ke- suma Cakranegara, memiliki daya tampung 5 kelas yang terpenuhi hanya 4 kelas. SMA PGRI Cakra- negara, memperoleh siswa tidak le- bih dari satu kelas. SMA Saraswati Mataram, daya tampungnya 6 ke- las terpenuhi 4 kelas. Demikian juga SMA Nasional, SMA Muham- madiyah, SMA 45, SMA Kertawi- sata, dan masih banyak lagi SMTA lain yang tidak memperoleh siswa sebagaimana ditargetkan. Belum lagi untuk SMTP, amat me- nyedihkan. Sebagian besar mempe- roleh siswa rata-rata satu kelas. Itupun kelas yang kurus. Ada salah satu sekolah kejuruan di Mataram yang terpaksa dengan sukarela menyerahkan calon siswa yang terdaftar kepada SMTA lain. Karena jumlah siswa yang terdaf tar tidak mement syarat untuk membentuk satu kelas. Kalau kenyataan yang saya li hat seperti itu benar adanya, ba- gaimana bisa dikatakan bahwa daya tampung SMTP dan SMTA di NTB terbatas? Bahkan dianjurkan untuk membuka sekolah swasta (Bersambung ke Hal IX, Kol 9) Guna dapat menguasai gegin- an dengan baik, hendaknya se- jak kecil telah dibiasakan 'bela- jar gelitik (malajah gelitik). Tidak janya gelitik terhadap benda- benda dan kerja tertentu, tetapi juga gelitik ngulik tutur lan sastra (senantiasa mempelajari ajar- an-ajaran kerohanian, kea- gamaan, serta "sastra") ini akan dibiarkan kembali pada bagian kedua catatan ini. penjelasan dari Anda tolong di- jabarkan secara terinci makna ke- racunan yang Anda maksud, kare- na di Bali Post belum tertera. Bali Post Saat-saat permulaan hadirnya Drama Gong merupakan masa yang penuh tantangan dan konf- lik karena ia lahir di tengah- tengah epilognya Gerakan 30 September PKI yang gagal di se- kitar awal tahun 1966. Kelahi- ran Drama Gong melalui suatu proses yang panjang. Bahkan pemberian nama Drama Gong mengalami diskusi dan debat yang berkepanjangan, baik me- lalui temu wirasa antara drama- wan, seniman dan budayawan, maupun melalui polemik di su- rat kabar (Bal Post). Penganut dan pencinta drama modern pada umumnya tidak setuju de- ngan pemakaian istilah drama pada Drama Gong, karena me- Konsep gelitik dalam geguritar: Lokika cukup sering diulang di-nurut pendapat mereka unsur- unsur teater tradisi dan teater sebutkan oleh pangawi, Kakha total, yakni adanya tarian, nya- nya, istilah itu pastilah tidak nya sekadar dipajang begitu sa- ja secara kebetulan. Melainkan diajukan sebagai suatu konsep penting dalam hal menjalani kehidupan kita di dunia ini. Ge- litik sebagai suatu konsep dalam bahasa Indonesia barangkali dapat disejajarkan maknanya dengan rajin dan sekaligus ter- ampil. Akan tetapi, pengertian yang demikian pada dasarnya hanya mencakup pengertian nya yang teramat sederhana. Di kalangan masyarakat Bali, kon- sep gelitik, kenyataannya, tidak hanya mencakup pengertian itu saja, melainkan jauh lebih luas dan dalam. Hemat, menaruh perhatian pada hal-hal yang di- anggap remeh, memberikan makna pada sesuatu yang kecil dan sederhana juga tercakup dalam pengertian gelitik tadi. Karena itu, gelitik tidak hanya dikenal dalam bidang pertani- an, pertukangan, dan yang se- (Bersambung ke Hal XI, Kol 1) nyian tatabuhan dan dialog yang bercampur aduk, masih terlalu dominan sehingga di- anggapnya "absurd" dan tidak pantas menggunakan sebutan drama'. Mereka juga mengan- jurkan untuk memilih nama lain saja dengan mencarikan is- tilah bahasa Daerah/Bali yang dekat dengan pengertian Arja atau sejenisnya, agar tidak memprofankan istilah 'drama' yang sudah baku digunakan di dalam drama modern atau kon- temporer. Sebaliknya para dra- mawan tradisi, terutama A.A. Raka Payadnya sebagai peng- gubah dan pemain Drama Gong dengan gigih mempertahankan penamaan tersebut mengingat unsur-unsur akting, dialog, alur ceritera dan sebagainya yang merupakan bagian dari drama tetap ada di dalam Drama Gong, sehingga sebutan drama tidak- lah menyalahi. Adapun 'Gong' sebagai atri- Masalah porno (jorok) yang An- da maksudkan menurut saya tidak •LEM TE WAN katkan kadarnya. 3. Banyak mengandung falsafah hidup, baik yang diambil dari epos Mahabarata atau Ramayana mau- pun dari sumber yang lain. 4. Bentuk kesenian ini menam- bah khasanah kesenian Bali khu- susnya, yang dewasa ini harus dihidupkan dan dibenahi Drama Gong Meracuni Masyarakat? untuk mencapai kesempurnaan. 5. Dan lain-lain yang masih ba- nyak lagi. Sekarang saya ingin mendapat I Made Sugendra Br Djenah Peguyangan Denpasar Barat mengkhawatirkan. Bukankah ma- sih banyak pertunjukan pertunjukan lain yang lebih jorok (adegan buka-bukaan, pamer paha, pakaian ekstra ketat dan ek- (Bersambung ke Hal IX, Kol 9) dan sopan santun yang utuh, ba- nyak mengandung ajaran-ajaran/ petunjuk serta benar-benar bersi- Kok begitu? Coba mari kita kaji baik dan buruk, cara berpakaian secara sederhana, sebab ia muncul dari golongan seni sederhana. Karena kesederhanaan itu sering tampak hal-hal yang kurang ber- kenan di hati. Apabila diperhati- kan Drama Gong ini, banyak hal- hal yang baik yang dapat dipetik antara lain: Cara berbicara/meng- ungkapkan sesuatu, khususnya Bahasa Bali yang masih perlu di- pahami oleh generasi muda Bali kita, mudah komunikasi dengan masyarakat Bali, mengetahui seja- rah/cerita-cerita dulu, mana yang Drama Gong Bali: Dulu, Kini dan Nanti KINI Drama Gong Bali sudah berumur 23 tahun. Sebagai suatu bentuk kesenian kreasi baru ia cukup bertahan lama. Bila ditinjau dari eksistensi kesenian-kesenian tradisi Bali lainnya seperti Wayang Wong, Gambuh, Topeng, Arja dan Prembon, usia 23 tahun masih tergolong muda. fat hiburan ringan dan mendorong benih-benih kesenian lain untuk tampil. Tema/judul yang dipentas- kan tersebut lulus seleksi TVRI dan disambut baik oleh masyarakat, khususnya masyarakat Bali kita di pedesaan. Memang bila menginginkan mu- lus seratus persen dan berbobot, se- perti diinginkan sementara orang rupanya sulit. Bintang film sekali- pun saya lihat banyak belum me- menuhi selera saya, baik penampi- lan maupun tema. (Bersambung ke Hal IX, Kol 9) Dompet Siapa Saya Sabtu (12/8) sekitar pk 10.00, menemukan dan memungut sebuah dompet kulit warna merah berisi ukiran/lukisan di jalan Sura- Rp 5.621.500,00 pati sebelah timur patung Catur Muka. Di dalam dompet itu berisi untuk Masjid surat-surat penting seperti SIM C, kartu mahasiswa foto dan uang tu- nai Rp 6.000,00. Raya Ukhuwah Bali Post menerima titipan sumba- ngan untuk perbaikan dan perluasan Masjid Raya Ukhuwah Denpasar ma- sing-masing dari : Dalam pemeriksaan sepintas, terlihat sebuah KTP di dalam dom- pet tersebut. Kartu penduduk itu tertulis nama Putu Rusiani, tem- Jemaah Pengajian Kantor KDI XIV, pat/tanggal lahir Banyuatis Singa- KDP dan Cab. Perjan Penggadaian raja dan salah seorang mahasiswa Denpasar Rp 50.000,00 dengan nomor KTP 2973/BAT/VI/ Kantor Perbendaharaan Negara BLL/1989. 40.500,00 Rp Hamba Allah, Jl. Melati No. 49 Denpa- 10.000,00 Rp M. Saleh Toko Monalisa Lt. II-F3 Pasar Kumbasari Rp 25.000,00 Jumlah penerimaan sampai Sabtu siang Rp 125.500,00 Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 5.496.000,00 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 5.621.500,00 sar Untuk yang merasa kehilangan dompet tersebut bisa/silakan ambil ke Redaksi Bali Post atau staf Re- daksi Bali Post (I Made Nadhi) dari pk 08.00 sampai pk. 14.30. GINANJAR KARTASASMITA PERESMIAN LISTRIK JAWA-BALI / Making but atau keterangan berfungsi untuk memberi ciri dan pem- beda, bahwa Drama Gong ada- lah suatu drama yang diiringi gambelan gong (live music) seba- gai ilustrasi, sebagai pendu- kung ekspresi pemain serta se- bagai penggambaran suasana di samping pemberi tanda pera- lihan adegan yang satu ke ade- gan yang lain. B Sebagaimana dijelaskan di depan, pemunculan Drama Gong bukanlah begitu lahir lalu jadi sebagai yang kita saksikan sekarang. Tumbuhnya secara bertahap dan berliku melalui imbas dan pengaruh Sendratari (seni drama tari, suatu perpa- duan antara drama tanpa dialog dan tari) yang telah digubah o- leh seniman I Wayan Beratha di sekitar tahun 1961-1965, antara lain Sendratari Jayaprana dan Ramayana. Karena itu pada pe- mentasan-pementasan awal Drama Gong masih terlihat ada- nya unsur-unsur tari di dalam- nya dengan dialog bahasa Bali sepotong-sepotong yang masih canggung, alur ceritera yang ku- rang nyambung sehingga kaum dramawan modern menjuluki- nya sebagai drama absurd dan drama (cengeng), Berkat keule- tan para penggubah pemain dan pendukungnya, Drama Gong yang terbuka dan tahan kritik itu berdikit-dikit mencari dan menemukan bentuknya sebagai yang terlihat sekarang ini. Mun- culnya Drama Gong sebagai suatu bentuk teater baru di Bali (walaupun tidak 100% baru), bukan saja merupakan peris. tiwa seni, melainkan juga seba- gai indikasi kenangan pahit ter- hadap masa bergejolaknya ma- syarakat yang pernah menga- lami saat-saat mengejutkan dan mengecutkan pada waktu G 30 S PKI. Setelah keadaan normal kembali, munculnya Drama Gong seolah-olah mem- berikan hiburan yang segar bagi masyarakat yang telah mengalami ketegangan lebih kurang selama 6 bulan dengan terhentinya segala kegiatan ke- senian akibat gerakan coup tadi. Masyarakat yang baru ter- bebaskan dari rasa kebingu- ngan dan ketegangan secara se- rentak pulih kembali lalu ber- gotong-royong membentuk pa nitia pembangunan untuk mengumpulkan dana dengan ja- lan menanggap/ mengupah Drama Gong. Waktu itu sekaa Drama Gong Wijaya Kusuma di bawah asuhan A.A. Raka Payad- nya sedang menanjak dan tidak putus-putusnya menerima pesa- nan. Hasil pementasan cukup menggembirakan dengan pu- ngutan dana yang dapat meng- hasilkan beberapa bangunan balai banjar. Sebagai lazimnya sifat masya- rakat, suatu usaha yang berha- sil dan mudah mendatangkan uang begitu cepat ditiru dan dii- kuti orang. Dalam waktu yang singkat telah bermunculan se- kaa Drama Gong laksana tum- buhnya jamur di musim hujan. Sekaa-sekaa tidak saja muncul di desa-desa, malahan sampai di banjar-banjar. Untuk mempe- roleh kehidupan yang lebih se- hat erta peningkatan mutu Drama Gong telah diseleng- garakan beberapa kali kompe- tisi dan festival di tingkat pro- pinsi dan kabupaten. Demikian lah "demam" Drama Gong yang pernah melanda pulau Bali, yang kemudian secara berang sur-angsur mengalami kristali sasi, makin lama makin surut; tetapi persepsi dan kegemaran ber-Drama Gong sudah menga- kar di dalam sanubari masyara- kat Bali. Ceritera, Gending, Busana, Tata- rias dan Akting di dalam Drama Gong. Sebagaimana diuraikan di de- pan Drama Gong pada awal ke- lahirannya sering mempertun jukkan ceritera Jayaprana yang sudah tidak asing lagi bagi ma- syarakat Bali, terutama pemen- tasan-pementasan yang dilaku- kan oleh Drama Gong yang ber- lokasi di Buleleng (Drama Gong Tamblang). Dalam hal pem- babakan Drama Gong mula- mula meniru "papeson" (cara dan urutan pemain muncul di panggung) Sendratari Jayapra- na dengan sedikit menari, ka- dang-kadang dengan agem atau sikap sebagai orang menari yang kemudian dilanjutkan de- ngan dialog setelah adanya "tanjek" dan angsel" untuk menghentikan arus melodi gam- belan. Tidak mengherankan bila Drama Gong pada saat pemun- culannya disambut dengan an- tusias oleh masyarakat yang haus hiburan. Drama Gong mu. nanya. lai berkembang sebagai seni hi- buran dengan berbagai variasi- nya dan mulai pula memikat mi- nat penonton baik di pedesaan maupun di kota. Oleh IG.B.N. Pandji Selama berlangsungnya dia- log, iringan gambelan diperde- ngarkan secara lirih, atau ka- dang-kadang dihentikan sama sekali, berbeda dengan iringan Sendratari yang nonstop sepan- jang pertunjukan. Sebagai gong pengiring digunakan perangkat gong kebyar dan untuk meng- hidupkan gerak-akting dan eks- presi pemain diciptakan gen- ding-gending baru yang pendek sesuai dengan tokoh pemeran yang muncul dan suasana ade- gannya. Bila pada Sendratari gending-gending mengiringi gerak tari yang abstrak dan 'Sty lized', pada Drama Gong gen- ding itu mendukung gerak mak- nawi yang realistis. Maka mun- cullah gending-gending: dagang tuak, penunggang kuda, pem- bawa kursi dan sebagainya, yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Tentunya gen- ding-gending tradisional yang ada, sebagian masih terus dipa- kai terutama yang melukiskan adegan panangkilan (sidang), kesedihan, ketegangan, perke- lahian, perang dan sebagainya. Ciri lain yang membedakan Drama Gong dari dramatari yang terdahulu seperti Gam- buh, Topeng, Arja dan Sendra- tari ialah mengenai tatabusa- SENIN, 14 AGUSTUS 1989 bagai pementasan perdana dalam naskah ceritera. Menge- yang sukses, kemudian Drama nai akting pelaku Drama Gong Gong beralih ke ceritera- di dalam perkembangannya ceritera Panji yang sudah dike- mulai mendekati drama mo- nal luas dalam dramatari Arja dern (tidak usah berjalan keli- yang dapat dikategorikan seba- ling yang diselingi 'angsel' dan gai ceritera Pelipur Lara. Ke- 'tanjek') sedangkan akting para suksesan suatu Drama Gong sa- penakawan tidak berbeda de- ngat bergantung pada mampu ngan gerak-gerik Punta-Kartala tidaknya para panakawan mem- di dalam Arja (minus tarinya), berikan hiburan segar, karena baik mereka berperan sebagai sudah menjadi kebiasaan bah- parekan (abdi), penasihat, pela wa hiburan yang terbaik adalah wak maupun komentator. sesuatu yang bisa menyebab- kan orang tertawa terpingkal- pingkal. Mengapa ceritera yang bersumber dari babad Bali sa- ngat langka di dalam pementa- san, walaupun mengandung un- sur keksatriaan dan patrio- tisme? Drama Gong tidak mengguna- kan pakaian tari yang sudah baku, tetapi justru mengguna- kan pakaian adat atau upacara sehari-hari baik dalam bentuk payas/rias biasa maupun payas agung, kendatipun pengaruh payas Topeng masih tampak da- lam hal digunakannya "ba- dong" (tutup bahu) bagi: tokoh raja atau pangeran. Demikian pula pada payas permaisuri dan raja putri sedi- kit banyak masih membekas a- danya imbas busana tari Oleg Tambulilingan. Hanya busana panakawan pria dan dayang- dayang sudah mendekati pa- kaian adat masyarakat Bali se- hari-hari. Penampilan yang mencolok ialah tatarias muka (make up) pemeran prianya. Tokoh raja dan patih umum- nya memakai kumis dan cam- bang sesuai dengan usianya, se- dangkan tokoh panakawannya sering bermake-up secara ekst- rim dengan memulas mukanya dalam berbagai corak untuk da- pat memberikan ekspresi yang lucu. Pola tradisional pada Drama Gong masih dapat kita lihat di dalam penggunaan busana yang tidak pernah ber- yang dipahami. ganti, sama halnya dengan Arja, Topeng, Gambuh, walaupun suasana tempat dan adegan su- dah berubah; misalnya busana seorang di dalam adegan pe- nangkilan, kemudian pergi ber- buru ke hutan atau jatuh mela- rat tetap yang itu saja tanpa penggantian. Setelah ceritera Jayaprana dipanggungkan se- 1 Menurut anggapan tokoh- tokoh budayawan dikatakan bahwa di samping hal-hal yang konstruktif, banyak peristiwa di dalam babad menunjukkan kerawanan yang bisa mendisk- reditkan pihak-pihak tertentu yang dapat mengakibatkan ke- resahan sosial. Karena itu sam- pai dewasa ini tokoh-tokoh dra mawan Drama Gong lebih suka menjatuhkan pilihannya pada ceritera-ceritera Pelipur Lara, yaitu ceritera Panji dengan se- gala variasinya. Alur, plot dan tema ceritera masih berki- tetap a) Bahwa Drama Gong sudah melampaui masa transisinya menuju bentuk yang baku seba gai yang kita saksikan dewasa ini. termateri di dalam visi pengge- marnya yang tersebar luas di se- luruh Bali dengan mayoritas di daerah pedesaan. sar antara konflik rumah tangga b) Persepsi Drama Gong sudah kerajaan, disebabkan oleh mun- culnya istri muda (Liku) yang penuh daya pikat melalui sara- na guna-guna; disingkirkannya ahli waris (putra mahkota) dan raja putri yang sah ke dalam hu- tan dengan segala penderitaan- nya, sampai datangnya 'deus ex machina' penolong dari Tuhan yang berwujud 'Bapak Dukuh'. Konflik rumah tangga kera- jaan ini kemudian menimbul- kan berbagai konflik sosial karena adanya berbagai aparat kerajaan yang menjagoi pihak yang satu. Kendatipun jalan dan tema ceritera mudah dii- kuti serta mudah ditebak pe- nyelesaiannya (happy ending), penonton tetap tertarik dan a- syik mengikutinya berjam-jam. Daya tarik dan keasyikan itu terutama terletak pada peran panakawan yang kocak dan lucu yang merupakan 'conditio sine qua non' di dalam teater tradisi. Ternyata tokoh panaka- wan memegang peran yang ti- dak kalah pentingnya dengan tokoh atau persona yang ditam- pilkan sebagai pelaku utama di - 167 - Sering terlihat akting para panakawan yang bersifat kont roversial dan overacting, misal- nya sedih sambil melucu, marah sambil bergurau, cela-mencela antara sesama panakawan de- ngan tujuan pokok untuk dapat menimbulkan rasa humor atau untuk dapat memancing tawa penonton. Perkembangan Drama Gong di da- lam Masyarakat 101 X Setelah kita telusuri perkem- bangan Drama Gong mulai dari prototypenya sampai dengan segala peralihan dan peruba- hannya dari tahun ke tahun, da- patlah ditarik suatu hipotesa se- bagai berikut: Catatan Mendagri Rudini setelah bertemu dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengatakan, masalah intern hendaknya diselesaikan secara kekeluargaan, sedang ke luar sikap right or wrong my country (benar atau salah tetap bangsaku) tetap dipegang. c) Perubahan-perubahan apa pun yang terjadi di dalam Drama Gong akan cepat menim- bulkan reaksi serta evaluasi ☆☆☆ Tetap bersikap: yang benar dibenarkan dan yang salah disalahkan. Pelita V merupakan era mempergelarkan kualitas citra Polri dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat, agar lebih mantap memberikan partisipasinya dalam pembangunan nasional bagi kepentingan bangsa dan negara, kata Kapolri Jenderal Polisi Drs. Moch Sanoesi. yang tentunya berdasarkan sub- jektivitas masing-masing. d) Drama Gong dalam bentuk- nya yang sekarang ini tidaklah kebal dari pengaruh perubahan desa-kala-patra. Munculnya Drama Gong tidak sekali jadi, tetapi mengalami, berbagai bentuk perubahan terutama bila ditinjau dari penggunaan bahasa, dekorasi dan perlengkapan panggung yang diakibatkan oleh mulai masuknya alat-alat elektronik berupa tatacahaya dan tatasua- ra (light and sound system) yang menyemarakkan pentas. Pada mulanya dialog Drama Gong menggunakan bahasa 'gado-gado', bahasa Bali ber- campur Kawi malahan bebe- rapa sekaa Drama Gong pernah (Bersambung ke Hal X, Kol 6) Apalagi sekarang kita sedang berada dalam peralihan, suatu alih tahap pembangunan dan alih generasi. 33. & Pakar pedalangan dari STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Surakarta, Bambang Suwarno S Kar dalam ceramahnya mengungkapkan bahwa para dalang hendaknya diberi kebebasan untuk memilih sendiri pesan pembangunan, sesuai dengan bidang AS Jangan sampai jadi seni budaya paksaan yang memaksa orang tidak menontonnya. Bang Podijok 2910 SENIN, 14 AGU Persat Keberl Kupang (Bali Pos Kesatuan dan p merintah, keaman masyarakat merup U perl dara baik satuan utuh tak terp lam mencapai tuju ngunan, Bupati Alo 1 syara pun pem yang mer kan, dalam kunjunga awal Agustus ini di matan Alor Timur • bersama Wakil Ketu Alor serta Dandim terdapat dalam rom kepala dinas jawat paten. Bupati Drs. Hosea kil Ketua DPRD II djo dan Dandim 162 kol Inf. I Ngurah Ba masing-masing dala tannya menekanka. utama yang harus di dalam menjalanka ngunan menuju bangsa. Bupati Dally m persatuan dan ke- syarakatnya sebaga Orientasi Penc Senat Mal tidak Dilib Kupang (Bali Post) Ada gejolak dan belakang ucapan tang kepada para baru Undana, khusu siswa FKIP. Puncak ngan sidang panas tuntutan senat mah ma) FKIP (7/8) yang remehkan di mata universitas dengan batkan Sema dalam Ospek (orientasi kampus). Sebuah s dipimpin Ketua S Frans Lebu Raya d bulat berupa keko dak menerima taw bantu dekan III FKI ni Ospek hari kedua di tingkat fakultas Pembicaraan ya emosi mulai mun- Frans membuka p sembari menyodork undangan Panitia F Ospek tahun ini yan kepada PD III FKIP menyebutkan keten nat tanpa ada sep nyampaian terdah AN D Hubungi : P NEGARA Semoga Pemer berdasarkan PA Cita-cita Bangs DIRGAHA RE Semoga Pemer berdasarkan PA cita-cita Bangsa. dapat Hanya deng Dirgahayu CARD B Saksikan Color Rendition Chart HAMMER