Tipe: Koran
Tanggal: 2001-07-26
Halaman: 04
Konten
4cm WASPADA DEMI KEBENARAN DAN KEADILAN Harian Umum Nasional WASPADA Terbit di Medan sejak 11 Januari 1947 Pendiri: H. MOHAMMAD SAID (17 Agustus 1905 - 26 April 1995) Hj. ANI IDRUS (25 November 1918 - 9 Januari 1999) Pemimpin Umum: dr. Hj, Rayati Syafrin, MBA,MM Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: H. Prabudi Said Wakil Pemimpin Umum/Wapemred: H. Teruna Jasa Said Pemimpin Perusahaan: dr. Hj. Rayati Syafrin, MBA,MM Redaktur Pelaksana : Azwir Thahir, Sofyan Harahap Dewan Pelaksana Redaksi : T. Junaidi, Hendra DS, Edward Thahir, Muhammad Joni, Sumaharja Ritonga, Nurhalim Tanjung, Akmal AZ, Rudhy Faliskan. Alamat Kantor Pusat, Penerbit, Redaksi, Tata Usaha/Periklanan Jalan Letjen Suprapto/Brigjen Katamso No. 1, Medan 20151 Tel. (061) 4150858 (3 saluran), Faks: (061) 4510025 e-mail :waspada@waspada.co.id website: www.waspada.co.id Kantor Biro redaksi/Perwakilan Periklanan (1) Bumi Warta Jaya, Jalan Kebon Sirih Timur Dalam No. 3, Jakarta 10340. Tel. (021) 322216 Faks. (021) 3140817 (2) Perwakilan Waspada Jalan Ratu Syafiatuddin No. 21-C, Banda Aceh 23122. Tel. (0651) 22385 (3) Jalan Listrik No. 11, Lhokseumawe. Tel. (0645) 44208 Harga iklan tiap mm kolom Rp. 6.000 ukuran 42 mm. Penerbit PT Penerbitan Harian Waspada Komisaris Utama: Tribuana Said Direktur Utama: dr. Hj. Rayati Syafrin, MBA SIUUP: 065/SK/MENPEN/SIUUP/A.7/1985 tanggal 25 Februari 1988 ISSN 0215-3017 Percetakan: Percetakan Web PT Prakarsa Abadi Press, Jalan Letjen. Suprapto/Brigjen Katamso No. 1, Medan 20151, Tel. 6612681. Isi di luar tanggungjawab pencetak Tajuk Rencana Wapres Bukan Ban Serap Kesan pemilihan Wakil Presiden RI kemarin hanya bagi-bagi kekuasaan tidak perlu mencuat kalau Golkar tidak ngotot mencalonkan ketua umumnya Akbar Tandjung. Golkar khususnya Akbar Tandjung pantas dicap rakus kekuasaan, karena masih mendewakan posisi orang nomor dua (Wapres), padahal dia sudah menduduki posisi Ketua DPR. Secara hukum memang tidak ada yang bisa melarang Golkar mencalonkan kadernya, baik ketua umum maupun figur lainnya. Hanya saja mekanisme yang dibangun di Indonesia cenderung hanya ketua partai saja yang berhak dicalonkan. Dilihat dari etika, Akbar yang kini menjabat Ketua DPR rasanya pantas dicap ambisius. Alangkah elegannya kalau Golkar mempersilakan Hamzah Haz naik karena ketua umum PPP itu belum mendapat posisi sekarang ini. Apalagi sebelumnya Akbar sudah menyatakan tak mencalonkan diri. Jadi, tidak perlu harus bertarung di gelanggang dengan Hamzah Haz dan Susilo Bambang Yudhoyono. Idealnya, seorang Wapres diharapkan berasal dari parpol besar. Kalau PDI Perjuangan sebagai pemenang pemilu dengan 35 persen suara akhirnya dipilih menjadi Presiden, maka parpol dengan perolehan suara terbanyak kedua seharusnya mendapat kursi RI-2. Kalau ini yang dipakai, Akbar Tandjung lah figurnya, bukan Hamzah Haz. Tapi, karena Akbar sekarang sudah menduduki posisi Ketua DPR sehingga perubahan sikapnya sekarang ini cukup mengejutkan. Akbar memberi alasan, dia tidak bisa menolak desakan partainya. Akbar memang belakangan ini punya hubungan dekat secara politik dengan presiden terpilih Megawati. Dilihat dari sisi perkawanan, Megawati tentu akan memilih Akbar ketimbang Hamzah. Tapi, Mega tentu akan memikirkan masa depan et pemerintahannya. Mega bisa repot dibuat Akbar kalau rakyat yang menolak Golkar masih kental, seperti terlihat tadi pagi di Jakarta, ratusan massa menolak Akbar dan figur militer di posisi Wapres. Hingga saat ini, sosok Akbar masih belum bisa dihilangkan dari rezim diktator Soeharto, sedangkan citra militer sedang merosot dan dalam sorotan dunia internasional. S entimen positif pasar terhadap Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia, tampaknya masih terus berlanjut. Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah (terhadap dolar AS) terus menguat di bawah Rp 10.000 per dolar AS. Padahal sebelum Sidang Istimewa MPR, kurs rupiah tercatat Rp 11.300 per dolar AS. Kemudian sesuai pelantikan presiden baru, rupiah menguat menjadi Rp 9.859. Gubernur BI Syahrir Sabirin mempredik- sikan rupiah bakal stabil. Melihat perkembangan yang terjadi, potensi menguatnya rupiah di bawah Rp 9.000 atau bahkan Rp 8.000 per dolar ke- mungkinan besar tercapai. Potensi menguatnya rupiah terjadi karena optimisme pasar menilai perubahan kondisi politik dan keamanan yang kondusif. Di pasar modal, investor bersikap agresif melakukan pembelian saham sehingga transaksi saham BEJ berlangsung efektif. Tampilnya Megawati ke puncak kekuasaan RI 1 menggusur Presden Gus Dur dalam Sidang Istimewa MPR Senin lalu menyisihkan perkiraan buruk sebelumnya tentang kemungkinan terjadi nya kerusuhan atau huru-hara selama berlang- sung dan pasca SI MPR. Di sinilah peranan PDI Perjuangan menentukan sekali. Siapapun yang terpilih nanti tentulah atas dukungan suara PDI Perjuangan melihat ketatnya perolehan suara Hamzah Haz dengan Akbar Tanjung dan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, figur yang mampu melakukan lobi dan yang diyakini dapat meminimalisir terjadinya konfliklah yang bakal mendampingi Mega.+ Awal Baik Pemulihan Ekonomi Para investor asing sudah mulai memetakan kemungkinan investasi mereka dan para WNI etnis Tionghoa mulai kem- bali dari pengungsian mereka di Singapura dan beberapa negara lain. Pemilihan Wapres atau mencari pendamping Presiden Megawati menarik perhatian masyarakat. Mengapa? Kalau yang terpilih pas orangnya dan mampu bekerjasama dengan Mega bisa dipastikan kondisi Indonesia akan semakin kondusif. Sebaliknya, kalau yang terpilih tidak disenangi rakyat, apakah karena tokohnya berasal dari Golkar (Orde Baru) maupun dari latar belakang militer, maka situasi stabilitas politik dan keamanan sulit diprediksi. Dari dunia internasional, dukungan terhadap penetapan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI juga tampak respon yang positif. Sentimen positif pasar itu diharapkan semakin membesar Jabatan Wapres di era sekarang ini memang strategis. Sewaktu-waktu Presiden Megawati ber- masalah dan jatuh, sang wakil yang naik menggan- tikannya. Mega sudah membuktikan hal itu. Pengalaman di SUMPR dua tahun lalu perlu menjadi perhatian semua pihak. Sebab, antara Presiden dengan Wapres harus seiring dan sejalan. Di waktu itu, keduanya saling berkompetisi memperebutkan jabatan orang nomor satu. Apalagi yang kemudian terpilih Gus Dur, bukan Megawati yang meraih suara terbanyak dalam pemilu. Menurut hemat kita, tidak masanya lagi menjadikan jabatan Wapres hanya ban serap'yang fungsinya tidak menentukan. Apalagi tugas-tugas presiden kita di masa mendatang sangat berat. Justru itu, peranan Wapres harus dimaksimalkan untuk membantu kepala negara dalam mengatasi multikrisis yang sudah berjalan tiga tahun namun belum juga berlalu. Wapres terpilih harus mampu mempererat hubungan eksekutif dengan legislatif dan lembaga lainnya. Tidak seperti di masa pemerintahan Gus Dur lalu, semuanya dijadikan lawan. Adalah kewajiban seorang Wapres untuk bisa bekerjasama dengan Presiden Megawati. Untuk bisa bekerjasama, keduanya harus punya visi yang sama. Di sinilah peranan Presiden Megawati sangat besar dan tentunya menentukan. Hanya figur yang bisa bekerjasama saja yang terpilih. boom ekonomi seperti yang pernah dialami pada awal-awal tahun 1969. Akan tetapi, persepsi semacam itu juga diimbangi oleh sikap sangat hati-hati di kalangan pelaku pasar. Para analisis asing mengingatkan mitra mereka bahwa Indonesia masih harus dilihat beberapa bulan ke depan. Sebab, selama masa itu situasi krisis masih berlangsung dan kemungkinan apa saja bisa terjadi. Dari sisi makro, hal-hal yang segera bisa dilihat sebagai kendala pemulihan ekonomi adalah defisit neraca pembayaran yang masih besar, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang masih defisit, restrukturisasi perbankan yang belum juga tuntas, dan masalah utang luar negeri yang belum terpecahkan. Selain itu, juga menyangkut masalah stabilitas keaman- an dan kepastian hukum. Di sisi lain, kehati-hatian para pelaku pasar menyimak tanda-tanda pemulihan juga berkaitan stabilitas keamanan dan kepastian hukum, gerak- an protes atau demonstrasi para pendukung Gus Dur, serta program ekonomi yang akan dite- rapkan oleh pemerintahan baru Megawati. Perihal susunan kabinet baru serta isu nilai tukar ini tampaknya akan sangat menentukan, karena mempengaruhi anggapan pulih tidaknya perekonomian Indonesia. Anggapan itu selanjut- nya mempengaruhi persepsi investor asing dan negosiasi utang luar negeri. Maka tidak menghe- rankan, perhatian banyak orang lebih tertuju kepada pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS ini. Dengan menguatnya rupiah, sektor real yang banyak bergantung kepada bahan baku impor diperkirakan akan kembali bergairah. Selain itu, sektor perbankan juga akan terpengaruh dengan menurunnya suku bunga SBI. Dengan demikian kita merasa optimis bahwa krisis kepercayaan selama kepemimpinan Gus Dur yang tak becus, sehingga memperdalam jurang krisis multidimensi dihadapan bangsa ini akan segera dipulihkan oleh- kepemim- pinan Megawati Akankah rupiah terus menguat? Tampaknya jawaban atas pertanyaan ini masih harus me- nunggu beberapa hari lagi sampai terbentuknya kabinet baru koalisi dan mendapat legitimasi Gejala ini sungguh menggembirakan dan rakyat. Di sini rakyat sangat mewakili pasar. bisa merupakan awal yang baik bagi usaha pe- Apabila situasi politik tidak sesuai dengan mulihan perekonomian secara makro, Bergairah- aspirasi rakyat, apalagi jika muncul isu negatif, nya pasar pertanda recovery akan segera terjadi. bukan tidak mungkin kurs akan kembali ber- Semua pelaku pasar bersiap-siap mengantisipasi golak. * SUDUT BATUAH Presiden A.S George W Bush minta Presiden Megawati Soekarnoputri agar menunjukkan komitmennya terhadap kekuasaan hukum dan demokra si - Ada perasaan khawatir nampaknya nich sir, he...he...he *Suasana bursa kursi Wakil Presiden di lingkungan Gedung MPR/DPR dikabarkan dalam dua hari terakhir ini memanas - Biasalah biar nampak demokrasinya, he...he...he - Terasa berat kaki melangkah ya Gus, he...he...he Mantan Presiden Abdurrahman Wahid dikabarkan sudah berkemas-kemas pindah dari Istana Merdeka yang selama ini menjadi tempat tingga Inya wak doel KAMIS 26 JULI 2001 4 Jalan Terakhir "Menyelamatkan" Gus Dur Menyelamatkan Gus Dur dalam pengertian agar dia tidak tersesat semakin jauh ke dalam rimba pengembaraannya di dunia mimpi dan angan-angan, tidaklah berarti bahwa Gus Dur layak dinobatkan sebagai "guru bangsa". Sebab menempat- kannya pada posisi yang sangat mulia seperti itu terasa sangat berlebihan dan jauh melampui apa yang sepantasnya dite- rima Gus Dur sebagai seorang mantan presiden. Oleh Zainul Aryadi Kolumnis ejarah hidup KH Abdurrahman "Gus Dur" Wahid sebagai se- S orang presiden telah berakhir secara tragis. Dekrit pembubaran parlemen dan pernya- taan negara dalam keadaan bahaya yang dijadikan sebagai senjata andalan untuk menyelamatkan diri, terbukti cuma menjadi alat "bunuh diri yang sangat ampuh untuk segera menyudahi riwayat kekuasaannya yang sejak awal memang sudah sangat rapuh itu. Proses kejatuhan Gus Dur juga se- makin dipercepat oleh sikap pembang- kangan dan perlawanan yang ditunjukan dengan cara tidak mau bertanggungjawab di hadapan MPR atas tuduhan penyalahgu- naan kekuasaan yang dilakukan selama memimpin pemerintahan. Hari-hari men- jelang dan selama berlangsungnya SI MPR benar-benar menjadi hari-hari yang sangat mendebarkan dan menegangkan. Publik politik nasional dilanda kecemasan akan terjadinya huru-hara yang berdampak pada kekacauan yang semakin meluas ke selu- ruh pelosok nusantara. Betapapun besarnya kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi bangsa akibat pertikaian politik yang mungkin terjadi menyusul dilaksanakannya SI MPR yang telah memilih Hj Megawati Soekarnoputri sebagai presiden menggantikan KH Abdur- etelah melewati saat-saat yang mendebarkan, akhimya Mega- Oleh Ahmad Dayan Lubis Alumni IAIN Jakarta dan Peneliti di Pimansu S wati melalui Sidang Umum MPR- duduk sebagai presiden ke-5 RI. Peristiwa bersejarah itu terjadi 23 Juli 2001. Naiknya putri Bung Karno itu sebagai Presiden RI sangat menarik untuk dikaji, lebih- lebih jika hal itu dikaitkan dengan posisi ulama di tengah kancah pergolakan bangsa. Apalagi tiga hari kemudian, salah satu lembaga keagamaan terbesar di negeri ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) me- rayakan hari jadinya. Hemat penulis, memperingati hari jadi MUI kali ini semakin menarik, karena pada saat ini juga, tidak sedikit jumlah ulama yang menolak presiden perempuan, khususnya Megawati. Lalu bagaimana pula kiprah lembaga MUI yang ideal ke masa depan. Sehingga dengan demikian, lembaga MUI bisa memberikan kontribusi yang konstruktif demi merajut masa depan bangsa yang lebih berkeadaban. Salah satu butir pertemuan kiai Nah- dhatul Ulama (NU) di pesantren As-Shi- diqiyah, Tangerang bahwa presiden perem- puan ditolak. Walaupun ulama NU tidak menyatakan itu secara transparan seperti seharusnya cara ulama berkomunikasi- namun secara umum (mafhum mukho- lafah) bisa disimpulkan bahwa ada pe- nolakan terhadap Megawati. Penulis berkesimpulan demikian ber- pijak pada dua alasan. Pertama, forum silaturrahmi ulama NI tersebut membagi- kan buku yang di dalamnya berisi kontro- versi seputar kepemimpinan perempuan bertepatan dengan terjadinya gonjang- ganjing politik, khususnya terancamnya posisi Gus Dur. Padahal kita mengetahui, Gus Dur adalah seorang mantan ketua umum NU. Hal tersebut menjadi indikasi A nak adalah masa depan kita. Kepada anak-anaklah kita ber- harap akan masa depan bangsa ini. Anak adalah titipan Tuhan yang dimintakan tang- gungjawab kepada kita untuk membesar- kan, mendidik, memelihara, mengajari, serta menumbuhkembangkan bakat dan kreativitasnya. Kita dimintakan dapat membuatnya tumbuh sehat dan normal baik jiwanya maupun raganya, menjadi orang yang saleh, berpengetahuan, berke- terampilan, serta bermoral dan mempunyai akhlak yang mulia. Barangkali, baik yang mempunyai anak maupun yang tidak mempunyai anak, sepanjang masih tetap berkiprah normal dan waras, tidak ada satupun di antara kita yang senang, apalagi sengaja menyakiti dan membuat anak-anak menderita. Kita tentu tak tega melihat anak-anak tersiksa, kelaparan, tertekan jiwa, terbebani tekanan psikologis, mengalami trauma, korban kekerasan dan anak-anak rusak jiwanya, serta berbagai masalah dan perlakuan yang masih dan akan dirasakan oleh anak-anak di negeri ini. Namun pada kenyataannya dengan berbagai cara, berbagai tingkatan, berbagai sebab dan berbagai alasan, ribuan bahkan jutaan anak-anak di negeri ini menjadi korban akibat kerakusan, keserakahan, ambisi yang berlebihan, egoisme, kekeja- man dan kezaliman dari manusia-manusia dewasa yang dengan mengutamakan nafsu duniawinya dan kepentingan pribadinya maupun kelompoknya, telah gelap mata- nya dan telah tertutup hatinya untuk me- ngetahui dan menyadari akibat perbuatan- nya terhadap masa depan anak-anak di negeri ini. Trauma Berat Ribuan anak-anak di Kalimantan, di Aceh, di Maluku, dan diberbagai tempat lainnya di Indonesia telah mengalami rahman Wahid, namun fakta politik mem- buktikan bahwa keadaan yang sangat mencemaskan dapat diatasi dengan baik. Hal itu erat hubungannya dengan dukungan yang sangat luas terhadap pelaksanaan SIMPR untuk mengakhiri kekuasaan Gus Dur yang dianggap sudah tidak layak lagi memimpin negeri ini. Bagi Gus Dur dan para pendukung setianya perlu diingatkan agar dapat mene- rima kenyataan itu sebagai sebuah konse- kuensi dari proses demokrasi yang harus dilalui secara wajar. Betapapun pahit hasil yang diperoleh, tapi itulah risiko dari ke- pemimpinan Gus Dur yang penuh kontro- versi dan sarat kandungan bibit-bibit per- pecahan dan permusuhan yang berlang- sung justru di luar kontrol dirinya sebagai seorang presiden. Megawati, Ulama dan Krisis Bangsa Refleksi Hari Jadi MUI Ke-26 Meskipun begitu, sebagai seorang yang pernah memimpin negeri ini, sudah selayaknya Gus Dur ditempatkan pada posisi yang cukup terhormat di tengah- tengah masyarakat sebagai wujud dari kesadaran kolektif bangsa Indonesia untuk membangun kehidupan masa depan yang lebih beradab, demokratis dan berbudaya. Untuk itu, Gus Dur dan para pendukung setianya juga harus bisa menempatkan diri sebagai orang-orang terhormat yang tidak perlu secara membabi-buta dan me- ngorbankan orang banyak hanya untuk Oleh Zulkarnain Lubis Rektor Universitas Medan Area Sehubungan dengan pem- beritaan Harian Waspada, 25 Juni 2001 tentang kondisi jalan di Sumatera Utara yang umum- nya dikatakan dalam kondisi buruk, untuk itu kami ucapkan terima kasih atas informasinya. Untuk menanggulangi kon- disi jalan tersebut pihak Dinas PU Bina Marga Propinsi Suma- tera Utara dengan suratnya No- mor: 620/BM-BP/536/2001 tanggal 27 Juni 2001 yang ditu- jukan kepada Gubernur Suma- tera Utara, menjelaskan hal- hal sebagai berikut: kuat bahwa kiai NU menolak presiden perempuan (Megawati). Kedua, para ulama tersebut menolak SI dan menyatakan tidak sah serta meng- anggap SI MPR sama sekali tidak terkait dengan kepentingan negara dan bangsa. Itu artinya sekaligus penolakan terhadap Megawati, karena SI menjadi pintu masuk bagi Megawati untuk menjadi orang nomor wahid di negeri ini menggantikan Gus Dur Wahid. a. Secara umum program di sektor transportasi darat di arahkan pada peningkatan kua- litas jalan yang telah ada dan bukan untuk menambah ruas jalan. Sedangkan dana pemeli- haraan jalan dan jembatan di APBD Sumatera Utara tahun anggaran 2001 sebesar Rp 2.750.000.000 sangat kurang untuk memelihara jalan yang ada. Lalu bagaimana respon MUI? Menu- rut Din Syamsudin, sekretaris umum MUI pusat, tidak ada fatwa MUI yang melarang seorang Presiden RI berasal dari kalangan perempuan. Ia menambahkan bahwa per- nyataan itu tidak ada kaitannya dengan dukung-mendukung politik, tidak ada fat- wa MŨI yang melarang presiden perem- puan. Khusus dana peningkatan jalan dengan sumber dana APBD 2001 Rp 33.111.000.000 Sementara itu, salah seorang ketua MUI Umar Shihab menyatakan menolak berkomentar soal hukum perempuan jadi presiden. Ia menambahkan bahwa MUI tidak ingin terlibat dalam politik praktis. Karena itu MUI menolak berkomentar soal boleh tidaknya perempuan menjadi presiden dalam hukum Islam. Hal itu di- sampaikannya pada 18 Juli seusai menemui Megawati yang saat itu masih menjabat sebagai wapres. Tentu tidak mudah mencari konver- gensi antara statemen Din Syamsudin dengan statemen Umar Shihab. Jika Din Syamsudin menyatakan MUI tidak punya fatwa yang melarang perempuan menjadi presiden, dan itu tidak ada kaitannya de- ngan dukung-mendukung secara politik, tapi sesungguhnya ucapan itu pun sangat sarat nuansa politis. Menariknya lagi hal itu dikemukakan menjelang saat-saat yang diperkirakan SEMPR akan digelar. Sementara ketika Umar Shihab me- trauma berat karena "dipaksa" menyaksikan sendiri berbagai kekerasan dan kekejaman termasuk pengrusakan, pembakaran, pemerkosaan, sampai pembunuhan atas keluarga, teman. Bahkan menyaksikan pembunuhan sadis terhadap orang tua mereka sendiri ataupun mereka sendiri yang mengalaminya. Penderitaan anak-anak pada daerah- daerah tersebut ditambah lagi dengan mereka-mereka yang terpaksa harus kehilangan tempat tinggal, kehilangan kesempatan mendapatkan pendidikan, kehilangan dunia bermain, serta harus tinggal di tempat-tempat pengungsian dengan masa depan yang yang tidak pasti. Tentu saja segala penderitaan tersebut akan menjadi trauma yang akan merusak jiwa mereka seumur hidup, yang mestinya tidak akan pernah mereka alami jika nafsu keserakahan, ambisi kekuasaan, serta pertikaian antara orang-orang dewasa tidak terjadi. Semoga mereka-mereka yang bertikai yang katanya berbuat demi rekyat tersebut segera menyadari bahwa anak- anak tersebut berharap dan berhak untuk hidup layak. Mereka tidak tahu politik, mereka tidak mengerti kekuasaan, tetapi mungkin di benak mereka muncul per- tanyaan, kenapa mereka yang harus menjadi korban. mempertahankan kepentingan kekuasaan dan kebenarannya sendiri. Di samping anak-anak yang menjadi korban kekerasan akibat konflik para orang dewasa, kita juga menyaksikan kejadian lain di mana anak-anak menjadi korban akibat ambisi orang tua serta upaya eksploi- tasi tenaga anak-anak untuk kepentingan orang-orang dewasa. Kita mungkin sering menjumpai anak-anak yang harus berhujan dan ber- panas di pinggiran jalan, di lampu-lampu merah, di pasar-pasar, atau di tempat-tem- pat lainnya. Anak-anak harus bekerja baik sebagai pengemis, pengamen, penjual Barisan para pendukung Gus Dur hendaknya dapat memahami bahwa se- buah proses konstitusi-dengan berbagai kekurangan dan kelemahannya telah menghasilkan sesuatu yang terbaik buat rakyat, bangsa dan negara. Maka potensi disintegrasi dan kekacauan politik nasional yang mungkin meledak pasca kepemim- pinan Gus Dur, dapat dihindari dengan baik sehingga tidak menjadi malapetaka bagi perjalanan sejarah Indonesia di masa depan. Kesimpulannya, ulama niscaya me-, ngerti politik, tetapi menahan diri menjadi politis. Ulama harus mengerti peta politik, tetapi tak usah masuk dalam salah satu pulaunya. Ulama adalah hembusan udara yang membawa kesegaran dan kesejukan ke seluruh pulau-pulau menuju pulau abadi. Ada kecelakaan sejarah dan suatu kekeliruan ketika ulama memasuki gelang- gang politik. Atribut ulama pun menjadi kabur karena, faktanya politik itu masih penuh tipu muslihat. Jika syahwat politik terus menggoda ulama, akhirnya simbol ulama yang sakral dan amat dihormati akan pudar seiring dengan makin dalamnya tusukan ke wilayah politik. Ulama yang sebenarnya memayungi seluruh pulau- Meminjam sentilan KH Zainuddin MZ dalam berbagai kesempatan ceramah- nya bahwa tatkala ulama telah meninggal "Trumahnya, laksana harimau meninggal- kan hutan. Jika ia berada di hutan, tentu ia seorang raja yang dihormati. Tapi ma- nakala ia telah keluar dan masuk wilayah manusia, apalagi sampai masuk kebun binatang, maka ia akan menjadi tontonan." Karenanya, hemat penulis, tantangan terbesar ulama ke masa depan adalah ba- gaimana mereformasi lembaganya serta memikirkan pola sistematis kontribusi untuk mengatasi krisis bangsa yang belum kunjung usai. Dan tidak ada tipologi yang paling teruji dalam sejarah keulamaan, selain masuk pada wilayah kultural. Dalam bahasa sekarang ini adalah melakukan penguatan civil society. Ulama dan Penguatan Civil Society Setelah sekian banyak ulama terseret dalam arus politik, bahkan sampai mempe- ngaruhi orientasi para pengikutnya, yang tersisa kini tinggal sedikit. Mereka adalah orang-orang yang tetap setia di jalur kultu- ral. Yaitu mereka yang selama ini seperti diuraikan Muhammad Arkoun, seorang pemikir Aljazair yang menjadi dosen di Sarbone University memikirkan hal- hal yang tidak dipikirkan (fakkara ma lam yufakkar fihi). Potret Suram Anak-anak Indonesia Di Era Millenium serta bentuk kegiatan lainnya yang dapat dianggap sebagai 'eksploitasi' orang dewa- sa terhadap anak-anak demi untuk meme- nuhi ambisinya untuk memperoleh uang dan segala bentuk kebendaan lainnya. di rumah kita. Tentu saja tidak setiap saat dan semua orang tua mempunyai waktu yang cukup untuk mengontrolnya. Ini semua tentu saja akan berdampak terhadap perkembangan jiwa anak-anak kita, seperti meniru-niru apa yang mereka saksikan di televisi, sehingga mereka mela- kukan perbuatan yang tidak boleh ataupun yang belum saatnya mereka lakukan. Jika anak tersebut berbakat dan ke- giatan yang dilakukan semata untuk me- mupuk bakatnya, mungkin masih dapat dimengerti, namun banyak di antara anak- anak tersebut yang sebetulnya "pantas dikasihani" karena dengan kemampuan yang seadanya dipaksakan tampil dengan segala pakaian, atribut dan asesoris yang menyerupai orang dewasa. mereka memiliki pendirian sendiri. Engkau dapat memberi pijak bagi raganya, tapi tidak bagi jiwanya, lantaran jiwa mereka ada di masa datang, yang tidak bisa engkau capai sekalipun dalam mimpi. Engkau boleh berusaha mengikuti alam mereka tapi jangan mengharap mereka dapat me- ngikuti alammu, sebab hidup tidaklah surut ke belakang, tidak pula tertambat di masa lalu..." Kita kadang-kadang berpikir, apakah orang-orang dewasa yang menangani anak-anak tersebut dapat membagi waktu yang cukup bagi anak-anak itu untuk me- nikmati dunianya seperti belajar, bermain, istirahat dan lain-lain. Kita juga tidak yakin, di antara sebegitu padatnya acara show, tour, shooting dan rekaman, apakah masih ada waku bagi mereka untuk menikmati dunianya. Harus Diselamatkan Marwah dan martabat Gus Dur se- bagai salah seorang tokoh yang pernah lahir dan besar di negeri ini dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, harus. diselamatkan dengan menempuh jalan yang mungkin bisa dilakukan. Maksudnya, tidak lebih hanya sekadar menghormati seseorang yang pernah berjasa bagi rakyat, bangsa dan negara. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat betapa besar dosa kolektif yang ditanggung oleh bangsa In- donesia kalau setiap akhir jabatan seorang presiden harus menerima semua cercaan, hinaan atau hujatan yang melampaui batas- batas kepatutan. Sudah saatnya sekarang kita mening- galkan kalangan elite politik dan mereka yang menyebut diri sebagai pemimpin agar dapat melihat setiap persoalan dengan pandangan yang bersih dan jernih. Dengan demikian, sejarah kelabu kehidupan politik b. Untuk jalan lintas Suma- tera di kawasan antara Tebing Tinggi-Asahan telah dianggarkan program pemeliharaan rutin paket Tebing Tinggi sampai Simpang Kawat dengan total biaya Rp 729.475.000 dari dana APBN 2001. nyatakan MUI menolak berkomentar ten- tang boleh tidaknya perempuan jadi presiden, juga bermuatan politis, sarat dengan nuansa politik dan keluar tatkala posisi Megawati untuk menjadi presiden belum sekuat ketika Din Syamsudin mengeluarkan statemennya. Artinya, keengganan Umar Shihab berkomentar tentang posisi perempuan sebagai presiden sebenarnya tidak sesuai dengan ciri ulama yang punya ketegasan sikap berdasarkan ilmu pengetahuan yang mereka punyai. Artinya, sikap tidak berkomentarnya itu pun bagian dari sikap politik. Dalam hal inilah, penulis melihat telah terjadi kerancuan wacana bahkan lebih jauh, ulama yang dalam hal ini refresentasi- nya MUI telah pindah rumah tanpa mereka sadari, dan itu menurut penulis sudah sejak lama. Ulama yang seharusnya menjadi pelita umat atau cultural brojker (makelar budaya) menurut istilah Clifford Greetz, masuk ke wilayah struktural (politik praktis). Penulis memandang bahwa fenome- na itu sudah sejak lama, mengingat hal- hal seperti itu sudah terjadi di masa orde baru Soeharto. Semasa orde baru tidak sedikit ulama yang "dibeli" pemerintah menjadi pilar penyangga kekuasaan. Me- reka diberi fasilitas, akses ke gelanggang politik, maupun bantuan materi langsung, paling tidak diberikan rasa aman. Penulis masih ingat bagaimana para khatib diberi- kan jubah kuning. Kendatipun itu hanya lembaran kain berjahit, tapi mengapa harus kuning, sesuatu yang asing dengan tradisi keagamaan (Islam) dan nyatanya memang ada maknanya. Sejarah Persentuhan Ulama dengan Politik Sebenarnya persentuhan ulama de- ngan politik bukanlah barang baru yang a historis dalam lanjutan sejarah bangsa. Di masa orde lama, ulama berperan aktif dalam kegiatan politik praktis (NU, Masyu- mi, PSII dan lain-lain). Para ulama yang memang memiliki basis sosial yang po- koran, pedagang asongan, penyemir sepatu, pengangkut barang dan pekerjaan-peker- jaan lainnya demi untuk menutupi kebutuh- an orang tuanya, bosnya, ataupun orang dewasa lainnya. Jika anak-anak tersebut berbuat secara tulus untuk membantu orang tuanya yang sedang sakit, sudah tua, ataupun sudah tidak sanggup bekerja lagi, mungkin masih dapat dimaklumi, tetapi banyak di antara mereka yang menjalaninya dengan terpak- sa dan akan mendapatkan perlakuan kasar, jika mereka pulang tidak membawa uang yang cukup. Selain mereka yang terpaksa bekerja di bawah pantauan dan perintah orang dewasa termasuk orang tua mereka, banyak juga di antara anak-anak tersebut yang bekerja atas kesadaran sendiri yang diaki- batkan oleh kemiskinan, namun mereka ingin bangkit dan keluar dari kemelaratan tersebut. Pekerjaan mereka tidak berbeda de- ngan apa yang dilakukan orang dewasa, serta bekerja di berbagai industri kecil dan industri rumah tangga, menjadi penarik becak, tukang cuci mobil, hidup di jermal di tengah laut dan lain-lain. Kita patut salut dan hormat kepada mereka, namun banyak di antara mereka ini yang tidak mendapatkan penghasilan sebagaimana seharusnya mereka terima, serta kurang mendapatkan perlindungan atas perlakuan yang mungkin saja merugi- kan mereka baik secara fisik maupun non fisik. Selain itu, mereka juga jarang menda- patkan bimbingan baik bimbingan untuk mengelola penghasilannya maupun meren- canakan masa depannya. Suatu hal yang seharusnya menjadi perhatian kita, karena bagaimanapun juga mereka juga adalah anak-anak kita yang juga penerus generasi kita. dan kemelut kepemimpinan nasional yang berlangsung dalam beberapa tahun terakhir ini bisa dijadikan pelajaran sangat berharga untuk menggugah kesadaran tentang perlunya membangun etika dan moralitas dalam kehidupan politik, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Persoalan etika dan moralitas me- mang sudah terlalu sering diperbincangkan sebagai sesuatu yang sangat diperlukan, terutama untuk kalangan pemimpin nasio- nal yang saling bertikai. Akibatnya, dari mulut para politisi kita sangat mudah keluar sumpah serapah dan menyalahkan masa lalu ketika harus dihadapkan pada tugas- tugas kenegaraan yang tidak mampu dise- lesaikannya. Eksploitasi Anak Selanjutnya, pemanfaatan tenaga anak untuk kepentingan orang dewasa, secara hakiki tidak berbeda jauh dengan anak- anak yang "terpaksa" harus menjadi pe- nyanyi, bintang iklan, pemain sinetron, Itulah sebabnya kita tidak perlu heran ketika menyaksikan para politisi yang ber- tarung di panggung politik nasional ternyata hanya mampu bermain dengan kata-kata tanpa pernah memikirkan apakah kata- katanya itu memiliki dasar pijakan logika yang kuat, atau cuma kamuflase untuk mengelabui massa. Kegagalan dalam me- manfaatkan kekuatan otak dan logika itulah yang menyebabkan Gus Dur dan para pendukung setianya semakin jauh tersesat dalam memahami keberadaan diri dan lingkungannya. Untuk banyak hal, kejatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenan terutama disebabkan karena fanatisme para pengi- kutnya yang terlalu mengagungkan Gus Dur melebihi dari kapasitasnya sebagai manusia biasa. Kesetiaan membabi buta tensial diarahkan pada kepentingan politik, agaknya kesemsem syahwat politik. Sejarah mencatat, pada pemilu 1955, Masyumi dan NU menjadi partai peme- nang II dan III setelah PNI. Khusus untuk NU, jika kita sepakat dengan istilah NU kultural dengan NU polítik, maka NU politik itu pun memiliki landasan historis yang cukup kuat. Masalahnya adalah me- reka pernah gagal dengan eksperimen politik dan kini tidak berlebihan kalau dikatakan, gagal maning-gagal maning. Jika warga NU khususnya sepakat dengan ungkapan, "sejarah dan pengala- man adalah guru yang paling bijaksana," maka dua kali kegagalan tersebut menis- cayakan NU berpikir, wadah itu tak jodoh dengan politik. Dalam konteks NU kultural dengan NU politik, maka NU kultural- lah yang lebih punya masa depan. Masa- lahnya adalah apakah kita mau belajar secara sadar dari sejarah masa lalu? Namun ulama yang a politis juga tidak sepenuhnya menguntungkan bagi bangsa. Sehingga yang dinantikan adalah ulama- ulama yang mengerti politik (melek politik) tetapi bukan politikus. Sejarah ulama di masa orde baru menjadi saksi paling serius bagaimana dan apa jadinya ketika ulama a politis, baik secara wawasan maupun secara sikap. Namun yang mengkhawatirkan kita justru aspek psikologis yang terjadi pada anak, yaitu anak-anak tersebut menjadi terlalu cepat "matang", sehingga tingkah laku, cara berbicara, cara berpakaian, cara bergaya dan cara berperilakunya menjadi Penjelasan Pempropsu dialokasikan untuk menangani garan 2000. Tentang Kondisi Jalan dan fungsionalnya sepanjang Deli Tua-Tiga Juhar, kondisinya PUAN jalan efektif sepanjang 81.95 km e. Ruas jalan propinsi jurusan 1495,95 km. Dana pembangunan jalan efektif sepanjang 7.0 km dan fungsionalnya sepanjang 67,0 dialokasikan sebesar Rp 5.700. 000.000. saat ini tidak cukup baik. Dari sepanjang jalan 30,26 km, sekitar 19 km kondisinya baik sedangkan sisanya sepanjang 11.26 km dalam kondisi rusak. Dana yang diper- lukan untuk membiayai pening- katan jalan tersebut sebesar Rp 4.500.000.000. Kepala Biro Humasy Drs Sakhyan Asmara Pembina Tingkat I NIP 131408633 dan mungkin saja kesukaannya pun sudah merupakan omongan perbuatan dan kesu- kaan Mungkin iklan produk dan televisi yang dimainkan oleh anak-anak yang ber- tingkah sebagai orang dewasa adalah meru- pakan contoh terlalu cepatnya anak-anak menjadi "dewasa". Hal tersebut dapat terli- hat seperti pada iklan anak-anak yang ber- akting sedang berpacaran, bersaing mere- but perhatian lawan jenis, memeluk, me- rangkul dan mencium lawan jenisnya se- perti contoh-contoh lainnya. Merusak Perilaku Anak Fenomena televisi sebagaimana di- singgung di atas, dirasakan banyak meru- bah perilaku dan jiwa anak-anak. Di antara sekian banyak acara di televisi, yang masuk ke rumah-rumah kita, banyak di antaranya yang tidak sepatutnya ditonton oleh anak- anak, tetapi tetap saja menghiasi televisi Surat Pembaca dan kepatuhan yang membunuh rasionali- tas pada gilirannya hanya akan menjerem- babkan banyak orang untuk mengingkari kenyataan yang dihadapi. Padahal bumi yang dipijak dan langit yang dijunjung bukanlah berada dalam dunia mimpi dan angan-angan. Itulah se- babnya, segala macam ilusi dan obsesi tentang kedekatan hubungan manusia dengan Tuhan haruslah senantiasa ditem- patkan pada pemhamaman yang benar dan realistis mengenai keterbatasan manu- sia dalam kehidupannya. Melalui siaran pers ini, Pe- juang Amar Ma'ruf Nahi Mungkar (PUAN) tegaskan dan penjelaskan bahwa pernyataan dan kecaman PUAN tentang penangkapan ang- gota KBMK-GAM yang dimuat harian Waspada (23 Juli 2001) adalah pernyataan fitnah yang mengatasnamakan PUAN untuk kepentingan pribadi dan golong- annya. Tgk Hidayatullah selaku Sekjen menangkap Jubir PUAN sinya sangat parah yang terdapat itu sendiri tidak pernah menge- di 12 lokasi. Sedangkan dana yang tersedia pada tahun anggaran 2000 hanya sebesar Rp 570.000.000. Sehingga pelaksanaan perbaikannya diprio- ritaskan untuk jalan yang kondi- c. Penangganan ruas jalan Ta- rutung-Sipirok yang pada tahun 2000 mengalami bencana alam longsor di beberapa lokasi seperti Guna menangani kerusakan luarkan pernyataan apapun sebe- di Desa Aek Latong Lalong, telah jalan tersebut pada tahun anggar- lumnya mengenai masalah di atas. diprogramkan penanganannya melalui program Sumatera Re- an 2001 telah dialokasikan dana Harap diingat bahwa PUAN hanya semata-mata berlindung sebesar Rp 1.150.000.000, dari AP- gion Road Project TA 2001 dan saat dan tunduk pada hukum Allah BD Propsu dengan panjang efektif ini telah sampai pada tahap pele- dengan pedoman Al Quran dan 4,0 km. Dijelaskan bahwa keru- langan. Hadist serta ijma'ulama. Terlepas sakan jalan pada ruas tersebut d. Mengenai pembangunan adalah akibat adanya pengambil- dari segala sebab-musabab yang jembatan Idano Site juruan Miga- didasari pada hukum duniawi Lolowau Kabupaten Nias telah yang direkayasa manusia se- dilaksanakan pada 1999/2000 dan hingga terjadi penggrebekan ter- tahun anggaran 2000. Namun da- nanya tidak dapat terealisasi pada hadap delegasi GAM di Hotel Kuala Tripa. Bagi PUAN, dengan TA 1999/2000, akibat keterlam- tidak mengucilkan GAM dan batan pencairan dana, sehingga membenarkan perlakuan TNI untuk pembayaran fisiknya ter- paksa diluncurkan ke tahun ang- Polri namun penangkapan terse- but memberikan hikmah tersen- an bahan galian C pada lokasi se- kitarnya, dan tonase truk yang mengangkut bahan galian Ccen- derung melebihi berat yang diizin- kan. Sudah Cukup Cerita tentang kegagalan Gus Dur dalam memimpin negeri ini sebagai se- orang presiden yang dipilih dalam sebuah proses yang sangat demokratis, rasanya tidak perlu lagi diperpanjang karena hanya akan memperdalam luka yang telah dito- rehkan Gus Dur dalam dinamika politik dan perkembangan demokrasi di tanah air. Seluruh aktivitas Gus Dur sebagai seorang presiden sudah cukup untuk mem- buktikan bahwa mantan Ketua Umum PB NU itu memang tidak layak untuk tetap dipertahankan dalam jabatannya. Kenyataan itu harus dapat diterima dengan ikhlas oleh Gus Dur dan para pen- dukungnya, sehingga tidak diperlukan lagi adanya perlawanan. Dengan demikian, mungkin masih terbuka jalan terakhir untuk menyelamatkan Gus Dur agar bisa ditem- patkan pada posisi yang cukup terhormat di luar jabatan formal pemerintahan dan kenegaraan yang digelutinya selama ini. Tulisan harus ditandatangani dan disertai fotokopi KTP atau tanda pengenal lainnya. Benar dan objektif. Maksimum 1 folio, 2 spasi/Artikel maksimum Bantahan Kecaman pulau, akhirnya akan terpojok di sudut pulau-pulau kecil nan gersang. Ulama tidak lagi memompakan wangi keabadian, melainkan wangi kepalsuan dari botol- botol parfum tiruan. Penulis tidak tahu, apa barang kali, ke depan apa yang disinyalir Kuntowijoyo dalam buku terbarunya "Muslim Tanpa Masjid" akan menjadi kenyataan. Dalam salah satu esainya di buku itu, Kunto ber- pendapat, genre (golongan) ulama nantinya akan tinggal sebagai sejarah. Ulama tidak lagi menjadi fakta sosial. Menurut Kunto, salah satu penyebabnya adalah karena ulama banyak yang meninggalkan rumah- nya atau habitatnya. Selain itu, rayuan yang jorjoran dari produsen terhadap anak-anak berupa iklan yang cenderung melebih-lebihkan manfaat ataupun kenikmatan yang diperoleh dari produk yang ditawarkan, juga rasanya kurang etis dan cenderung mengarahkan anak-anak menjelma menjadi manusia yang konsumtif dan dalam membeli barang pun tidak didasarkan atas keperluan lagi, tetapi hanya karena nafsu belanja semata. Akibat dari jejalan acara televisi, ba- nyaknya bacaan yang kurang mendidik, anak-anak akan menjadi malas belajar, malas berkreasi, malas beranjak, dan ter- masuk malas untuk turut mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Pemaksaan terhadap anak yang mem- buat dirinya merasa tertekan juga dapat saja kita temui di rumah-rumah gedongan dan di dalam keluarga yang kelihatannya tanpa masalah. Begitu banyaknya orang tua yang memaksakan kemauannya ter- hadap anak-anaknya serta orang tua yang menyalurkan ambisinya melalui anak- anaknya. Anak yang harus masuk ke sekolah atau bidang yang diinginkan orang tuanya; anak dipaksa harus menjadi juara ataupun mendapatkan rangking terbaik, tanpa mem- perlihatkan kemampuan si anak; anak di paksa belajar menari, menyanyi, ataupun menjadi olahragawan, tanpa memperhati- kan bakat dan kemauan si anak, adalah beberapa contoh bentuk 'intervensi orang tua terhadap anaknya yang banyak berakhir pada kegagalan si anak. Mestinya para orang tua menyadari hak si anak untuk masa depannya sendiri, dan orang tua hanya sekadar mengarahkan sebagaimana dikatakan oleh Khalil Gibran bahwa "...Engkau dapat memberikan kasih sayangmu, tapi tidak pendirianmu, sebab diri bagi masyarakat Aceh. Hikmah yang sangat besar an- tara lain yang didapatkan masya- rakat dari penggrebekan tersebut adalah sebuah jawaban yang selama ini diragukan rakyat Aceh kepada para perunding beserta fasilitatornya HDC jadi kenyata- an. Serta semua pertanyaan rak- yat tentang apa sebenarnya yang terjadi dan dapat diharapkan dari mereka di Hotel Kuala Tripa ha- nya isapan jempol belaka. Sebalik- nya apa yang diemban oleh masya- rakat kini adalah sebuah keaiban yang sangat memalukan, sekali- gus merupakan pelecehan terha- dap seluruh komponen masyara- kat Aceh yang dikenal Islami. Sebenamya, kalau saja Gus Dur dapat mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden dengan cara ksatria dan beradab tanpa harus melakukan "bunuh din politik dengan mengeluarkan dekrit pembubaran parlemen, posisinya mungkin bisa disetara kan dengan Soekarno, Soeharto dan BJ Habibie yang secara arif dan bijaksana dapat menghormati MPR sebagai pengem- ban kedaulatan rakyat yang mengangkat dan memberhentikannya. Dengan segala fasilitas trans- portasi dan akomodasi yang sa- ngat memuaskan, serta gaji Rp 16 juta setiap bulannya, sehingga membuat para delegasi lupa de- ngan misi yang diemban dan diti- tipkan oleh rakyat mereka yang selalu dan terus diburu serta sa- ngat sengsara di lapangan. Betapapun pahit namun harus tetap dikatakan, bahwa pola sikap dan tingkah laku politik Gus Dur sangat tidak pantas untuk mendapat kehormatan sebagai "guru bangsa". Tapi sebaliknya membawa Gus Dur ke pengadilan untuk mempertang- gungjawabkan perbuatannya, rasanya jugar terlalu kejam. Jalan terakhir untuk "me- nyelamatkan Gus Dur adalah menempat- kannya sejajar dengan para mantan siden RI sebelumnya, dengan segala ke- lebihan dan kekurangannya masing-ma- sing. Itupun tergantung dari kelakuan Gus Dur dan para pengikutnya di hari-hari mendatang. Wallahu a'lam bisshawab. Kemana hati nurani tengku- tengku, sehingga tega mencari kesenangan dengan gambar-gam- bar pornonya serta berfoya-foya Hemat penulis, ke depan MUI niscaya merancang blue print yang bisa meng- godok ulama sebagai cultural broker, bahkan lebih, sekaligus menularkannya secara intens kepada yang lain. Karena para pemimpin akan lebih aman, mudah dan komunikatif jika memimpin orang- orang yang memiliki kesadaran kultural yang dalam ketimbang mereka yang sarat dengan orientasi politik. Karenanya, ke depan MUI di setiap daerah perlu menciptakan basis-basís kultural dan pemikiran secara merakyat. Perlu ada lembaga-lembaga kajian yang serius yang melakukan uji coba di labora- torium yang sesungguhnya, yaitu masyara- kat. Sangat disesalkan jika MUI hanya berkutat pada acara rapat-rapat dan hadir dan mendoa di setiap undangan dan acara, sementara lemah dalam memproduksi wacana penguatan keumatan." Dalam hal inilah, penulis menilai perlunya redefenisi ulama. Kalaupun tidak secara antrophologis, melainkan dalam pola kerja dan kerjasama. Dengan kata lain, ketika ulama ingin memproduksi wacana keumatan, ia juga perlu melibatkan pihak lain, karena barangkali, pihak-pihak lain itu, walau tidak dikategorikan sebagai ulama, tetapi memiliki karakter ulama. Karenanya, sikap konsisten alias isti- qomah menjadi keharusan. Rayuan syah- wat politik, walau datang mendayu-dayu perlu ditepis dan lebih penting lagi, ulama pernah gagal berulangkali mengaturnya. Bangsa ini sesungguhnya sangat menanti- kan kesejukan 'napas' ulama di tengah gersangnya arus kehidupan. Seperti harapan Megawati. Ia berha- rap agar ulama menjadi pembina men- tal masyarakat, pengayom bangsa dari ancaman tercabik-cabik dan pelita kehi- dupan. Ulama perlu membimbing masya- rakat memiliki sifat sabar, taat pada ajaran agamanya dan anti kekerasan. Akhirnya, selamat ulang tahun MUI ke-26. Semoga bangsa ini ke masa depan akan merasakan kehadiranmu dalam damai bersama.* Di samping pemaksaan orang tua, banyak juuga orang tua yang tidak menya- dan perkembangan jiwa anaknya dan lupa mengajari nilai-nilai budaya bangsa kepada anak-anaknya, sehingga anak-anak menja- di lebih menyukai budaya, makan serta segala yang berbau" kebarat-baratan. Banyak anak-anak kita yang sudah kehilangan bagaimana bersikap dan berso- pan santun terhadap orang tua. Banyak anak yang lebih sering diasuh pembantu daripada orang tua. Banyak anak yang hanya dibesarkan dengan materi. Mereka tidak diajari lagi bagaimana agar mencintai kerja keras, lebih senang santai dan hura- hura, materialistis, konsumtif, serta cen- derung lebih individualistis. Anak-anak ini banyak yang sudah meninggalkan budaya tolong-menolong. meninggalkan sikap peduli terhadap orang lain dan lingkungan, serta meninggalkan sikap toleran dan ramah. Kesemuanya ini mereka jalani dan ikuti tentu saja meniru apa yang kita laku- kan sebagai orang tua mereka, yaitu orang- orang yang sudah kehilangan identitasnya, orang-orang yang serakah, egois, tidak mau tahu dengan orang lain. Tega menya- kiti orang lain, materialistis, pintar menyogok dan disogok, bekerja dengan pamrih, serta berbagai sifat lainnya yang sebenarnya berlawanan dengan budaya kita. Semua ini adalah masalah kita yang patut menjadi bahan renungan, namun bukan hanya sekadar renungan, tapi untuk diatasi bersama, jika kita masih berani mengatakan sebagai makhluk dewasa yang sekaligus orang tua dari anak-anak In- donesia. 5 halaman folio di atas penderitaan rekan seper- juangan dan rakyat yang mende- rita kehilangan nyawa dan harta benda. Masya Allah. setiap perundingan sangat tidak Hasil yang diperoleh dari sebanding dengan kesenangan dan keuntungan yang didapat oleh pribadi para perunding ter- sebut. Sementara GAM itu sen- diri di lapangan harus hidup sengsara di hutan rimba serta masyarakat tetap menjadi tum- bal dan penanggung derita. Ma- ka tidaklah berlebihan kalau kini dianggap merekalah sebe- narnya pengkianat bangsa. Dalam hal ini, ultimatum atau ancaman Tgk Abdullah Syafe'i untuk membuat kejutan bila mereka tetap tidak dilepas- kan, sangat tidak beralasan dan PUAN harapkan agar tidak ter- jadi dan dicabut kembali. Karena rakyat sudah cukup kecewa de- ngan hasil yang diberikan oleh para delegasi sehingga kini de- ngan lagi ditambah dengan pen- deritaan yang harus diterima dari ulah dendam amarah ma- nusia. Juru Bicara Tgk Hidayatullah Color Rendition Chart Sep Pemukim Dua, Pidi arus air s Pemu SIGL persawah. ada di Ka keganasan penghujan Puluh lagi kare menghala jalan, jem keganasan Ribuar pemerinta puluhan n di Pidie, k dihantam W PEUL Kecamata masyarak Peudada M Danra Waspada m itu juga pil mengevak divisum. Sesuai kelahiran pekerjaan Pasi Kecar Di Acel SABAL uang pals Jusmanazi Dalam sosialisasi Walikota Sa uang palsu Terbukti pa Aceh dijum palsu. Pere mencetak, t ia pegang it Dia tida menerima s Sampai saat yang menge SMK LHOKS Kejuruan N Kecamatan kemarin nya Sekolah dibangun ta bensin oleh k bahagian be Api berk malapetaka Rape ТАРАКІ bekerja di be mengeluh kan gaji sejak Jar Sementar daerah telah sesuai dengan Sejumlah Sabtu (21/7) n tersebut meru dananya. (b0 lalu. Peri SINGKIL Bhakti Adhya Minggu (22/7) Peringatar sederhana da pemberian bin kejaksaan oleh For LANGSA menjadi kta m makan anak ya Ketua Foru pelaksana Haj mengatakan, r ditetapkan UL oleh pemerinta daerah ini. Menurut S sudah cukup lan menjadi kota. pembangunann Dengan kot Sakhyar, siapap Langsa sebaga damai dan har NI MU P.T. Jl. Jend HUBUNGI D Medan: Km 3,5, Com Telp. (0751)
