Tipe: Koran
Tanggal: 1997-02-28
Halaman: 08
Konten
Jumat, 28 Pebruari 1997 Menelusuri Pesona Alam di Kabupaten Langkat Oleh Yuspiq Helmi Lubis PESONA hutan di Kabupaten Langkat merupakan bagian dari keindahan alam nusantara yang menyimpan ratusan jenis kehidupan flora dan fauna. Secara historis sejak tahun 1928 di Aceh Barat sudah ada kawasan hutan suaka margasatwa. mental yang kuat, karena mereka lebih memusatkan perhatian ke pada pelajaran-pelajaran sekolah tanpa memperhatikan bahwa kekuatan mental merupakan hal sangat penting dalam mengarungi semakin kehidupan yang kompleks ini. mamalia. Ada sedimen bebatuan yang mengandung kristal Andesit, gamping glaukonik, kriptokristalin maupun batubara dan antrasit. Lalu, untuk melatih kekuatan mental anak-anak di bawah usia 14 tahun, pada waktu-waktu tertentu Hiroo Onoda membawa para remaja ke berbagai sungai, pegunungan dan hutan belantara. Dalam perjalanan seperti inilah dia memberikan pelajaran dan menurutnya akan lebih meresap ke dalam diri para remaja itu. Pada bagian lain kabarnya Konstantin Tsiolkovsky (Rusia) maupun Wernher von Braun (Jer- man) dan Robert Godard (Amerika) yang menemukan dasar-dasar pengembangan roket juga senang melakukan penjela- jahan hutan di masa mudanya. Bagi yang telah melanjut dengan bekal pengetahuan dan perlengkapan penelitian akan dapat menyibak sebahagian alam dengan misteri mencatatnya. Kawasan hutan Taman Na- sional Gunung Leuser di wilayah Kabupaten Langkat juga memiliki curah hujan antara 1500-4000 mm/tahun dengan suhu udara tertinggi 32 derajat C dan terendah 16 derajat C. Taman Nasional ini pada Zona Tropis ditumbuhi hutan lebat dengan pepohonan mencapai ketinggian 40 meter. Pada Zona Sub Montane yang berkedudukan 1000-3000 meter di atas per- mukaan laut udaranya lembab dan ada kabut abadi, di dalam- nya terdapat species perdu yang indah. Sedangkan Zona Sub Alpine pada ketinggian di atasnya memiliki lumu tundra dan pohon- pohon berlumut. Di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser ini tercatat sekitar 500 jenis fauna, 315 jenis burung, 100 jenis lebih reptilia dan gelap gulita. Ketika senja meliputi hutan belantara yang dihuni species harimau Sumatera dan beruang, rombongan kami seperti dicekam alamat buruk. Bagi yang baru pertama kali ikut dalam per- jalanan seperti ini nyalinya bisa menjadi ciut. Di antara kami tidak ada anggota ABRI yang bawa senjata dordor, selain pis lipat, sebilah parang dengan batu pengasahnya. Ternyata peman- dangan gunung yang membiru berselaput awan putih sebagai mana lazimnya jika dilihat dari kejauhan itu tak lebih dari sebuah lokasi yang penuh tantangan alami dan penuh dengan resiko. Di sanalah kawula muda bisa mengukur kemampuan fisik dan mentalnya. Di sanalah pelari di medan tanah rata bisa dibuat litak. Rasanya di sanalah kawula muda harus lebih mengenal dan mulai belajar tentang "disiplin", karena di pedalaman hutan belan- tara yang jauh sana sini itu sukar ditemukan jalan pintas; se- muanya berat dan harus dicarikan jalan keluarnya secara tepat dan benar. Setiap hambatan alami yang menghadang perjalanan mesti bisa diatasi dan diterobos. Barangkali sebab itu pula Stevana dan kawan-kawannya yang memilih medan berat mengang- gap keberadaan hutan di sini sebagai laboratorium masa lalu yang penuh harapan hidup. Atau memang kemajuan peradaban dirasakannya di akhir abad yang ini sudah memberikan semacam kejemuan. Kemudian 19 Mei 1936 Komite Konservasi Alam Internasional mengusulkan perluasan suaka margasatwa Gunung Leuser ke Pantai Timur, yang terletak di sebelah Barat dan Selatan Kabupaten Langkat di propinsi Sumatera Utara. Pada 30 Oktober 1938 kawasan inipun diberi nama "Wilhelmina Katen" yang bergabung dengan gunung Leuser. Akhirnya kawasan ini masuk ke dalam agenda kegiatan pengelolaan World Wildlife Fund (W.W.F). Dari kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser di luasnya Sumut-Aceh yang 900.000 hektar, setidak-tidaknya sepertiga dari luas wilayah hutan yang berlokasi di sebelah Timur telah dimanfaatkan Kabupaten Langkat sebagai konservasi ekosistem dan pelindung tata guna air, kepentingan penelitian pendidikan dan obyek wisata hutan hujan tropis bagi kese- jahteraan masyarakat. Dalam perjalanan hutan, khususnya bagi pelintas alam yang memilih hutan rimba bermedan berat umumnya didominasi para kawula muda. Dirimba lepas kita tertarik dengan berbagai fenomena alam yang masih tersimpan, misalnya guha gamping, sungai menembus terowongan bawah gunung, air terjun, mikro organisme, susunan feomorfologi, struktur bebatuan, sinar misterius dan fenomena alam lainnya. Semua itu berpadu dalam keheningan alam yang asri. Stevana Kirchtri, turis asal Jer- man yang pernah bertemu dengan rombongan kami mengakui, setelah berada di hutan sini merasakan dirinya seperti berada di sebuah laboratorium masa lalu yang penuh dengan harapan Tak beda dengan perhitungan banyak ahli, hutan kita ini juga dikatakannya mam- pu menyerap debu dan polusi ber- macam gas yang dapat menim- bulkan efek rumah kaca. Kegiatan lintas alam pada medan berat yang penuh dengan tantangan memerlukan tenaga ekstra kuat, di samping perbekalan yang cukup untuk mengadakan camping selama beberapa hari di dalam rimba. Melintasi medan berat untuk memasuki kawasan Taman Na- sional itu lebih mirip dengan pasukan tempur yang sedang menerobos pertahanan musuh yang tak kunjung tampak. Wajar saja dalam mencari tantangan baru yang alami kami sengaja menghindari jalan setapak yang mulus, karena tidak akan ada suatu kesan mendalam dan pen- ting jika sesuatunya dilalui dengan kemudahan-kemudahan, selain memperoleh letih dan lapar TERJEBAK berat. Tidak jarang kami terjebak jalan buntu dan jurang terjal yang harus dituruni dengan sangat hati-hati, mendebarkan!.. Memasak, memanaskan kopi, melakukan penelitian dan istirahat, semuanya dilakukan dengan perlengkapan terbatas. Kami pakai juga daftar kegiatan, PARA petani singkong Lam- pung kembali mengeluhkan har- ga riil singkong yang hanya pu- luhan rupiah saja, harga yang tak memadai untuk dana dan tenaga yang telah mereka curahkan. Keluhan dari petani singkong (ubikayu-cassava) di Lampung itu sudah kerap terdengar sebelum nya, tetapi hingga kini belum ada penyelesaiannya. Produksi singkong Lampung memang cukup besar, pada 1995 mencapai 2.961.199 ton, antara lain untuk memasok bahan baku utama kebutuhan puluhan pabrik tapioka dan pengolah bahan ba- ku singkong lain di Lampung. Ba- nyak juga singkong yang dijadi- kan gaplek (dikeringkan), dan ke- mudian dijual, oleh petani. Namun petani kecewa ketika harga singkong terus merosot. Biasanya harga singkong basah masih berkisar di atas Rp 100 per kg, namun pada akhir 1996 jatuh menjadi hanya Rp 15 hingga Rp 20 per kg. Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Kadis- PTPH) Lampung Ir. Subagyono Darmowiyono dan Kakanwil Deptan Lampung Ir. Thamrin Bastari, MEd pun prihatin atas nasib petani itu. tetapi tidak semua acara dapat dilaksanakan karena suasananya seperti berada di padang per- buruan: artinya kami memburu waktu dan sebaliknya waktu bergulir cepat memburu kami yang keletihan. Secara emosional, kedua pe- jabat tinggi penentu kebijakan pertanian di Lampung itu bahkan sempat minta pada petani untuk tidak menanam singkong lagi agar para pengusaha pengolah singkong, yang selama ini cuma mau untung sendiri, bisa dibuat sadar. Tetapi, tanpa imbauan pun, petani di Lampung tampaknya sudah jera untuk membudidaya- kan singkong yang cuma meme- ras keringat tanpa hasil memadai. Mereka berniat untuk beralih ke komoditas lain yang lebih HIROO ONODA Enampuluh tahun silam war- tawan H.C Zentgraff dari Belanda pernah melakukan penelusuran hutan di kawasan Gunung Leuser sekitarnya sampai ke Lawe Aunan (Gunung Setan). la menuliskan pendapatnya bahwa di dunia ini sebaiknya tersedia tempat-tempat orang un- tuk menyendiri dari kesibukan- kesibukan duniawi. "Apalah ar- tinya sebuah danau indah yang bisa dicapai dengan kenderaan tanpa sesuatu jerih payah!", tulis H.C. Zentgraff. Kesimpulan yang lain disam- paikan oleh seorang mantan ten- tara Jepang yang pernah tinggal di hutan Pilipina selama 30 tahun. Mantan tentara Perang Dunia II yang bernama Hiroo Onoda ini mengatakan pada wartawan di Fukusima tentang keyakinannya bahwa pada umumnya para orangtua membesarkan anak- anak mereka tanpa perbekalan menjanjikan. Kebetulan di Lampung tengah dilakukan secara gencar penyu- luhan budidaya jagung hibrida, selain jagung komposit yang se- lama ini sudah dikembangkan di daerah itu. Tak mengherankan bi- la semakin banyak saja petani singkong yang beralih menjadi petani jagung. Tetapi kemudian Pemda Lampung melalui Wakil Guber- nur Bidang Ekonomi dan Pem- bangunan (Ekbang), Drs. Oemar- sono, seperti "merevisi" kebija- kan aparat teknisnya, dengan mengajak petani tak perlu beramai-ramai meninggalkan ta- naman singkong. "Kebutuhan singkong untuk keperluan Lampung sendiri cu- kup besar, begitu pula jatah eks- por singkong melalui bahan olah- annya yang tak pernah terpenu- hi, kenapa harus beralih dari ta- naman singkong", ujarnya. Menteri Pertanian (Mentan) Sjarifuddin Baharsjah saat ke Lampung, awal Januari lalu, ju- ga menyatakan keprihatinannya atas nasib petani singkong di Lampung itu. SEPERTI propinsi lain di In- donesia, propinsi Timor Timur juga menghadapi pesatnya per- tumbuhan angkatan kerja yang ti- dak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia. Lapangan usaha produktif yang diciptakan Kanwil Depnaker setempat itu antara lain pem- buatan pagar ternak seluas enam hektar di Dili, penanaman kayu bakar dan penghijauan dua hek- Petani Singkong Lampung Keluhkan Harga tak Wajar Oleh Budisantoso Budiman Lampung berpenduduk ham- pir tujuh juta jiwa, 80 persen di antaranya adalah petani, yang umumnya membudidayakan ta- naman singkong di lahan kering mereka. Angka pengangguran di Tim- tim sendiri setiap tahunnya sela- lu bertambah hampir 4000 orang yang terdiri dari lulusan SLTA maupun perguruan tinggi (PT), dan siap bertarung mengadu na- sib di pusat kota Dili yang hanya memiliki lapangan kerja terbatas dan semakin sempit. AKAR MASALAH Wagub Pemarsono mengata- kan, yang penting adalah mencari dulu akar permasalahannya, Jumlah tenaga kerja produk- tif dan masih belum memperoleh kesempatan kerja yang tercatat di Depnaker setempat sekitar 18 ri- bu lebih. "Sebenarnya pemerintah su- dah memberikan alternatif bagi para lulusan itu dengan mencip- takan lapangan usaha produktif sesuai keahlian dan kemampuan mereka, hanya saja jumlahnya ter batas", kata Kakanwil Depnaker setempat Drs.Ign Mudji Hartono. mengapa harga singkong terus anjlok padahal kebutuhan tetap tinggi. Pemda Lampung sudah me- ngadakan rapat berulang kali un- tuk membahas masalah tersebut. Tetapi sebelumnya sempat muncul di kalangan para petani mengenai adanya "tangan-tangan setan" yang mengatur harga sing- kong secara seenaknya. "Memang memprihatinkan kalau sampai harga singkong Sejumlah pihak, terutama ka- langan pengusaha pengolah ba- han baku singkong, memang su- dah lama kena "tuding" Pemda dan telah diimbau agar bersikap anjlok hingga hanya Rp. 20/kg. lebih bijaksana, tak cuma memi- Kondisi ini harus segera dibena- kirkan kepentingan dan keuntu- hi", katanya. ngan sendiri saja. Ada juga yang menyalahkan perusahaan pengolah singkong karena masih "dibolehkan memi- liki lahan singkong sendiri, se- hingga merasa tak perlu lagi membeli singkong dari petani, atau bersedia membeli asalkan harganya "murah". Buktinya, di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Lam- pung Utara yang sudah dimekar- kan menjadi kabupaten baru, Tu- langbawang, terdapat tanaman perkebunan yang di sela-selanya terhampar luas areal tanaman singkong produktif yang dibudi, dayakan secara "sembunyi- sembunyi" sebagai areal cada- ngan penghasil singkong. Sumber-sumber mata air di kawasan hutan ini mengalir dan bermuara pada dua sungai yang besar di Kabupaten Langkat yaitu Sungai Wampu dan Sungai Batang Serangan. Sedangkan. Sungai Wampu yang hulunya berasal dari Bandar Meriah Tanah Karo di kawasan Langkat Hulu memiliki enam anak sungai yang besar, masing-masing Sungai Timbang Lawan, Sungai Bekail, Sungai Piam, Sungai Bekulap, Sungai Kuala dan Sungai Bingai. Dari Pamah Simelir di batas Kecamaan Sei Bingei terdapat jalan tembus Langkat - Tanah Karo yang dapat ditempuh dengan kegiatan perjalanan hutan Secara historis jalan tembus yang diperlebar pada kegiatan Latihan Integrasi Taruna Wreda (Latsitar- da) Nusantara VIII tahun 1987 itu pada setengah abad lalu berasal dari jalan setapak yang disebut penduduk sebagai "Dalan perlan- ja sira" (jalan ke pembelian garam). Taman Nasional Gunung Leuser dan hutan-hutan pe- nyangga di sekitarnya yang sudah dijuluki sebagai paru-parunya dunia merupakan citra bagi masa depan yang memang perlu dipelihara kelestariannya. Ia merupakan laboratorium alam anugerah Tuhan Yang Maha Pen- cipta. Besok kita kembali lagi ke sana menguji mental, melakukan maupun penelitian ilmiah berkarya wisata. Tetapi jangan lupa membawa kompas bila tidak ingin tersesat. Yang lebing pen- ting lagi misteri alam disana akan memberi kesan mendalam terhadap cita rasa agama. Coba bayangkan, kepada siapa kita akan minta tolong bila tersesat di terowongan air bawah tanah yang Berbeda suasananya ketika kita sudah berada di dalam Taman Nasional Gunung Leuser. Pada bahagian yang belum dijamah manusia, di bawah lindungan pepohonan berdiameter besar tidak terdapat udara gerah. Pada temperatur 16 derajat Celcius kita Masalah Ketenagakerjaan di Timtim sebagai salah satu basis tenaga masalah tenaga kerja di daerah merasa seperti sedang berada di ini. Perlu Penanganan Serius kerja handal untuk negara-negara penerima seperti Malaysia, Arab Saudi maupun Si ngapura. sebuah taman purbakala yang pernah dihuni species pithecan tropus erectus, atau misalkan sa- ja seperti pernah dihuni species Homo Leuserektus. Sepintas kita juga bisa merasa seperti sedang memburu fosil Leuserosaurus Tapi, apakah yang kau cari kawula mudala) Oleh Endang Sukarelawati tar di Kabupaten Viqueque, pen- dayagunaan air bersih sepanjang enam kilometer di Lautem. Tetapi mereka malah marah, tak terima cuma mereka yang disalahkan. Pemda dan pengusaha peng- olahan bahan baku singkong se- perti terus saling menyalahkan, sementara petani di kebun sing- kong terus mengeluhkan harga singkong yang terus anjlok. Akhirnya Pemda menganjur- kan para petani singkong segera Selain pembuatan kolam ikan seluas satu hektar di Maliana dan Suai, dan pembukaan irigasi se- panjang lima kilometer untuk mengairi sawah seluas 60 hektar di Maliana. Disamping membuka usaha produktif bagi pencari kerja, Pemda melalui Depnaker setem- pat mengirimkan tenaga kerja Timtim ke luar provinsi melalui program Antar Kerja Antar Dae- rah (AKAD) sebanyak 2.205 orang yang tersebar di beberapa provinsi di seluruh Indonesia dan merekrut Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional (TKPMP). Tenaga Kerja yang dikirim- kan ke luar provinsi seperti Pro- vinsi Kalimantan Tengah, Malu- ku, Lampung, Riau maupun Su- lawesi dipekerjakan di sentra- sentra industri antara lain perke- bunan kelapa sawit dan industri kayu lapis. Upaya tersebut, menurut Ka- kanwil, merupakan terobosan ba- ru dalam mengurangi jumlah pe- ngangguran di daerah itu yang se- makin tinggi. Menurut beberapa kalangan membentuk asosiasi petani sing- kong agar mereka memiliki ke- kuatan tawar-menawar dengan asosiasi pengusaha pengolah sing- kong dan kalangan pabrikan ta- pioka, maniok, dan gaplek. Melalui perkumpulan petani singkong yang dikendalikannya sendiri, para petani bisa berbica- ra membela kepentingannya da- lam setiap masalah yang muncul, terutama berkaitan dengan masa- lah harga. Selama ini Gubernur Lam- pung melalui Instruksi Gubernur (Ingub) juga sudah memberi pa- tokan penghasilan minimal para petani di lahan basah (sawah) dan lahan kering sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraannya. Perlahan tapi pasti petani di Lampung terus didorong untuk menggapai target penghasilan se- suaí Ingub itu, dengan mening- katkan produktivitas dan mene- rapkan pertanian cara modern. Mentan telah mencanangkan Lampung sebagai "Bumi Agro- bisnis", yakni sebagai wilayah an- dalan pengembangan pertanian dan agrobisnis serta industri per- tanian ikutannya, pada awal Ja- nuari lalu. Namun ia mengingatkan per- lu dipenuhinya sejumlah persya- ratan agar Lampung layak dise- but Bumi Agrobisnis, antara lain terjalinnya kemitraan yang saling menguntungkan antara para pe- tani dan mitra bisnis dari industri dan perusahaan. ANALISA kan di Bumi Agrobisnis. Tetapi petani juga harus pintar dan pan- dai mengatur diri", kata Mentan. (Ant) Analisa/yhl LINTAS ALAM: Setelah istirahat pada sumber mata air, penulis bersama rombongan bersiap-siap meneruskan perjalanan lintas alam di pedalaman hutan Kabupaten Langkat yang memiliki medan berat baru-baru ini. Wirata Mulai dari Buruh TAHUN 1970-an, Kuta tidak sepesat perkembangan pariwisata sekarang. Petani dan nelayan setempat hanya melakukan kegiatan rutin sehari-hari seperti biasa. Sepanjang pantai hanya meru- pakan kebun kelapa, yang dibawahnya berkeliaran ternak sapi, sementara pemiliknya menangkap ikan di laut sebagai mata pencaharian pokok. I Gede Wirata (39) pada tahun 1971 masih duduk di kelas I SMA di kota Denpasar. Ia hafal betul kondisi Kuta pada waktu itu, lan- taran hampir setiap saat ke sana mencari kotoran sapi untuk menyuburkan tanaman hias. Ia memanfaatkan waktu luang nya sepulang sekolah untuk beker- ja pada usaha tanaman hias milik tetangga. Sebenarnya ia tak perlu menjadi buruh kasar itu. Namun, dengan bekerja keras sebagai buruh seperti mengangkat kotoran sapi, kemudian menebar- kannya pada tanaman hias, dilakoninya hanya karena kesenangan ingin mendapat pengalaman, sampai ia masih kuliah di Fakultas Teknik jurusan dan tokoh masyarakat setempat bahwa masalah tenaga kerja bu- kan saja di Timtim tetapi di dae- rah manapun mempunyai masa lah penganggurand inte vipas "Hanya saja daerah di luar Timtim ini kegiatan industri mau- pun ekonominya cukup maju se- hingga sebagian pengangguran yang ada di daerah mereka bisa ditampung. Kalau di daerah ini hanya usaha-usaha tradisional yang berkembang, belum ada per usahan besar yang mampu me- nampung ratusan pekerja", kata Asisten II Sekwilda Timtim, Ar- mindo Soares Mariano. Menurut dia, permasalahan ketenagakerjaan itu terjadi di mana-mana tak terkecuali di Tim- tim dan merupakan masalah yang dilematis serta sulit diselesaikan secara tuntas karena lapangan dan kesempatan kerja yang ada terbatas. Sementara para penca- ri kerja itu hanya mengandalkan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal, kata Armindo yang juga Ketua DPD Golkar Tingkat I Timtim, kalau para pencari ker- ja itu mau memanfaatkan poten- si alam seperti pertanian dan ke- kayaan laut yang dimiliki daerah itu, diyakininya angka pengang- guran di Timtim akan terkurangi. PERSAINGAN Sementara beberapa orang pencari kerja ketika ditemui di Depnaker setempat mengakui per saingan diantara sesama pencari kerja kini semakin ketat dan per- usahaanpun kian selektif dalam memilih karyawannya. "Sehingga kami-kami yang ha nya lulusan SMA ini jika tidak di- berikan pengetahuan dan ketram- pilan yang memadai dengan me- manfaatkan Balai Latihan Kerja (BLK) Depnaker, kami pasti ka- lah bersaing dengan yang lulusan Perguruan Tinggi (PT)", kata Agostinho, salah seorang penca- ri kerja itu. Dipihak lain, beberapa orang tenaga kerja Timtim yang dikirim ke luar provinsi melalui program AKAD banyak yang berhasil dan kembali ke bumi "Lorosae" mem bawa keberhasilan dan segudang pengalaman yang akan dikem- bangkan di daerahnya. Namun, strategi dan upaya pengiriman AKAD yang hingga kini mencapai 2.205 orang tena- ga kerja itu nampaknya juga be- lum memberikan jawaban positif "Memang tak sepantasnya bagi masalah pengangguran di petani menerima harga yang tidak layak dan kurang menguntung- Timtim yang jumlahnya kian membengkak. Arsitektur Universitas Udayana. Akhirnya, kesibukannya sebagai mahasiswa, secara ber- tahap, pekerjaan buruh kasar ditinggalkannya, Pria muda yang dinamis dan kreatif itu melakukan berbagai terobosan lain, terutama di bidang arsitektur. Salah satu hasil karyanya memenangkan sayam- bara pembangunan Kuta Vilies Hotel yang kini bernama hotel Jayakarta di kawasan wisata Kuta. Sementara para pengusaha Pe ngerah Jasa Tenaga Kerja Indo- nesia (PJTKI) juga belum ada yang "menghampiri" provinsi itu Investor dari Jakarta yang membangun hotel berbintang em- pat di pantai Kuta itu memper- cayakannya kepada I Gede Wirata. "Mulai dari mengawasi buruh bekerja, memberikan upah, membeli bahan bangunan dan penataan pertamanannya, saya lakukan sendiri," kata Wirata yang kini dipercayakan menjadi Ketua DPD PHRI Bali untuk periode 1996-2000. Kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh pemilik modal asal Jakarta itu dapat dilaksanakannya dengan baik, sampai hotel berkapasitas 87 kamar tersebut beroperasi. Selain itu, ia juga ikut mena- "Saya merasa heran kenapa tak satupun PJTKI sebagai penya lur resmi 'menoleh' ke daerah ini membantu mengupayakan mengu rangi pengangguran untuk diki- rimkan keluar negeri. Padahal pi- hak pemerintah maupun swasta telah membimbing dan memberi- kan pengetahuan serta ketram- pilan agar menjadi tenaga kerja yang handal", kata kepala Bi- dang Penempatan Tenaga Kerja (Pentakerja) Kanwil Depnaker se- tempat Josep Susanto, SH. Baik pemerintah maupun swasta, katanya, sebenarnya su- dah melakukan upaya yang maksi mal dan serius dalam menangani "Bel! Bella! Cepat sini!" Yang dipanggil cepat lari. La- lu duduk diam-diam di belakang kursi besar di sebelah yang me- manggilnya tadi. "Tuh, liat! Perang lagi!" ujar Bello. Mata Bella yang bulat ber- sinar tajam menatap. Mulut diam. Brak! Pintu kamar tertutup kencang sekali. Seorang wanita yang memang cantik keluar sam- bil mengelus-ngelus perutnya. Matanya sembab. Ada air mata. Lalu tak lama, terdengar debam pintu, mungkin lebih keras lagi. Dan lewat seorang lelaki yang berpostur tubuh tinggi besar, ber- mata besar, dan tampan. "Bella, terus terang kalau be- gini terus-menerus, aku nggak be- tah deh tinggal di sini! Aku pe- ngen transmigrasi aja!" ujar Bello lelah. "Hah? Transmigrasi? Bel- looo, kalau ngomong mikir dulu kenapa sih? Emangnya kamu ini siapa? Pakai transmigrasi sega- la. Ngaca dong kalau kebetulan lagi minum. Tuh, ada kaca gede! Heran, transmigrasi, transmigra- si." Bella marah. "Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada pemerin- tah yang telah memberi kesem- patan untuk mengembangkan ke- mampuan serta pengetahuan yang saya peroleh diluar selama hampir dua tahun", kata Alexio. "Eh, sembarangan! Itu di te- levisi yang tiap malam ngoceh apa isinya coba ? Pasti soal trans- migrasi, desa-desaan, ragam-ra gaman, sawah-sawahan, iya kan? Lalu film yang Minggu siang itu kan soal transmigrasi juga, iya kan? iya kan?" "Iya deh, maafkan aku deh," seru Bella. Program pengiriman tenaga kerja Timtim keluar provinsi itu dinilai sangat strategis. Selain "Biar aku bisa hidup tente- mendidik supaya para tenaga ker- ja berwawasan lebih luas juga me- nimba pengetahuan dan penga- laman diluar provinsi untuk di- kembangkan di daerahnya. ram, baiknya aku transmigrasi aja deh. Syukur-syukur kalau ka- mu mau ikut. Belakangan ini aku makin tersiksa saja!" "Ya, tapi ke mana ?" "Ke mana sajalah! Ke rumah Gian, kek! Ke rumah Beiby, kek! Ke mana sajalah, Bella!" "Huahahaha! Ngawur! Trans migrasi kog begituan..ha..ha,' Tapi tiba-tiba tawa Bella terhen- ti. Pinggangnya disikut Bello keras-keras. kemudian membangun "Bounty hotel" berkapasitas 189 kamar, disusul dengan Vila "Rumah Manis" dengan 40 buah pondok wisata (cottages) dan "Bounty Barong hotel", semuanya berbin- tang tiga terletak di kawasan wisata Kuta. "Duuhh, marah! Sorry, deh. Tapi jangan ngomel dong!" "Bello, apa kamu tahu arti transmigrasi? Sok pinter!" ngani pembangunan renovasi ho- tel Nusa Dua Beach, menjelang hotel tersebut dijadikan sebagai tempat pertemuan bertaraf inter- nasional, khususnya pertemuan antara Presiden Soeharto dengan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan 1985. "Ada apa sih ?" tanya Bella. "Bellaaa!" Tiba-tiba Bello berteriak lantang. Bella yang di- "SALAH JALAN" Gede Wirata yang sukses dalam mengelola hotel dan restoran yang mampu mengan- tarkannya kejenjang untuk mengendalikan organisasi DPD PHRI Bali mengaku"salah jalan" dalam mengarungi hidupnya. "Masuk jurusan arsitektur justru terdampar di hotel dan restoran," katanya. Disita kesibukan "bisnis", kuliahnya tidak rampung. Pria yang "penuh dengan semangat" itu memper- sunting Dra Ida Ayu Budiani, alumnus Fakultas Sastra Univer- sitas Udayana, dan kini dikarunia seorang putra. "Belajar dari pengalaman itu, saya mencoba mengembangkan usaha sendiri dengan modal seadanya yang dikumpulkan dari hasil jerih payah," kata Wirata yang kini memiliki tiga hotel, sebuah restoran dan sedikitnya 16 perusahaan lainnya. Dalam memulai usaha sendiri, ia sebenarnya lebih banyak didorong oleh niat dan kebera- nian, dengan memanfaatkan kredit bank. Usaha mandiri dimulai tahun 1986 dengan membangun "Boun- ty Restoran" tahun 1987, tahap pertama berkapasitas kurang dari 100 tempat duduk, terus diperluas dan dikembangkan hingga seka- rang mempunyai daya tampung untuk 700 orang. Sukses mengembangkan usa- ha restoran bersama adik kan- dungnya, I Made Wiranatha, Walaupun ia merasa "berbalik haluan" dalam meniti hidup, namun ia tetap dinilai sukses oleh Gubernur Bali Ida Bagus Oka dan Ketua Dharma Wanita Bali Nyonya Asiawati Oka pun pernah memujinya. "Berbagai upaya dan terobo- san telah dilakukan Depnaker atas kerjasama dengan instansi terkait seperti pertanian, perke- bunan, peternakan maupun swas ta, namun nampaknya jumlah pe ngangguran yang ada terus ber- tambah seirama jumlah lulusan sekolah tambahnyauqmsm Xob BERHASIL Sekalipun jumlah pengang- guran di daerah itu terus mening- kat, namun tidak sedikit para pencari kerja yang sudah memper oleh kesempatan baik didalam maupun diluar provinsi cukup ber hasil. Entah apa yang diucapkan Bel la dan Bello, yang jelas rame ba- nget! Buru-buru keduanya berlari menghalangi wanita yang sedang hamil itu. Umurnya baru dua pu- Laki-laki yang ulet dan peker- ja keras ini tampil sederhana dan tidak mau menonjolkan diri, meski ia sedikitnya membawahi 16 perusahaan, termasuk perusahaan "Praja Taksi" di Bali dengan menampung tenaga kerja lebih dari 700 orang. luhan. Kali-kali juga pengantin baru. Tiba-tiba Bella dan Bello ja- di diam membisu, tak berkutik ke tika mendengar suara berat laki- laki tampan tadi. "Heh, eh! Mau ke mana kau? Mau minggat? Mau kabur?" ter- dengar suara menggelegar. "Iya, memangnya kenapa ? Kau tidak butuh aku kan? Kau hanya acuh padaku 'kan? Jadi mending aku pergi saja! Biar kau senang!" "Berani mengancam ya seka- rang? Kaupikir dengan begitu kau sudah cukup pintar ? Ming- gat! Kabur! Huh!" "Kau yang menyebabkan aku minggat!" "Kau terlalu manja! Sedikit- sedikit ngambek!" "Kau terlalu acuh!" "Kau...., sudahlah Jessica. Jangan pergi. Bagaimana dengan bayi itu? Nanti nggak ketemu pa- panya!" Kali ini suara laki-laki itu lebih lunak. "Biar! Bayi ini juga enggan punya papa sepertimu!" "Jessi....!" "Key, kau tidak usah membu- jukku lagi! Aku sudah putuskan! Tidak ada gunanya aku di sini. Hanya dijadikan pajangan. Hu hu!" Halaman 8 laannya juga dipercayakan kepada orang yang memiliki latar bela- kang profesional dalam bidang pakaian. nabitif. Ia menghimbau kepada selu- ruh pencari kerja di Timtim agar "Kunci keberhasilan kami ter- memanfaatkan dan tidak menyia- letak pada keuletan dan kesung-nyiakan setiap peluang dan ke- guhan dalam menggeluti profesi dan kerja yang ada, karena hanya sempatan kerja yang ada baik di- sektor pemerintah maupun swas- Kisah Bella dan Bello Suatu Hari Cerpen: Mery Suriani teriaki cuma bisa melongo. "Bella, dia pergi...., bawa tas segala." "Bello, tunggu apa lagi? Ki- ta halangi dia!" "Siapa yang masak untukku, Yang?" Key coba membujuk. Di sudut lain Bella dan Bello bingung berat. "Bella, kita harus gimana nih ?" Bello bertanya ce mas. "Nasib, nasib! Tapi sudah bia sa kan?" Bella dan Bello bungkam lagi karena mendengar teriakan Jessi- ca. Mungkin kedengaran orang se kampung. "Suruh aja teman ngebrikmu masak! Lalu antar ke sini! Toh, biasanya kau begitu memanjakan mereka? Mereka pasti baik-baik Wirata menyadari, hanya tenaga profesional yang mampu mengembangkan usaha ke arah yang lebih maju, walaupun mem- bayar gajinya jauh lebih mahal. "Pengelolaan ketiga hotel milik saya di Kuta, diserahkan kepada orang asing," katanya. Ketika menyinggung terjadi- nya persaingan yang semakin ketat di antara pengelola hotel di Bali, termasuk melakukan Pemu- tusan Hubungan Kerja (PHK). sebagai langkah efisiensi, Wirata yang meniti usaha dari nol dan kini "mengendalikan" lebih dari 160 anggota PHRI itu mengata- kan, usaha jasa pariwisata ter- utama hotel dan restoran mengan- dung resiko "fatal" jika tidak mampu menanganinya dengan baik. "Tak satupun perusahaan maupun hotel dan restoran yang saya kelola sendiri. Saya per- cayakan kepada orang yang memiliki profesional dalam bidang tersebut," katanya. TANGGAP DAN JELI Pria asal Jembrana, daerah ujung barat Pulau Bali yang per- nah mengelola sebuah diskotik di Kuta -- kemudian ditutup karena tidak mendapat izin operasional dari Pemda Bali, kemudian merubahnya menjadi restoran --, cukup tanggap dan jeli melihat peluang dan perkembangan ke masa depan. Penanganan bidang jasa terse- but memilukan "multi disiplin il- mu" mulai dari pembebasan ta- nah untuk pembangunan hotel, pembangunannya sendiri, arah pengembangan dan menangani manajemen. Jika hal itu tidak didukung oleh sumber daya ma- nusia yang andal akan mengha- dapi kefatalan mulai dari kredit macet, karena hampir sebagian besar pembangunan fasilitas kepariwisataan itu menggunakan kemudahan dari perbankan. Jauh sebelum memiliki hotel dan restoran ketika mata dagang- an pakaian asal Bali mendapat pasaran yang baik di mancanega ra tahun 1980, ia mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak dalam pengadaan pakaian jadi (garmen). Usaha itupun hingga sekarang masih berkembang, dan pengelo- itulah modal satu-satunya yang kami miliki", kata seorang peser- ta program AKAD yang dikirim ke provinsi Riau tahun 1992 yang kini mengembangkan usaha per- bengkelan di Dili. Dengan demikian tidak ter- tutup kemungkinan tidak mampu membayar gaji karyawan, akibat tidak mampu bersaing secara ketat di tengah "menjamurnya" pembangunan hotel. Usaha perbengkelan ini, kata Fransisco, merupakan hasil dari jerih payahnya selama empat ta- hun menjadi tenaga kerja di Riau yang bergerak di bidang otomo "Selama empat tahun diperan- tauan saya bekerja sungguh-sung guh dan hasilnya saya kumpul- kan yang sekarang sudah menjadi usaha perbengkelan", katanya. Hal itu tidak terlepas dari pengelolaan hotel dan kadang kala pemilik mencampurbaurkan antara perusahaan dengan penge- luaran rumah tangga. dan menurut kalau kau suruh!" "Oho! Jadi karena itu kau marah-marah. Hmm, tak tahu di- ri! Masak kau tidak bisa mema- hami hobbi suami?" "Kau yang tak tahu diri! Ma- sak kau tidak bisa sedikit mem- perhatikan istri? Kerjamu sepu- lang dari kantor hanya roger-ro ger! Ganti-ganti! Pake Alfa Kem-` pes segala! Lalu apa itu tenggo mek? Sohib-sohiban! Roger! Co py-copyan! Belum lagi suara ce we-cewe yang muanja banget! Apalagi ditambah nggossip yang porno-porno! Tak tahu diri! Kau ini sudah punya istri tahu! Seben- tar lagi juga jadi papa!" Wanita itu ngoceh panjang lebar sambil menghapus air matanya. Seseka- li memegang perutnya. "Aduh, Jessica! Mengerti se- dikitlah! Aku harus memperhati- kan personil-personilku. Apa kau tidak tahu Alfa Kempes begitu po puler? Seharusnya sih kamu bang ga!" "Personil kepalamu!" Jessi- ca tetap marah. Suasana hening. Bella menyi- kut pinggang Bello sekali lagi. "Bello, sebenarnya aku pening nih! Pandanganku nanar. Sejak mereka perang-perang, kita kan nggak diberi makan. Lama-lama kita bisa kutilang lho!" "Bella, mata ngantuk, perut lapar begini membuatku salting! Harus bersikap bagaimana ? Su- dah dua hari kita tidak makan!" "Jessica, sudahlah! Bagaima- na kalau saya minta maaf he ? Maafin dong. Masak sama suami sendiri pun tiada maaf ?" Jessica hanya diam membisu, tapi tidak mengeluarkan air ma- ta lagi. Kini dia duduk di sofa. Tas yang tadi dibawa kini diletak- kan di lantai. Dadanya turun naik, mungkin mau marah lagi. Perlahan Key datang meng- hampiri. Lalu duduk di sisi istri- nya. Dalam benaknya sebenarnya merasa keki. Baru setahun perni- kahan sudah perang. Habis istri- nya sih! Cemburuan amat! Jessica yang diam sejak tadi juga berkata-kata dalam hatinya. Pada saat begini seharusnya wa- nita lebih diperhatikan. Habis, ini masa-masanya sensitif. Tapi sua- "Padahal sebuah perusahaan yang baik dan berpeluang berkem bang adalah perusahaan yang dikelola secara profesional dan mampu membedakan antara ke- untungan perusahaan dan penge- luaran rumah tangga," katanya. Ia yakin dengan pengelolaan perusahaan secara profesional demikian itu, tidak bakal sampai merugi. ne- "Persaingan itu penting, namun kita harus mampu nangkannya dengan meningkat- kan mutu pelayanan sehingga wisatawan menjadi senang dan terkesan," kata Wirata. (Spektrum). ta agar jumlah pengangguran di daerah ini sedikit demi sedikit da- pat dikurangi. Sulitnya, menurut Kakanwil, hampir semua pencari kerja yang tercatat sekitar 18 ribu orang dari Berbagai lulusan disiplin ilmu itu menginginkan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sementara ke- sempatan yang ada cukup langka. "Kalaupun ada kesempatan tidak mungkin pencari kerja se- banyak itu dapat ditampung se- mua", tegasnya. Namun pihaknya tetap ber- upaya semaksimal mungkin dan serius dalam menangani ketenaga kerjaan di daerah itu dengan mem buka usaha-usaha produktif yang bekerjasama dengan instansi ter- kait serta memberikan bekal pe- ngetahuan dan ketrampilan kerja yang dipusatkan di Balai Latihan Kerja (BLK) setempat. (Ant) minya tak pernah mencurahkan kasih sayang. Kerjanya ngebrik melulu!" "Jessi, masih marah ?" Key membuka suara sambil melingkar kan tangannya di bahu Jessica. "Maaf ya ?" sambungnya lagi. Jessica tetap membisu. "Jessi, saya lapar. Kita ma- kan yuk....," sambung Key. "Makan saja sendiri!" Jessi- ca masih marah. Setelah mengacak-acak ram- but istrinya, Key beranjak pergi. Payah kalau sudah ngambek, ba- tinnya. Biarkan saja, kalau lapar nanti juga makan. Key melang- kahkan kaki ke kamar. "Heh! Bella! Gimana nih? Ba kalan perang lagi ?" "Tahu deh! Kalau menurut dugaanku sih nggak lagi. Tapi ya, namanya juga manusia. Suka ber ubah-ubah. Sudah, kita tunggu saja!" Jessica menggerakkan "han- dle pintu". Dia masuk kamar dan melihat suaminya tertidur. Dan di belakang sofa, Bella dan Bello menatap dengan mata bundar, cemas! "Key! Key! Bangun! Kita ma- kan yuk! Sudah malam nih!" ujar Jessi. "Eh, ada apa?" Key bangun. "Makan yuk!" "Siapa?" "Kita berdua..!" Lelaki tampan itu meloncat kegirangan. Buru-buru dikecup- nya kening sang istri, sampai dua kali. "Aku sayang kamu!" desisnya. Dan sekali lagi menga cak-acak rambut istrinya. Ih, ka- yak bocah aja! "Asyik," desis Bella. "Mesranya," sambung Bello. Keduanya hanya mampu me- longo untuk kesekian kalinya ke- tika melihat majikannya bergan- dengan mesra menuju meja ma kan. "Sebenarnya lapar sudah tak tertahankan lagi, nih!" ujar Bella. "Meong..." "Meong..." Dan terdengar tawa ceria Jes- sica, menyadari mereka tidak ber- dua. Kucing kesayangan ini yang sudah setahun bersama mereka ternyata lupa diberi makan sela- ma dua hari ini. Bella dan Bello hanya me ngeong-ngeong manja ketika Jes- sica menyodorkan piring kaleng berisi makanan yang lezat-lezat. **** Ju k S S d
