Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Suara Karya
Tipe: Koran
Tanggal: 1980-03-21
Halaman: 04

Konten


SUARA KARYA HALAMAN IV PENDAKIAN, LEMBAR SASTRA DAN BUDAYA SUARA KARYA Dialog sastra di Kendal bersama Darmanto Yt DARMANTO YT, satu-satu- nya Penyair Semarang, 24 Febru- arl yang lalu telah mengunjungl sebuah kota kecll KENDAL (kl- ra-kira 30 km, sebelah barat Semarang). Kedatangannya Itu untuk bertemu dengan seniman- seniman daerah membacakan pu- Isl-pulsinya dan berdialog tentang kesenlan. "Ini suatu hal yang rasanya tak pernah terpikirkan dan tak terbayangkan akan ter- Jadi" kata Gunoto Saparle, pe- nyalr Kendal, Ketua Kelompok Studl Senl Remaja Kendal, pe- Itu- nyelenggara. Ya, memang lah rasanya. Darmanto yang telah dl baca sajak ceramah dan Australla, di TIM, dan seringkall ceramah dan bicara di depan forum-forum resml, di kalangan kelas elit, tiba-tiba saja bersedia baca sajak dan bicara di kota kecil Kendal yang sepi dan tak mampu membayar honorarlum untuknya. Maka, tak anehlah kalau para seniman dan masyarakat Kendal dan sekitarnya (Semarang, Kaliwungu, Pegandon, Patebon, Batang, dll) datang memenuhl gedung Balal Kesenian Kendal yang sederhana, Pagl Itu, Darmanto membaca- kan sajak-sajak terbarunya, yang diambil dari kumpulan-kumpulan pulsinya "BLA BLA KI BLAKA- SUTA" (terblt tahun 1980) dan "KARTO IYA SAMA ATMO BOTEN" (masih dalam per- slapan). Setelah Itu Dialog Senl dengan para hadirin. Darmanto yang pagl Itu bercelana Jins dan berkaos biru, tampil dengan cirl khasnya, santal dan ceplas-ceplos dalam menghadapl hadirin yang melontarkan berbagal masalah ke- senlan. Tentang Bahasa Gado-gado, Pada awal dialog, terlontar pertanyaan mengenal sajak-sajak Darmanto yang menggunakan ba- hasa 'gado-gado'. Maksudnya ba- hasa Inggris, Arab, Jawa, Belanda, Hawal, Jepang, Sansekerta, Indo- nesla, dll. dalam sajak-sajak Dar- manto sekaligus. Terhadap hal Inl, la tak segera menanggapl. la persilahkan hadirin dulu bicara dan berpendapat, Maka terlontar- lah berbagal pendapat, Ada yang bilang, Itu slh sekedar usaha Darmanto untuk mencarl "ke- lalnan" dari yang lain-lain. Blar kellhatan khas. Ada pula yang berpendapat bahwa bahasa gado- gado Itu menunjukkan pergaulan Darmanto yang cukup luas la Pembicaraan Puisi: SETELAH kumpulan sajak "Bangsat" dan "Sang Darmanto", baru-baru ini muncul lagi satu kumpulan sajak Darmanto Yt yang berjudul "Ki Blaka Suta Bla Bla" (terbitan Karya Aksara Se- marang 1980, 42 halaman). Kum- pulan sajak ini memuat 20 sajak, dengan tahun-tahun penciptaan 1977 1978, kecuali sajak yang berjudul "Karena Bosan" yang dicipta tahun 1972. Sedang ren- cana kulit digarap oleh Danarto, Darmanto adalah penyair kon- temporer Indonesia yang sudah tak asing lagi bagi kita. Di samping itu ia juga seorang penulis esei yang baik. Darmanto yang kelahiran Jakarta 16 Agustus 1942 ini adalah sarjana psikologi Universitas Gadjah Mada. Se- karang menjadi dosen di Fakultas Sosial dan Politik Universitas Diponegoro, Beberapa sajaknya juga terhimpun dalam bunga rampai: "Arjuna in Meditation" susunan Harry Aveling dan diter- bitkan Writers Workshop, Calcut- ta, India 1976: "Laut Biru, Langit Biru" susunan Ayip Rosidi dan diterbitkan Pustaka Jaya 1977; "ASEAN Poetry", stensilan De- wan Kesenian Jakarta 1978; "Ik wil nog duizen jaar leven" ter- bitan Meulenhoff Amsterdam da- ataupun berhasil terpengaruh mencerap dan menghayatl ber- bagal kebudayaan dari berbagal masyarakat di mana la pernah bergaul, dan lapun telah mempe- lajari bahasa dari masyarakat yg bersangkutan. Apa yang la tang- kap Itu la pancarkan kemball lewat saja-sajaknya, tanpa la sa- dari bahwa semua Itu muncul tanpa seleksl, sehingga la lupa bahasa-bahasa menterjemahkan asing yang muncul ke dalam sajak-sajaknya yang berbahasa ada Indonesia. Sementara itu, pula yang mengatakan, bahwa bahasa gado-gado yang tam.pll dalam sajak-sajak Darmanto Itu menunjukkan bahwa Bahasa Indo- nesla Cukup Miskin untuk me- nulls pulsl. Bagaimana dengan Darmanto sendiri? Ternyata la setuju dengan pendapat yang terakhir. Katanya, bahwa Bahasa Indonesia memang amat miskin la tak mampu me- ngungkapkan pengalaman-penga- laman penyair dengan tepat. "Itulah sebabnya saya blarkan kata-kata dari bahasa asing masuk SARAPAN PAGI BERSAMAMU rakyat KU Morning! Begitu sapa pak Siapa Saja di sini setiap pagt Matahari memang tersenyum di tas Highbury Tapi bukankah ia memang matahari untuk kita semua? Maafkanlah Kalau sarapan pagi saya kali ini Di kitchen yang mewah Di keluarga Simon Matthew DI Northo Ime Road, London, nya: Sementara di meja ada fruit juice, toast dan keju ham, mentega dan kopi susu Di pediangan api yang antik, hangat bara masih terasa, (Foto: Noeng R). Darmanto Yt (tanda X) tengah membacakan sajak-sajaknya di gedung Balai Kesenian Kendal, 24 Februari - 1980, dikelilingi seniman-seniman Kendal. Tapi percayalah Apa pun, Ini tokh cuma sarapan pagi Catatan: Noeng Runua "Ki Blaka Suta Bla Bla" Darmanto Yt lam hubungan dengan Poetry International Rotterdam 1979. Berbeda dengan sajak-sajak Darmanto yang dulu di mana merupakan sajak-sajak obsesi yang membiaskankegelisahannya dalam proses memahami keberadaannya sebagai manusia, maka sajak-sajak Darmanto yang terhimpun dalam "Ki Blaka Suta Bla Bla" ini lebih bersifat kognitif. Sajak-sajaknya sebagian besar tidak lagi "melihat ke dalam dirinya", tapi beralih pandangan "keluar dari dirinya": kepada alam sekitar, kepada ling- kungan sosial-budaya dan sebagai- nya. Barangkali karena akhir-akhir ini banyak menekuni bidang so- siologi, maka Darmanto banyak mencipta sajak-sajak yang men un- jukkan, bahwa penyairnya banyak melakukan pengamatan, observasi dan persepsi terhadap masalah -masalah sosial, Perubahan arah perhatian ini adalah logis terjadi, karena Darmanto sebagai penyair, disamping sebagai mahluk indi- vidu, juga sebagai mahluk sosial. Itulah sebabnya maka dapat di- terima pendapat Abdul Hadi WM, bahwa "penyair punya hubungan yang erat dengan masyarakatnya: (Budaya Jaya, Agustus 1978) Marilah kita baca sebuah sajak- Tak beda dengan kalian di Playen, Gunung Kidul Malahan udara di gunung-gunung kita masih jernih tak terancam polusi knalpot maupun chimes, Sementara wangi teh cina merasuk sampal ke sukma tersentak juga rasanya: Apakah Ini tidak berlebih-lebihan Sementara kalian minum air masak saja sering tidak bisa? Batu bara di pedlangan Gemeretak Gemeretak juga gigi beta oleh geram Ini adalah revolusi yang sah Baik dari sudut perut, Ya. Percayalah Ketidakadilan ini mesti dibasmi! Syukur alhamdulilah, Negeri ini sekarang inflasi Dan sementara mereka masih mimpl Menguasal negeri negeri yang jauh jauh Di timur, di barat, di selatan, di utara- Tubuhku memang di sini tapi hatiku selalu bersamamu Makananku memang roti Tapi dalam mimpiku Ketelamu Selalu lebih wang!! Pagi pagi sudah kumulal tindakan politik ini: Sikat habis sarapan pagi mereka! Pakal sampal usang semua barang-barang mereka! Nikmati sampal ke sumsum tulang kelamin mereka! Jadi janganlah kuatir Akan kita mulai revolusi kita di sini maupun dari sudut metafisika. Penjajahan telah berakhir pagi ini Percayalah Solidaritas kita tebal setebal bantalan K.A. Tampak sekali dalam sajak di atas, sang penyair merasa bersalah karena merasa tidak memiliki "solidaritas sosial". Penyair ber. gelimang dengan makanan yang enak-enak, sementara ia ingat bahwa rakyat di Gunung Kidul "minum air masak saja sering tidak bisa". Itulah sebabnya pe. dalam sajak-sajak saya" kata Man- to. "Saya bersed la menterjemah- kan bahasa asing dalam sajak sajak saya ke dalam bahasa Indonesla, kalau memang bahasa kita lebih mampu. Tapl saya merasakan bahwa perterjemahan Itu tidak akan memuaskan, Kurang menge- Bahasa Indonesla terlalu 7esml". Selanjutnya la juga me- ngatakan: "Saya memang bukan Badudu" kata muridnya Yus penyair kribo Itu membenarkan apa yang dikatakan Linus Suryadi na. nyair perlu minta maaf segala: "Maafkanlah/Kalau sarapan pagi saya kali ini/Di kitchen yang mewah/Di keluarga Simon Mat thew". Ada jurang perbedaan yang menganga antara penyair dan rakyat biasa, sehingga hal ini dianggap sebagai ketidakadilan, Penyair pun memprotes: "Ge- Ag, ketika memberl kata pengan. tar dalam Pembacaan sajak-sajak Darmanto di Senl Sono Art Galery, 17 Februarl yang lalu, Darmanto adalah 'murld' masya- rakatnya. "Kalau kita melulu patuh kepada Yus Badudu" kata Manto pula "kita akan mati!"" Kemudlan Darmanto juga bl- lang, bahwa penggunaan bahasa gado-gado dalam sajak-sajaknya Itu justru menguntungkan, Di sinl la lagi-lagi menyetujul Linus, yang antara lain mengatakan, bahwa sajak-sajak Darmanto mengung- kapkan nllal paralel dengan pe- berbahasa Indonesia ngalaman kaum muda di kampung-kam- pung, dan juga mengandung nilal paralel dengan pengalaman ber. bahasa Indonesla kaum cende- "Jika nilal Indonesia. klawan paralel puls! Darmanto dengan kaum muda dl kampung-kampung terletak pada penggunaan bahasa Indonesla campur bahasa Jawa, maka nilal paralel puls! Darmanto dengan kaum cendeklawan Indo- nesla terletak pada penggunaan bahasa Indonesla campur bahasa Inggris, asing" begitu Linus, Masalahnya: Otentik atau Tidak! Selanjutnya, Djalog-Senl Itu meretak juga gigi beta oleh geram/Ya. Percayalah/Ketidak- adilan ini mesti dibasmi!"" Tapi ironis sekali, bahwa sementara bathin penyair memprotes keti- dakadilan tersebut, ia tetap me- nikmati sarapan paginya yang mewah. Pernyataan yang ironis itu bisa kita baca dalam baris-baris ini: "Makananku memang roti/ Tapi dalam mimpiku/Ketelamu/ Selalu lebih wangi!". Penyair dengan berhasil menyindir satu kenyataan sosial yang sering ter- jadi, di mana satunya kata dengan perbuatan sering diabaikan: ber-. lagak membela kaum miskin, sementara ia sendiri suka makan di restoran yang mahal, Dalam sajak-sajaknya yang lain, seperti dalam sajak "Sim- patiku Untuk Lik Parto Total", "Pergilah Ke mana Angan-angan- mu Membawamu" atau "Melintasi Atlantik", Darmanto membuk- tikan bahwa ia seorang penyair yang menjadi pengamat sosial yang baik, seperti halnya penyair Taufiq Ismail. Dalam sajak "Sim- patiku Untuk Lik Parto Total" misalnya, Darmanto berkata: O. Man, paman Aduh lae Anake simbok Tolene bapak Muliha ngger, ngger Nggolek srengenge kok adoh-adoh Direwangi adol kebo, adol gudel Neng desamu srengenge sumunar Juga membicarakan masalah Orl- entas! Kesenlan kita ke Barat atau ke Tradisl. Perdebatan yang terjadi cukup sengit, hingga mun- cullah semacam pro dan kontra terhadap dua kutub Itu, antara kemball ke tradisl atau mencarl yang di luar tradisl. Perdebatan masalah. Ini terasa kilse, dan mengingatkan kita kepada Po- lemik Kebudayaan tempo doeloe antara Sutan Takdir Allsyahbana dan Sanusl Pane, Terhadap masalah Itu, Dar- manto antara lain mengataka.., bahwa kita sekarang Inl tak perlu tanpa busana salju beku yang keras lagi menggigilkan O. Lik Parto, Lik Parto..... lagi mempermasalahkan orientasi kita, apakah ke B arat atau ke tradisi. Kita sudah terlanjur ber. Jalan. Sudah banyak tradisi yang kita tinggalkan, begitu juga telah banyak hal-hal dari luar tradis! yang kita kenal. Dan perjalanan kita saat ini sudah cukup jauh, tak mungkin kemball lagi ke asal mula, sepert! SI Malln Kundang. Kita sudah kadung basah, tak mungkin kemball kering sama sekall. Jadi sekarang Inl, Barat atau Tradis! bukanlah persoalan, Mempersoalkan hal itu adalah kurang tepat, Yang penting adalah penghayatan kita. Yang penting. Otentik atau tidak! Kalau kita Ingin bertanya juga, maka per. tanyaan yang tepat adalah: Slapa kita? Di mana kedudukan kita? Dan apa fungsl kita? Kalau kita perhatikan, pen- dapat Darmanto Inl sebenarnya sudah tercermin dalam sajak-sa- Jaknya. Di sana, berbagal pe- mikiran yang la timba darl ber. bagal akar kebudayaan mencuat bersama-sama. Semua la pelajarl dan la hayatl, kemudlan la tam. pllkan sekaligus, kental dan me- nyatu. Rasanya seperti tak ter- pisah, mana yang tradis! kita dan mana yang bukan. ISTERI Dimensi-dimensi Kesenian yang dipreteli, Menanggapl seorang hadirin yang membicarakan filsafat ke- senlan, Darmanto antara lain mengatakan bahwa hal Itu dewasa Inl hampir tak pernah lagl dlblca- rakan di dunla senl Indonesia. Yang banyak dibicarakan adalah opini dan posisi seniman-seniman sendiri. Karenanya, konsep ke- Indahan di Indonesla dewasa Inl sangat kabur; sebab semua orang punya konsep sendiri sendiri, tak mau menghiraukan orang lain. Dla antara lain menyebutkan bahwa Goenawan Mohammad me nllal sajak-sajak Yudistira Ardl. Nugraha (maksudnya kumpulan "Sajak-Sajak Sikat Gigl") adalah balk, sejajar dengan sajak-sajak Sitor Sitomorang, Sutardjl Cal- zoum Bahrl dan Abdul Hadl WM; sementara Sutardjl sendiri bilang bahwa sajak-sajak Yudhistira Itu adalah sajak-sajak paling buruk dan Infantil yang pernah ditulls. orang di Indonesia. Darmanto juga melihat adanya gejal-gejala bahwa dimensl-dimen- sl kesenian di Indonesia telah Lihat halaman V kol. 1 Satu ciri khas dari sajak-sajak Darmanto adalah berbaurnya ber- bagai bahasa: Jawa, Inggris, Indo- nesia, Cina, Arab dan sebagainya. Darmanto memang punya alasan tertentu kalau ditanya, mengapa sajak-sajaknya menggunakan ba- hasa "gado-gado". Darmanto yang dilahirkan di Jawa, tumbuh dalam tradisi Jawa, juga pernah tinggal di Hawaii dan London, dalam masyarakat berbahasa Inggris, Ma- ka dalam proses penciptaan sajak- nya, ia tidak sadar bahwa sajak yang tercipta kata-katanya tidak selalu dalam bahasa Indonesia. Tampaknya sikap Darmanto yang diyakini sejak ia memunculkan sil kumpulan "Bangsat" itu masih medi dipertahankannya sampai saat ini. Terbukti dalam kumpulannya yang terakhir ini, Saya kira Darmanto adalah penyair kita yang patut diper- hitungkan-di samping Goenawan Mohamad, Subagio Sastrowardo- jo, Sapardi Djoko Damono dan Sutardji Calzoum Bachri. Di sam- evo ping sajak-sajaknya mencermin- kan kedalaman dalam menga- presiasi masalah, pikiran-pikiran yang terbias dari sajak-sajaknya begitu cemerlang. Dalam sajak "Isteri"misalnya, Darmanto ber- bicara dengan bagusnya tentang peranan, kedudukan seorang isteri bagi suami dalam kehidupan ru- de mah tangga, dalam struktur sosial -budaya Marilah kita baca: to pula yang akan memenangkannya. Alkisah, Inneke Sintawati, putri seorang jendral yang pernah menjadi atase militer di London, terlibat dalam percintaan dengan seorang bekas temannya waktu di SMA, Jamal namanya. Pemuda sederhana, putra seorang pensiun- an, tetapi yang mempunyai kesungguhan dalam belajar. Cukup banyak memang pe-1 muda yang menaruh hati kepada Inneke karena di samping wajah- nya yang cantik, ia cantik pula pribadinya; taat bersembahyang, sederhana hidupnya dan besar pula rasa kemanusiaannya. Bah- kan salah seorang dosennya pun pernah tergila-gila kepadanya. Tetapi hanya Jamal seorang yang beruntung menyinggahi hati putri seorang jendral tersebut. Jamal tidak hanya menarik hati Inneke; tetapi juga seluruh keluarganya. Mereka sepakat men- jadi Jamal sebagai pasangan Inneke kelak. -- isteri mesti digemateni la sumber berkah dan rejeki (Towikromo, Tambran, Pundong, Bantul) Tetapi malang tak dapat ditolak. Sebelum rencana mereka itu terlaksana, Inneke mengalami musibah waktu melihat pacuan kuda, dan menyebabkan gadis tersebut tak sadarkan diri sampai beberapa lama. Dan menurut ramalan dokter, andaikata dapat sadar nanti Inneke akan men- derita cacad seumur hidup, la akan lumpuh untuk selama-lama- nya. Un Ia sisihan kita, Sajak-sajak Yoko S. Passandaran di Kalteng Larut dalam diam-Mu tak berkeputusan. 20 Des. 79. PERJALANAN Menyusup jantung belantara, menyusur sept Kahayan Tiba kita di simpang alur, simpang Kehidupan Saat hampir habis malam, hampir akrab tujuan Masuk jalur pintas Anjir Kelampan, masih perlukah Kita berpikir dan bersitegang balik ke Palangkaraya Tak ada apa-apa lagi di sana, kecuall resah mencakrawala Sedang harapan terbentang juga bukan satu-satunya Kepastian Sehabis Teluk, pagi luruh bersama sisa usia Di dermaga Kuala Kapuas kita coba tambatkan jejak Rindu Pada tonggak sejarah dan untalan sajak Kerna kita bukan satu-satunya anak Adam, terluka Dan terjebak dalam kembara asing tak berkeputusan. Okt, 79, TERATAI 21 KUALA KAPUAS, SUATU SIANG, Ia te timbangan kita, Angin tak menawarkan kemungkinan, di kaca jendela Matahari tropika menyerang cuaca, merompak Sebagian isi kepala dan istirah kita sehabis kerja mengirim rantang ke sawah dan ngeroki kita kalau kita masuk angin. Oleh: Gunoto Sapariesim stolusya Isteri sangat penting untuk kita Dalam kamar itu engkau masih se tla Ditemani Sepi, memghitung tik-tok jam Dan menandai sisa usia dengan bayang duka Adam & Eva Siapa tahu peluh dan air mata bakal jadi Gerimis tiba Musim tak tercatat programa televisi malam tadi Di luar; entah camar entah elang, sendiri-sendiri Menukik di antara harap dan hari-hari kemarauku Siapa tahu kata-kata bakal jadi Rindu menderu Seteguk es dalam Gelas Sejarah saat ini, barangkall Lebih dibutuhkan daripada seonggok Buah-Purbant Yang menjebak kita dalam kembara panjang dan asing. Ah, entah siapa lebih dulu di antara kita Melempar kan sisa Apel itu keluar jendela Dan diperebutkan anak-anak dunia; Anak Kital KUALA KAPUAS: 1980 Kabutpun turun ke atas kota menusukkan jarum gelisah ke dada kita Ketika tak lagi sempat kurekam senyummu malam ini, dingin mencekam sajak-sajakku. Tak ada apa-apa lagi di antara kita bisa dibincangkan sambil menunggu Sept Sepotong hati yang masih tersisa Telah beku sendiri, sejak pagi. KUALA KAPUAS II 4 Nop. 79. Jauh dari galau teknologi, mentaripun tampak sarat terbebani nasib kita Jalur jalan setapak tak pernah bisa menyimpan jejak kita dari lumpur dan debu Di dermagaMu yang angkuh, kita pun asyik dengan diri sendiri, menatap hari Menghitung lalu-lalang perahu menghitung dosa-dosa luruh tak terpungkiri. 20 Des. 79. KUALA KAPUAS III, Angin sejak tadi mempermainkan buritan Jauh di seberang; aku meniti angan dan harapan Entah sampai kapan, musim yang Kautinggalkan menggaris panjang gigir Pelabuhan. Isteri sangat penting untuk ngurus kita Menyapu pekarangan Memasak di dapur Mencuci di sumur Tiang palka yang beku, kiam bisu terbungkam Rindu Sepasang camar menggeliat, entah ke mana Kauburu Sepi yang terenang, layar yang terkepak; Kehidupan Hlaupad aial buesama sbs shit ini kalau kita pergi kondangan kalau kita mau jual palawija Ia teman belakang kita, kalau kita lapar dan mau makan la sigaraning nyawa kita, kalau kita Ia sakti kita! Ah. Lihatlah. Ia menjadi sama penting dengan kerbau, luku, sawah dan pohon kelapa, Ia kita cangkul malam hari dan tak pernah ngeluh walau cape Ia selalu rapih menyimpan benih yang kita tanamkan dengan rasa sukur; tahu terima kasih dan meninggikan harkat kita sebagai lelaki, Ia selalu memelihara anak-anak kita dengan bersungguh-sungguh seperti memelihara ayam, itik, kambing atau jagung. Ah. Ya. Isteri sangat penting bagi kita justru ketika kita mulai melupakannya: Seperti lidah ia di mulut kita tak terasa Seperti jantung ia di dada kita tak teraba Ya Ya Isteri sangat penting bagi kita justru ketika kita mulai melupakannya. Jadi waspadalah! Tetep, madep, manteb Gemati, nastiti, ngati ati Supaya kita mandiri - perkasa dan pinter ngatur hidup Tak tergantung tengkulak, pak dukuh, bekel atau lurah Seperti Subadra bagi Arjuna makin jelita ia di antara maru-marunya; Seperti Arimbi bagi Bima jadilah la jelita ketika melahirkan jabang tetuka; Seperti Sawitri bagi Setyawan Ia memelihara nyawa kita dari malapetaka, Ah. Ah. Ah. Alangkah pentingnya isteri ketika kita mulai melupakannya Hormatilah isterimu Seperti kau menghormati Dewi Sri Sumber hidupmu Makanlah Karena memang demikianlah suratannya! -- Towikromo, HILDA Mengintip kisah asmara "Putri Seorang Jendral" bersama Motinggo Bus ye Oleh: S. Suharianto keadaan Inneke demikian, Jamal suci. Karena ia tetap yakin pada tetap mencintainya. Tetapi sang Jendral tidak sampai hati; karena itu surat-surat dari Jamal tak pernah disampaikan kepada Inne- ke. Demi membaca judul buku ini dan sekaligus membaca pengarang nya, tidak mustahil dalam benak pembaca kemudian muncul 'gam baran-gambaran seram dan adegan -adegan yang menggairahkan'. Ditunjang oleh gambar sampulnya yang nampak ceria, akan menam- bah gairah tersebut. Betapa tidak. Motinggo Busye selama ini dikenal sebagai pengarang yang paling top dalam hal melukiskan adegan-adegan kamar gelap. Gaya berceritanya mampu membuat berdiri bulu kuduk pembacanya. Dan kali ini yang menjadi obyeknya adalah putri seorang jenderal. Kehidupan serba lebih dan serba modern yang banyak diperlihatkan oleh keadaan golong an atasan dan golongan gedongan akhir-akhir ini, memperlengkap alasan munculnya gambaran yang indah indah sebagaimana yang penulis katakan tersebut. Andaikata bayangan demikian itu yang muncul pada waktu menyimak judul buku Motinggo Busye 'Putri Seorang Jendral' yang diterbitkan oleh Kartini Group ini, maka anda akan terkecoh tidak kepalang tanggung. Keluarga jendral yang menjadi sasaran pena Motinggo Busye kali Barangkali kalau ada model ini, benar-benar keluarga idaman. pilihan Keluarga Jendral Teladan, tokoh Jendralnya Motinggo inilah pasti yang akan menyandang kalau ada pilihan Putri Jendral predikat Teladan tersebut. Dan Teralim, pastilah Inneke Sinta wati, putri Jendral Telddan itulah Seperti sudah penulis kemuka- kan pada awal tulisan ini, kalau Dalam pada itu atas perawatan pembaca mengharapkan cerita Dr. Yaman Tiranda, Inneke dapat dan adegan-adegan serem dari sembuh seperti sediakala. Akibat pertemuan yang setiap hari antara kedua remaja tersebut, maka setebal 232 halaman ini, tak akan pun novel Motinggo kali ini, pembaca pasti akan kecewa. Dari novel terjalin hubungan cinta. Akhirnya pembaca jumpai sebuah mereka melangsungkan perkawin an, karena Inneke menganggap Jamal telah melupakannya. Tidak disangkanya, setelah melalui liku- liku perjalanan, Jamal dapat kembali ke tanah air. Niat Jamal yang pertamakali begitu sampai di Jakarta ialah akan melamar adegan yang dapat membuat bulu kuduk pembaca berdiri, sebagai- dan mana yang sering dapat kita jumpai pada novel-novel Motinggo yang lain. mengurus anak-anaknya, melain- kan seorang jendral yang selalu memberi nasihat kepada anak- -anaknya dengan:"...... bersujud- lah di hadapan Allah, dan kepadaNya, minta ampun-Nya. Kau boleh merasa dirimu anak seorang jendral, dear, tetapi dalam soal yang itu, baiknya kau ini masih seorang Tarunawati AKABRI yang belum berpengalaman. Kamu belum boleh menjadi letnan. Ijazahnya hanyalah surat nikah. Biarin papa atau kamu dianggap orang masih kolot. Ada saat-saatnya kita berpikir secara kolot, ada saat-saat nya kita berpikir modern. Modern kolot itu hanya soal perbedaan berpikir saja. Belum tentu yang modern itu lebih unggul dari kekolotan". (hal.70). Juga bukanlah seorang jendral yang mudah terpengaruh oleh rayuan-rayuan dan lupa Tuhan sudah melihat gambar Sudirman. Tetapi seorang Jendral yana gihadapan orang yang menawarkan 'balas jasanya' masih orang putri. Baru sepuluh tahun bukanlah tipe pemuda 'masa kini' dapat berkata: "Untuk kepenting- kemudian, yaitu setelah ayah yang sering kalap atau lupa an you nomer satu. Untuk sendiri Inneke meninggal, dan Inneke daratan bila sudah berdua-duaan; kepentingan saya nomer dua, telah menjadi janda melainkan dua remaja yang Untuk kepentingan rakyat nomer dengan tujuh orang anak, karena gemetaran bila bersentuhan ka- tiga. Dari mana saudara belajar suaminya telah meninggal, dike rena ingat kepada dosa, bahkan tatanan ekonomi ini? Tidak tahuilah oleh Inneke dari surat- sampai terkencing-kencing karena tahukah saudara, bahwa saudara surat yang disimpan ayahnya, takutnya terhadap Tuhan. (hal- telah menghina saya, menghina bahwa Jamal ternyata masih (58). kedudukan saya. Saya akan minyak dan ditugaskan di pulau Tuhan mengurnial yang diingin yang terlalu sibuk dengan urusan Sementara itu, Jamal menda- sangat mencintai Inneke. Dan jendral yang tampil di saudara tempatkan tak lebih dari pekerjaan di pengeboran kecuali hanya berdoa semoga Bagi Jamal tidak bisa lain, muka kita bersama Motinggo, kacung anda yang akan mendam- bukanlah jendral yang serba ada; pingi anda menghadap Pak Natuna. Walaupun sudah tahu kannya; karena cintanya cukup Menteri Maka sebaiknya anda urusan sendiri sehingga lupa tidak kembali kemari sebelum Kali ini Motinggo tampil di hadapan kita dengan wajahnya yang lain. Ia membawakan sebuah Inneke. Tetapi sayang sekali, yang wajah yang alim, yang selalu ingat ditemuinya bukanlah Inneke yang bila akan dosa-dosa dan kutukan- dulu; karena Inneke telah menjadi kutukan Tuhan. Inneke cantik nyonya dr. Yaman Tiranda yang berjumpa dengan Jamal bahkan sudah mempunyai se ngganteng seperti Tony Curtis, pat bertobat apa yang pernah ditulisnya dalam surat: 'Cinta yang baik itu tidak datang dari pacar yang buruk'. KUALA KAPUAS IV Gerimis luruh sejak senja, meninggalkan kota Sendiri dalam gerah cuaca. Engkau di sana Menghitung sisa jejak usia tertinggal di lumpur Mengingatkan kita pada Musim di negeri leluhur. Pada coklat wajah kuala kulihat bayangku Masih seperti dulu; pucat dan kelu Menatap gigir cakrawala, gigir Harapan Purba Diri terasa kian dungu dan renta. JUM'AT, 21 MARET 1980 Dan di dermaga ini: Waktu dipin tal Sept Menunggu gerimis reda, menunggu resah reda Nasib kita tambatkan diam-diam, entah sampai kapan. 1980. Demikianlah, pembicaraan se- pintas atas "Ki Blaka Suta Bla Bla", kumpulan sajak Darmanto Yt. Secara keseluruhan kumpulan Darmanto ini membuktikan, bah- wa Darmanto memang seorang penyair yang selalu gelisah men- cari, selalu bereksperithen. Setiap che las terbit kumpulan sajaknya, selalu te ma tampak perubahan baik sikap, arah perhatian, orientasi maupun di mana terbias dari sajak-sajaknya itu. Memang demi- kianlah seharusnya seorang pe- nyair: selalu kreatif! Kendal, Awal Maret 1980 SAJAK PAGI: Gerimis menyerahkan bisanya pada bumi Tak sia-sia, maniskul Sekuntum mawar di pojok pagi Bukti hakiki dari cinta kita yang bersemi nya dalam Sepasang burung memintas langit, luruhkan dingin Dalam ketak mengertian diri, dalam keasingan hati Seperti biasa, kita menyongsongnya tanpa kata-kata Dan angin, pohonan, jendela, horison, mentari, dan sepi Mengokohkannya dengan Rindu Abadi, dalam : Puisti, 4 Nop. 79. SAJAK ALIT BUAT A.S. Sepotong cermin yang tempo hari kita beli bersama Cuma menyimpan wajahmu saja Dan ketika semalam kupecahkan tanpa sengaja Esoknya ha timupun telah terbagi dua. K.Kapuas, 4 Nop. 79. SAJAK SORE HARI; Sebungkus rokok dan secangkir kopi buatan istri setia menemani kita, menikmati hari dan polust dalam selembar koran pagi hampir bast SAJAK LEPAS SENJA Hujan luruh selepas senja, tik-tiknya setia menemani redup cahaya neon-neon kota dan menyeka kita dengan dingin yang ramah. Engkaukah itu yang tiba, hablur pada bayang pohonan dan kaca-kaca jendela setia menyapa kita dengan Sepi yang hakiki. Kuala Kapuas; des 79 dalam konteks Khomatni, Rodesia, Palestina, dan Kamboja telah menjadi acara rutin televisi Dan malam tadi, berita itu diulangi setelah berita kenaikan harga rokok dan kopi menyusul harga minyak bumi yang naik sebelumnya. Matahari memang setia, selalu naik ke langit biru tapi masih juga sedia turun rendah ke balik cakrawala Entah di mana itu. (Mudah-mudahan saja dalam hati kita yang mulal gelisah ingat kompor hampir tak menyala dan listrik tiba giliran padam). Seperti nasib kita tak diketahui kapan naik dan turunnya dijadikan head-line koran-koran dan "Dunia dalam Berita". des 79. Belakangan ini sering diperbincang- kan disana-sini tentang apa yang disebut keterlibatan sosial bagi seorang se- niman, khususnya dalam konteksi perbincangan atau percaturan seni. Ada sementara kalangan yang beranggapan bahwa seorang seniman harus selalu tampil melibatkan diri seutuhnya pada situasi dan kondisi lingkungannya di saat-saat dan keadaan tertentu. Lebih dari itu seorang seniman dituntut juga untuk menyatakan sikap, menentukan pilihan serta dengan tegas memihak, atau dengan kata lain keterlibatan sosial bagi seniman adalah mutlak. Tapi ada pula golongan yang beranggapan pun dengan dalih dan argumentasi bahwa keterlibatan sosial seniman pada ling- kungan kehidupan sisoal tidaklah perlu. Artinya seniman tidaklah harus selalu terikat pada gejolak-gejolak yang terjadi dalam masyarakatnya, karena gejolak gejolak itu sendiri relatif tidak kenal, senantiasa berubah-ubah menurut arus dan pergeseran pengaruh-pengaruh selera selera tertentu dan keadaan dari berbagai disiplin. Tentang apa yang disebut keterlibatan sosial mungkin dalam beberapa hal masih saja merupakan kasus yang me- narik. Namun bagaimanapun harus diakui, bahwa setiap orang, dimana pun ia berada, tiada terkecuali seniman sejak mula ia dilahirkan dari rahim ibunya sampai pada saat jasadnya diturunkan ke dalam liang kubur senantiasa terlibat baik langsung atau tidak, secara aktif atau pasif pada kehidupan sosial yang mengitarinya Sekurang-kurangnya saya marah. Dan saya terpaksa mengatakan, bahwa saya tidak akan melihat muka kamu untuk yang kedua kalinya!" (hal. 164). Sungguh tepat memang apa yang dikatakan oleh Penerbit: 'Karyanya kali ini memang lain dari yang lain, tapi tidak meninggalkan gayanya yang sudah kita kenal'. Memang lain dari yang lain, karena Motinggo dalam novelnya ini sanggup mengendalikan ke- gemarannya 'merangsang emosi' pembacanya. Walaupun ia ber kisah tentang percintaan, namun sedikit pun tidak menampakkan keinginannya untuk menjadikan suatu cerita percintaan yang urakan. me- Sedangkan gayanya, manglah gayanya yang lama. Lancar bahasanya, lincah dalam bermain kata dan mahir menye- suaikan dialog-dialognya dengan suasana. Pendek kata kemampuan melibatkan pembaca ke yang sedang dilukiskannya, benar-benar masih dapat diandalkan. suasana 192 Keterlibatan sosial Fignam stude smeheg perbincangan seni Oleh: Muhammad Ali Sebagai cerita hiburan, hemat penulis novel Motinggo yang satu ini benar-benar merupakan hibur- an yang menyegarkan. Kehadiran novel-novel jenis seperti novel ini, walaupun dibaca oleh anak-anak di bawah umur sekalipun tidak perlu dikhawatirkan. Ternyata untuk menjadikan suatu cerita menarik, tidak perlu harus selalu mengekspos adegan-adegan ran- Jang. (S. Suharianto), 2 up hav danck hog dell keterlibatan itu misalnya berupa sentuh- an-sentuhan pengaruh, latar-belakang serta citarasa tertentu. Jadi tiadalah mungkin orang akan terlepas dan ter- pental sama sekali dari kehidupan sosial. Boleh jadi apa yang menjadi masalah ialah bagaimana kita menenggang ada menafsirkan keterlibatan sosial itu, ter- utama dalam hubungannya dengan seni- man dan penciptaan karya seni. Secara phisik para seniman kita hampir tak pernah absen dalam ke- terlibatan sosial. Hal itu dapat dibukti- kan dari sejarah pada hampir semua perjuangan untuk menegakkan kebe- naran dan keadilan. Misalnya dalam perang kemerdekaan, pengganyangan rejim seratus menteri orde lama, penum- pasan G 30 S PKI dan lain-lain. Tapi dalam karya seni hal itu tidak begitu mudah dapat dibuktikan. Adakalanya seorang seniman bertindak melawan arus, seolah-olah menentang opini masyarakat, bertolak belakang dengan tanggapan dan kehendak yang sedang bergejolak di tengah kancah kehidupan sosial. Misalnya pengarang Idrus dalam karyanya "Surabaya" tampaknya mencela habis-habisan "tokoh-tokoh" dalam pergolakan revolusi phisik kemerdekaan 1945 yang dikatakannya sebagai "badut-badut" dan "coboy- coboy", sehingga nyaris dituduh menjadi pengkhianat bangsa dan tanah air. Karena Idrus justru menyaksikan "revolusi kemerdekaan" itu dari kaca- mata kepengarangannya. Seorang sastrawan Jerman pernah dengan gigih- nya menentang perang ketika seluruh bangsanya menghendaki perang. Pablo Picasso yang melihat dengan mata kepala sendiri dan mengalami perangs saudara di Spanyol yang berlumuran darah dan kekejian penindasan kemu- dian dalam pengungkapan ekspresip dari kesan-kesannya yang membekas dari perang saudara itu dalam bentuk se ekor burung merpati. Orang bertanya- tanya mengapa burung merpati dan tidak sepatu laars yang menginjak batok. kepala seorang bayi? Penyair Rendra dalam sajaknya "Gerilya" melukiskan mayat seorang pejuang muda yang ter- bujur di jalan sepi, berwajah biru dengan tatapan mata biru yang hanya menarik perhatian seorang bakul sayur yang kebetulan melintasi jalan itu di pagi hari. Para seniman pada umumnya memang sering tertarik pada hal-hal "kecil" yang biasanya diremehkan oleh khalayak ramai peristiwa peristiwa yang tidak pernah menjadi berita, apalagi terpampang dalam head-line surat-surat kabar. Kejadian-kejadian yang kadang kadang di dalam koran-koran hanya di- selipkan sebagai berita kecil di antara iklan-iklan Margarine yang menyila lebih dari separuh halaman koran, acap kali merupakan sasaran sorotan para seniman. Seorang penyair menciptakan berbait-bait sajak, sastrawan menulis cerpen atau sebuah novel dua-tiga ratus halaman tentang kejadian-kejadian "kecil" yang dilupakan masyarakat. Semua ini tiadalah berarti bahwa para seniman kurang peka terhadap hal-hal "besar" yang bergejolak dan menjadi pusat perhatian masyarakat. Bagi seniman keterlibatan sosial hen- daknya ada kaitannya dengan nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai peradaban yang menjamin kelanggengan kehidupan umat manusia secara utuh dan menye luruh dan sekali-kali tiadalah keterlibat- an sosial berkecenderungan yang men- jurus ke arah pendangkalan-pendang kalan total. Pada hakekatnya karya seni yang baik ingin menerangi akal-budi dan tidak mau terikat pada ruang dan waktu. Lihat halaman V kol. 1 JU S b BAI pen Dep Hul 32183628 DE S yar Neg tan me sec dan ny te се Se "L Le Ke U di ia A pe se m fi se se P t I IN 3 m n se d: js a m u ar dl an se da pa ya dr op be pu de ma Or un pol ora ma was Ind kel ma me dib bar aka ban tak son pac kri neg