Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Suara Karya
Tipe: Koran
Tanggal: 1980-04-12
Halaman: 04

Konten


SUARA KARYA - HALAMAN IV SUATU pagi yang indah. Langit cerah tak berawan, embun berkilau diterpa sinar pagi. Angin bertiup sepoi- sepoi. Di sebuah pantai seekor Kura bertengger diatas pasir. Sinar matanya sayu menatap buih 2 ombak putih melanda tepian. Diantara celah 2 semak di pantai itu muncullah seekor kera meng- gendong bungkusan besar. Langkahnya tertatih-tatih, dadanya naik turun, napasnya tersengal-sengal. Ia nampak kecapaian setelah menempuh perjalanan jauh mengarungi hutan dengan sebuah beban dipunggungnya. Dilihatnya sahabatnya sedang asyik berbaring di pantai, seraya memberi salam. "Ha....hallo, selamat pagi Kura", tegur sang Kera sambil menyeringai kecapaian. Kura menoleh dengan mengibaskan kepalanya. "Eee......selamat pagi!", ja- wabnya gugup. "Apa yang sedang kau kerjakan, masih sepagi ini berada di tepi pantai", tegur Kera. "Aku sedang menikmati udara pagi", jawab Kura sambil menggeliat. "Kau kelihatan sibuk sekali hari ini, rupanya apa yang kau bawa itu?", tukas Kura. "Ah biasa saja, pulang dari kebun!". "Aku kan sedang mengadakan persiapan untuk pesta khitanan anakku yang kedua". Kuharap kau datang ya, dan jangan lupa ajak keluargamu", pinta Kera. Aahh..... beres aku pasti datang, bukankah kau saha- batku yang baik!". Dan jangan khawatir, kawan2 juga akan kuberitahu. Siapkan saja tempat dan hidangannya", tambahnya. "Jangan khawatir, semua sudah kuatur, pasti beres!", jawab Kera. "Tapi apa saja yang kau gendong hingga sekarung penuh itu?", tukasnya sambil menunjuk karung di samping- nya. "Buah 2an!". "Untuk keperlu- an pesta nanti", jawabnya sambil menggosok keringat. "Nah sekarang maukah kau menolongku!", pinta Kera. "Karena aku harus cepat- cepat kembali ke seberang sana. Kalau aku sendiri barangkali tak begitu repot. Tapi bagaimana dengan ka- rung ini!" Tak mungkin beban seberat ini kubawa sendiri. Nah karena itu aku minta bantuanmu" menyebe- rangkan aku kesana. -64 Jangan khawatir aku tentu akan membantumur ke sebe rang", jawab Kura. Setelah mengetahui isi karung itu, timbul pula seleranya. Dasar perutnya sudah keroncongan. "Kalau kau bersedia meno- longku sebagai upahnya nanti kuberi sesisir pisang", tukas Kera. "Ah tidak usah repot2, masa sama kawan saja musti pakai ongkos segala", jawabnya pura2. "Tapi begini Kera, aku tidak kuat untuk menyeberangkan kau sekaligus". Apalagi ge- lombang air sangat deras". Bagaimana kalau karung itu kuseberangkan dulu, baru kemudian aku balik mengam- bilmu lagi!", tukas Kura. "Baiklah kalau begitu", ja- wabnya. "Tapi kau harus balik kemari lagi". "Jangan khawatir, masa aku bohong!", jawabnya. MALAM TELAH TIBA Balas Dendam BAINA TOLONG PIJIT KAKIKU. BADAN- KU PANAS DINGIN. Kemudian kedua binatang itupun sibuk menyeret ka- rung kepinggiran. Kura segera masuk kedalam air, menerima beban itu. Setelah karung itu berada diatas punggungnya, iapun pelan2 meninggalkan tepian bergerak ke tengah. Kemudian melailah ia ber- gerak menggeser ke tengah. Ia sangat hati2 karena secara tiba2 saja air itu mengalir dengan derasnya gelombang- nya besar menerpa karung di punggungnya. "Hati2 kawan airnya sangat deras", pesan Kera. Kura tidak menghiraukan lagi pe- san Kera. Iapun segera meluncur menerjang ombak itu dengan tenangnya. Sang Kera mengikuti dengan pan- dangan mata penuh kekha- watiran. Tak lama kemudian sampailah Kura di seberang dengan selamat. Dengan ter- gopoh-gopoh, karung itu diseretnya ke darat. Napasnya terengah-engah. Ia menoleh kekiri dan kanan, suasana di sekelilingnya sangat lengang. Oleh: D. Soemarno Timbullah niat buruknya untuk memakan buah2an itu. Dasar perut sedang lapar, tanpa pikir panjang dilahap- nya buah 2an itu hingga habis. Padahal ia tahu, apa yang bakal terjadi seandainya Kera mengerahui bahwa buah itu telah habis. Pasti ia marah benar. Ah tapi biarlah toh dia tak bisa menyeberang, lagi- pula kita tak mungkin bertemu lagi. Hatinya tertawa geli, ia telah membodohinya. Sehabis makan terasa perut- nya sangat kenyang, matanya terasa mengantuk. Ia tertidur pulas diatas kulit buah 2 itu. Matahari hampir teng- gelam diufuk barat. Kura belum juga datang. Apa yang telah terjadi dengan sahabat ku di jalan, pikir Kera. Mungkinkah Kura mendapat kecelakaan? Ombak besar itu telah menghanyutkannya ber- sama dengan karungku? oh kasihan kalau hal itu terjadi. Pada suatu malam bulan purnama, Kera sedang beristi- rahat menghibur diri disebuah pantai. Diatas rumput ia merebahkan badannya. Ke- dua tangannya dilipatkan dibawah kepalanya. Kaki kirinya ditumpangkan di atas kaki kanan. Matanya menatap kebulan. Teringat pula peris- tiwa yang menimpa sahabat- nya beberapa bulan yl. Rasa harunya timbul lagi menyeli- muti dirinya. PUTRI PANDAN SETELAH PULANG DARI PASAR IBU BAINA JATUH SAKIT. TUBUHNYA LELAH SEKALI. Tiba2 terdengar sesuatu dari arah semak 2. Matanya tajam menatap semak2 yang ber- goyang. Daun 2 itu bergoyang, bunyi kayu2 kering gemera- tak diinjak kaki2 kuat. Timbul rasa curiga, itu pasti Tuhan dengan menengadah terus ke langit". Kau akan kembali tengkurap kalau Tuhan telah mengampuninya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan curang itu". begini tertawa sendirian!", tukas Kura kemudian. "Hhee....hee.....hee "Nah selamat tinggal Kura". .heeeee.....sungguh indah, "Aku masih banyak pekerja- indah!". an yang harus diselesaikan", tukasnya sambil meninggal- Kembali Kera tertawa sambil kan tempat itu. menunjuk ke atas. "Apanya yang indah kawan" memang sangat Kura tambah heran. "Kau lihat di sana, itu.....tuh.. ..pemandangan indah di bu- lan", tuk as Kera menunjuk ke bulan. Kini Kura terlentang sampai beberapa lama. Ia menyesal atas perbuatannya dan se- andainya ada orang yang mau menolongnya, ia bersedia menjadi budak dan hamba. Ia berjanji tidak akan mengu- langi perbuatannya yang merugikan orang lain. lega "Lihat itu, bidadari2 sedang asyik berjoged dan...ooiihhh. harimau yang mengintainya....itu di seberang sana taman Ia sudah mengira itu pasti bunga yang indah dengan seekor Kura, sahabat lama beraneka macam bunga. Se- dan yang dikiranya sudah mati. muanya serba indah menyenangkan. Kura ingin meyakinkan apa sebenarnya yang telah terjadi terhadap diri Kera. "Apa yang kau bilang di bulan itu", Kura tambah heran, Kura mulai percaya dengan apa yang dilihat Kera. Kura lebih dekat duduk di samping Kera. Tapi ia belum melihat apa2, kecuali sinar yang terpencar dan bintang2 di langit. IBU BIKIN REPOT SAJA la masih berdiri terpaku memandang jauh keseberang. Dengan rasa sedih dan pilu iapun pergi meninggalkan pantai itu. Sepanjang jalan terbayang nasib malang yang "Hehe...kedatanganku ke ma- menimpa sahabatnya. Ia adalah untuk minta maaf merasa berdosa dan beratas kelancanganku dulu!", hutang budi pada sahabatnya tukasnya dengan nada lem- yang terpaksa harus mengor- bankan jiwanya. but. "karena waktu itu aku sangat lapar sekali setelah berenag, kalau tak ada buah itu mungkin aku telah mati. Kemudian buah 2an itu telah habis kumakan. Tak lama kemudian aku jatuh sakit, tukasnya memelas. "Sudahlah, kawan!"Tak usah kauspikirkan hal2 yang sudah lalu. Kebunku masih lebar dengan hasil buahnya yang melimpah, tukas Kera sinis. "Maafkan aku, pada pesta khitanan anakmu aku juga tak bisa hadir, karena saat itu berbarengan dengan lahirnya anakku yang kedelapan, sam- bung Kura. BAKNI seekor harimau sedang me- ngintainya. Kedua telinganya matanya dipasang baik2, tajam memperhatikan gerak daun 2 itu. Nampak samar- samar diantara semak itu seekor mahluk bergerak me- nuju ke arahnya. Punggung- nya nampak jelas jelas benda bulat berkotak-kotak. Hati- karena bukan nya ia membolak-balik Lama pikirannya. Kalau begitu kura telah masih hidup, aku tertipu olehnya. Timbul pula rasa gemasnya. Nah, baiklah aku akan berpura-pura la kembali tiduran seperti se- mula. Sang Kura mendekati perlahan-lahan, maksudnya untuk datang meminta maaf. Ia tahu betul sifat Kera tidak boleh tersinggung. Kalau marah sangat menakutkan. Kura akan mencoba mem- bujuknya. Lagi pula pasti ia sudah lupa dengan uah yang kubawa dulu. Akhirnya Kura memberanikan diri mendekati Kera dengan senyum yang dibuat2, Kera pura2 tidak mengetahui kedatangan saha- batnya itu, la sendirian. Sesekali bertepuk tangan kegirangan seperti orang tidak waras. Kura yang dari tadi hanya mengintip memperhatikan tingkah laku- nya pelan2 mendekatinya. tertawa "Hallo selamat malam saha- batku yang baik!". "Selamat malam", jawab Kera pura2 kaget. Ia kembali tertawa dan bertepuk tangan. Ia terus memperhatikan ke atas, sambil menunjuk-nunjuk bulan seakan ada sesuatu yang ganjil dibulan. Dengan terbongkok-bongkok makin mendekat untuk meya- kińkan apa sebenarnya yang diperbuat oleh sahabatnya itu. Kura Kasihan dia, mengapa Kera jadi begitu. Apakah mungkin karung tukasnya. hilangnya buah2an itu, desahnya. Tapi biarlah akan kucoba meng- karena hiburnya. Tak mengapa kawan, kalau kau sendiri memang sedang repot", jawabnya." Tapi apa yang sedang kau kerjakan ditengah malam BAINA BAINA DAN BAINI SIBUK MENGENAKAN PAKAIAN YANG BAGUS. "Kau tak dapat melihatnya, itu di bulan bidadari 2 sedang asyik berjoged, menari dan berpesta pora dan ooiihh.... itu dewa-dewi bulan datang lagi berselendang sutera indah berwarna-warni." "Mana.....mana.....aku tidak melihat apa2", sambung Kura. "Tentu saja caramu melihat sambil tengkurap, mana mung kin dapat melihat dengan jelas", jawab Kera. Kembali Kera tertawa sambil menun- juk kebulan. "Aku tak melihat apa2, betul...eee.....kecuali bin- tang2 yang mengelilinginya", "Maukah kau melihat dan menyaksikan apa yang terjadi di bulan?". kau "Tapi caranya kau harus terlentang seperti aku ini!", tukas Kera meyakinkan. Rasa ingin tahu makin meyakin- kan. "Tapi aku tak bisa terlentang!". Maukah menolongku, menelentangkan badanku yang bulat ini", pinta Kura. "Baiklah, mari kubaringkan badanmu", jawab Kera. "Kini saatnya kau menerima DIA BUKAN IBUKU MASIH TERNGIANG-NGIANG DI TELINGANYA PERKATAAN ANAKNYA YANG MENUSUK HATI. CERITA ISMAIL SAMORA Kini kau harus minta ampun kepada CINTAILAH IBUMU WALAUPUN IA MISKIN DAN JELEK RUPA. Sebagai sutradara Umar Yacob dengan pemain a.l. Tahta Perlawanan, Yunina, Irva, Muchlis, Atma Wijaya, Buyung, Andreas, Lukman, Derti, Dawati, Evi, Rima, Betti, Vinni, Verda, Henni. Iyum, Fauziah, Hilman, Fer- ry, Tintin, Hermi, Ria, Habi- bah dan Anisah. menggapai-gapai. Kera mem- rintahkan agar Kura mulai menatap kearah bulan dengan sungguh-sungguh untuk bebe- lama. Perintah rapa itu diturutinya namun hanya cahaya dan bintang2 yang terlihat. Kura tidak tahu kalau Kera telah menjebak- balasanku", desah Kera. Tan- pa pikir panjang lagi segera Naskah karya Firman Tri- badan Kura yang tebal, bulat yadi ini mengisahkan Barok dan kuat itu ditelentangkan Ingin Jadi Raja yang untuk itu naik hingga keempat kakinya menuju gunung turun gunung Akhir nya sampai di suatu kerajaan yang sedang mengalami gem- pa bumi. Lalu ada suatu pengumuman barang siapa yang bisa menaklukan gempa bumi akan diangkat jadi raja. nya. Hatinya puas karena telah dapat membalas demdam atas kelicikannya. Kera berkemas-kemas untuk meninggalakan tempat itu. Sebelum meninggalkan tem- pat itu ia berpesan pada Kura untuk terus menatap langit sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan. "Haaaaa......haaa....haaa kau tak akan melihat apa2 kecuali bintang2 itu., karena kelicik anmu maka rasakan sekarang akibatnya". DIA PELAYAN KAMI MEREKA ADALAH ANAK YANG KULA- HIRKAN DAN KUBE- SARKAN. BAINI TOLONG MASAK OBAT UNTUK IBU ADI ingin sekali berkun- jung ke rumah kakek dan nenek, yang berada di sebuah kota kecil. Betapa rindunya ia akan sambal petis yang selalu dibuatkan neneknya. Kepada neneknya, Adi selalu minta dibawakan jambu, bila kakek- nya akan menjalankan tugas sebagai masinis kereta api. Kini Adi bergembira, kare- na cita-citanya pada kwartal ini akan tercapai. Bergegas ia 'NTAR SAJA BRINI MAU PERGI BU.. menguak pintu dan menda- patkan ibunya. Tas sekolah dilemparnya ke kursi. "Bu, Adi libur bu. Adi mau ke rumah nenek ya bu?" Ibunya yang sedang masak meman- dangnya. "Berapa hari libur- mu, Di?" kata ibunya. "Se- puluh hari bu. Adi ingin Acara Untuk Anak-Anak Teater anak-anak GRPS akan mementaskan sandiwara "Barok Ingin Jadi Raja" pada Sabtu 12 April 1980 pk 17.00 wib dan Minggu besok- nya pk 10.00 wib di Teater Tertutup Taman Ismail Mar- zuki. Grup tetater GRPS sebagai pemenang ke III pada Fes- tival teater anak-anak se DKI 1980 yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (S.8) Suatu petang Pa pulang dari ladang. Setelah menero- bos ladang jagung, memerik- sa., Pa nampak kecewa. Wajahnya sangat jengkel. "Kita harus mulai mena- nam yang baru. Lebih sepa- ruh rusak". "Oh Pa. Kenapa?" tanya Laura. eska eeeeeeeeeeeeeeeeee "Belalang. Belalang sial- an", kata Pa. "Begitulah selalu. Belalang sama cepat- nya dengan manusia. Itulah yang biasanya diperoleh seba- gai hadiah panenan di daerah yang baru". Bergegas Adi menyambar tas yang dilemparkannya tadi kemudian membuka dan me- ngeluarkan buku raport. "Tak ada merahnya, bu". Ibunya tersenyum puas melihat kera- jinan anaknya. Tak ada limanya, rata-rata tujuh, Ke- mudian ibunya menatap Adi. "Nanti kita bicarakan dengan ayah", demikian /ucapannya. Sekarang hampir musim panen jagung. menjadi sangat indah. Pohon Di ladang pemandangan jagung berwarna hijau tua dan hijau muda. Menyembul dari tangkainya jagung gemuk. Yang terjurai dari ujung buah jagung adalah rambut ikal berwarna coklat. Warna cok- lat itu sebagai tanda adanya buah jagung. Tanda tanaman Grace kau mau mendengar kan lagu yang cocok untuk tempat ini?". berhasil. Warna itu sangat nyata di antara kelilingan warna hijau, dari rumput dan daun-daun. "Mau Pa". "Baik, dengarkan". Beberapa hari kemudian, Adi sudah berada di rumah kakek dan neneknya. Rumah itu tak begitu luas, tapi bersih dan banyak pohon-pohonnya. Diantaranya Adi menyenangi pohon cermai. Neneknya pan- dai sekali membuat manisan cermai. Dan manisan cermai menjadi kegemaran Adi. "Nek, kenapa kakek be- lum pulang?" tanya Adi pada suatu sore. Kakek seorang Masinis berlibur ke rumah nenek ya bu?" "Tapi....bagaimana ra- pormu?" tanya ibunya. "Ah, kau selalu tak sabar menanti kakekmu. Apa lagi yang kau pesan hari ini?" tanya nenek Adi sambil tersenyum. "Topi, nek". neneknya terse- Kembali nyum. Sementara kenangan- nya melayang kepada suami- nya, di mana kini ia sedang menunaikan tugasnya. Kakek Adi sudah mencapai lima puluh tahun umurnya. Tapi masih kuat dan tangkas. Selama tujuh tahun kakek Adi menjalani tugasnya seba- gai masinis. Tiba-tiba nenek Adi ter- sentak. Adi yang sedang bermain dengan kucing kecil tiba-tiba menghambur keluar. "Kakek....kakek datang.', te- riaknya. AESTHORN Kakeknya tertawa-tawa Segera sebuah topi yang dipegangnya ditelungkupkan di kepala Adi. Adi merenggut topi itu dan memperhati- kannya. Puas sekali wajahnya. Segera Adi menuntun kakek- nya. "Bulan depan kakek bebas tugas", kata kakek ketika mereka sama-sama te- lah duduk di ruang tengah. Adi terkejut. Betapa tidak, Pa berhenti sebentar. Se- perti mengingat-ingat. Kami semua melihat, memperhati- kan dan menunggu. Pa mulai. Sebutir jagung untuk bela- lang Sebutir jagung untuk bela- lang Sebutir lagi untuk bela- lang Sisanya tidak juga tumbuh "Oh, Charles, "Ma protes, tetapi tertawa. Ma tidak menganggap permainan kata Pa lucu. Akan tetapi Ma tidak bisa berhenti tertawa karena- nya. Apalagi jika diingat bahwa yang dimaksudkan Pa dengan lirik "sisanya tidak tumbuh" berubah menjadi kulit binatang, seperti diarti- kan untuknya. Untuk kulit binatang yang dulu pernah diberikan Pa kepada nya. Grace merangkul kaki Pa. Pa mengangkat, ke atas. Lalu memeluk, mencium pipi Gra- ce kumis dan jenggotnya untuk membuat rasa geli. Grace tertawa senang. Saat seperti itu Grace teringat nyanyian yang diajarkan Pa. Yaitu nyanyian waktu mena- nam jagung. Sekarang Grace hanya bisa dimengerti oleh menyanyi dengan penuh ke- mereka yang bersangkutan. banggaan. Suaranya memang Dalam hal ini Pa dan Ma. sering dipuji Pa. Belalang-belalang itu sa- ngat jahat. Lagu-lagu seperti itu mem- punyai makna tertentu. Yang Sebutir jagung untuk bu- rung Mereka makan biji ja- disebar. Sebutir lain untuk ayam gung yang baru Sisanya tumbuh jangkung Dengan cakarnya belalang itu Dua butir jadi seladang mampu mengais tanah, me- ngorek biji jagung dan meng- hancurkan. Nyanyian itu selalu dinya- nyikan anak anak dan orang Dan sungguh ajaib. Selu- tua. Isinya mengenai cara ruh ladang yang begitu luas, menanam jagung. Dari empat bisa digerayangi semuanya. butir yang ditabur, satu butir Biji yang harusnya tumbuh di dimakan burung, satu butir tanah subur, bisa dikorek. dimakan ayam. Sisanya, dua Padahal untuk melakukan butir tumbuh subur. Begitu- itu berarti belalang itu harus lah lirik dari nyanyian itu. menemukan lubang kecil tem- "Nyanyian itu sudah ku pat biji jagung ditanam. Ini no", kata Pa. "Di daerah ini, saja tidak mudah karena biji nyanyian itu tidak cocok lagi. itu ditimbuni tanah. Dan FLOP * Oleh: Deded Setia setelah kakek tak lagi menjadi memesan keinginannya. masinis. tak mungkin lagi "Tapi tak usah khawatir, kita Kolom kita "SEPERTI OMBAK DI LAUT" Andaikan aku kuat seperti ombak, Ombak di laut mw Akan ku usir segala yang tak kusenangi Ku usir, ku usir sampai hilang di hadapanku Aku melihat ombak, dengan hebatnya ia mengusir segala benda yang menghalanginya Aku merasa iri Gatot Wahyu Sutrisno Jl. Pancasila K31/e Batujajar INDONESIA MERDEKA Gagah perkasa Dulu dijajah Dijajah; dijamah! Di sana darah, di sini darah Aku ingin kuat, kuat seperti ombak di laut Oh, tetapi tak mungkin Tak mungkin aku akan kuat seperti Ombak di laut Oh, tak mungkin ini akan tercapai. Pasar bавиту kecil obadi kuko Jaya A Padahal itu baru ketika biji ditanam. Belum nanti kalau ada sebagian yang Bar Kebumen POR CERITA BERSAMBUNG (1) Kucing sebagai sahabat Oleh:Laura Ingalls Wilder TERJEMAHAN: ALVIN TRIYANA letaknya agak jauh ke dalam. tumbuh. Berarti belalang, setelah me- nemukan jagung yang dicari harus menggali. Dan yang lebih ajaib lagi ialah kenyata- an bahwa jagung yang berha- sil dimakan belalang itu jumlahnya banyak sekali. Jadi berapa sesungguhnya jumlah belalang itu?. SABTU 12 APRIL 1980 Indonesia! Indonesia! masih bisa naik kereta api tanpa bayaran", demikian kakeknya berkata, Sore itu Adi bangga sekali. Dengan topi di kepalanya, Adi tak ingat lagi bahwa kakek akan berhenti dari jabatannya sebagai masinis. Di sini peperangan Kaki besi menyeringai Bambu runcing menyerang Serang! Terjang! Kini merdeka Merah putih dikibarkan Hidup Indonesia Merdeka! Merdeka! ETTY DWI DAMARWATI SDK "Santo Yosef" Kelas: IV NGAWI Jawa Timur. Ins FONT MAKSUT Kiriman: Prasojo MN SD Kutosari I Kebumen JATENG 0 Anda mendapatkan Kesulitan dalam PERL ide maiso makanan barang sedikit pun. Di mana saja kita letakkan, tikus-tikus itu datang menci- cipi. Hi, tikus sumber penya- kit". Lalu setelah reda rasa jijiknya, Ma melanjutkan. "Pa, di mana kita bisa mencari kucing?". "Belalang ini harus dila- "Daerah ini tak ada ku- cing. Bahkan di kota, di toko binatang pemeliharaan tak ada. Wilmarth kemaren itu wan", kata Pa. "Sebaiknya berkata, ia ingin mencari dari kita memelihara kucing, se- daerah lain. Di sebelah timur perti dulu. Seperti kucing kita sana". yang berwarna Susan Hitam. Si Hitam bakal memangsa seluruh belalang". "Saya juga perlu kucing di rumah", kata Ma menyetujui cepat. "Tikus rumah makin bandel dan berangasan. Kita tak bisa meninggalkan sisa Demikianlah mereka se- mua, seluruh isi rumah mulai berpikir untuk bisa menda- patkan. kucing. Kucing se- bagai sahabat yang dibutuh- kan. Untuk melawan belalang, tikus, dan untuk menjadi teman. (Bersambung).- P.T.MEGA JEMBATAN MENUJU SUKSES ..Eksport, Import Distribusi? atau Segeralah hubungi kami. Pelayanan lebih memuaskan S B