Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Suara Karya
Tipe: Koran
Tanggal: 1980-05-22
Halaman: 04

Konten


SUARA KARYA - HALAMAN IV Hantu-hantu bergentayangan di pelabuhan perikanan Semarang menjual, ikan2 kami dicuri. Bah- kan diambili seperti miliknya sendiri oleh oknum2". KAMAR MAYAT itu terletak di bagian paling belakang di dalam komplek rumah-sakit pemerintah terbesar yang ada di kota Sema- rang, Jawa Tengah. Warga kota se- tempat menyebut: itulah kamar- mati RSU "Dr. Karyadi". "Kenapa tidak lapor kepada KUD?" tanya Walikota. "Begini Pak", Hartono mulai berkisah. "Sejak bulan Pebruari tahun ini, kapal2 penangkap ikan yang biasanya mendarat di pela- buhan perikanan Semarang (Ujung) dan melelangkan ikannya di TPI Semarang, banyak yang lar! ke lain daerah, Batang dan Peka- longan, dan melelangkan ikannya di sana". Persis di belakang kamar-mati, berseberangan dengan sebuah gang, terletak perkampungan penduduk yang cukup padat. Kam- pung ini letaknya agak di ketinggi- an, mirip sebuah bukit yang seolah- olah memangku seluruh bangunan rumah-sakit. "Kami tidak mungkin mampu melawan mereka pak, sebab me- reka punya sungu (tanduk) atau senjata", jawab salah seorang petugas keamanan KUD terang- terangan. Belasan meter arah timur kamar- mati, melintas sebuah jalan besar: Jl. Dr. Karyadi, memanjang dari arah selatan ke utara menuju jan- tung kota Semarang. Diwaktu malam, suasana di Jl. Dr. Karyadi, terutama yang berdekatan dengan kamar-mati, selalu nampak redup, remang-remang. (FOTO: SK/Bs).- Salah satu sudut pemandangan pantai Semarang diambil gambarnya dari sebuah kapal patroli milik Polri. Di pelabuhan perikanan pantal Semarang itu, perdagangan ikan berlangsung tak sehat. Lampu penerang jalanan tidak sebenderang di tempat2 lain. Dan rumah2 tua dengan halaman luas serta pepohonan rindang yang ter- dapat di sebelah timur jalan itu, selalu membawa kesan tersendiri bagi setiap pejalan kaki yang melewatinya. Dari sebuah rumah tua yang dibayangi keredupan Jl. Dr. Karyadi itulah cerita tentang "hantu2" yang bergentayangan di sekitar pelabuhan perikanan Sema- rang yang terkenal dengan nama Ujung mulai tersingkap sedikit demi sedikit. *** SENIN, 12 Mei 1980, sekitar lepas Isya pukul 8 malam, Waliko- ta Semarang, Imam Suparto, de- ngan kemeja batik warna saga nampak turun dari mobil yang ber- henti persis di pintu masuk peka- rangan rumah tua itu. Di sana sudah ada Surodjo (Ketua Umum Puskud Perikanan Jateng), Rumei (Ka. Bag. Sospol Kodya Semarang), Drs. Sunarno (Ketua KUD Perikanan "Usaha Mina" yang mengelola tempat pelelangan ikan atau TPI Ujung), Hartono (Manager KUD), serta be- berapa pengurus KUD yang lain. Di ruang tamu rumah tua itu sen- diri, sejak sore harinya sudah ber- kumpul sekitar 20 orang, terdiri dari para nelayan, pemilik kapal, bakul (pedagang) ikan, makelar ikan, petugas keamanan KUD, yang semuanya setiap hari bergulat mencari kehidupan di pelabuhan perikanan Semarang. Karena melihat ada Walikota, "Suara Karya" yang malam itu se- benarnya ingin main-main ke kamar-mayat RSU "Dr. Karyadi" terpaksa ikut menyelinap ke hala- man rumah tua itu. "Ada apa ini?" tanya "Suara Karya" kepada Joko Mulyono, Sekretaris Puskud Perikanan dan anggota DPD HNSI Jateng, yang ternyata sudah berada di sana, ber- sembunyi di sudut halaman yang agak gelap. "Kita dengarkan saja bersama apa yang nanti mereka bicarakan", jawabnya setengah berbisik. *** YANG pertama-tama angkat bicara adalah Surodjo sebagai tuan-rumah. Ia mempersilahkan para pengurus KUD dan semua yang hadir untuk mengemukakan segala sesuatunya dengan blak- blakan. "Tidak usah takut-takut", katanya. Lalu Drs. Narno selaku Ketua KUD menyambung dan mem- persilakan Hartono, Manajerr KUD "Usaha Mina" untuk men- jelaskan persoalan yang akan di- adukan kepada Walikota dan Ke- tua Umum Puskud. Hartono menyodorkan catatan. Pada bulan Januari 1980, di pela- buhan perikanan Semarang masih terdapat kapal 448 buah. Bulan Pebruari, tinggal 370 kapal saja Suatu keributan terjadi di tengah tengah kerumunan penon- ton yang menyaksikan pemilihan kepala desa di desa Sukorejo Kendal baru baru ini. Setelah diteliti, keributan kecil tsb, terjadi karena Sujari pen- duduk desa setempat jatuh pingsan secara mendadak, Para penonton di sekitarnya dan para petugas keamanan segera membe- rikan pertolongan, dan petugas kesehatan segera dipanggil untuk merawatnya. Dari beberapa orang penonton diperoleh keterangan, Sujari yang semula duduk dengan tenang mendengarkan penghitungan sua- ra itu, mendadak jatuh pingsan karena keluarganya yang ikut mencalonkan diri sebagai kepala desa, Dalan: tidak terpilih. pemilihan kepala desa di desa Sukorejo itu, ada dua calon yang maju, masing-masing Hasanudin (28 th) seorang lulusan STM, yang mendarat, bahkan pada tang- gal 23 bulan itu, sama sekali tidak ada kapal yang mendarat dan me- lelangkan ikan di Ujung. Bulan berikutnya, Maret, jum- lah kapal yang mendarat menyusut lagi, tinggal 342 buah/sebulan. Bulan April, makin sunyi, karena hanya 278 kapal yang mampir. Berarti, rata-rata sehari kurang dari 10 kapal. Dan bulan Mei ini, setiap hari hanya 2, atau 3, paling banyak hanya 4 kapal yang men- darat. Merosotnya jumlah kapal itu tentu saja meresahkan bakul2. Se- telah diadakan penyelidikan oleh KUD, ternyata sebabnya ada dua. Pertama, harga ikan sangat ren- dah. Dan kedua, karena keamanan di sekitar TPI tidak menentu. Harga ikan basah, tercatat hanya Rp.75,- per Kg. Bahkan tak jarang hanya mencapai Rp.55,- atau Rp.60,-. Ikan asin, berkisar antara Rp.25,- sampai Rp.37.50 per kg. Dengan harga seperti itu, para pemilik kapal tentu saja enggan melelangkan ikannya di TPI Sema- rang. Akibatnya lalu berantai. Kecuali para bakul menjadi mengeluh, juga pemerintah daerah rugi, karena jumlah retribusi dari TPI menjadi merosot juga jumlahnya. Sebagai gambaran, kalau biasanya pro- duksi ikan yang dilelang di TPI Ujung mencapai sekitar Rp.2,-mil- yar setahun, sekarang tinggal kira- kira separonya. *** WALIKOTA Semarang, Imam Suparto, agak tertegun juga men- dengar cerita itu. "Lalu kenapa bisa begitu", tanyanya. Latar belakangnya, menurut Hartono begini. Dulu, di tahun 1978, di pelabuhan perikanan Semarang memang berkembang sistem pembelian ikan secara bo- rongan. Artinya, para pemborong langsung membeli ikan ke atas kapal. Baru kemudian para pemborong itu yang melelangkan ikannya di TPI. Pada mulanya, sistem itu di- anggap menguntungkan bagi para nelayan (pemilik kapal), karena tanpa repot-repot bisa cepat mene- rima uang, dan bisa langsung ber- layar lagi. Celakanya, sistem borongan itu kemudian menjadi membudaya. Dan diantara para pemborong kemudian timbul klik-klik, yang satu sama lain saling bersaingan, menyerbu ke kapal2 yang men- darat. Sedikitnya, di sana sudah ada 3 klik (grup) pemborong ikan. Akhirnya, TPI menjadi sunyi, nyaris tak berfungsi. Para pem- borong itu memang nakal. Yang diselenggarakan di TPI hanya ikan2 jenis murahan. Sedang ikan2 yang bagus seperti tengiri, kem- bung, cumi2, bawal, dan lain-lain dijual di luar TPI. Surodjo ganti bertanya: "Kena- pa para pemilik kapal itu mau men- jual ikannya kepada pemborong, tidak lewat TPI saja?" Seorang pemilik kapal yang lain menambahkan:"Kalau kami nekad melelangkan ikan ke TPI, juga per- cuma. Sebab, para pemborong Pertanyaan itu dijawab oleh salah seorang pemilik kapal yang hadir: "Kalau kami tidak mau yang punya backing itu sudah menguasai TPI. Mereka sudah mampu mempermainkan harga. Kalau ada bakul yang menawar tinggi, mereka akan mengancam. Kalau tidak mengancam, ya, merampok terang-terangan. Per- nah seorang bakul melelang dengan harga tinggi sebanyak 50 kg ikan. Tahu-tahu, ikannya tinggal 30 kg. Yang ngambil ya oknum2 itu". *** "POKOKNYA begini", tukas seorang pemilik kapal, "kalau pi- hak pemerintah tidak segera menertibkan soal keamanan di pelabuhan perikanan Semarang, kami tetap takut untuk mendarat di sana. Lebih baik kami melelangkan ikan ke Pekalongan atau Batang". Kedua pelabuhan yang disebut itu Ff Desa yang masih berstatus desa Swadaya dengan luas areal 1.190,515 Ha serta berpenduduk 4.352 orang itu, memiliki suatu kelebihan dalam hal kesadaran Pemilihan lurah di kab. Kendal Mendadak pingsan, lantaran keluarganya tak jadi lurah dengan mengumpulkan 2,269 taruhan atau judi. Karena hampir suara dan Rokhyan keluarga seluruh penduduk desa Sukorejo Sujari hanya berhasil mengumpul- yang terdiri dari 7 dukuhan tsb kan 901 suara. "rumplek" di tempat pemilihan, maka petugas keamanan terpaksa dikerahkan untuk menjaga segala kemungkinan yang mungkin ter- jadi, seperti adanya ganggung keamanan, pencurian di rumah rumah kosong dan lain-lain. jaraknya kira-kira 70 dan 55 kilo- meter sebelah barat Semarang. syarakat untuk mewujudkan desa itu menjadi suatu desa yang mengundang siapa saja yang datang ke daerah itu menjadi betah. Di Batang dan Pekalongan, harga ikan cukup lumayan. Pemi- lik kapal "Pulo Mas" mencerita- kan: "Sekali lelang kami mem- peroleh uang Rp.94,- ribu. Kalau di TPI Semarang paling paling Rp.57 ribu." Menjelang pukul 10 malam per- temuan di rumah tua dekat kamar- mayat RSU "Dr. Karyadi" itu usai. Sedangkan Jahrodi, pejabar ke- pala desa tidak ikut serta menjadi calon, karena tidak lulus ujiannya. Jumlah pemilih seluruhnya tercatat 3,800 orang, yang tidak hadir 357 orang dan kartu yang rusak terdapat 273 buah karena tidak dicoblos atau coblosan lebih dari satu, arena judi. Pemilihan Kepala Desa Suko- rejo yang diselenggarakan di Japangan SD itu, mendapat perharian cukup besar tidak saja dari masyarakat desa setempat. tetapi juga dari daerah lain seperti Weleri, Candiroto, Temanggung bahkan ada yang datang dari Wonosobo cukup jauh juga, Seorang penduduk desa Parean kepada Suara Karya mengatakan, ia beruntung mendapatkan rejeki nomplok sejumlah Rp. 100,000,- dari seorang botoh (rukang judi) dari Weleri yang menang taruhan. Lho kok banyak sekali, itu uang apa?", tanya SK, "Sebagai upah. karena saya diserah. memegang surat perjanjian racuh- an antara seorang botoh dari Wonosobo dengan botoh dari Kedatangan mereka itu bukan Weleri." jawab sekedar untuk menonton, tetapi orang yang beruntung itu. "Taruhannya apa dengan maksud tertentu, yaitu sih, upahnya bagitu besar?", login mengadu nasib dengan cara tanya SK. "Taruhannya tidak Satu-persatu para pemilik kapal, nelayan, bakul, dan pengurus KUD itu meninggalkan Jl. Dr. Karyadi. Tapi di wajah mereka tetap mem- bayang rasa ketakutan. Salah se- orang pemilik kapal bahkan te- rang-terangan berbisik kepada "Suara Karya": "Wah, rasanya saya takut pulang nih. Sebab hantu2 di pelabuhan Semarang itu sudah Di kab. Bangli - Bali: ganasnya. Mereka punya mata2 di mana-mana. Ja- ngan-jangan saya dicekik di tengah jalan". Salah seorang petugas keamanan KUD menambahkan: "Saya sen- diri pernah diginikan", katanya sambil meremas leher bajunya sen- diri.. "Soalnya, saya waktu itu menegur seorang pencuri ikan, yang ternyata punya backing". TIDAK jelas, bagaimana jadi- nya dengan persoalan "hantu2" yang bergentayangan di pantai Semarang itu. Walikota Semarang sendiri memang belum menjanji- kan sesuatu tindakan. Di depan orang2 yang mengadu itu, ia memang mengatakan salah satu alternatif, yakni: dengan memindahkan TPI dan tempat pendaratan kapal2 penangkap ikan ke tempat lain yang agak jauh dari oknum2. Yang jelas, kata Surodjo, dalam kemelut di pelabuhan perikanan Semarang itu, memang terkait juga Jateng, kewibawaan Gubernur yang sudah mengeluarkan SK (Surat Keputusan) yang melarang pembelian/penjualan ikan di luar ΤΡΙ, SK Gubernur itu tujuannya jus- tru untuk melindungi para nelayan dan bakul dari permainan harga oleh pihak-pihak yang tidak ber- tanggung jawab. Desa Sukamulya pemilik "Halaman Sejahtera" terbaik se Jawa Barat Sebuah desa terpencil di Kecamatan Cugenang Cianjur, berhasil melejit di forum Jawa Barat dalam segi keberhasilan masyarakatnya membudayakan dapur sehat dan halaman sejahtera. Desa itu bernama Sukamulya yang baru berdiri dua tahun yang lalu setelah dimekarkan dari desa asalnya yang bernama desa Gin- tung. Dilingkungan tanaman teh per- kebunan Gedeh yang menghampar hijau dan udara pegunungan yang sejuk, hampir semua penduduk desa itu memiliki halaman yang dimanfaatkan menjadi "warung hidup" dan "apotik hidup". FED FU 1500 BARDKASO Apakah pemerintah daerah Kotamadya Semarang akan mam- pu mengamankan SK Gubernur itu, wallahualam. Tak seorangpun yang berani menjawab sekarang. Entah besok atau kapan-kapan?. (BS).--- (FOTO: SK/Djal).- Suami istri N. Patah dan ny. Atikah, pemilik "Halaman Sejahtera" terbaik se Jawa Barat. Penduduk desa Sukamulya kabupaten Cianjur itu, semula tak mengetahui bila tanaman "warung hidup" dan "apotik hiaup" di halamannya, merupakan salah satu program PKK. Halaman2 rumah penduduk desa Sukamulya itu menjadi "warung hidup" karena penuh ditanami tumbuh-tumbuhan seper- cabe, bawang, wortel, kubis, ketela, kangkung darat, tomat, seledri, dan tanaman lain- nya yang mengandung gizi, serta menjadikan halaman itu sebagai "apotik hidup" karena ditanami tumbuh-tumbuhan yang mengandung obat-obatan tra- disional seperti surawung, jawer kotok, kumis kucing, koneng gede (FOTO: SK/Ika).- Gadis-gadis desa Peninjoan kab. Bangll. Manis dalam gemulai tarian Ball. Di balik tembok (latar belakang) bertumbuhan pohon salak yang hasilnya mampu menyaingl salak Sabetan yang sudah terkenal. Peninjoan, semula desa gontok2 an, kini menanti panen raya cengkeh Desa itu berlokasi di sebelah timur kota Bangli propinsi Bali. Dulu desa itu terkenal sebagai desa "gontok-gontokan". Di sana pernah bercokol tokoh2 politik "desa" yang sangat fanatik, Akibatnya desa Peninjoan, demi- kian nama desa itu, menjadi desa namanpun rumbuh subur, se- hingga serentak puluhan orang juga mulai." Dan akhirnya lebih serentak lagi sekitar th, 1974 penduduk kompak mengikuti. Dan dalam kancah waktu itulah mereka bersatu mengikut pem- bangunan" kata Pegeg. yang mandeg pembangunannya, karena masyarakatnya selalu di- adu domba. "Saya waktu itu menjadi sangat bingung" kata Perbekel (Lurah) Desa Peninjoan, Made Pegeg. "Ya..terpaksa ikut diam saja" tambahnya. Kemudian desa itu menjadi desa yang sungguh2 melarat karena pen- duduk hanya bisa menanam ketela rambar untuk menunjang kehidupan se-hari2, tanaman2 lain, sama sekali tidak ada. Dan bukan sampai di situ saja. Tanaman salak ternyata dapat hidup subur juga di daerah itu dan mulai ditanam penduduk sebagai tanaman pagar kebun. "Setelah tanaman salak, maka desa menjadi bulat bersatu membangun dan tidak gontok-gontokan lagi" kata Pegeg. tanggung tanggung mas, sebuah kendaraan colt station yang harganya jutaan. Lumayan mas, keria ringan upahnya besar", katanya. Memang dalam setiap acara mulai "Begitu pembangunan digalak kan, saya baru bisa mulai berbicara" ucap Pegeg. Sedikit demi sedikit masyarakat mulai kembali sadar untuk melihat secara nyata keadaan desanya yang sudah gersang dimakan oleh kericuhan. Waktu itu saya mulai dari promosi tanaman cengkeh" kata Pegeg. Dari tanaman ini penduduk satu dua orang mulai mengikuti. Setelah berselang beberapa tahun ta- Kini desa Peninjoan sudah dapat digolongkan mulai mekar. sebelum program PKK(Pembinaan Bahkan jika dilihat dari hasil2 dan sebagainya. Itu sudah dilakukannya jauh Kesejahteraan Keluarga) mulai dipopulerkan di masyarakat pedesaan, sehingga ketika program PKK itu mulai dipraktekkan 2 tahun yang lalu, masyarakat desa Sukamulya baru menyadari kalau pemanfaatan setiap jengkal pe- karangan rumah yang selalu dilakukan itu merupakan salah satu program PKK. Ketika diadakannya Lomba Halaman Sejahtera se Jawa Barat bulan lalu, Kelompok Wanita Tani "Sekar Arum" di kampung Barukaso desa Sukamulya yang dilombakan ternyata berhasil meraih Juara ke II. Sedangkan dalam Lomba Dapur Sehat yang masih berkaitan dengan Halaman Sejahtera dan PKK berhasil meraih Juara ke I se Jawa Barat. Masalah "dapur sehat" tidak akan kita bahas lebih jauh, namun tentang halaman sejahtera itulah yang akan kita telusuri sampai sejauh mana pekarangan dengan "warung hidup" dan "apotik hidup" itu memberikan suatu manfaat bagi pemilik dan lingkung annya. Untuk itu penulis secara khusus mengadakan wewancara singkat dengan N, Patah (46 tahun) dan Ny. Atikah (40 tahun), suami-istri pemilik Halaman Sejahtera terbaik di Jawa Barat. Ny.Atikah sebagai ibu rumah tangga yang "rancage" (cekatan dalam mengurus rumah tangga) bercerita tentang pengelolaan halaman rumahnya. Tanah pekarangan rumahnya yang hanya 12 M2 itu semula tidak terpikir akan memberikan manfaat bagi kehidupan rumah tangganya. Terdorong oleh kebutuhan biaya rumah tangga yang semula hanya mengandalkan hasil kerja suami- nya N.Patah sebagai buruh bengkel di kota Cianjur, maka tanah Lihat halaman VII kol. 3 merasa Dari jejak ini kemudian penduduk secara pribadi2 mulai aman, lebih2 setelah dijagokan sebagai desa yang akan maju ke perlombaan desa PKK terbaik, penduduk menjadi lebih kompak lagi membangun rumah tangga masing2 dengan menanam tanaman yang berguna. "Di sini paling sedikitnya tiap keluarga memiliki 50 pohon pepaya dan beberapa are tanaman karang kitri untuk kebutuhan se-hari2 " kata Pegeg. "Dan lebih syukur lagi desa ini berhasil dibangun lagi dengan menggalakkan VUTW" tambahnya. Sebab dulu, desa Peninjoan sangat menolak VUTW yang digolongkan sebagai mela- wan kehendak Yang Maha Esa." Sekarang saya rasa sudah sangat baik, paling tidak kami sudah aman sehingga tinggal memikirkan soal kesejahteraan saja" katanya. Hasil. pemilihan Kepala desa di mana- pun di daerah Jawa Tengah selalu dimantaarkan sebagai arena judi bagi boroh-boroh dari berbagai dacrah, Sebagai taruhannya, tidak rerbaras pada uang jutaan rupiah, sudah dicapai, desa Pe- ninjoan sudah kelihatan mulai menikmati hasil pembangunan, yang merupakan buah dari situasi aman. "Betul-berul setelah desa ini aman, hasilpun berdatangan" kata Made Pegeg. Hasil2 yang dimaksudkan adalah: pekarangan penduduk kini sudah sedemikian rapi berisi tanaman sayuran, yang dapat dipetik untuk kebutuhan sehari hari. Cengkeh yang ditanam sebanyak 100.000 pohon dise- luruh desa itu, akan mulai panen raya yang pertama. Salak yang ditanam sebagai tanaman pagar sejak beberapa bulan yang lalu hasilnya sudah mengalir mem- banjiri pasaran Kintamani. Rasa Salak desa Peninjoan itu sangat manis, melebihi rasa salak Sibetan Karangasem yang terkenal itu. "Yang masih menjadi masalah, bagaimana membuat hasil pepaya bisa mendapat harga yang me madai" kata Pegeg. Sebab setelah salak berhasil, kini pepaya yang dikirim dalam jumlah yang banyak ke Kintamani mendapat harga yang cukup rendah. Satu pepaya yang dijual di Denpasar 200,- seharga Rp. di desa Peninjoan paling laku Rp. 25,- "Ini yang merepotkan karena kalau tidak dijual bisa busuk, sedang kalau dijual lakunya sangac murah" katanya, Sedang hasil sayur 2-an masih digolongkan cukup lumayan harganya. Dan rentang cengkeh yang akan panen raya bulan Desember nanti sudah disiapkan sebuah KUD yang akan ikur mengelola hasilnya, (FOTO: SK/090).- Suasana pemilihan kepala desa Sukorejo kab, Kendal, ketika sedang diadakan penghitungan suara. Begitu diumumkan hasilnya, ada orang pingsan mendadak. mati. "Masyarakat di sini kini betui2 bergairah mencoba segala macam ranaman" kata legeg. Di desa nya tetapi juga tidak lupur pula barang/harta benda, walaupun barang tsb. merupakan alat untuk mencari nafkah. Masalahnya lagi: halal apa tidak? (090). juga dicoba menanam tanaman panili. "Sudah 10 ha dicoba" ujarnya. Tapi untuk tanaman panili itu, penduduk ternyata mengalami kekecewaan. Hampir seluruh tanaman tidak mau berbunga, Hanya pernah 40 tanaman berbunga tetapi, jarang. Dan selesai berbunga, tanaman itu mati tanpa sebab. "Kami sudah laporkan ke Dinas Perkebunan" ujar Pegeg, (ika). Drs GBPH Poeger mengisya- ratkan, Yogyakarta bakal masih kebanjiran anak yang kepingin sekolah di "kota pelajar" itu. Dengan sendirinya, peminat tetap akan lebih besar ketimbang daya tampung yang tersedia. Kakanwil Drs Poeger menga- kui, di Yogyakarta memang masih timbul satu anggapan adanya sekolah-2 favorit, baik di tingkat SLP maupun SLA. "SMA Negeri 1 dan III misalnya, kalangan masyarakat luas menganggapnya sekolah favorit", ujar Drs Poeger sembari tertawa. Maka untuk mencerminkan asas pemerataan dan mengatasi jangan sampai calon siswa "lari" semua ke sekolah-2 favorit, pihak Kanwil P dan K DIY mengambil satu kebijaksanaan tentang pene- rimaan siswa baru. Yaitu dengan membarengkan testingnya, baik jam, hari maupun tanggalnya. Seperti SMA 1, III, VI dan SMPP (Sekolah Menengah Per- siapan Pembangunan), testingnya jatuh tanggal 16 dan 17 Juni 1980. Untuk SLTP demikian juga. SMP Negeri I sampai dengan VIII yang setiap tahun selalu mendapat "pasaran" ramai, testingnya di- barengkan, tanggal 16 dan 17 Juni mendatang. KAMIS, 22 MEI 1980 Pengusaha 2 taksi desa Menganti terima kredit Pedoman pelaksanaan pene- rimaan siswa baru dengan cara seperti itu, menurut Drs Poeger sebetulnya sudah mendekati ke sistem rayonisasi sebagaimana diterapkan di beberapa kota lain. Kata dia lagi, untuk propinsi DIY sampai saat ini belum memungkinkan dipergunakan sis- tem rayon, karena lokasi sekolah begitu terpencar dan jumlah sekolah di masing-2 wilayah Kabupaten tingkat II tidak merata, GRESIK, (Suara Karya).-- Sebanyak 17 buah taksi dari jenis Toyota Kijang telah diserahkan oleh Bupati Gresik Wasiadji, S.H. kepada para pengusaha kendaraan dari desa Menganti, kecamatan Menganti, untuk selanjutnya dioperasikan kejurusan Menganti di Kabupaten Gresik ke Terminal Joyoboyo di Kotamadya Surabaya. Kendaraan yang diserahkan pada hari Selasa minggu lalu itu dimaksudkan untuk mengganti taksi yang sudah sangat tua dan sudah tidak mungkin lagi dapat dipertahankan. Para pengusaha memperolehnya dengan kredit lewat BRI Cabang Gresik dengan harga Rp.3.250.000, sudah terma- suk pembayaran untuk asuransi selama 3 tahun. Selain diharusl an mencicil kreditnya, kepada para pengusaha diharuskan menabung lewat program Tabanas sebesar Rp.5.000, setiap harinya. Tentang hasil EBTA tahun 1980 ini, Kakanwil Dep P dan K DIY memperhitungkan, SD Ne- geri yang ada hanya akan mampu Pada waktu upacara penyerahan taksi2 desa itu, pimpinan dari Per- satuan Pengusaha Angkutan Pe- desaan Menganti, Karsimianto, menjelaskan, pengusaha yang selu- ruhnya akan menerima kredit di- rencanakan 46 orang, tetapi baru terwujud untuk 17 pengusaha. Dengan kendaraan tua dahulu me- reka hanya mampu mengusaha- kan 3 kali perjalanan pulang pergi (pp) tetapi dengan kendaraan baru ini diharapkan akan dapat di- tempuh 5 kali perjalanan pp dengan kapasitas muatan 12 penumpang dan ongkos sebesar Rp.200,- setelah ada kenaikan BBM. (FOTO: SK/B. Rasyld).- Bupati Gresik Wasiadji SH sedang memeriksa "taksi2 desa" milik pengusaha 2 taksi desa Menganti, yang diperoleh secara kredit. "Taksi2 desa"" itu digunakan untuk mengangkut penumpang jurusan Menganti-Terminal Joyoboyo. Ketika ditanya tentang "nasib" kendaraan tua itu kemduian, Karsimianto merencanakan untuk Prinsipnya, Yogya terima siswa dari manapun, tetapi.... menampung 70% - 75 %, SLP Negeri diperhitungkan hanya mampu menampung 30 - 40 % lulusan SD, sedangkan SLA Negeri hanya bakal mampu menampung 20-30% saja. yang ada di lingkungan Kanwil P dan K DIY, pada dasarnya terdiri dua proyek, yaitu pisik dan non pisik. Pada prinsipnya, Kantor Wi- layah (Kanwil) Departemen P dan K Propinsi DIY tidak akan menolak siswa dari manapun yang ingin melanjutkan sekolah di Yogya. Tetapi terbatasnya fasilitas persekolahan di DIY dibanding "membludagnya" anak-2 luar Yogya yang ingin belajar di Yogya, selalu mengaki-, batkan terjadinya posisi lebih besar peminat daripada siswa yang tertampung. Melihat daya tampung yang sangat terbatas ini, Kakanwil mengijinkan sekolah-2 untuk menyelenggarakan seleksi. "Na- mun dalam seleksi nanti, kedu- dukan sosial, jabatan atau peng- hasilan orang tua/wali tidak boleh Drs dijadikan dasar", tegas Poeger. Kepala Kanwil Dept P dan K DIY Drs. GBPH Poeger dalam wawancara khusus dengan Suara Karya Selasa di kantornya Jalan Cendana 9 Yogya, lebih jauh mengungkapkan, "kita lihat saja di tahun ajaran 1979/1980". Dia tambahkan, lantaran pe- merintah tidak bisa memberikan biaya seleksi, setiap sekolah Sekitar 1.719 SD yang ada di DIY hanya mampu menampung 54.806 murid dari 57.692 anak yang berminat masuk sekolah dasar. kemudian 408 unit SLTP yang tersebar di seluruh DIY ( Daerah Istimewa Yogyakarta) hanya mampu menampung 43.400 siswa, padahal peminatnya ada 49.320 anak. Sedangkan dari 289 unit SLTA yang ada, hanya mampu menampung 19.640 sis- wa, padahal peminatnya sebanyak 23.640 anak. menganjurkan kepada rekan- rekannya agar dioperasikan ke tra- yek di sekitar kecamatan Menganti, antara lain menuju kecamatan Krian di Mojokerto, atau ke- camatan tetangganya Cerme dan Kedamean. Sebagaimana diketahui kecamatan Menganti terletak dalam kawasan yang mengharuskan adanya jalur trans- portasi ke berbagai daerah di sekitarnya, mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah pada hubungan jalan antara Kabupaten Gresik menuju kotamadya Sura- baya di sebelah timur dan Kabupa- ten Mojokerto serta Kabupaten Sidoarjo disebelah selatan. "Salah satu kesulitan bagi kami" ujar Kasimianto, "adalah rusak parahnya jalan raya antara kecamatan Menganti sekitar 5 kilo- meter menuju kotamadya Sura- baya. Sehingga untuk menempuh jalan tersebut diperlukan waktu yang cukup lama, lagi pula dapat membahayakan kendaraan". Mengamati pelaksanaan EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) tahun 1979/1980 yang berlang- sung bulan April dan Mei 1980 ini, Kakanwil P dan K DIY Drs Poeger menjelaskan, beberapa SLP dan SLA di DIY penye- lenggaraan EBTA-nya terpaksa digabung dengan sekolah negeri. Hal itu terjadi, lantaran belum terpenuhinya syarat-2 seperti digariskan Kanwil P dan K, di antaranya belum teraturnya pela- jaran, kondisi guru, murid dan sebagainya. Dari 329 SLP, 57 diantaranya menggabung di beberapa SLP Negeri. Sedangkan dari 221 SLA yang menyelenggarakan EBTA dengan peserta sekitar 22.511 siswa, sebanyak 9 SMA swasta menggabung ke SMA Negeri dan 10 SPG Swasta digabung dengan SPG Negeri yang ada di DIY, Tetapi Bupati Gresik dalam sambutannya di hadapan para pemilik di pendopo Kabupaten pada saat penyerahan kunci kenda- raan kepada para pengusaha telah menjawab keluhan mereka, dengan menyatakan jalan yang rusak itu akan segera diperbaiki dengan dana Inpres tahun anggaran 1980- 1981 ini juga. Namun Bupati mengharapkan kepada para penge- mudi agar senantiasa menjaga sopan santun berlalu lintas, meng- utamakan keselamatan penum- pang, dan menghindari bahaya ke- celakaan lalu lintas yang dewasa ini cenderung meningkat. (B. Rasyid).--- mutu DIP Rp.4,5 milyar lebih. Guna meningkatkan pendidikan berikut pemerataan kesempatan belajar, Kanwil P dan K DIY menjabarkannya dalam bentuk program-2 atau proyek, yang dalam tahun anggaran 1980/1981 keseluruhan proyek menelan biaya Rp.4,5 milyar lebih. Proyek-2 itu, terdiri dari 15 proyek ditambah 8 sub proyek. Menurut Drs. Poeger, proyek-2 naman Kakanwil Dep. P&K DIY Drs. GBPH Poeger. diperkenankan memungut biaya. dengan SLA, pembinaan bantuan Untuk tingkat SLP maksimum visual-aid bagi Taman kanak-2, Rp.1.000,-, tingkat SLA maksi- kerja nyata para siswa, pena- mum Rp.1.500,- dan untuk rasa kesadaran untuk SPG/SGO dan SGPLB pungutan bersikap mandiri lewat pembinaan maksimum sebesar Rp.1.750,- OSIS dan kepramukaan, dan masih banyak lagi. Termasuk pula pengintegrasian sekolah kejuruan pertama menjadi SMP yang disempurnakan, kecuali beberapa sekolah yang tetap dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan te- naga dalam pembinaan dan pengembangan desa terpadu. Usaha pembinaan dan pengem- bangan pisik mencakup, reha- bilitasi gedung berikut ruang kelas. Mer ibah ruang kelas dan ruang praktek ketrampilan pada gedung lama serta membina dan mengembangkan sekolah swasta yang telah menjadi partner dalam pembangunan pendidikan. Sementara, upaya pembinaan dan pembangunan non pisik, menurut Drs Poeger diwujudkan dalam penataran guru-2 dari tingkat Taman Kanak-2 sampai Asrama Bhineka. Ditanya tentang gagasan be- berapa kalangan tentang perlunya dibangun satu asrama Bhinneka Tunggal Ika, Kakanwil Dept P dan K DIY sangat setuju. Sebagai pendidik, dia melihat asrama Bhinneka itu bila kelak terwujud di Yogya merupakan satu jawaban bahwa perasaan sukuisme betul-2 sudah hilang ditelan rasa kesatuan dan persatuan antar suku, sh "Saya rasa untuk Yogya tidak sulit untuk menyatukan para mahasiswa dan pelajar dari seluruh Indonesia yang ada. Karena sebulan sekali, secara bergilir mereka mengadakan pen- tas Sabang Merauke sebagai satu bentuk keakraban antar suku", tandas Drs Poeger. Meski tanggung jawab pen- didikan terletak ditangan peme rintah, masyarakat dan orang tua. Namun orang tualah, kata Drs. Poeger, yang mempunyai tang- gungjawab terbesar. Ditegaskan lagi, paling banter Lihat halaman V kol. 3