Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1989-03-18
Halaman: 04

Konten


4cm HALAMAN IV TAJUK RENCANA Para Pemimpin Perlu Dibekali Keterampilan Mengelola Konflik DALAM suatu masyarakat yang tumbuh ke arah keterbukaan dan kedewasaan, konflik-konflik sosial cenderung untuk mendapat wadah dan saluran ekspresi yang makin tegas dan berani. Lebih-lebih jika konflik itu be kumulatif dan ak Cukup mencengangkan kita semua bahwasanya dalam satu ma- syarakat dusun kecil bernama Kedungombo satu sikap ketidakpuasan massal bertahan begitu tegas sehingga bisa dianggap merepotkan para pejabat yang harus menanganinya serta menimbulkan rasa iba dan solider pada sejumlah kawula yang mampu memahami persoalannya. Sebanyak 1.200 kepala keluarga Kedungombo menolak menerima uang ganti rugi tanah serta menolak untuk meninggalkan tempat tinggal- nya yang tiap detik makin tinggi digenangi air, karena memang dusun ini diproyekkan sebagai kawasan bendungan. Jadi sikap mereka dengan bersikeras tinggal di kawasan bakal bendungan itu bisa dimisalkan seba- gai menanti saat terkubur hidup-hidup. Tragis memang, apa pun alasan dan persoalan para penduduk dusun ini. Pertanyaan yang gampang menyembul meminta penjelasan lantas "Apakah sesungguhnya 1.200 KK ini termasuk ke dalam jajaran kelom- pok-kelompok masyarakat yang sudah bisa disebut terbuka dan dewa- sa?". Agaknya sulit bagi kita untuk menyebutnya demikian. Lantas, apabila bukan demikian masalahnya, bagaimana kita harus menerangkan biang kerok sikap semacam ini? Apakah dengan ini kita harus melihat jauh ke belakang, kepada sejarah masa silam daerah dan rakyat Kedungombo? Ataukah kita harus menganalisis kemungkinan- kemungkinan terjadinya mismanagement (salah kelola) dan misconcep- tion (salah pandang) oleh pihak-pihak yang berwajib? Kedungombo termasuk wilayah kabupaten Boyolali. Sebagian besar daerah ini memang daerah yang kekurangan air pada musim kering. Pembangunan di daerah ini banyak dijegal oleh faktor air yang pada masa silam tidak menopang. Maka pembangunan waduk di dusun ini akan memberikan sumbangan yang sangat besar buat rakyat di daerah Boyolali sendiri dan sekitarnya. Pada zaman kejayaan PKI kekuatan dan pengaruh komunis sempat menggerayangi wilayah ini dan merusak nilai- nilai tradisional yang baik. PKI berhasil menghidupkan semacam kecen- derungan mental yang mengarah pada kecemburuan sosial, kecurigaan dan brutalitas. Dalam hal perilaku sosial seperti itu jelaslah bahwa kita tidak bisa mempersalahkan dan memvonis masyarakat kecil yang terbiasa hidup di dalam kondisi tak ideal itu. Keberhasilan PKI dahulu dalam mempengaru- hi masyarakat karena PKI menggunakan taktik agitasi, berlagak jadi satu-satunya pahlawan bagi rakyat kecil dan mempraktekkan intimidasi. Akan tetapi, kenapa mereka yang erindukan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat sejak dahulu -- lantas pada zaman pemba- ngunan sekarang ini justru memperlihatkan sikap yang menantang ? Apakah sikap ini hasil "didikan" PKI ataukah hasil "didikan" pembangun- an yang sarat dengan berbagai informasi? (Didikan PKI mempersempit pandangan hidup, sedangkan didikan pembangunan memperluas wa- wasan). Agaknya persoalan ini sendiri bisa dinomorduakan, karena masalah- nya sekarang menjadi berlainan, yakni "bagaimana kita menyelamatkan 1.200 KK ini dari ancaman tenggelam?". Kalau kita mengabaikan urgensi pemecahan ini berarti kita mengabaikan nyawa ribuan anggota ma- BATAM bukan sembarang hantam. Pulau kecil terletak di ujung Singapu- ra itu telah memalu genderang perlawnan untuk menantang Bali di belan- tika pariwisata Nusantara. Didukung oleh Pemerintah Pusat, Batam telah memaklumkan dirinya sebagai daerah tujuan wisata yang akan merebut posisi Bali sebagai penyandang gelar "terbanyak dikunjungi wisatawan asing", sebagaimana disebarluaskan oleh media massa beberapa waktu lalu. Akankah gayung bersambut dari Bali menentang tantangan Batam ini?, Rasanya tidak ada suara-suara lantang yang ingin memberikan kesedia- an melayani karena pernyataan itu merupakan hal yang lumrah saja dalam bidang bisnis. Batam mempunyai hak untuk itu setelah mengukur kemampuan dirinya. Barangkali lebih masuk akal apabila kita apungkan data dan memper- sandingkannya sebagai perbandingan karena bagaimana pun data akan lebih berbicara bahkan dapat membungkam mulut siapa saja yang ingin bersitegang leher dalam adu pendapat. Dari lantai 20 salah sebuah gedung bertingkat (tower) yang menjulang di seberang patung kepala singa, lambang kota Singapura dekat gerbang laut masuk kota itu, Batam dan Sambu begitu dekat. Dengan ferry Batam dapat dicapai dari Singapura hanya dalam 15 menit. Dari awal pemba- ngunannya, Batam memang didandani untuk mengambil sebagian peran Singapura yang sangat strategis itu, dari peran sebagai pemasok bahan bakar dan air bagi kapal-kapal laut, pusat perdagangan dan akhir-akhir ini sebagai pusat rekreasi dan pariwisata. Oleh karena letaknya dekat Singapura, Batam dapat menyedot wisata- wan dari Singapura sendiri atau wisatawan mancanegara yang tengah mencuci mata di negara pulau itu. Dengan berbagai upaya, kegiatan- kegiatan pemancing wisatawan dikembangkan dan diusahakan agar wisatawan bisa lebih lama menikmati Batam. Hanya Sekadar Penggugah Semangat Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan fotokopi identitas "Communis"-nya Pendeta Inswiaji maaf'. Si ibu, yang kadung mang- kel menjawab ketus: "Masih men- dingan tahi Indonesia ketimbang tahi Belanda." Kata-kata memang sering me- nimbulkan kesan yang bukan- bukan. Lebih-lebih jika ditangkap oleh orang yang tidak memahami sejarah dan konteks kata-kata yang dipertanyakan. Sekadar menyebut satu contoh saja, maka "taai" (di- ucapkan sebagai "tai") sebagaima- na dipakai oleh orang Belanda, artinya tidak seseram "tahi" Indo- nesia. "Taai" Belanda artinya cu- ma "liat" atau "keras". Maka dari itu ada satu cerita iseng begini. Pada satu hari seorang Belanda diundang makan oleh satu keluarga Indonesia. Sesudah selesai santap, sang ibu ru- mahtangga bertanya kepada si ta- mu bule. "Bagaimana makanan kami menurut Anda". Si bule yang hanya mengerti sedikit bahasa In- donesia menjawab: "Bagus! Saya sangat disenangkan. Cuma...itu daging saya pikir agak taai. Maaf, kalau saya berkata begitu." Mende- ngar komentar yang kurang sedap itu wajah si ibu yang semula seperti permaisuri mendadak sontak ber- ubah seperti Jero Luh (pasangan Jero Gede). Karena merasa ada "something wrong" dengan kata- katanya, si bule pulang ke hotel de- ngan rasa kurang enak. la cepat-cepat buka kamus. Dan- duilah! Lha kok artinya gawat. Cepat-cepat si bule menemui si ibu dan minta maaf dengan membong- kok-bongkok melebihi gaya orang Jawa dan orang Bali. Katanya serius: "Maaf, ibu! Saya tadi berkata 'tai' ya. Tapi maksud saya 'tai Belanda. Jadi sekali lagi Demikian pula kata "commu- nis" yang tidak sama artinya de- ngan "komunis" (communist) yang biasa kita pakai di sini. Dalam du- nia Kristen, di mana kata-kata La- tin sering dipakai, kata "commu- nis" artinya "umum". Orang Kris- ten mengenal "gratia communis" (anugerah yang diberikan kepada semua orang) dan "gratia particula- ris" (anugerah khusus, maksudnya hanya diberikan kepada orang per- caya atau Kristen doang). Bahkan dari informasi melalui media massa yang dapat kita serap, kegiatan seni budaya dari seluruh Indonesia dipusatkan di sana menjadi semacam taman budaya agar memuaskan para wisatawan, tanpa ber- payah-payah keliling Indonesia. Genderang pernyataan yang bergema di Batam, jangan-jangan me- rupakan strategi dan taktik yang dilontarkan oleh orang Bali sendiri untuk membangunkan Bali dari mabuk kepayang di atas ranjang pariwisata. Nah, jika demikian, pernyataan itu bukannya disambut dengan sikap menentang tetapi hal itu merupakan tantangan untuk beradu ulet dan Pulau Batam sendiri tidak lebih besar dari separuh Pulau Bali. Jika kiat, karena pada akhirnya yang memiliki kualitas sajian terbaik akan tujuan kedatangan turis ke Batam hanya sekadar mencuci mata, maka memenangkan persaingan. Hal itu sehat dan baik adanya. Dekatnya jarak Batam dengan Singapura dan dapat dihubungkan setiap saat, merupakan salah satu faktor yang kita perhitungkan sebagai nilai lebih Batam dalam upaya memancing wisatawan dari Singapura. Kita tahu, di seberang lain negara pulau itu orang pergi-datang ke Johor Bahru, hidung Malaysia, dalam jumlah yang tidak sedikit setiap saat. Dengan demikian jumlah wisatawan asing yang menyeberang ke Batam bisa meningkat cepat melampaui Bali. Saran saya pada pihak pena- nya, mbok yang tanyalah secara pribadi kepada yang bersangkutan. syarakat kita, yang justru harus kita bela dan untuk apa dan siapa kita telah berpayah-payah memperjuangkan kemerdekaan. Barangkali kita bisa mengajukan alternatif-alternatif pemecahan masalah sbb: a. Biarkan 1.200 KK itu mangkal dan mendongkrok (mempertahankan posisi) di dusunnya. Jika nanti air tiba dan tiada pilihan lain, tentunya berdasarkan akal sehat mereka akan meninggalkan tempat tanpa diko- mandoi. Kalau pun perlu ditolong, pihak yang bersangkutan sudah akan siap pada waktu itu. (Agaknya alternatif inilah yang ditempuh oleh Pemda Jateng, yang dalam hal ini diwakili oleh Gubernur Ismail). Akan tetapi jika mau bunuh diri, ya, silakan! Usaha Menekan Angka Kematian Bayi di Indonesia Kendati Daniel J. Brooks sem- Bagi Indonesia melalui Departe- pat memuji Indonesia yang mampu men Kesehatan bekerja sama de- menurunkan laju pertumbuhan ngan instansi pemerintah yang ter- angka kematian bayi dari 90,3 per kait selama ini terus berusaha LAPORAN Kepala Perwakilan Dana PBB untuk Anak-Anak (Unicef), Daniel J. Brooks yang menyatakan bahwa laju penurun- an angka kematian bayi di Indone- sia sebesar 8,7 persen setiap tahun sejak tahun 1980 perlu terus diper- tahankan atau bahkan ditingkat- kan tampaknya memang perlu di- jadikan bahan masukan bagi dunia kesehatan di Indonesia. 1000 kelahiran hidup menjadi 58 per 1000 kelahiran hidup, tetapi ia tetap mengingatkan bahwa cakup- an imunisasi tahun 1988 sebesar 65 persen masih perlu ditingkatkan sampai minimal 80 persen menje- lang tahun 1990 mendatang. Khotbah Pendeta Inswiadji M. Th b. Dalam menantikan datangnya genangan air, masyarakat yang pe- nuh dendam, frustasi dsb. perlu mendapat penghiburan dan perlu dibujuk agar berpikir sehat untuk meninggalkan bakal kuburan massal mereka. Masyarakat tidak perlu dipojokkan. Walaupun bandel, tegar-tengkuk dan menjengkelkan mereka itu pun saudara-saudara kita yang patut disetya- kawani. Penanganan masalah lewat jalur ini lebih mengutamakan pende- katan etis-manusiawi ketimbang pendekatan yuridis-politis. Romo Ma- ngunwijaya bisa kita duga ingin menempuh jalan ini. Saudara tanpa nama yang saya hormati. Saya akan mencoba men- jawab tulisan saudara pada Bali Post tanggal 16-3-1989, tentang de- ngan adanya Tridarma Gereja yak- ni: Sikap Gubernur Ismail yang menolak uluran tangan kasih Romo Ma- ngunwijaya memang sempat membuat pertanyaan-pertanyaan kaget terlempar. Sebagai ganti bantuan sosial untuk 1.200 KK yang masih bermukim di "pulau" Kedungombo, Ismail mengizinkan bantuan sosial disalurkan di Kayen (desa yang tak terancam tenggelam). Seakan-akan Ismail hendak berkata: "Kebijakan saya (lewat jalur yuridis-politis) tidak bisa dikutik-kutik lagi. Taruh bantuan sosial di Kayen. Nanti, jika 1.200 KK sudah terpojok tidak bisa berbuat lain kecuali diangkut dengan paksa, bantuan itu akan dimanfaatkan." a. Tri Darma Gereja adalah perse- kutuan pelayanan dan kesaksian. b. Persatuan tidak sama dengan persekutuan c. Pelayanan dan kesaksian tanpa persekutuan adalah komunis. Yang dipertanyakan adalah butir c. Kebetulan saya mengikuti khot- bah yang disajikan Bapak Pendeta pada tanggal 5-3-1989. Saya sangat menyesal sekali dengan tulisan sau- Akan tetapi dapatkah tokoh-tokoh intelektual menerima resep pena- nganan Ismail ini? Albert Hasibuan, S.H., ketua umum Persahi dan anggota DPR-RI menyesalkannya. Malik Fajar M.Sc., Rektor Universitas Muhammadiyah Malang juga menyatakan sikap yang sama. Fajar meng- omentari uluran tangan Romo Mangunwijaya sbb: "Motifnya jelas, dia ingin mengabdi kepada kepentingan kemanusiaan dengan berangkat dari amanat hati nurani. Anak-anak tersebut tidak bersalah. Mereka perlu diselamatkan dari bencana kejiwaan sebagai manusia pendendam" (Kompas 14 Maret 1989). Secara teknis pendekatan Ismail akan berhasil. Akan tetapi secara psikologis, bisa mempertajam frustasi, karena membawa 1.200 KK pada posisi dua kali dikalahkan. Konflik lahir sirna, sementara konflik batin membara terus. Ini bisa menjadi sumber konflik mendatang yang lebih parah. Para pemimpin masyarakat perlu sadar bahwa menangani manusia tidak segampang menangani kerbau atau mesin mobil. Pepatah Jawa tepo sliro sebenarnya menyarankan agar para pemimpin dan para orang tua mencoba berpikir dengan menempatkan diri pada posisi yang dipim- pin dan masyarakat kecil. Kepemimpinan memang satu seni: Seni mengelola konflik. Dalam memecahkan konflik kita bisa memilih dua alternatif: jalan yuridis-politis serta jalan etis-humanistis. Yang pertama ditempuh oleh para politisi, yang kedua oleh para sadu (orang suci). Mengapa kita tidak mengga- bungkan keduanya? dalam sekejap saja seluruh pulau itu sudah dapat dikitari. Selain itu Batam tidak berarti banyak dibandingkan dengan Bali dalam hal objek wisata. Setelah melihat Batam dalam sekejap itu, apa lagi yang mau dikejar selain dikejar waktu untuk balik lagi ke Singapura? Bahwa dari seluruh wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia, 60% di antaranya melongok Bali, sebagaimana diungkapkan oleh I Gusti Ngurah Ketu, Kakanwil Deparpostel Bali NTB baru-baru ini, kiranya bukan hanya ucapan menyombongkan diri. Bali tidak lagi merupakan sebuah nama daerah tujuan wisata melainkan menjadi merek dalam bisnis pariwisata internasional. Itulah nilai lebih Bali dibandingkan de- ngan daerah tujuan wisata mana pun di Indonesia. Melalui proses seja- rah yang panjang, Bali telah membentuk sosok budayanya menjadi seperti sekarang ini. Kunjungan wisatawan ke sini tidak lagi hanya meng- ejar pertunjukan di pentas hotel-hotel setiap malam, dan hal ini bisa dinikmati di mana saja, tetapi lebih jauh dari itu yakni mereguk dari sumbernya memang di tengah masyarakat. Inilah asset pariwisata yang paling mahal. Bali tidak bisa dinikmati dalam sehari. Paling tidak orang menghabis- kan waktu tinggal 3-4 hari, itu pun akan menimbulkan kesan yang samar- samar seperti dalam mimpi karena terlalu banyak yang bisa dinikmati sedang yang bisa dicapai hanya sedikit. Dari sisi ini, bolehlah kita katakan bahwa kualitas pemahaman wisatawan akan Bali akan lebih mendalam karena lebih lama tinggal. Di situlah hikmahnya yakni wisatawan akan lebih lama tinggal dan kebutuhan hidupnya selama tinggal itu akan mengalirkan rezeki yang lebih banyak kepada penjual jasa di bidang pariwisata. Juga kita melihat bahwa wisatawan asing akan lama tinggal di Bali karena penerbangan dari negerinya sendiri ke Bali cukup jauh. Buat apa jauh-jauh ke mari lantas buru-buru pulang. Rasa lelah tak terobati. Menurut pandangan kita, yang lebih perlu dalam genderang pernyata- an ini adalah berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan kualitas sajian pariwisata sehingga untuk jangka waktu yang panjang kita di Bali masih tetap menempati urutan teratas sebagai daerah tujuan wisata. Para industriwan di bidang pariwisata pasti mempunyai resep yang mujarab dan tak kalah gesit menjual Bali dibanding dengan rekan-rekannya di daerah lain. menekan angka kematian bayi, hal ini terbukti dengan usaha untuk mendirikan pos Pelayanan Terpa- du (Posyandu) yang berkembang begitu pesat. Selama Pelita IV jumlah Posyandu di Indonesia ter- us bertambah, dari hampir 134.000 Jangan-jangan nanti Pak Pendeta lantas dinyatakan tidak bersih diri. Dan para pendeta lain juga saya sarankan untuk mempelajari Tho- persepsi. Untuk Pak Inswiaji sendi- mas Aquinas, supaya tidak salah ri juga perlu dipikirkan untuk tidak menggunakan bahasa yang am- bigu. Di Malaysia saya dulu pernah mau menjotos orang gara-gara saya dipanggil "budak". Lha, tahu-tahu budak Malaysia lain artinya dengan budak Indonesia. Kan bisa konyol, ya! Itulah sekadar dari saya sehu- bungan Surat pembaca di Bali Post tgl 16/3 menyangkut khotbah In- swiaji. Usadi Wiryatnaya Subita, G. Sudamala 1/1 Denpasar dara yang dimuat di Bali Post. b saudara tidak merasa puas dengan adanya butir yang - III, mengapa saudara tidak menanyakan lang sung kepada Bapak Pendeta seusai khotbah. Sebab di warta jemaat stensilan maupun majelis yang ber- tugas membacakan warta jemaat di- sana menyatakan, bila di antara saudara-saudara yang ingin mem- butuhkan pelayanan atau konsulta- si dalam pelayanan Firman Tuhan dapat menghubungi langsung Ba- pak Pendeta dengan alamat yang sudah saudara-saudari ketahui. Se- moga dengan jawaban singkat saya ini saudara merasa puas. Yoram H. Oematan Jl. Hayam Wuruk. Asrama Kayumas Dps tahun 1986 menjadi 200.000 pada tahun 1988, sehingga memungkin- kan untuk mencakup 20 juta anak balita di 10 propinsi di negara ini. Oleh Dewi Anjarwati Kesungguhan pemerintah Indo- nesia untuk terus menekan angka kematian bayi (termasuk angka ke- adalah komunis", dan oleh karena nama saya dibawa-bawa oleh penu- lis tulisan itu, maka bersama ini saya memberi tanggapan sbb: Seperti penilaian anda tentang Pendeta Dr. Wayan Mastra dan ahli Theologia, maka kalau anda saya sendiri yang kata anda sebagai bertanya soal ke-Tuhanan ataupun tentang subyek-subyek dari Alki- tab, yang nana oleh kemurahan Tuhan saya boleh memperdalam itu di New York dan Los Angeles, saya dengan senang hati akan mengupasnya. Namun kalau itu menyangkut aspirasi seseorang un- tuk menyampaikan pendapat di da- lam suatu Khotbah, itu adalah hak azasi orang tersebut. Kalau saya mencampurinya itu namanya "ku- rang ajar", kode etik gitulah. De- ngan anda menyebut nama saya da- lam tulisan Anda itu saja seolah- olah sudah menunjukkan pengadu- an katakanlah suatu "adu domba", antarpakar-pakar Theologia, yang mana uraian secara Theologis pasti baku, karena harus melalui pattern- pattern atau pola-pola yang eksak, dan kalau ada penyimpangan penyimpangan maka tidaklah akan terlalu melebar. Bali Post Saya tidak bisa menganalisa lalu mengambil suatu asumsi, karena saya tidak mengikuti alur Khotbah- nya Pendeta Inswiaji secara me- nyeluruh. Saya rasa Anda pasti TUSLARIA SOETHAMA Uraian tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa se- tiap kebudayaan mempunyai pen- dukung dan sekaligus memberikan corak dan identitas kepada kebu- dayaan itu sendiri dan kita meng- enal adanya berbagai macam kebu- dayaan di dunia ini. Di balik kea- nekaragaman kebudayaan di dunia ini, masih tetap diakui adanya un- sur-unsur kebudayaan yang bersi- fat universal seperti; bahasa, sis- tem pengetahuan, sistem organisa- si sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi sistem mata penca- harian hidup, sistem relegi dan ke- senian, Ketujub unsur kebudayaan tersebut, adalah merupakan isi po- kok dari setiap kebudayaan yang ada di dunia ini. Ketujuh unsur ke- budayaan universal tersebut juga ada dalam ketiga bagian wujud ke- budayaan seperti di dalam konsep- si kebudayaan di atas. Unsur terse- but ada dalam wujud pikiran atau gagasan, ada dalam wujud tinda- kan atau aktivitas dan ada dalam wujud hasil karya. Masyarakat Bali sebagai pendu- kung kebudayaan Bali bersumber pada sistem pikiran, tindakan dan wujud hasil karya, memberikan identitas kepada kebudayaan Bali sehingga membedakan kebudaya- an Bali dengan kebudayaan luar, terutama dengan kebudayaan asing. Akan tetapi tidak dapat di- lupakan bahwa kebudayaan Bali juga merupakan pendukung kebu- dayaan nasional, sejajar dengan kebudayaan daerah-daerah lain di Indonesia. Manusia sebagai pendukung matian ibu) selama ini bukan tanpa dukungan dana, tetapi sudah meli- batkan pula bantuan internasional, seperti Unicef dan Rotary Interna- tional khususnya untuk program vaksinasi polío plus ditambah pula dengan bantuan lembaga-lembaga Swadaya Agama yang sampai se- karang diperkirakan mencapai 9.690.000 dolar AS. Apa Benar Demikian? Dalam tulisan Surat Pembaca mengikutinya dengan lengkap, ce- Bali Post 16 Maret 1989 dengan ju- lakalah bila tidak mengikuti lalu dul "Khotbah Pendeta Inswiadji mendengar dari orang lain, bisa M.Th.", tentang Tridarma Gereja lain pengupasannya. Nah sebaik- a.l.butir ke-3mengenai "Pelayanan nya anda tanya kepada pembawa dan Kesaksian tanpa Persekutuan Khotbah agar jelas, sebab saya ya- kin Pendeta Inswiaji yang "Master" of Theology itu pasti akan bisa menguraikannya lebih jelas kepada Anda, apalagi privat. Analisis tersebut membuktikan betapa pemerintah Indonesia me- lalui Departemen Kesehatan sung- guh-sungguh memperhatikan de- Memang suatu aspirasi pemikir- an setiap orang itu berbeda, bisa menimbulkan pro dan kontra. Ti- dak ada 2 orang yang sama dan serupa di bumi ini, anak kembar sa- ja ibunya bisa membedakan dari perbedaan antarkembar itu. Saya selalu menekankan pada pen- dengar saya "Kalau Anda tidak ada LUKA, biar mandi dengan yodi- umpun tidak apa-apa, tetapi bila di tubuh Anda ada goresan sedikit sa- ja, Anda akan mencak-mencak ter- siram yodium"! Kiranya penjelasan saya ini boleh memuaskan Anda. KUTA KEDONGANAN 10 Pdt.Dr.John D. Mangindaan, MBS Jl. Swakarya Baru A06-07, Den- pasar. pada kita bahwa masyarakat dan kebudayaan tetap berdinamika, dan tidak ada satu pun kebudayaan yang ada di dunia ini bersifat statis. Masyarakat dan kebudayaan Bali juga mengalami kejadian seperti itu. Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan DALAM pembicaraan ini Masyarakat dan Kebudayaan Bali, lama yaitu unsur-unsur yang tidak diangkat sebagai suatu kasus dalam kajian Antropologis. Ma- dibutuhkan lagi dalam perkem- bangan masyarakat pendu- syarakat dan Kebudayaan adalah fenomena yang tidak dapat kungnya. dipisahkan, karena kebudayaan itu sendiri adalah hasil kegiatan manusia dari sistem pikiran, tindakan dan hasil karya dalam rangka kehidupan manusia melalui proses belajar. Unsur-unsur yang lepas ini adalah unsur-unsur yang bersifat deviance yang me- Oleh Drs. A.A. Gede Mandra Sejarah perkembangan ma- syarakat Bali, memberi warna ter- hadap perkembangan kebudayaan Bali. Perkembangan dari zaman ke zaman, yg dimulai dari zaman prasejarah, zaman Bali kuno, zam- an Bali pertengahan dan zaman Bali baru, menunjukkan bahwa masyarakat dan kebudayaan Bali telah berdinamika. Adanya pe- nambahan unsur-unsur baru pada setiap zaman adalah sebagai akibat adanya perkembangan atau per- tumbuhan dari dalam sebagai ke- mampuan untuk berkembang sen- diri, dan sebagai akibat adanya pengaruh luar yang diterima mela- lui proses akulturasi. Perkembang- an dari zaman ke zaman, di sam- ping mewujudkan unsur-unsur ke- budayaan baru, juga terjadi pele- pasan beberapa unsur kebudayaan rajat kesehatan bayi di Indonesia agar angka kematian bayi yang se- lama ini masih relatif tinggi bisa ditekan. atau unsur-unsur nyimpang dari proses perkemba- ngannya atau unsur-unsur yang ti- dak survival lagi. Demikianlah per- kembangan masyarakat dan kebu- dayaan yang semakin lama sema- kin kaya dengan variasinya, dan ini akan terjadi selama manusia itu masih hidup. suatu kebudayaan dalam usaha un- tuk memenuhi kebutuhan hidup- nya selalu berusaha, dan usaha ini akan menyebabkan terjadinya sua- tu perkembangan baik dalam sis- Perkembangan kebudayaan itu tem pikirannya, dalam sistem secara garis besar dapat terjadi ka- tindakan dan berkembang pula da- rena perkembangan secara inter- lam sistem karya yang dihasilkan. nal dan perkembangan secara ek- Pergeseran-pergeseran dalam usa- sternal. ha mencari kesempurnaan akan Perkembangan secara internal di- terus berjalan berkesinambungan maksudkan bahwa kebudayaan ini dalam kurun waktu yang tidak da- berkembang karena kekuatan dari pat ditentukan. Semua kejadian dalam, untuk menciptakan feno- tersebut memberi pengertian ke-mena-fenomena baru, terutama dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makluk sosial. Akan tetapi persoalannya seka- rang adalah sejauh mana ma- syarakat itu sendiri, dalam arti ke- luarga bersangkutan ikut menun- jang program penurunan angka ke- matian bayi dengan cara mengikuti anjuran pemerintah termasuk menghindari faktor-faktor pe- nyebab kematian bayi. Webs Ibu dan bayi Suatu penelitian kematian bayi di sejumlah rumah sakit di Indone- sia menunjukkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi ke- matian bayi berkaitan erat dengan keberadaan ibu dan bayi itu sendi- ri, di mana pada ibu dan bayi ada faktor resiko tinggi (high risk) yang menyebabkan kematian bayi.. Disebutkan faktor ibu yang memperbesar risiko kematian bayi adalah: 1. Status sosial ekonomi rendah, 2. Tingkat pendidikan ren- dah, 3. Umur ibu melebihi 30 ta- hun dan kurang dari 20 tahun, 4. Kehamilan di luar perkawinan, 5. Kehamilan tanpa pengawasan an- tenatal, 6. Gangguan gizi dan ane- mia dalam kehamilan, 7. Riwayat persalinan yang diakhiri dengan tindakan bedah, 8. Riwayat keha- milan dan persalinan dengan kom- plikasi medik atau obstetrik, 9. Ri- wayat inkompatibiltas darah janin dan ibu, dan lain-lain. Sedangkan pada faktor bayi yang mempertinggi angka kemati- an adalah: 1. Bayi yang lahir dari kehamilan bersifat ibu resiko tinggi (gejala seperti di atas), 2. Bayi de- ngan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, 3. Bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram, 4. Bayi yang dilahirkan dari keha- milan kurang dari 37 minggu atau lebih dari 42 minggu, 5. Bayi yang berat badan lahir kurang dari berat badan lahir menurut masa kehami- lannya Small for gestational Age), 6. Bayi yang nilai apgar-nya kurang dari tujuh, 7. Bayi yang lahir de- ngan infeksi intrapartum, trauma PLN Mana Keadilanmu Sudah hampir satu bulan sang listrik dirumah saya tidak menyala. kelahiran atau kelainan kongeni- Kematian ini disebabkan karena tal, 8. Bayi yang lahir dalam ke- kerusakan pada kilometer. Namun luarga memiliki problema sosial, saya masyarakat awam yang sudah seperti perceraian, perkawinan de- ngan lebih dari satu istri atau per- pasti tidak banyak tahu tentang ke- kawinan tidak sah. listrikan tidak bisa berbuat apa, ke- (Bersambung ke Hal IX, kol 6) (Bersambung ke Hal IX, kol 3) www San 2011 Con Perkembangan secara eksternal, dimaksudkan bahwa kebudayaan itu berkembang karena ada ke- kuatan dari luar baik yang memoti- vasi maupun melalui sentuhan- sentuhan, sebagai akibat adanya kontak-kontak dengan kebudaya- an luar. Sejarah perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat-tempat yang lain, dari zaman prasejarah sampai zaman modern sekarang ini, mempengaruhi perkembangan kebudayaan masyarakat daerah tertentu, ikut memberi variasi ter- hadap perkembangan kebudayaan lokal disamping berkembang seca- ra internal. Dengan proses terse- but, maka kebudayaan manusia pada suatu daerah pada periode- periode tertentu akan berkembang dengan variasi yang semakin kaya. Pada zaman modern sekarang ini kontak-kontak kebudayaan suatu daerah atau suatu bangsa le- bih cepat terjadi baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Hal ini dise- babkan oleh karena semakin maju- nya sistem transportasi dan sistem komunikasi. Kecanggihan sistem transportasi dan sistem komunika- si menyebabkan perkembangan baru kebudayaan suatu daerah ter- tentu dapat diketahui dengan cepat oleh masyarakat daerah lain, baik dibawa langsung oleh pendukung- nya maupun melalui sistem komu- nikasi tertentu seperti media massa pers, radio, televisi, vidio dan se- bagainya, dan semua kejadian di atas tidak dapat dihindari lagi. TIBUM Dengan dasar pemikiran bahwa kebudayaan Bali bersifat religius, menyebabkan masyarakat pendu- kungnya merasa terikat sangat kuat kepada sistem nilai yang ter- kandung di dalam kebudayaan ter- SEMAWANG sebut. Perkembangannya sangat survival pada sistem nilai sangat se- lektif di dalam menerima pengaruh kebudayaan luar. Dengan keadaan yang demikian kebudayaan Bali sukar dapat berubah dalam kurun waktu yang singkat. Keterikatan masyarakat pada ni- lai-nilai budayanya tidak saja di- rasakan oleh orang Bali sendiri, te- tapi juga dilihat dan dirasakan oleh para ahli-ahli ilmu sosial luar nege- ri, terutama yang pernah mengada- kan penelitian terhadap ma- syarakat dan kebudayaan Bali. Menurut ahli ini prinsip-prinsip ke- terikatan tersebut, terbuka dan di- namis dan merupakan pegangan yang kuat bagi masyarakat Bali da- lam menghadapi kedatangan kebu- dayaan luar. daya masyarakat Bali. Pengaruh ini berkaitan dengan usaha untuk memperoleh manfaat ekonomis untuk mencapai tingkat kesejah- teraan yang lebih baik. Perkem- bangan usaha pariwisata yang se- makin meningkat, menyebabkan proses interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal intensi- tasnya semakin tinggi baik kuanti- tas maupun kualitasnya. Interaksi ini akan membawa impli- kasi timbal balik, maksudnya pengaruh itu tidak saja terjadi pa- da masyarakat Bali sendiri, tetapi Clifford Geert, seorang ahli an- juga terjadi pada wisatawan itu. tropologi dari Amerika Serikat Fenomena ini adalah merupakan pernah mengungkapkan hasil pe- suatu proses interaksi yang wajar. nelitiannya, bahwa kebudayaan Pengenalan fasilitas-fasilitas pa- Bali sangat kuat di dalam meneri- riwisata modern dan lain sebagai- ma pengaruh luar, karena orang nya yang diperlukan di dalam Bali mempunyai keterikatan kepa- pengembangan usaha pariwisata da tujuh segi kehidupan sosial yai- tentu harus dipelajari dan diguna- tu: pada suatu kewajiban melaku- kan untuk memperoleh manfaat kan pemujaan terhadap pura ter- dari usaha tersebut. Semua peng- tentu, pada suatu tempat tinggal etahuan yang kita peroleh dari usa- bersama, pada pemilikan tanah ha pariwisata, terutama dalam pertanian dalam subak tertentu, mempelajari beberapa fasilitas pada suatu status sosial atas dasar yang diperlukan di dalam pengem- kasta, pada ikatan kekrabatan atas bangannya kita pergunakan pada dasar hubungan darah, pada saat-saat tertentu saja. Beberapa keanggotaan sekehe tertentu, dan unsur positif dari pengetahuan ter- pada kesatuan administrasi tersebut dan yang sesuai dengan kep- ribadian kita, dapat diserap dalam usaha pengembangan kebudayaan kita yaitu kebudayaan Bali. tentu. Selaras dengan prinsip-prinsip tersebut, kiranya dapat memper- kuat jawaban atas pertanyaan, mengapa masyarakat dan kebu- dayaan Bali dapat bertahan terha- dap pengaruh kebudayaan luar. mem Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah, seberapa jauh transformasi kebudayaan itu dapat ngaruhi kebudayaan ma- syarakat daerah yang didatangi. Apakah transformasi itu mendu- kung perkembangan kebudayaan lokal atau akan menyebabkan ter- jadi perubahan nilai. Semuanya ini tentu terletak pada sistem nilai ke- budayaan lokal dan intensitas ke- terikatan pendukungnya pada sis- tem nilai tersebut. Sistem nilai yang mengingat pendukungnya se- cara ketat, sukar berubah dan sa- ngat selektif dalam menerima pengaruh kebudayaan luar. Walaupun kadang-kadang para pendukungnya secara sadar atau ti- dak sadar menerima beberapa fe- nomena kebudayaan luar, biasa- nya itu lebih banyak bersifat kon- temporer atau dapat dikatakan se- bagai suatu mode. Masyarakat dan kebudayaan Bali dalam perkembangannya dari zaman ke zaman telah mewujud- kan nilai-nilai kebudayaan yang sa- ngat kuat mengikat para pendu- kungnya. Masuknya agama Hindu diterima sepenuhnya oleh pendu- kung kebudayaan sebelumnya ka- rena adanya keselarasan nilai- nilai, tercermin dalam pikiran, tindakan atau perilaku dan hasil karya. Agama Hindu mendomina- si masyarakat pendukungnya baik dalam wujud pikiran atau gagasan, dalam wujud perilaku maupun da- lam wujud hasil karya. Jadi dapat dikatakan bahwa kebu- dayaan Bali bersumber pada aga-100 ma Hindu, karenanya kebudayaan Bali bersi religius. SABTU, 18 MARET 1989 Pariwisata membawa pengaruh modernisasi, karena pariwisata adalah bagian dari tradisi modern. Pendapat ini pernah dikemukakan ole Philip Frick Mc. Kean, seorang ahli ilmu sosial yang pernah meng- adakan suatu penelitian di Bali pa- da th. 1971. Sentuhan pariwisata terhadap masyarakat tentu mem- bawa pengaruh terhadap sosial bu- BLANJONG, SANUR GERMO 254 Kita tidak perlu terlalu khawatir terhadap akibat yang akan terjadi oleh adanya sentuhan-sentuhan antara kebudayaan Bali dengan kebudayaan luar, sehubungan de- ngan usaha pariwisata sekarang ini. Keterikatan masyarakat Bali terhadap nilai-nilai budaya yang tinggi adalah merupakan suatu pe- gangan yang kuat dalam mengha- dapi pengaruh luar. Kita harus sadar bahwa kebu- dayaan itu berkembang, bergeser sesuai dengan perkembangan pen- dukungnya dan peristiwa ini di da- lam ilmu-ilmu sosial termasuk da- lam konsepsi tentang pergeseran dan perkembangan kebudayaan atau Social and Cultural dynamic. Ery Bila Denpasar Banjir Hujan Sabtu (4/3) dini hari lalu menyebabkan banyak wi- layah kota Denpasar kebanjir- an. Banyak warga kota yang menderita jadinya. Bagaimana pun juga kejadian itu pasti membawa hikmah. Sebagai warga kota Denpasar tentu An- da tahu dengan pasti kenapa sampai terjadi hal itu atau ba- gaimana usaha kita untuk menghindarinya. Untuk itu Ba- li Post memberi kesempatan menyampaikan usaha yang perlu kita lakukan bersama, atau bisa saja cuma kesan- kesan Anda sebagai warga kota Denpasar melihat perkembang- an kota Denpasar selama ini. Tuliskan pendapat Anda itu singkat-singkat saja, lampirkan fotokopi KTP, sebuah foto dan jangan lupa surat ditandatangani. Surat-surat ditunggu sampai 24 Maret mendatang di Redaksi Bali Post Jl. Kepundung 67 A Denpasar. Catatan Mendagri Rudini mengingatkan, tidak ada waktu lagi untuk ba- nyak omong-omong, atau di kota besar biasa diistilahkan seminar. Daripada hanya seminar, lebih baik kumpul di LMD/LKMD membahas program lalu dikerjakan. Yang dimaksud kiranya omong-omong yang omong-omong kosong dan tentunya juga bukan kumpul-kumpul kebo. ★★★ Kepala lembaga Badan Administrasi Kepegawaian Nasional (BAKN) mengakui sering terjadinya perbedaan data kepegawaian yang disajikan oleh masing-masing instansi pemerintah dengan data kepegawaian yang tercatat pada lembaga yang dipimpinnya. Mudah-mudahan tidak ada data fiktif. *** Dikabarkan, karena TAA tak mau bayar susu segar, sejumlah 50.000 peternak sapi perah di Jabar dan Jateng terancam gulung tikar. Harap saja nasibnya tidak sebagai sapi perahan. Bang Podjok SABTU, 18 MAR TIDAK ada kas yang memberikan 15:13) Esok pagi, hari Mi 19 Maret 1989, kita me ri Minggu Palma. K ingati Yesus ketika Yerusalem dan disar sorak-sorai: "Hosana Hari Kamis, 23 Ma merayakan hari Kam memperingati Yesus sama para murid-Nya perjamuan terakhir. sus memberikan per kita saling mengasihi. pa telah mengasihi A juga Aku telah men tinggallah di dalam Jikalau kamu menur Ku, kamu akan ting kasih-Ku, seperti A perintah Bapa-Ku d dalam kasih-Nya. S Kukatakan kepadam kacita-Ku ada di dala sukacitamu menjadi perintah-Ku, yaitu saling mengasihi sepe mengasihi kamu." ( Kasih yang baga yang dikehendaki Ye dikehendai Yesus ad perti yang telah dite Yesus sendiri. Kasih muskan sebagaimana pada awal tulisan in kasih yang lebih besa sih seorang yang nyawanya untuk sahabatnya. Yesus tidak seka ikan perintah kepad tetapi Ia telah mem dan memberi telada mati di kayu salib de an sahabat-sahaba memperingati wafat salib setiap hari Jum Pada hari Minggu ngar sorak-sorai: hosana", tetapi pad Agung, sorak-sorai y kepada Pribadi yang ngar: "Salibkan Dia Dia!" Untuk tahun tersebut jatuh pada Maret 1989. Seluru upacara sejak hari M sampai dengan Hari disebut minggu suc atau minggu adi. Baru-baru ini K Depdikbud Kabupa mengeluarkan surat mor: 455/I 19.4/J.89 Maret 1989. Surat te sebuah instruksi ya kepada Kepala SMT se-Badung: Instruk masuk sekolah." Dalam instruksi te kan bahwa seni pew rupakan seni teater t muat berbagai caban seni suara, seni sastra dan di samping itu te lai-nilai luhur seperti fat, agama, pendidik Sebagai umat Kate sistensinya di dalam luas memang terpang melestarikan seni-bu pat yang bernilai luh struksi tersebut kita ngan baik. Terhadap seni pew umat Katolik telah r perhatian dan cintany besar. Bolehlah kita taranya seperti Rom mulder SJ, Romo Dic Romo Dr. I. Kuntara. na SJ, Romo Sinduna Salah satu episode lam seni pewayangan kalau disebut sebagai gayut (relevan) denga gu adi ini adalah ep Prabu Usinara. Suatu ketika Prabu dang duduk di singh nangkil (dihadap, disa ra nayaka (perwira) rapraja (pejabat). Ti gaplah seekor burung SEJ BEI blo Color Rendition Chart