Tipe: Koran
Tanggal: 2017-07-10
Halaman: 16
Konten
HARIAN BERNAS HALAMAN 16 SENIN LEGI, 10 JULI 2017 "Rumah Tuo" Media Pendidikan Anak TARSIVENUS シンョCL SREENING 0BARA Silek adalah bagian dari tradisi melayu di Merangin dan merupakan serangkaian kegiatan perayaan Lebaran Idul Fitri bagi BUPATI Merangin Provinsi Jambi Al Haris mengatakan, Festival "Silek (silat) Rumah Tuo" Rantau Panjang, Kecamatan Tabir merupakan salah satu media pendi- anak-anak muda yang hobi silat, sehingga dikan bagi anak-anak. "Pencak silat bisa dijadikan sebagai media pendidikan bagi anak-anak, dimana seorang pesilat tangguh tidak akan licik dan akan bertarung dengan sempurna dan sportif," katanya di Merangin, Minggu (9/7). Menurut dia, pesilat tidak mau men- jatuhkan lawan dengan cara yang tidak benar. Jadi aplikasi positif dan sportif permainan dalam festival itu juga harus dilakukan di kehidupan sehari dan juga di dunia politik. Saat menutup festival tersebut, Haris mengatakan dengan pesi- lat bertarung secara sportif, maka akan melahirkan dan menciptakan sebuah ke- berhasilan atau kemenangan yang elegan. Sebab itu Haris bersyukur karena tradisi Festival "Silek Rumah Tuo" Rantau Panjang dan "Bantai Adat" (memotong he- wan ternak) jelang Ramadan di Kecamatan Tabir masih terjaga kelangsungannya dengan baik. Dijelaskan Haris, Festival kegiatan yang masuk dalam agenda tahu- nan Kabupaten Merangin itu berlangsung cukup meriah. "Ini adalah tradisi anak negeri Melayu, tradisi di sini masih sakral dan masih ber- tahan sampai sekarang ini. Alhamdulillah masih bisa dipertahankan dan dilestari- kan. Saya sangat bangga dengan kegiatan Festival Silat ini," ujarnya. Selain itu, "Rumah Tuo" di lokasi festival juga perlu dipertahankan sebab keberadaaannya termasuk unik serta langka. Tak heran bila "Rumah Tuo" Rantau Panjang Merangin yang berusia sekitar 500 tahun itu ditetapkan sebagai cagar budaya daerah dan cagar budaya nasional. "Saya berterimakasih kepada yang muda maupunyang sudah tua, karena masih bisa menjaga tradisi ini walaupun zaman dan generasi terus maju.Ini adat budaya kita maka harus kitajaga dan dilestarikan sam- pai ke anak cucu kita nantinya," ujarnya. Jogja City 274-5 YVESTA PUTU AYU/HARIAN BERNAS MEET AND GREET…-Ge Pamungkas (tengah) saat memaparkan film 'Mars Met Venus' dalam meet and greet di JCM, Sabtu (8/7). Ketika Mars Bertemu Venus • (ant) mereka saling melengkapi. "Film yang MARS dan Venus, dua planet yang sangat berbeda. Laiknya planet yang berseberangan, Mars sebagai penggambaran laki-laki dan Venus yang menggambarkan sosok perempuan memiliki banyak perbedaan cara pandang, pemikiran, sifat dan perilaku. Perbedaan itu yang seringkali menjadi bahan pertengkaran keduanya meski kadang justru saling menguatkan. Perbedaan ini pula yang diangkat dibagimenjadi dua tahap. Penayangan dalam film berjudul 'Mars Met Venus' yang dibintangi pemain stand up, Ge Pamungkas dan Pamela Bowie. Film yang tayang perdana 20 Juli tersebut menggambarkan hubungan dua manusia dari sudut pandang masing- masing. "Untuk pertama kalinya di Indonesia satu film dibelah menjadi dua bagian, dari sudut pandang ditulis oleh Nataya Bagya ini pasti akan perempuan dan sudut pandang laki- laki," ujar Ge Pamungkas di sela meet and greet di Jogja City Mall (JCM), Sabtu (8/7). Ge Pamungkas yang bermain sebagai Kelvin merasa tertantang untuk berakting dalam film tersebut. Menurut Ge, film garapan Hadrah Daeng Ratu itu cukup unik karena "Rani" Film Raih Juara menyentuh bagi semua pasangan," ungkapnya. Sementara Pamela menjelaskan, Jogja menjadi sangat istimewa bagi film tersebut, sebab kota ini menjadi salah satu lokasi pengambilan adegan dala film tersebut. "Karakter Mila sangat mirip dengan karakter aslinya, jadi tidak perlu melakukan penyesuaian karakter terlalu lama," ungkapnya. Pamela berharap masyarakat bisa menikmati film-film garapan anak negeri. Apalagi pada saat ini, banyak cineas muda yang memiliki talenta dan mampu membuat sebuah film yang berkualitas. (yvesta putu ayu) "Rani" film produksi LKBN Antara Biro Keprimeraihjuaraduafestivalfilmpendek "Baktimu Polisiku" yang diselenggarakan Polda Kepri bersama IJTI Kepri untuk memperingati Hari Bhayangkara ke-71. Festival film tersebut diikuti oleh 17 film pendek karya sineas dari seluruh Kepri dan penganugerahan penghargaan bagi para juara dilaksanakan di Atrium Timur Mega Mal, Kota Batam, Sabtu (8/7) malam. Evy Ratnawati selaku Kepala LKBN Antara Biro Kepri yang menulis cerita tersebut mengatakan, film Rani menceritakan seorang anak tunarungu asal Singapura yang terpisah dari keluarganya saat berwisata di Kawasan Jembatan Barelang, Kota Batam. "Anak tersebut sangat tertarik dengan pertunjukan tarian Melayu saat berada di lokasi wisata, sehingga tidak sadar terpisah dari orangtuanya. Sementara orangtuanya setelah mendapat telepon bergegas meninggalkan lokasi wisata menuju pelabuhan," katanya. Dengan keterbatasan anak tersebut, pengunjung lain sempat kesulitan memberikan pertolonganhingga akhirnya Mars Met Venus untuk part wanita pada 20 Juli, sedangkan untuk part lelaki pada 3 Agustus mendatang. Film Mars Met Venus, bercerita mengenai perbedaan sudut pandang antara laki-laki dan perempuan. Tapi dibalik perbedaan tersebut justru • ke hal 15 ATEN SI KALP RURYUNG Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas Bahasa dan Seni, UNY ESEY GEGURITAN Godhong Kélor Budi Wisanggeni Nurhidayat Rahayu UTA Godhong Kélor Kinjeng Tangis Dak sawang, kinjeng tangis kelayung-layung, selembar godhong kélor kang dak ulu lamis tansaya ajèr kanggo sangu munggah puncak gegelenganing rasa kang kasebda ing tètèsing bun kuwawa nangèkake karep lan rasa gumeter mecah jangkah nggremet ing gunung kang amrok gegodhongan enom реpes nalika tembung pambombong iku angluh Nggateli gulu, nglugut ing tenggok mili dadi serak lan sangkrahkang banget reget kinjeng tangis iku, nugel panjangka kang dak gantha rina wengi kaya-kaya muspra tanpa tilas salembar godhong kélor kuning nemu giring iki dak gegem sengsem karebèn janji suci ora mung mandheg ing pulungé ati nanging saya suwé agawé léna merga wis ajèr dadi impèn kumanthil nalika ana pangayem-ayem kang banget nyogrok telak dak sawang, kinjeng tangis kekitrang, ana rasa alum kemipat legeg sèngklèh suwiwiné garing apa iki drejeg alang-alang kang wis natah jejember apaiki kinjeng tangis ngejak nasak pakeliran rumpil WIRA SURYANTALA/ANTARA TARI PENYANG .- Sejumlah seniman Suku Dayak menampilkan Tari Penyang Pangarasang Belum saat pementasan kesenian Provinsi Kalimantan Tengah pada ajang Pesta Kesenian Bali 2017 di Taman Budaya Denpasar, Bali, Jumat (7/7). Tari tersebut merupakan penggambaran Suku Dayak Ngaju dalam meneladani nilai-nilai kehidupan sebagai warisan budaya dan mencerminkan karak- ter sejati masyarakat setempat. salembar godhong kélor mulur kuwi nyasmitani jagad ora mung selembar anjlarit kang péngin netes ing gedhongé tilam asri mbarengi gogroging selembar godhong kencana pengarep-arep kang dak usung ambyar dadi sak walang-walang ngebaki plataran nalika kinjeng tangis soré mbukak tatu atimu kang wis lelumban jroning lara lapa kari sak menir nalika luh kaperes angèl mung seseg gumelar, kaca-kaca nginjeng tangis kang wis kagiles jantraning donya Wayang "Kayonan" Tutup Pesta Kesenian Yogya/njeklèk/2017 pembinaan, penggalian, pengembangan dan pelestarian seni dan budaya Bali. Melalui ajang ini para seniman dan budayawan diharapkan semakin termotivasi untuk berkreasi sehingga mampu menghasilkan karya yang berkualitas. Pada kesempatan itu diserahkan pula hadiah bagi juara I berbagai lomba yang digelar serangkaian pelaksanaan PKB ke-39. Sebelum prosesi penutupan, Sudikerta didampingi Nyonya Dayu Sudikerta sempat berkeliling menyapa pengunjung dan meninjau stand pameran. Berbincang dengan pelaku UMKM, Sudikerta WAKIL Gubernur Bali Ketut Sudikerta menutup Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 ditandai dengan prosesi penancapan wayang berbentuk "Kayonan" di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar, Sabtu (8/7) malam. "Setelah berlangsung selama sebulan penuh, pelaksanaan PKB tahun ini telah berjalan sesuai rencana," kata Sudikerta membacakan sambutan Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada acara penutupan tersebut. Pastika menilai, PKB ke-39 telah mampu menjadi wahana komunikasi antarseniman serta memperkuat landasan dan mempertahankan menyampaikan terima kasih atas keikutsertaan eksistensi budaya Bali dari penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai satwan, siwam dan sundaram. Selain itu, Pastika juga menyampaikan bahwa ajang ini tak semata representasi hasil kesenian. Namun, lebih dari itu, PKB telah menjadi ruang apresiasi terhadap ragam kekayaan kebudayaan daerah yang adiluhung. "Meskipun telah terlaksana lebih optimal, evaluasi terhadap seluruh unsur penyelenggaraan harus tetap dilakukan sebagai pedoman untuk pelaksanaan ajang serupa di tahun mendatang," sejak dibuka pada 10 Juni lalu, perhelatan ini Larasati Abimanyu Apel Abang Yogya/nangis getun/2017 dak sawang apel ing ngarepku mletikaké rasa péngin nyigar nganggo keris luk pitu nganti idu kemecer ambyar ing tilam kencana apel abang kang sumusup ing rembuyungé godhong ijo miyak kebon sepi mamring muga saya gumerit kegawa angin seger 2cm Angel Dak Cekel 4cm wis angèl dak cekelalusé tembung kanglangu kumelap, mlintir seka garising lelakon nalika kakang kawah mejang jantra kok tinggal semprung ing alas alang-alang wusanané mung arep nuruti ilining nalar kang kebacut kebuntel mawa panas mereka di ajang PKB. Dia pun cukuppuas menerima penjelasan dari para pedagang yang mengatakan bahwa pendapatan mereka lebih besar dari tahun sebelumnya. "Kita bersyukur, ajang PKB ini menmberi manfaat positif bagi pelaku UMKM. Masyarakat juga sangat antusias menyaksikan berbagai kesenian yang ditampilkan," ujarnya. Hal senada diungkapkan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali I Dewa Putu Beratha. Menurutnya, apel kang dak pethik mawa cahya gumilap abang sumorot langgeng jroning mbelah krenteg karebèn blibaring apel abang iki rumesep nyimpen sèwu rasa manunggal ing waliké alas gung iki kebak apel abang kang kudu kapilih kang ngemu lapis lazuli karebèn bisa netes banyu maulhayat sing ngganda surgawi angèl dak cekel sing dadi playuning rasa lamun dak sendhal bakal dhadhal lamun dak sengkek bakal tansaya njeklèk lamun dak undha bakal kentèkan rega angèl dak rengkuh jroning pakéwuh maca udharing laku kang saya kendho tansayamuntir dhadhung kapuletmendhung angèl dak cekel ukelané rembug wutah ora rinasa, tansaya nggladrah apel abang iki bakal dak sesep ing édhuming rasa ucapnya, Selain itu, Pastikajuga mengingatkan derasnya arus modernisasi yang mengancam eksistensi sejumlah kesenian tradisional. Tak sedikit kesenian tradisional yang terancam punah karena sudah jarang dipentaskan. "Oleh karena itu, upaya rekonstruksi menjadi agenda penting guna menghidupkan dan merevitalisasi kesenian yang terancam punah tersebut," ucapnya. Sejalan dengan upaya tersebut, Pastika mengajak seluruh komponen untuk menjadikan PKB sebagai,momen penting dalam upaya mendapat sambutan meriah dari masyarakat. "Hal ini menandakan bahwa PKB masih mendapat tempat di hati masyarakat," ujarnya. Dewa Beratha melaporkan bahwa seluruh materi yang ditampilkan telah berjalan dengan baik dan lebih optimal. Melalui kesempatan itu, Kadisbud menyampaikan terima kasih kepada seluruh komponen yang telah menyukseskan pelaksanaan PKB ke-39. Prosesi penutupan PKB ke-39 dimeriahkan pementasan sendratasi kolosal Tirta Santika Bhuana yang dimainkan SMKN 3 Sukawati Gianyar. (ant) karebèn kang kumanthil ing wit tumelung luluh sajroning mblibar ngemu daya nandur irama jantung kang ngeteg lembut ngongsrongé nafas mrambat ing wangimu amrih banyu apelmu kang nelesi kasturi banjur ngroncé sesendhonan napas sing nglunjak tekan pathet manyura Yogya/angles/2017 WWw. Yogya/sumyah/2017 http://cetak.harianbernas.com/33720 Color Rendition Chart
