Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-02-26
Halaman: 10

Konten


2cm HALAMAN 10 Bali Post Adakah Pengaruh Bali dalam Tari Tradisional Lombok ADAKAH pengaruh unsur tari Bali dalam tarian tradisonal Lombok? Pengaruh (peninggalan) Raja Karangasem agaknya tak perlu dicurigai dalam berkesenian. Kalaupun ada, demikianlah sejarah. Bagaimana jika sebaliknya? Apakah eksistensi NTB dalam tarian mampu terangkat tanpa pengaruh-pengaruh tersebut? Wartawan Bali Post, Riyanto Rabbah melakukan wawancara dengan sejumlah tokoh di bidang ini. Hasilnya diturunkan dalam 3 tulisan di halaman ini. "NTB siapa yang punya?" Se- jarah berbicara, Lombok pernah dikuasai Kerajaan Karangasem, Bali. Namun bola bundar yang bernama globalisasi, yang kini menghimpit dunia sebatas petak kamar, perlu dipakai cerminan, betapa yang disebut pengaruh luar, cuma persoalan internal para seniman tari itu sendiri. Se- mentara pengaruh eksternal (kultur), tidak nampak sama sekali. Sebutan adanya pengaruh Bali dalam tari tradisional Lom- bok, mungkin tidak perlu mem- buat sakit hati. Tari Gandrung, Rudat, Telek, tari Tendang, Mendet dan tari Sireh dari Lom- bok, tari Ngutri dan Lenggo dari Pulau Sumbawa -- semuanya tari tradisional-, memiliki ke- khasan sendiri. Memang tidak terlalu banyak jumlah tari tradi- sional asal Bumi Gora, karena tak ada gambaran suatu tarian ada kaitannya dengan ritual keagamaan. Tari Gandrung seratus persen bernafaskan Lombok. Banyuwa- ngi dan Bali, kendati memiliki tari yang sama, esensi gerak, te- tabuhan dan corak pakaian pe- narinya berlainan. "Agem dalam tari Gandrung Lombok lain de- ngan agem dalam tari Gandrung Bali," kata pelatih tari Abdul Ha- mid. "Pelatih tari dari Bali, Arini Alit, bahkan mengakui perbe- daan itu," lanjutnya. Apakah sebutan untuk jenis tari Gandrung hanya faktor ke- betulan? Wallahualam. Di Lom- bok, bahkan terdapat dua versi Gandrung, masing-masing dari Lombok Barat dengan pencipta- nya Inaq Bilin, dan dari Lombok Timur oleh Amaq Raya. Kini, bahkan gerakan Gandrung mu- lai diperkaya dengan modifikasi tanpa bermaksud merusak Gan- drung asli. Dan bagaimana mungkin tari tradisional bisa dirasuk peng aruh daerah lain? Kesenian di Lombok tak terkait dengan esensi agama. Seni berdiri sen- diri sebagai seni, dan agama pun layaknya agama. "Seni di sini ha- nya sarana. Jadi ia cuma alat," kata seniman Bambang Ibnu Sina. Karena itulah, menurut- nya, di Lombok tak ada tarian yang disakralkan. Kesenian tari hanya relevansi dari gairah untuk menghibur diri. Sebutlah tari Rudat, misal- nya. Tarian ini biasanya dipage- larkan pada saat upacara perka- winan, khitanan dan lainnya. Meskipun di Lombok hidup juga tari sakral Rejang, namun itu bu- kan tari tradisional Lombok. Se- bagaimana halnya di Bali, tari ini digelar di pura pada saat ber- langsung upacara oleh pemeluk Hindu. Karenanyalah, Rejang yang ada di Bali dan yang hidup di Lombok tidak berbeda. "Tidak ada bedanya gerakan tari Rejang di Bali dengan di Lombok," kata hati seni. Pasek Antara, seorang pemer- Masyarakat NTB pun tidak mengakui Rejang sebagai tari tradisional Lombok. Menurut Kepala Bidang Kesenian Kanwil Depdikbud NTB, Umar Siradz, esensi tari tradisional Lombok (baca: NTB) adalah yang diakui masyarakat setempat sebagai peninggalan yang mesti dilesta- rikan, dan karenanya ia tetap di- pertahankan. Unsur esensi dari tari tradisional tersebut menca- kup gerak, musik (tabuh) atau gending serta corak pakaian. Tari tradisional Lombok me- mang ketat mempertahankan corak kostum. Artinya model pa- kaian penari terdahulu tidak "terlibas" modernisasi. "Namun jika cuma mutu kain berbeda, itu bukan yang esensi," kata Umar Siradz." BUDAYA NTB JANUARI 1994 Ini salah satu bentuk upaya pelestarian tari tradisional Lom- bok, yang dikhawatirkan meng- alami akulturasi dengan budaya luar. Ada batasan-batasan yang diberlakukan dalam hal ini. Dan pengertian pelestarian tari tra- disional, kata Umar, bukan ber- arti mempertahankan secara mutlak atau dengan harga mati. Melestarikan di sini, katanya, membuat suatu jenis tari agar bisa bertahan, namun tanpa me- rupakan fotokopi. Batasan-batasan ini nampak- nya sudah disadari oleh ka- langan seniman tari. Ketika Gandrung digelar di Hotel She- raton, NTB beberapa waktu lalu, misalnya, dan corak pakaian pe- nari Gandrung ternyata di luar kelaziman. Pemerhati seni tari tradisional di NTB sempat mangkel. Karena mereka meng: anggap sudah keluar dari bentuk-bentuk yang ada. "Setiap ada masalah-masalah yang me- nyimpang dari bentuk yang dise- pakati bersama, selalu dikemu- kakan. Tapi dalam soal ini, kita bukanlah polisi," cetus Umar. Akulturasi Agaknya, proses akulturasi hanya berlangsung ketika tari mulai disadari sebagai hasil cip- taan. Pengaruh-pengaruh Bali, Tari Rudat Anak-anakan misalnya, hanya dapat dilihat dari gerak tari kreasi (garapan). "Itu pun yang diciptakan oleh pencipta tari asal Bali yang ber- mukim di Lombok, karena di pu- lau ini memang banyak pencipta tari berasal dari Pulau Dewata," kata Umar Siradz. Kesepakatan tersebut dite- rima dengan akal sehat. Tari kreasi "Melejit Cidomo", yang tak asing lagi bagi masyarakat Lombok, misalnya, merupakan garapan Desak Rai Kenderan dari Bali. Beberapa gerakan tari ini diangkat dari nafas Bali. Na- mun kesadaran akan sosialisasi nafas Lombok, paling tidak me- nyentakkan Desak. "Dulu, ke- tika mulai diciptakan, seratus persen gerakan Bali dengan tem- bang Bali. Tapi kini sudah ber- ubah, seratus persen nafas Lom- bok," katanya. Kenyataannya, memang ma- sih ada beberapa jenis tari kreasi yang diciptakan masyarakat Bali di Lombok. Belakangan bah- kan bermunculan nama-nama baru seperti Ketut Astika, Sri Purwati, Sukarno, Trini, Endah Setyorini, Syahbuddin, Syafrud- din dan lain-lain. Dengan demi- kian, akulturasi otomatis mema- sukkan unsur-unsur dalam ta- rian. Taman Budaya NTB sendiri saat ini bahkan tengah menggarap tiga jenis tari kon- temporer. Meskipun demikian, secara umum muncul kecende- rungan pencipta tari mengental- kan gerakan etnis daerah asalnya. Hal ini khususnya nampak dari upaya para pencipta tari asal Lombok. Tari Gandrung bahkan "mendua jiwa". Ada Gan- drung hasil pengembangan de- ngan memanfaatkan gerak lokal, seperti ngeluhluh, tindak ba rong, surut udang, beslewah, be- lemesan dan lain-lain. Bahkan, tari Rudat kini dibedakan antara Rudat anak-anakan dengan Ru- dat tradisional. Apakah tari yang mendua jiwa semacam ini tidak merusak yang tradisional? Agak- nya hal ini diterima dengan per- timbangan rasional sebagai suatu kreativitas berkesenian. Kreativitas Kreativitas agaknya menjadi patokan utama munculnya tari kreasi baru yang jumlahnya saat ini mencapai 50-an. Hal ini didu- kung pula oleh sarana dan prasa- rana Taman Budaya NTB yang memberi kebebasan berekspresi di kalangan seniman. Selama tahun 1993/94, misal- nya, setidaknya terekam 33 jenis kegiatan kesenian di Taman Bu- daya NTB. Sebanyak tiga ke- giatan merupakan seni tari. Se- tiap Minggu pagi bahkan Taman Budaya tak pernah sepi dari la- tihan tari sesuai dengan siklus kegiatan yang sudah ditata dan diatur. Taman Budaya NTB pun membuka peluang bagi peminat seni tari, baik tradisional mau- pun kreasi, untuk menjadi ang- gota olah seni. Sejak 1992 hingga kini jumlah anggota olah seni tari mencapai 198 orang, terdiri dari murid SD hingga karyawan. Olah seni ini melibatkan 16 pela- tih dari karyawan Taman Bu- daya bidang kesenian dan dari kalangan seniman tari. Dari para anggota olah seni ini didapat suatu cerminan tentang minat masyarakat terhadap seni tari. Dan ledakan peminat itu di- siasati dengan pemanfaatan lo- kasi latihan. "Setiap Minggu pagi, para orangtua mengantar- kan anaknya berlatih tari. Dulu mereka latihan tanpa bayar. Ke- mudian, atas inisiatif orangtua peserta, disepakati setiap bulan membayar Rp 500 untuk empat kali latihan," kata Mustakim Biawam, Kepala Taman Budaya NTB, sembari menambahkan, setiap peserta memiliki kartu identitas. Menurutnya, anggota ini ti- dak cuma berlatih, tetapi mereka juga melewati jenjang-jenjang kualitas tertentu. Sehingga pada saatnya layak menerima giliran tampil dalam HUT Taman Bu- daya NTB atau dalam kegiatan- kegiatan lainnya. Mustakim me- nyatakan, mereka saat ini me- mang tak lepas dari bereksperimen. "Dan kita tidak Bali Post/057 akan keluar dari fungsi," katanya. Mempertanyakan Kepedulian Hotel terhadap Tari Mgs Emen esse Sabtu Umanis, 26 Februari 1994 Sastra Tradisi Bali di Tengah Modernisasi Perlu Rangsangan dan Perlakuan Istimewa dari kian meruyaknya pesaing-pesaing modern yang memiliki daya tarik lebih memikat. Di sisi lain, pola pembinaan SASTRA tradisi disinyalemen lamban berkembang, bahkan cenderung mandeg. Kondisi ini tampaknya tak lepas Tradisi". Bagaimana upaya menggairahkan kehidupan seni yang juga menjadi akar kebudayaan Bali itu? Wartawan sastra tradisi belum jelas. Mencari jawaban atas persoalan itu, Balai Bahasa Denpasar memprakarsai "Temu Sastra Bali Post Dwikora Putra dan Sutiawan menyajikan dalam tiga tulisan berikut. Bali Postra TEMU SASTRA-Suasana "Temu Sastra Tradisi" di Karangasem, Ida Wayan Granoka di- pandu Ida Bagus Rai Putra. susnya sastra Jawa Kuna. DUA gadis kecil mengalun- penyelamat sastra lama, khu- kan kidung macepat. Nada merdu serta lengkingan suara mereka, -- keduanya masih du- duk di bangku SD--, amat memu- kau. Warna suara dengan kepia- waian memainkan nada, sung- guh mengguggah dan mampu mengantarkan penikmatnya ke masa lampau. Itu terjadi di Balai Sasana, Tabanan, Kamis (24/2). Demikian halnya yang terjadi di Karangasem, belum lama ini. Kidung dan beberapa karya sastra tradisional Bali memang adiluhung. Ia memiliki, kan- dungan nilai yang dalam dan sanggup mengantar penikmat- nya hingga ke langit tujuh. Pada kenyataannya, kehidupan sas- tra tradisi justru tampak memprihatinkan. Puncak kemajuan kreativitas penciptaan karya sastra Bali adalah pada zaman Gelgel di Klungkung -- tidak hanya ber- upa penyalinan, juga muncul karya-karya sastra. Beberapa pujangga dan mahapandhita yang muncul seperti Dang Hyang Nirartha serta muridnya, Ki Dauh Baleagung. "Hal itu me- nunjukkan tradisi tulis-menulis di kalangan masyarakat Bali su- dah dikenal sejak dahulu," kata Drs. Nengah Medera ketika memberikan pengarahan pada temu sastra tradisi di Tabanan. Tak diragukan, tradisi sastra di Bali memang cukup kuat, ter- utama pada zaman Gelgel. Bah- kan zaman kerajaan Klungkung adalah puncak kejayaan sastra Bali asli, dengan munculnya be- berapa pengarang seperti Da- lang Tangluk, AA Gde Pame- regan, Dewa Agung Istri Kania, dan Ida Pedanda Rai dengan ber- lam kaitan sebagai media pene- tidak akan memerosotkan nilai- rangan pembangunan, saya kira jadikan wahana kesenian memi- nilai sastra itu, tapi justru men- liki potensi," paparnya sembari menambahkan, dalam mengha- dapi pesaing-pesaing modern sastra dan kesenian tradisi ha- rus menunjukkan kualitas. "Tunjukkan mutunya dulu. Ka- lau tidak sastra tradisi akan se- makin jauh." Revitalisasi sastra tradisi me- mang mendesak, baik bentuk maupun isi. Namun, menurut Granoka, yang mesti didahulu- kan adalah yang menunjukkan jatidiri atau identitas kebu- dayaan Bali. "Soal bentuk bisa saja dan sebaiknya memang seimbang. Tapi yang lebih pen- ting adalah kandungan dalam- nya, isinya dulu," tegasnya. "Da- lam kaitan kesenian yang lain malah sastra semestinya selalu menjadi landasan dasar," tam- bahnya. Namun, sekarang ma- lah banyak tari dan tabuh yang sepertinya kehilangan pijakan -- kehilangan konsep sehingga ha- nya tampil sebagai kreativitas. Kondisi ini telah menimbulkan budaya baru -- hubungan antara seni dan masyarakat kurang "akrab" dan masyarakat hanya bersifat menirukan saja. Perlakuan Istimewa Memang, kehidupan sastra tradisi sekarang tidak seperti konteks zamannya - zaman ke- rajaan. Kehidupan sastra tradisi sekarang lebih ditentukan oleh keterkaitan fungsinya, terutama dalam mendukung kegiatan keagamaan. Sebagai bagian dari seni, me- nurut Prof. Dr. IGN Bagus, ba- gaimana supaya tumbuh dan mampu menjawab tantangan zaman yang dihadapi masyara- kat pendukungnya, sehingga nantinya benar-benar mampu menjadi refleksi dari suatu ma- syarakat. "Jadi dalam pembang- kitan sastra tradisi, terutama dalam isinya perlu lebih mem- perdalam tema, sehingga betul- betul dapat memperlihatkan bo- bot perkembangan di masyara- kat," kata antropolog itu sembari menambahkan, kondisi sastra tradisi sekarang sangat mempri- hatinkan sehingga perlu dima- syarakatkan sebagai bacaan. Kondisi ini, menurut Bagus, juga tak lepas dari adanya pesaing- pesaing modern. dan kesenian, tapi sekarang ke- raton tidak lagi mendominasi ke- hidupan sastra tradisi ini. Jika dulu dapat berkembang subur, itu tak lepas dari sikap keraton yang mengayomi para pujangga, sehingga mereka juga berusaha berkarya semaksimal mungkin dengan mempertaruhkan kuali- tas karyanya. "Sekarang yang menentukan bukan keraton lagi tapi pemerintah," papar Gra- noka sembari menambahkan, karena perkembangan sastra tradisi sekarang menyebar di desa-desa, arah pembinaannya pun harus kembali ke desa seba- gai sumber kehidupan kesenian. Jika sekarang tampak kurang berkembang, hal itu tak lepas dari dampak era globalisasi dan "serbuan" kebudayaan luar yang Orang Bali boleh bersyukur kian gencar, baik nasional mau- telah mewarisi suatu kebu- pun asing. Di sisi lain, kata Gra- dayaan Hindu yang mandiri dan noka, kondisi ini diperburuk lagi berkembang hingga kini. Sejak oleh kian merosotnya keteram- abad I hingga abad XV, Hindu pilan berbahasa daerah (Bali) memang telah menyebar luas masyarakat pendukungnya. Se- hingga ke pelosok nusantara be- agam gaguritan-nya. mentara forum-forum yang sifat- serta kebudayaannya. Puncak nya apresiatif kurang kondusif, kemegahan dan kemarakannya Kembali ke Desa dan terlalu teoritis. "Sastra akan Dan bagaimana sebetulnya pada zaman kejayaan Kerajaan Menggairahkan kehidupan hidup dan berkembang jika didu- tanggapan generasi muda terha- Majapahit di Jawa Timur. Per- sastra tradisi perlu pola pembi- kung kemampuan kompetensi Menurut Umar Siradz, muncul- iode inilah yang sangat mempe- naan yang kian transparan dan berbahasa pendukungnya. Nah, "Persoalannya memang tidak nya grup-grup kesenian bisa ngaruhi kehidupan budaya Bali. lebih menekankan kepada desa jika bahasanya sudah merosot menjadi indikasi membaiknya Dalam perkembangan seni di mana sastra itu tumbuh dan bagaimana sastranya bisa ber- sekadar pembinaan secara for- iklim berkesenian di NTB. Grup sastra, terutama setelah runtuh berkembang. Karena sastra tra- kembang?" tanya dosen Sastra mal maupun informal tapi perlu ksenian di Lombok Barat seba- nya Kerajaan Majapahit (abad disi merupakan kesinambungan Daerah FS Unud itu sembari me- strategi tersendiri. Misalnya, de- Sedangkan konsekuensi dari nyak 377 buah, di Lombok Te- XV), Bali merupakan penerus sejarah yang berkaitan dengan nambahkan, sastra tradisi sifat- ngan memberikan rangsangan hotel yang diinginkan, adalah 390 buah, Sumbawa 193 buah, kesusastraan Hindu. Barbagai baik agama, adat, maupun kese- nya mengandung ajaran-ajaran mencipta lebih intens," kata Gra- kehadiran tim kesenian ke hotel-ngah 203 buah, Lombok Timur dan tempat bertahannya tradisi berbagai konteks kehidupan, nya menuntun karena di dalam- agar para pengarangnya mau Para penari menjadi mangkel. munculnya timbal balik antara Dompu 48 buah, dan Bima 114 karya sastra terutama yang ber- nian. Namun, untuk mengemba- kebajikan/dhrama, keindahan, noka. "Sudah saatnya sastra tra- Karena di sini, seolah mereka seniman dan pihak user. Dalam buah. Khusus tari secara keselu- sumber dari epik Mahabharata likannya seperti pada zaman ke- etik moral, dll. membutuhkan nilai-nilai komer- disi mendapat perlakuan isti- sial, di balik pihak hotel yang dan Ramayana--kakawin mau- rajaan tampaknya memang Namun, dengan munculnya mewa. Melihat kondisi yang berkacak pinggang melihat me- nya pantai-pantai, panorama dak ingin terjadi kondisi berke- serta mereka mampu termoti- reka bersiap menari untuk suatu dan lain-lain, penuh harga. senian itu cuma untuk pariwi- vasi untuk berkesenian dari per- tah yang diberikan tahun Karya sastra ini tidak hanya di- berbagai nilai baru yang dibawa memprihatinkan ini, tampaknya Sementara bantuan pemerin- pun parwa dapat diselamatkan. sulit. Menurut Drs. Ida Wayan Gra- manusia modern, menurut se- sudah saatnya sastra tradisi imbalan. "Mulai sekarang kami Harga di sini bukan lagi kualitas sata. Jadi idealnya seniman ber- hatian yang diberikan pihak ho- 1993/1994 kepada 2 organisasi warisi sebagai benda pusaka noka, dulu sastra memang ber- niman lukis itu, sesungguhnya mendapat perlakuan istimewa, tak semudah itu mau diundang produk ketika pihak hotel justru kesenian saja," lanjut Umar. menari. Khawatir kalau yang mencari nilai terendah dari ke- tel. Kesenian yang dipagelarkan kesenian masing-masing sebe- yang mati -- tetapi dipelajari se- kembang di keraton-keraton, se- tidak perlu dipersoalkan-- karena sastra tradisi sebagai ba- meminta cuma seorang calo, bu- hadiran para penari. "Per- di sini pun mestinya berbobot un- sar Rp 2 juta dan Rp 250.000 ke- cara bersungguh-sungguh, dan bagai pusat-pusat budaya yang tinggal penyesuaian dengan gian dari kebudayaan perlu di- kepariwisataan, paket yang pa- Mengantisipasi kebutuhan tuk suguhan wisatawan. pada 12 organisasi kesenian. dilakukan penyalinan berulang- didukung perhatian raja yang nilai-nilai baru, apalagi dipakai upayakan agar tetap ajeg dan ling efektif adalah mendatang ulang, sehingga Bali merupakan sangat besar terhadap sastra sebagai media penerangan. "Da- mampu berkembang," tegasnya. kan wisatawan ke suatu lokasi Hotel bukan Kualitas Juga telah diberikan bantuan memperkenalkan kepada 1 organisasi (teater). Se- SUATU ketika, satu grup Ru dat didatangi tamu Tamu itu mengaku utusan hotel yang membutuhkan satu tim penari Rudat. Salah satu grup Rudat akhirnya berangkat ke hotel yang ditunjukkan di Senggigi. Bayangan para penari, akan se- cepatnya "beraksi". Namun berjam-jam menunggu, lokasi untuk menari bahkan tidak dike- tahui. "Di sana kami malah be- ngong. Kemudian cuma disuguhi nasi bungkus dan disuruh pu- lang lagi," kata anggota kelom- pok rudat. perti halnya mereka mencari Bali dari California, Australia, New Zeland, dan lain-lain. Jika wisatawan yang harus didatangi seni, itu sebuah kemanjaan ma- terial di atas penderitaan psikis seniman. "Yang tetap paling efektif adalah membiarkan wisa- tawan berbaur menyaksikan pertunjukan kesenian di lokasi lokasi tertentu," cetus Umar. bagi untuk ongkos transportasi ngan bentuk-bentuknya semula. itu akan diburu ke mana saja, se- sewa fasilitas tari, make up, ong-Salahkah pariwisata? Di sini, kos para kru dan lain-lain. Seo- biangnya mungkin bukan pari- rang penari paling banter mene- wisata, tetapi orang-orang yang rima kurang dari Rp 5.000. Tapi mengatur sistem itu. Namun agaknya bukan itu yang mem- agaknya sudah mulai dibahas buat mereka mau. Motivasi kru upaya mencari jalan keluar dari tari justru sangat idealis dengan konflik harga yang selama ini mengedepankan aspek seni se- merusak citra. "Akan ada media- bagai bagian yang mesti diperke- tor yang menjembatani seniman nalkan kepada wisatawan. dan pihak pengusaha hotel," ce- Tapi mau tidak mau, per- tus Kepala Bidang Kesenian ubahan memang harus dihargai. Kanwil Depdikbud NTB, Umar Cara orang menghargai kese- Siradz. nian pun mengarah pada komer- sialisme seiring gemerincing pa- riwisata. Sistem pada gilirannya membuat "kesepakatan" ter tentu. Akhirnya, hotel menilai perlu mempertuan pariwisata. Jadi, seni tari nantinya tidak "Seniman tidak boleh tunduk ke- pada pihak user (hotel). Jangan Tahun 1990 ke Australia mem- bawakan kesenian Rudat, Gan- drung, Mandalika, Presean, dan Bajang Girang," katta koreogra- fer Abdul Hamid. dap kesenian daerahnya sendiri. tarian sebagai harga seperti hal-sampai pihak user mencampuri hal ini hendaknya ada gambaran ruhan berjumlah 1.285 grup. urusan teknis kesenian. Kita ti- bahwa seniman dibutuhkan Untuk Mengembalikan kehidupan sastra tradisi, menurut Bagus, perlu dibuatkan suatu strategi sehingga melahirkan greget ke- sastraan Bali. "Ini memang perlu direkayasa. Persoalan sekarang yang kita alami kelemahan- kelemahan konseptual, padahal hal itu yang semestinya mampu memunculkan greget." vitas. Semua bergantung kepada seni pertunjukan. Seniman mi- kesenian di hotel-hotel diakui mentara kepada para pelatih tari Belum Memuaskan, Pembinaan Sastra Tradisi Bali kan pihak hotelnya sendiri," ka- saingan harga ini akhirnya tanya. "Di sini kami tak salah- membuat citra tari NTB menjadi kan hotel, tetapi calo-calo yang rusak, karena tidak ada selekti- memperalat kami." Memang, undangan yang di- tarif terendah," kata Hamid. lontarkan pihak hotel selama ini Betapa tidak, para kru ingin terhadap para penari masih se- menyesuaikan keberadaannya cara lisan. Hal seperti ini memu dengan kondisi bayaran yang dahkan calo-calo untuk menjual ada. Kostum tari, acapkali tidak Bayaran ti- yang biasanya terselip di kepala Been sekali tampil di hotel diindahkan. Hiasan bunga segar daklah tinggi. Sekali pentas de- penari, diganti bunga-bunga ngan beberapa kali tarian cuma plastik. Banyak "penyimpa- Rp 125.000. Jumlah itu mesti di- ngan" yang tidak sesuai lagi de- harus "menjual" tarian ke hotel- tif mempromosikan aset NTB, Dan agaknya, semua pada akhir- salnya, terlalu banyak beban jika merupakan hal yang paling efek- diberikan pula semacam suport. hotel. Memanjakan wisatawan akan tetapi kegiatan tersebut seperti itu dengan terpaksa bukanlah ukuran dari kualitas nya berpulang kembali kepada "membunuh" kesenian, kadang yang diinginkan. Karena nama seniman. "Syukur, kesenian di kreativitas. menimbulkan pengekangan kesenian NTB pun sudah cukup NTB sampai sekarang tidak di- besar. "Tahun 1988 tim kesenian tinggalkan masyarakat," cetus wisatawan yang datang sebetul- pang membawakan Kecimol, Ditinjau dari aspek psikologis, NTB sudah bisa menjangkau Je- Umar Siradz. nya akan mencari seni itu. Dan Gandrung, Presean dan Cepang. "Ini Baru Rudat Asli" LOMBOK punya cerita tentang tari. Da- hulu, tuan-tuan guru dari Lombok, senang me- rantau menimba ilmu. Tak tanggung- tanggung, mereka sampai ke Timur Tengah dan Turki. Sepulang dari rantau, mereka selain membawa ilmu, juga membawa "oleh-oleh" lagu-lagu Arab. Di samping juga jenis pakaian yang asing. Oleh-oleh ini kemudian divisualkan dengan perpaduan irama jidur, tar dan gerak- gerak pencak silat. Hasilnya, tari Rudat asli. Tidak ada yang tahu apa arti Rudat. Bahkan istilah ini tidak terbit dalam kamus bahasa In- donesia terbaru. Kedengarannya memang asing, seasing pakaian para penarinya yang berseragam ala prajurit; ada yang hitam, biru atau putih dengan celana pendek dan sebuah tarbus (topi lonjong-red). Mereka tanpa senjata. Para penari Rudat sepakat menyebut jabatan dua orang penari sebagai komandan (kepala). Sementara pengiringnya terdiri dari 6 orang pe- nyanyi, 6 orang pemukul tar, dan satu orang pe- main jidur. Jumlah penari memang tidak harus 12 orang. Bisa juga kurang, tergantung kondisi panggung untuk mengatur pola lantai. Semen- tara gerakan diserasikan dengan kondisi pang- gung. Konon, gerak pencak diambil dari sejum- lah perguruan pencak silat seperti cikalo, ba- wean, cimande dan lain-lain. Entah, tidak diketahui siapa pencipta tari ini. Yang jelas bagi Rahmah, seorang pelatih Rudat-, sekitar tahun 1950-an, semasa zaman Ratu Wilhelmina, Rudat sudah menjadi tarian hiburan. "Waktu itu zamannya uang peser. Akhirnya waktu itu kami memberi nama ke- lompok Rudat dengan nama kelompok Peser (uang-red), dengan ketuanya Surasno," kata pe- latih Rudat yang juga pewaris tertua tarian ini. Rudat Peser waktu itu beroperasi ke kampung-kampung di kawasan Lombok Se- latan. Terkadang diundang warga yang punya hajatan perkawinan, khitanan atau perayaan lainnya. Namun berbagai peristiwa membuat tarian ini timbul tenggelam dan seperti meng- alami suatu pasang surut. Hampir saja semua- nya terlupakan, jika tidak ada yang sepakat menghidupkan lagi. Setidaknya sejak empat bulan lalu, hadis kelompok Peser terbaru yang mengaku tetap tradisional. "Tidak ada pengembangan-pengembangan. Semuanya masih asli seperti yang dulu," katanya. Karena- nya, di belakang sebutan Rudat Peser ditambah dengan "An Na'am" yang berarti asli. Kini, kelompok Rudat yang beranggotakan 54 orang itu, menjadi kebanggaan lingkungan Punia, Kelurahan Mataram Barat, sebagai ke- lompok penari Rudat An Na'am. Malahan ka- rena antusiasme anggotanya, kelompok ini di- pecah menjadi kelompok anak-anak, remaja dan dewasa. Semuanya grup laki-laki. Mereka latihan 2 kali seminggu. "Sedang dijajagi untuk kelompok wanita," tambah Ny. Surasno, ang- gota Himpunan Wanita Karya (HWK) DPD Gol- kar NTB. Gerakan tari ini cukup sederhana. Di sana dikenal istilah mukul (pukulan), nendang (ten- dangan), depok (duduk), nyeret (naik), ngelis (nangkis), dan getus (nyikut). Gerakan diolah sedemikian rupa sehingga nampak ekspresif, dipadukan dengan irama dan lagu-lagu pujian. Tentang lagu pengiringnya, dikenal sekitar 20 jenis. Di antaranya jenis lagu Mahmud Sung- kar, Nabi Adam, Hal Fajri, Sabril Haba, Haiba- tidami dan lain-lain. Lagu-lagu ini terdengar asing dan lucu. Namun saat dipadukan, lagu- lagu hikayat itu seperti mengandung kekuatan untuk menggerakkan para penari secara spontan. Sejak bangkitnya kembali, kelompok Peser sempat pentas beberapa kali. Namun belum ada unsur-unsur komersial dari tari tersebut. Maksudnya, tujuan menari untuk suatu keun- tungan belum menjadi patokan. Yang terpen- ting bagi mereka saat ini adalah, kelompok ter- sebut dapat menjadi wadah bagi pengangguran pewaris Rudat di Punia khususnya. Di Kelu- rahan Mataram Barat saja ada tiga kelompok Rudat, masing-masing Punia Saba, Punia Ka- rang Kates dan Punia Jamak. "Tidak ada syarat untuk masuk menjadi anggota. Karena moti- vasi kami adalah, menyalurkan bakat pemuda agar tidak berbuat negatif," cetus Rahmah. Riyanto Rabbah Aksara Bali, masyarakat. Kunci "Wasiat" Membuka Bali matung, raja, bendesa (kepala KONON tanpa tahu huruf untuk usaha pembinaan, peles- atau aksara dan bahasa manusia tarian, pengembangan, belum akan "buta". Meski hal itu hanya banyak dilakukan," papar Drs. ungkapan klasik, kenyataannya Nengah Medera. hingga kini tetap dipersoalkan. Padahal, katanya, mengenali Kenyataannya, banyak orang dan memahami bahasa dan sas- yang "bhuta" dalam mengenali tra Bali akan membantu dalam kemarin. dan memahami aksara Bali. membuka pengetahuan tentang Jika mau berhitung, mungkin kebudayaan Bali. "terutama ak- masih dapat didata berapa orang sara Bali merupakan simbol bu- yang mampu membaca dan me- daya yang mengandung konsep nulis dengan aksara Bali. Bah- konsep budaya," tegasnya dalam kan generasi pasca 60-an dapat temu sastra tradisi di Tabanan, dikatakan hanya segelintir yang Kamis (24/2). memiliki keterampilan itu, se- mentara pengajaran bidang ba- hasa dan sastra Bali, apalagi ak- Kunci "Wasiat" perkembangan sastra tradisi di kuliah. "NYASTRA". Begitulah se- kata Medera. Bali sebelumnya adharma dan mana dharma. Dan tra tradisi memang diberikan se- butan orang yang dianggap tahu memiliki seorang penyadur Ke- ini dapat dilihat dari karakter cara khusus yaitu dalam mata tentang sesuatu yang berkaitan tut Repet (alm) asal Nyitdah, Ke- dari tokoh dalam karya satra. Dikaitkan dengan perkem- moral, etika, dan kemanusiaan. diri, Tabanan. Repet banyak me- Mengetahui mana yang harus di- nyalin karya sastra dari bentuk bangan pariwisata di Bali, per- Belum Ada ikuti dan mana yang tidak. Da- prosa ke puisi seperti Geguritan anan sastra tradisi amat banyak. Berbagai upaya sudah dilaku- hulu, masyarakat memandang Bhagawad Githa, dll. Bahasa Dan ini dapat dilihat dari pene- kan dalam menggairahkan sas- ●Riyanto Rabbah orang-orang seperti ini tahu se- yang digunakan tidak lagi ba- rapannya dalam mengahadapi tra tradisi, namun hasil yang di- gala yang berkaitan aktivitas hasa Bali kuna, tetapi sudah wisatawan, bila hendak meng- harapkan belum ada. Misalnya mengarah kepada bahasa Bali etahui konsep-konsep yang ter- telah disahkannya Perda No.3 Orang-orang yang menekuni lumrah. kandung di dalam patung misal- tahun 1992 tentang bahasa ak- salah satu profesi seperti se- nya. "Kalau konsep dan filsafat sara dan kesustraan Bali, sam- niman, pemangku, pendeta, pe- Belum Memuaskan patung ini tidak tahu tidak pai sekarang realisasinya belum Bentuk pembinaan selama ini, mungkin, toh dia biasa memberi ada. Peraturan daerah itu masih desa) dll., konon dasarnya ada- kata Medera, berupa Utsawa penjelasan yang benar dan aku- terkatung-katung. Padahal ba- lah nyastra. "Melalui nyastra Dharma Githa, melalui Pesta rat kepada wisatawan," katanya. hasa daerah dan sastra sebagai orang-orang itu akan mendapat Kesenian Bali (PKB), dan mela- Dan ini perlu ditunjang pengeta- muatan lokal yang perlu digali, kan pengetahuan, moral, kero- lui kegiatan pesantian yang le- huan sastra. dilestarikan, dan dibina. Dengan hanian, dan kemanusiaan, bih dikenal dengan Widya Soal pengaruh sastra modern, harapan sastra bisa greget hadir dharma dan adharma," kata Sabha. Kemudian pola pengem- dikatakannya, mestinya saling di masyarakat pecintanya yaitu Drs. Nengah Medera menjawab bangannya seperti temu sastra mengisi. Ini tidak perlu disangsi- orang Bali khususnya dan Indo- Bali Post di Denpasar, Jumat dan mengadakan kegiatan kan nilainya. Sebab, landasan nesia umumnya. lomba. "Upaya-upaya kita de- dasar sastra modern masih ber- Lalu orang yang mahir dalam Terkait dengan budaya nyas- ngan menggelar lomba dan lain landaskan pada sastra tradisi. praktek sastra tradisi akan di tra, sastra tradisi bisa merupa- menunjukan hasil yang me- dak akan kalah dengan sastra kan ke Dinas Kebudayaan, De- sebagainya, tampaknya belum Begitu pula dari segi nilainya, ti- arahkan ke mana? "Bisa disalur- kan wahana yang cukup penting di zaman dahulu. Bagaimana de- muaskan. Hal ini perlu dicari modern. Dan kedua sastra ini Partemen AAama, Kesra, atau ngan sekarang? Kalau kita lihat jalan keluar berupa penyodoran kita butuhkan dan harapkan ke- dalam bidang guide," kata Me- konsep pembinaan sastra yang hadiranya, untuk menambah- dera. Namun yang terpenting Bali merupakan perkembangan mantap dan akurat," tandasnya. kan khasanah sastra Indonesia. wadah dalam mengadakan ke- Pola ngelawang dalam bentuk sastra tradisi di Jawa -- masa ke- karya seni tari yang digunakan lembaga yang ada? Menurut Me- Sampai saat sekarang wadah Bagaimana dengan lembaga- giatan tetap terorganisasi. jayaan Majapahit. Sastra tradisi oleh leluhur kita zaman dahulu, dera, masalah yang muncul se- ini belum ada realisasinya," ka- Mengenali, memahami, dan ini sekaligus juga sastra agama sara Bali, baik di tingkat sekolah mampu menulis dengan aksara (baca: Hindu) dan merupakan perlu dikembangkan lagi. Ka- jauh mana lembaga ini mampu tanya. Oleh karena pembinaan dasar maupun lanjutan tampak- Bali memang masalah penting refleksi dari kitab suci Weda. Narena media semacam ini tetap re- memberikan motivasi kepada ge- yang mengarah ke operasional nya kian menipis -- jika tidak bo- jika ingin tahu "rahasia-rahasia levan ke arah pembinaan. Me- nerasi muda? Secara terinte- dan diskusi perlu ditingkatkan. leh dikatan nyaris hilang. kebudayaan Bali. Karena, kata nyata kehidupan sastra tradisi mun yang kita lihat kini, ter nyinggung tentang ngamen Arja grasi mata pelajaran sastra tra- Pola semacam mabebasan mela- Di sisi lain, semua orang Bali Medera, segala bentuk karya ini sangat memprihatinkan. dahulu yang dimainkan oleh disi yang diajarkan di sekolah lui konsep belajar sambil bernya mungkin menyadari bahwa ba sastra yang ditulis dengan ak- Apalagi di kalangan generasi satu orang, semacam monolog, lanjutan telah terintegrasi de- nyi, atau sebaliknya konsep ber- hasa, sastra, dan aksara Bali me- sara Bali menyimpan segala "ra- muda, sastra hampir tidak sangat baik, karena dapat me- ngan mata pelajaran agama dan nyanyi sambil belajar perlu di- rupakan fundamen kebudayaan hasia" yang ingin diketahui ma- disentuh. Bali yang pada masa kerajaan nusia atau tentang dunia dan ke- nyisipkan nilai-nilai sastra da- bahasa daerah Bali. Akan tetapi kembangkan dan direalisasikan. mendapat mengaruh dari Jawa. hidupan ini. "Mau mencari dan ditelusuri, termasuk cara lam medianya. Hanya saja yang di perguruan tinggi materi sas- "Inilah yang perlu dipikirkan (sut/tra) Namun, di Bali sendiri telah la- tentang apa saja ada. Tergan- memotivasi generasi mudanya," perlu diperhatikan saat ini agar tidak kalah dengan TV adalah rut dengan kebudayaan Bali tung penggunaannya, apakah sarana dan prasarana penun- untuk kebajikan atau sebalik- Menengok landasan yang nya. Semuanya ada dan 'sakti' mendasari pelestarian bahasa, asal diikuti dengan keyakinan yang terinventarisasi dalam do- sikan di lapangan terbuka, tetapi hati yang tersentuh pada figur demi bonum commune. Yang ter- sastra, dan aksara, daerah se- maka aksara itu sendiri akan kumen, baik berupa lontar, pra- juga bisa dilihat di televisi de- yang paling berkualitas, meng- akhir ini, hanyalah pendapat sungguhnya memang sudah cu- 'sakti," papar dosen FS Unud sasti batu, maupun peninggalan ngan mengambil setting di utamakan kepentingan rakyat dan bukan penilaian atas sikap kup jelas, baik dalam UUD '45 itu. lainnya. "Dengan mampu mem- lapangan. maupun dalam GBHN telah di- Flores Timur dan kepentingan dasar Golkar Flotim. Aksara Bali merupakan ak- baca peninggalan-peninggalan Begitu pula tradisi mesatwa seluruh bangsa di atas kepen- nyatakan dengan tegas basara yang digunakan untuk me- tersebut diharapkan nilai-nilai yang kehidupannya cukup mem- tingan pribadi dan golongan bah- hasa, sastra, aksara daerah ha- nuliskan hal-hal yang berkaitan yang terkandung di dalamnya prihatinkan ini perlu ketegasan kan 'yang direstui atasan'. Se- pandang penting, agar tidak me- Pelurusan masalah ini kami rus dilestarikan dan dikembang dengan kehidupan kebudayaan dapat dipahami dan dikembang dari pihak yang berwenang se- mentara sikap dasar Golkar Flo- nimbulkan persepsi yang salah kan. Bahkan, Pemda Bali telah Bali. Kesusastraan lama, jelas kan untuk kehidupan, karena perti Dinas Kebudayaan dan De- tim dalam menentukan pilihan atas misi kepedulian kami pada menaruh perhatian yang cukup pada awalnya dituliskan dengan peninggalan-peninggalan yang partemen Agama, selain Faksas harus berdasarkan pertim- masalah-masalah sosial. besar terhadap kelangsungan hi- aksara Bali. Jadi dalam sastra tersurat dengan aksara Bali ter yang bertanggung jawab penuh bangan disiplin organisasi. Ka- dup bahasa dan aksara Bali yang dan kebudayaan Bali, aksara sebut berisi berbagai hal yang terhadap kelestarian budaya lau kami boleh berpendapat, Para Pemerhati Masalah dituangkan dalam bentuk perda, Bali memiliki peranan penting berguna," papar Drs. Made Mer bercerita ini. Karena melalui sis- maka disiplin organisasi tidak Sosial: yakni Perda No. 3/1992. "Namun kunci yang utama. Bahkan, Dr. tha sembari menambahkan, ak- tem mesatwa banyak hikmah identik dengan suara hati. Se- sangat kita sayangkan walau R. Gorys pernah menyatakan se- sara Bali perlu terus dimasyara- yang dapat diambil seperti jauh keduanya sesuai atau sa- pun perdanya telah ada tetapi bagai "kunci wasiat" untuk mem- katkan. tindak lanjut secara kongkret buka khasanah kebudayaan Bali mengetuk rasa estetika, kema- ling mengandaikan, maka tidak nusiaan, harga diri, tahu mana ada persoalan antara keduanya klasik. (tra/sut) jang lainya. Penampilan kese- Mempertanyakan nian ini tidak mesti harus disak- (Sambungan Hal. 7) 1. Yakob D.B. 2. Bernard Tukan 3. Melky K.B. 4. Silvinus Sura Ibu Sabtu Umanis, 26 Februari 19 Hadiah jang Percayakan gai p Denpasar (Bali Post). Hadiah yang ditawarkan perbar satu daya tarik dalam upayanya me rakat. Kendati demikian, sebaiknya lalu meletakkan harapan kepada ha lebih-lebih kalau hadiah dipakai s cayakan dananya kepada suatu ban Harapan itu dilontarkan Di- menj rut Bank Seri Partha Wayan bersif Gatha dalam sambutan tertulis- fungs nya yang dibacakan Direktur bil ma Wayan Amblon di hadapan para sendi nasabah bank bersangkutan, diri s pada acara penarikan undian ta- guna bungan berhadiah periode ke-51, bank Jumat (25/2) kemarin. Menurut dia, kepercayaan perca masyarakat kepada bank sebaik- nya didasarkan pada asas man- Ma faat dan konsep keuntungan ber- guna sama. Artinya, masyarakat, pe- direal merintah dan bank harus maka sama-sama untung dalam proses kup ini, seimbang sesuai dengan bo- jumla bot peranannya masing-masing. pai de Apabila konsep telah berjalan pai R dengan baik, diyakini keper- debit cayaan masyarakat kepada lem- sebag baga keuangan khususnya bank lurka akan semakin mengakar. dit us Berdasarkan prinsip itulah di- naka harapkan kesadaran masyara- peng kat untuk menabung semakin tinggi, sehingga acara penarikan hasil undian tabungan berhadiah BPR Se Sumbar dan Indonesia pa Padang- Sang meru Sejumlah artis kesenian tradi- Ny. sional Minangkabau (Sumbar) kan dan DKI Jakarta, yang terga- sung bung dalam dua tim kesenian Centr akan mempromosikan Indonesia pimp selama enam hari sejak 5 Maret Elly 1994 di International Tourism fa Bursa (ITB) Berlin, Jerman. Asisten Bidang Administrasi gedu Pemabangunan pada Setwilda dunia Sumatera Barat, Drs. Alimin Si- napa, di Padang, Selasa, menye- pertu butkan bahwa tim kesenian ter- sebut selain menggelar kesenian Di tradisional daerah masing: paka masing juga daerah lain di perha Indonesia. ini, k Dikatakannya, Sumatera Ba- terse rat menyertakan 21 artis dari cane yang yang hun dirur PT CENTRAL KUTA ΤΑ MONEY CHANGER Jln. Legian No. 557 Telp. 51345-51678-55104 Kuta - Bali Tanggal, 25 Februari 1994 BN TC JUAL 2121 2113 2138 Valuta dewa perh B Ta US$ AU$ 1530 1535 1553 HK$ 273 270 285 SIN 1333 1325 1349 MAL 770 784 1. H CAN 1566 1565 1585 2. H Pound DM 3130 3110 3183 3. T 1231 1225 1248 4. T NGL SFR 1095 1090 1112 5. E FFR358 355 373 6. 1476 1470 1494 YEN 20,15 19,98 20,44 7. H LIRE 1,13 1,28 8. S 1220 1240 9.9 THB WON NT 71 85 10 1 3 11 70 84 Sun NZ C. 176 Tan Y dap H UN (selan ALFA IIR Hubungi Segera: Color Rendition Chart 4cm