Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-09-24
Halaman: 05

Konten


Umanis, 24 September 1994 Bali Post/Ist sar kali Ancar, sebuah kali otif. Variasi -tenun dari berbagai daerah di n luar Lombok kendati persenta- i- senya kecil. - Disinggung soal kemung- a kinan ekspor produk kain te- ri nun khas Lombok, Saman e- mengatakan bahwa sampai e- saat ini belum begitu banyak an adanya pesanan dari luar ne- a- geri. Untuk mengarah ke ek- a spor, tambahnya, sangat perlu ar diperhatikan aspek kualitas u. yang ada. Begitu pula motif ap yang dihasilkan mestinya juga et sar. Sementara itu, ada kecen- an disesuaikan dengan selera pa- at derungan dari para penenun g. tradisional untuk menghasil- ikan karya yang sesuai dengan an yang dia senangi. "Tambahan lagi untuk kegiatan ekspor si kami belum berpikir ke sana. Selain belum adanya permin- i- taan, kami juga kurang paham p mengenai seluk beluk peng- n iriman barang ke luar ne- k geri, jelasnya. (076) Pertanian aisi waktu luang dengan peng- embangan potensi alam yang n dimiliki daerah Dompu. "Jika si kita dapat memanfaatkan po- e- tensi yang dimiliki generasi a muda daerah ini, maka akan tercipta kemandirian dalam - berusaha sehingga mereka da- hpat mengambil alih tugas-tu- e-gas orang tua," katanya. Untuk itu, mantan Ketua if AMPI Dompu ini menyaran- mkan, agar alternatif pende- katan kepada genarasi muda dan masyarakat dilakukan - melalui komunikasi dua arah. Sehingga pada waktunya me- reka dapat memacu pemba- -ngunan daerah Dompu akan setara dengan daerah-daerah t lain di NTB, katanya. (Nh/058) aran Hutan h nyatakan, proram "Jumat Se- u, hati" yang dilakukan n pimpinan daerah Lombok Te- g- ngah ke seluruh pelosok desa e-yang dijadwalkan dua kali se- n tiap bulannya dimaksudkan at untuk lebih mengakrabkan a, tali silaturrahmi antara umat an dan masyarakat di pedesaan. a Luluk Sanjoto mengajak a warga Desa Batujai tetap a membina persatuan dan kesa- a tuan serta menjaga semangat n kekeluargaan dalam memaju kan kegiatan pembangunan di - desa. m Menjelaskan program tran- nsmigrasi sebagai salah satu upaya mengentaskan kemis- kinan, Luluk Sanjoto meng- ajak warga masyarakat setem- apat agar tidak ragu-ragu me- ninggalkan kampung - halamannya untuk hijrah ke -daerah lain yang memberikan harapan hidup cerah di masa mendatang. "Saya sendiri su- dah menyaksikan langsung keadaan ekonomi warga Lo- teng yang ada di Kalteng baru- baru ini," katanya. (044) u Stres yang dikorupsi itu, gajinya saja sebagai kepala sekolah SD ti- dak saya terima," ucapnya. Khusus gaji suaminya dipakai untuk membiayai putra-putri- nya sekolah, sedang biaya ma kan sehari-hari ditutupi dari usahanya membuka kios dan bisnis jual beli lainnya. Ke- tika Hanifah ditanya hakim soal perasaannya tentang hen- dak dipenjarakannya sang suami, berikut kewajiban mengganti kerugian negara, ia langsung berleleh air mata. "Biar saja dia dipenjara, tetapi saya tidak punya apa-apa lagi untuk mengganti kerugian,' katanya tersedu. Keadaan ini malah semakin membuat para pengunjung mencibir kepada- nya. Sidang ditunda sampai Kamis (29/9) mendatang untuk mendengarkan kembali dua orang saksi a de charge. (040) Sabtu Umanis, 24 September 1994 Seputar Krisis Mahasiswa Baru di PTS Kalau tak Ada Peminat, Beberapa tahun belakangan ini sangat jelas terlihat kecende- rungan merosotnya minat masyarakat terhadap Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Banyak PTS yang hanya "kebagian" ma- hasiswa baru kurang dari 30 orang. Bahkan ada yang sama sekali tidak menerima "lamaran" satu mahasiswa pun. Benar- kah merosotnya minat masyarakat (lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMTA) terhadap PTS ini, satu isyarat menurun- nya kualitas PTS? Atau tak mampunya kurikulum untuk men- cetak kualitas lulusan untuk mengantisipasi kebutuhan bursa tenaga kerja? Di sisi lain, persoalan dana PTS yang sering dija- dikan alasan rendahnya mutu PTS, menjadi salah satu sasaran pembinaan yang akan dilakukan Mendikbud. Predisen Soe- harto sendiri telah mengeluarkan perintahnya untuk itu. Un- tuk mengungkapkan berbagai persoalan di balik krisis maha- siswa yang dialami PTS, Srianti dan Pujastana menurunkan dua laporannya. SEPANJANG kurun waktu 5 tahun, antara tahun 1982 1987, jumlah PTS di ling- kungan Kopertis Wilayah VIII mengalami peningkatan yang sangat berarti. Ketika Koper- yang datang ke notaris dan ha- nya dengan menyatakan kese- diaan menyisihkan sebagian dana yang dimiliki, yayasan tempat suatu PTS bernaung, sudah bisa didirikan. Karena tis Wilayah VIII berdiri tahun tidak ada ketentuan yang 1982 tercatat ada 19 PTS yang mengatur berapa jumlah dana bernaung di bawahnya. Dalam yang harus disediakan, maka lima tahun selanjutnya jumlah hanya dengan menyediakan itu terus bertambah, sehingga dana pribadi masing-masing sampai tahun 1987 jumlah sebesar Rp 25.000, sebuah yang resmi tercatat di Kopertis yayasan sudah dapat didiri- Wilayah VIII mencapai 40 kan. Pendek kata, waktu itu PTS. cukup dengan modal Rp 50.000 Tetapi kemudian tahun 1987 pertumbuhan jumlah PTS sempat terhenti. Pasalnya pada tahun itu muncul surat edaran dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Di- kti) No. 2834/D/T/1987 yang pada pokoknya melarang koor- dinator Kopertis memberi izin operasional, dan atau meng- usulkan pemberian status ter- daftar bagi pendirian PTS baru. Alasan Pemerintah mengeluarkan surat edaran itu, karena menganggap per- tumbuhan PTS sudah terlalu pesat sehingga hampir berada di luar kemampuan peng- awasan Pemerintah. Selang beberapa lama ke- mudian, pemerintah kembali memberi peluang pendirian PTS. Ini berarti permohonan yang sebelumnya sempat me- numpuk di Kopertis dapat se- gera direalisasikan. Dan sam- pai kini jumlah PTS yang ada di Kopertis Wilayah VIII sudah mencapai 50. Sangat Mudah Harus diakui, secara kuanti- tas pertumbuhan PTS yang sa- ngat pesat di awal-awal tahun 1980-an itu, tidak lepas dari syarat pendiriannya yang bisa dikatakan sangat mudah. Ba- gaimana tidak. Cukup 2 orang Bali Post SKETSA HALAMAN 5 "Merger" Saja PTS, Mitra yang perlu Dicurigai UNIVERSITAS WARMADENA SELEX PRO COPT Bali Post/jas. lum mereka dapat dikatakan siap memasuki dunia kerja. Dalam konteks ini tentu saja program studi praktis dan singkat akan lebih menguntungkan. Tetapi kita juga tidak bisa mengabaikan di tengah mero- sotnya minat masyarakat itu masih ada PTS yang keban- jiran "pemesan". Seorang pim- pinan PTS yang tidak mau di- sebutkan namanya mengata- itu kan, "Kalau lain masalahnya. Calon maha- siswa biasanya cenderung mengikuti temannya. Kemana temannya sekolah, ia meng- ikuti tanpa memperhatikan mutu dari PTS yang dituju." Kecenderungan calon maha- siswa seperti ini membuat ke- tidakseimbangan perolehan mahasiswa. Ada PTS yang jumlah mahasiswanya mem- bludak dan di PTS lain krisis, malah ada yang tidak mempe- roleh mahasiswa baru. Bahkan ada yang terpaksa bangkrut, sebagaimana dialami Uniba (Universitas Bali), salah satu PTS di Denpasar. Izin opera- sionalnya dikembalikan tahun memperoleh mahasiswa. dari yayasan, sebagai persya- ANGGUN-Gedung perkuliahan Universitas Warmadewa, tampak anggun. Salah satu 1993 dengan alasan tidak ratan pendiriannya, sebuah PTS sudah dapat didirikan. Kenyataan itu diakui Rektor Universitas Ngurah Rai Den- pasar, Tjokorda Gede Atmadja, S.H. Menurut dia, waktu itu para pendiri PTS sebagian be- sar hanya berbekal idealisme. Hanya sebagian kecil yang mengimbangi aspek idealisme itu dengan aspek finansial. Ka- rena lebih menonjolkan sisi idealismenya maka untuk mendirikan sebuah PTS, yayasan minimal harus mem- punyai dukungan dana cukup. Hal itu dibenarkan Ketua Yayasan Pendidikan Kejuruan Nasional Drs. IGN Gorda, M.S. "Tanpa berbekal dana yang memadai sulit bisa mengem- bangkan suatu PTS," ujar dia. Dengan berbekal dana yang cukup maka aspek idealisme dari pendirian PTS tetap dapat dikedepankan, tambahnya. Bisa saja karena kurangnya dana pendukung, suatu yayasan tertentu terlena tat- kala menerima dana dari ma- syarakat berupa SPP maha- siswa. Yayasan itu kemudian lupa menjalani fungsi utama nya, sebagai ujung tombak da- lam mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi lebih mengedep- PTS yang tahun ini paling diminati mahasiswa baru. ankan segi komersialnya. Be- Yayayasan Undiknas menun- berapa PTS menunjukkan in- jukkan, masalah dana adalah dikasi demikian, sehingga ma- syarakat yang mulai awas, mulai memilih-milih PTS sebe- lum mempercayakan dananya. Inilah nampaknya awal me- nyurutnya minat masyarakat terhadap sejumlah PTS. Ka- rena itu tidak jarang kemudian jumlah mahasiswa yang men- daftar di beberapa PTS terus merosot. Mengantisipasi hal seperti ini, sejak awal sebuah yayasan sudah harus mampu mengatur pendanaan operasionalnya. Sehingga dalam keadaan sesu- lit apapun, PTS bersangkutan masih mampu tetap berdiri. Dan lagi, sebagaimana yang di- katakan Tjok. Atmaja, musta- hil PTS dapat tumbuh dan ber- kembang hanya dengan meng andalkan sumber dana dari mahasiswa (masyarakat). Ar- tinya yayasan harus mempu- nyai sumber dana lain, apakah itu diambil dari dana pribadi pemiliknya atau diusahakan dari sumber lain yang siap se- tiap saat. hambatan utama dalam men- ciptakan PTS bermutu. Men ciptakan lulusan berkualitas tidak cukup hanya melalui pro- ses belajar-mengajar sistem ce- ramah di kelas. Mahasiswa ha- rus diberikan fasilitas sesuai dengan perkembangan yang terjadi di zaman modern. "Terus terang saja meskipun mahasiswa Undiknas mem- bayar mahal kuliahnya, itu be- lum seberapa dibandingkan dengan dana yang diperlukan untuk membuatnya tetap ek- sis," ujarnya. Walaupun dengan dana ter- batas, umumnya PTS yang ada masih mampu terus mengusa- hakan berbagai sumber dana agar mutu pendidikan terus dapat ditingkatkan. Kalau pun kemudian minat masyarakat akhir-akhir ini terhadap PTS semakin merosot, hal itu me- nurut Gorda, tidak bisa dijadi- kan indikasi rendahnya mutu PTS. Karena kemerosotan mi- nat masyarakat juga dialami oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Merosotnya minat terhadap PTS agaknya lebih disebabkan oleh perubahan pola pikir ma- Oleh karena itu, ia mem- syarakat yang sekarang cende- buka usaha lain di luar pendi- rung memilih program studi dikan, untuk membantu peng- singkat dan memenuhi tun- embangan pendidikan di lem- tutan kebutuhan pasaran baga perguruan tinggi swasta kerja. Sebagaimana pernah di- itu tidak merugikan? Menu- dino, saat berbicara dalam yang dipimpinnya itu. Apakah katakan pengusaha Bob Sa- rutnya, persoalan ini tidak bisa satu seminar di Bali, hanya rugi. "Menekuni bidang pendi- Tinggi yang dapat diterapkan dipandang dari segi untung- 2,5% dari ilmu di Perguruan dikan harus memiliki jiwa so- di lapangan. Karena itu, lu- sial. Jika didominasi pertim- lusan Perguruan Tinggi tidak bangan untung-rugi, orang secara otomatis dapat mengisi bersangkutan tidak cinta pen- lowongan kerja yang ada. Ma- didikan tetapi cinta bisnis," sih diperlukan pengalaman praktek 1 atau 2 tahun sebe- Bagi Gorda sendiri, peng- alamannya sebagai Ketua ujarnya tergelak. PTS Favorit Dari data yang ada, sampai sekarang, PTS yang masih menjadi favorit di Bali adalah Unwar (Universitas Warma- dewa), yang pada tahun ajaran ini dibanjiri 1.923 mahasiswa baru. Menyusul Universitas Pendidikan Nasional (Undik- nas) Denpasar dengan 576 orang, STIMI Handayani 390 orang, Universitas Mahasaras- wati Denpasar meraih 350 orang, Universitas Panji Sakti Singaraja 150 orang, Akpar Denpasar 137 orang, Universi- tas Ngurah Rai Denpasar memperoleh 102 orang, Uni- versitas Mahendradatta Den- pasar dengan perolehan 77 ma- hasiswa, Universitas Dwijen- dra Denpasar 65 orang, Akademi Akuntansi Denpasar Denpasar 42 orang, AMIK 50 orang, STISOL Wirabhakti Denpasar 31 orang, Universi- orang, AKABA Denpasar 25 tas Hindu Indonesia (Unhi) 30 orang, Untab 25 orang, IKIP PGRI Bali 24 orang, STIA Den- pasar 20 orang, IKIP Saras- wati Tabanan 16 orang, STI- (Bersambung ke Hal.9 kol 5) DI Indonesia, Perguruan Tinggi Swasta, seperti halnya sekolah-sekolah swasta yang lain, memiliki sejarah kehidupan yang pe- nuh ironi. Di satu pihak, dia memang diper- lukan, tetapi di lain pihak dia amat dicurigai. Bahkan, tidak jarang, muncul suara-suara sumbang yang bernada menista. Bahkan, be- lakangan ini sempat muncul dakwaan bahwa PTS tidak mampu menghasilkan te- naga trampil. Sebaliknya sangat trampil da- lam mengeduk uang masyarakat. Untuk memahami sekaligus menangkis tuduhan semacam itu, ada baiknya kita me- lontar pandang ke sejumlah masalah yang terkait dalam pertumbuhan dan kehidupan PTS kita. Pada umumnya, sekolah swasta la- hir dari dua kutub yang amat berbeda, idea- lisme dan senyampangisme (mumpu- ngisme). Kutub idealisme dihuni kelompok- kelompok agama, nasionalis, filantropis, dll. Sedangkan di kutub senyampangisme ber- tengger manusia macam apa saja, bahkan dari kelompok agama maupun nasionalis pun bisa. Sekolah-sekolah Kristen, Katolik dan Islam (Muhammadiyah, antara lain), dahulu didirikan guna memenuhi desakan idealistik pemeluk agama-agama tersebut. Sekolah Taman Siswa dapat disebut sebagai wakil dari kelompok idealis nonagama. Filsafat senyampangisme lahir pada saat jumlah penduduk Indonesia membubung tinggi, sedang kemampuan pemerintah me- nyelenggarakan pendidikan amat terbatas. Kehadiran sekolah swasta, dengan demi- kian, memperoleh predikat menterengnya, sebagai wujud nyata tanggungjawab masya- rakat terhadap proses pendidikan generasi muda, di samping pelaksanaan idealsime warga bangsa bagi anak-anak mereka. Na- mun, tak jarang juga, sekolah swasta berdiri sekadar menjawab peluang bagi penyeleng- garaan bisnis ringan tanpa risiko berat. Sekolah-sekolah yang berdiri atas dasar idealisme kuat biasanya dikelola dengan perencanaan dan program kerja memadai. Sebaliknya, sekolah-sekolah yang berdiri di atas rel senyampangisme berjalan ala kadar- nya, dengan semboyan "tiada rotan akar pun berguna". Hasilnya, ada sekolah swasta yang benar-benar swasta (mandiri), ada pula sekolah swasta yang suka nebeng. Yang ter- akhir ini, pada masa-masa belakangan ini, lebih berperan sebagai ladang tambahan ke- timbang ladang utama. Keberadaan dan kehidupan sekolah swasta tentu saja tak dapat dipisahkan dari permasalahan pembiayaan. Kalau sekolah negeri dapat dikatakan tidak pernah kere- potan tentang pembiayaan, maka sekolah swasta hampir selalu dihantui masalah yang ini. Sumber dana sekolah swasta, idealnya, memang datang dari yayasan penyeleng- gara. Sekolah swasta yang benar-benar ber- pegang pada idealisme pelayanan seperti yang sering dikumandangkan--, hanya me- narik dana dari masyarakat sebagai wujud partisipasi dan dalam jumlah amat terbatas. Sebaliknya, sekolah swasta yang tidak be- gitu idealistis, apalagi yang berdiri atas da- sar senyampangisme, akan menggangtung- kan diri sebagian besar atau bahkan sepe- nuhnya, kepada partisipasi masyarakat. Dalam hal ini, istilah partisipasi rasanya ti- dak lagi relevan. Akan lebih tepat pem- bayaran masyarakat. Kini dapat kita bedakan, secara umum se- kali, tiga macam sekolah swasta. Sekolah yang ultra idealis memberikan layanan pen- didikan serta pembiayaan dalam tingkat tinggi. Sekolah jenis ini sekarang nampak- nya sudah amat langka, jika bukan dikata- kan tidak ada sama sekali. Kalau toh ada, sifatnya amat terbatas dalam intern kelom- pok tertentu. Jenis kedua, idealis, memberi- kan layanan pendidikan yang mantap. Te- tapi menarik partisipasi masyarakat seim- bang dengan kemampuan mereka. Jenis ketiga, sekolah bisnis, memberikan layanan yang mantap dengan menarik biaya dari ma- syarakat setingkat dengan mutu pelayanan. Yang terakhir, sekolah petualang, memberi- kan layanan ala kadarnya sambil menarik biaya setinggi mungkin dari masyarakat. Tuduhan bahwa sekolah swasta menarik biaya terlalu tinggi tetapi tidak memberikan pelayanan bermutu, memang tidak sepenuh- nya benar, tetapi juga tidak seluruhnya ke- liru. Harus diakui, memang ada sekolah swasta yang berdiri dan berjalan tersendat- sendat, bahkan akhirnya tamat. Tetapi ada juga sekolah swasta yang bermutu, walau- pun dengan konsekuensi biaya tinggi. Munculnya kritik pedas mengenai biaya tinggi, berkaitan erat dengan persepsi pendi- dikan yang masih kental di kalangan masya- rakat. Sampai hari ini, lembaga-lembaga pendidikan masih diterima sebagai lembaga sosial, yang memberikan layanan pendidi- kan kepada masyarakat. Persepsi semacam itu dulu memang relevan. Namun bela- kangan terjadi pergeseran. Lembaga pendi- dikan bukan lagi bersifat sosial sepenuhnya, tetapi mulai menggelinding ke arah bisnis. Adalah tidak logis apabila masyarakat mengharapkan pendidikan bermutu dengan biaya murah. Pendidikan di perguruan negeri pun ha- nya bisa berhasil apabila ditopang biaya tinggi. Tetapi seperti kita semua maklum, sumber dana pendidikan negeri berasal dari uang rakyat. Sementara dana sekolah swasta mengucur dari masyarakat. Padahal, untuk membuat sekolah swasta berhasil di- butuhkan baik manajemen maupun du- kungan dana yang sama persis dengan seko- lah negeri. Rasanya, tidak fair apabila ma- syarakat masih tetap mengharap sekolah swasta, termasuk PTS, sebagai donatur pen- didikan semata, tanpa kesadaran turut men- dukungnya. Namun lebih tidak fair lagi, apa- bila pengelola sekolah swasta lebih meng- utamakan masuknya dana ketimbang layanan pendidikan yang bermutu. Orang Jawa bilang, "Aja mung wani ngentup, na- nging wegah golek madu." Menyengat saja bukan tindakan terbaik, harus diimbangi ke- sediaan mencari madu. Kasubmahardi W. Potret Perguruan Tinggi Swasta Jumlah Lulusan PTS Melebihi Kebutuhan pesanan -- sekadar untuk me- nutupi kebutuhan hidupnya, termasuk membeli buku-buku pegangan yang belakangan harganya kian melangit. BELAKANGAN ini sema- yang kebanyakan penelitian kin banyak pihak yang mensi- nyalemen bahwa para dosen perguruan tinggi cenderung di- sibukkan berbagai proyek pe- nelitian yang datang dari luar kampus yang konon hanya Kalau dijajaki dengan sek- bermanfaat untuk kepen- sama, para dosen yang mela- tingan golongan tertentu, dan kukan penelitian kebanyakan tidak menjangkau kepen- karena desakan ekonomi se- tingan mayoritas masyarakat. mata, dan bukan karena melu- Sebagai akibatnya, banyak pakan kewajiban mengajar mahasiswa -- sebagai penuntut atau mengembangkan ilmu ilmu kecewa, karena dosen- pengetahuan dan teknologi. dosen yang terlibat proyek pe- Jadi, apa yang mereka laku- nelitian condong menomordua- kan nihil misi, bahkan hampa kan, atau bahkan melupakan nilai dan tanpa target. kewajibannya sebagai staf Lalu, timbul pertanyaan, edukatif/pentransfer ilmu. mengapa pihak PTS menggaji Sampai batas-batas ter- dosen-dosennya sedemikian tentu, sinyalemen itu ada be- kecil? Apakah mereka kesu- narnya. Namun, persoalannya litan likuidasi? tidak sehitam-putih itu. Ada Jawabannya beragam. Bagi stimulus tertentu yang agak- PTS yang belum mapan, atau nya membuat para dosen ter- kelas menengah ke bawah, paksa mengingkari sebagian mungkin saja mereka kesu- tugas atau fungsinya. Salah litan likuidasi sehingga ter- satu di antaranya yang paling paksa mengambil kebijaksa- klasik adalah gaji kecil. naan "mengencangkan ikat Sebagai contoh, ada sebuah pinggang". Tapi, bagi PTS perguruan tinggi swasta (PTS) yang sudah mapan, agaknya ternama di ibukota (Jakarta) lain. Ada faktor "X", tampak- yang menggaji dosennya tidak nya. Dan konon, inilah yang se- lebih dari Rp 230.000 per lama ini menjadi "misteri" se- kaligus persoalan besar bagi kalangan PTS. Artinya, nyak PTS yang sudah mapan, ber-income puluhan milyar ru- piah pertahun, tetapi tidak berani memberikan gaji cukup lumayan bagi dosen-dosennya. Apalagi melengkapi sarana pendidikan secara lebih mema- dai. Bahkan, tak jarang me- reka (baca pihak yayasan bulan. Gaji sebesa ini, dikalkulasi dengan rumusan apa pun, ti- dak akan mencukupi (baca: layak) untuk memenuhi stan- dar hidup ibukota. Bahkan, untuk kebutuhan fisik pun mungkin tidak cukup. Tekanan ekonomi seperti inilah yang dalam banyak ka- sus mengalahkan elan edukasi melakukan penelitian ini itu -- sah yang nuansanya keku- rangan dana. Dan absurd nya meski be- gitu, mereka tak mau terbuka atas kekurangannya, dan tak pernah mau berhitung soal perolehannya (income) secara terbuka. Bahkan, alokasi pengeluarannya pun tabu dili- hat pihak lain di luar yayasan. proses belajar-mengajar, pene- litian dan pengabdian pada masyarakat (tridarma pergu- ruan tinggi) dibiarkan merana, tidak memadai, karena deviasi alokasi keuangan yayasan pengelola PTS. PERGURUAN M.S. masing. Di Kopertis Wilayah antaranya menyelenggarakan VIII, sepengetahuan saya, itu simposium, membahas kuriku- sudah dilaksanakan. Misal- lum dan lain sebagainya. nya, untuk daerah Bali yang Hingga kini BMPTS belum terkenal dengan pemba- mampu melaksanakan pro- ngunan di bidang pariwisata, gram kerjanya, baru sebagian PTS telah mengembangkan yang bisa direalisasikan ka- 40% mata kuliah yang ada rena terbentur masalah dana. kaitannya dengan pariwisata. baru perlu, lebih hati-hati dan selektif dalam memasuki atau Tinggi dari PTS. Sementara itu dari memilih PTS. Artinya, mereka Swasta (PTS) tak pernah sepi bursa naker lebih banyak tidak boleh percaya begitu saja dari isu kontroversial. Dari membutuhkan sarjana dari ju- pada suatu PTS, melainkan masalah pergantian rektor, pe- rusan eksata. Jadi hanya seba- perlu meneliti secara serius laksanaan Tridharma Pergu- gian saja yang bisa memenuhi. ikhwal kondisi suatu PTS sebe- ruan Tinggi sampai dengan Bukan tidak memenuhi. Ketiga, kalau-kalau para lum resmi masuk. produk lulusan yang dihasil- Sesungguhnya kriteria mahasiswa gagal meraih ilmu Melihat kondisi makro PTS kan. Mengorek sekitar masa- PTS yang bermutu itu yang pengetahuan (bukan sekadar seperti itu, kok saya lebih cen- lah itu, Bali Post mewawanca- bagaimana? Kondisi berkabut macam ijazah) -- karena tidak terse- derung kalau -- dalam studi- rai Koordinator Kopertis Wi- Sepanjang PTS bersang- Seperti bahasa Inggris atau Jika selama ini ada sinya- inilah yang mengundang seba- dianya para dosen yang quali- nya -- para mahasiswa lebih layah VIII, Ir. Bagus Ketut kutan mampu melaksanakan bahasa asing lainnya, juga lamen kebanyakan lulusan gian pengamat pendidikan me- fied dan mempunyai dedikasi bertumpu pada kekuatan in- Lodji, Berikut Tridarma Perguruan Tinggi komputer, latihan manajemen PTS kurang mutunya di- rasa "kebakaran jenggot" dan mengajar tinggi - sehingga ternal dirinya daripada berha- petikannya. dengan baik dan benar, saya kepariwisataan dan lain seba- bandingkan dengan lu- lalu mengusulkan terbitnya mereka gagal pula meraih rap terlalu banyak pada pergu- kira PTS itu akan bermutu. gainya. Mengenai hasilnya be- lusan PTN, bagaimana UU Yayasan. Sebab, tanpa masa depan yang jadi hak mi- ruan tinggi. Presiden Soeharto meng- Baik dan benar yang dimak- lum bisa dievaluasi, karena peran BMPTS dalam hal suatu produk hukum yang lik mereka. Dalam kondisi PTS serba ti- instruksikan agar Mendik- sud, di antaranya melaksana- kurikulum 94 baru saja ini? seluk-beluk mengatur Belakangan, kekhawatiran dak menentu, compang- naan PTS. Salah satu pem- dengan baik, melaksanakan bud melanjutkan pembi- kan proses belajar-mengajar diterapkan. Kalau mutu lulusan PTS di- yayasan, mustahil pendapatan saya itu kian mengental, ter- camping, setidaknya secara Apa saja lingkup kerja katakan lebih rendah dari yayasan dapat dipertanggung- utama setelah menyimak li- akademik, mahasiswa mau tak binaan itu menyangkut kegiatan penelitian, menye- Badan Musyawarah Pergu- mutu lulusan PTN, itu tidak jawabkan secara hukum- putan sebuah harian ibukota mau harus mencari ilmu peng- lulusan dari jurusan yang lenggarakan pengabdian ma- ruan Tinggi Swasta Indone- ekonomi, diaudit, misalnya. yang menyebutkan bahwa ra- etahuan di luar pagar kampus ada agar bisa diserap bursa syarakat. Dalam proses sia (BMPTSI) yang ada di selamanya benar. Ada juga lu- Tanpa aturan hukum yang tusan mahasiswa Fakultas (PTS) sebagai alternatif. Dan tenaga kerja. Apakah se- belajar-mengajar misalnya, te- daerah? lusan PTS yang mampu ber- lama ini lulusan PTS tidak naga dosen minimal harus S2 baku pula, mustahil misi Ekonomi Universitas Muham- ini akan bisa tergapai mana- Lembaga ini merupakan saing di masyarakat. Untuk sosial-pendidikan yayasan -- madiyah (Unmuh) Ponorogo kala mahasiswa mau menggu- bisa memenuhi kebutuhan atau bila perlu S3. Begitu pula partner Kopertis dalam mem- menjawab pertanyaan ini di- sebagai institusi sosial milik (Jatim) melakukan aksi unjuk nakan kekuatan internalnya, bursa tenaga kerja? penelitian, hendaknya ditun- bina PTS yang ada di daerah- dahulu. Menangani PTS yang perlukan penelitian terlebih masyarakat -- dapat dipertah- rasa, untuk memprotes sejum- khususnya inner force (ke- Untuk menjawab pasti apa- jang sarana prasarana yang daerah. Misalnya menyeleng- kurang bermutu bukan hanya ankan. Dus, kecenderungan lah dosen mereka yang tidak kuatan dari dalam), untuk kah lulusan PTS bisa meme- memadai. Jangan sampai mi- garakan seminar yang berfre- tugas BMPTS. Kopertis dalam komersialisasi pendidikan berkualitas serta menggugat mendongkrak semangat, tekad nuhi bursa tenaga kerja atau salnya, Fakultas Pertanian ti- kuensi lebih besar. Melalui hal ini juga ikut bertanggung yang membumbung dewasa ini rektor yang kebetulan hanya tidak, memerlukan penelitian dak punya lab. Tak terkecuali kegiatan semacam ini, PTS- jawab. Upaya menangani, juga tak terlepas dari keko- lulusan SMA. Tanpa ini, rasanya para ma- yang serius. Namun dari peng- pada pengabdian masyarakat. PTS yang tidak mampu me- yakni Kopertis bekerja sama songan hukum ini. Bagi saya, praksis "kumuh" hasiswa akan kesulitan me- amatan saya sepintas, pada Hendaknya disesuaikan de- nyelenggarakan seminar bisa dengan BMPTS mengadakan ikut nimbrung di sini. Dengan pembinaan ke PTS bersang- raih ilmu pengetahuan secara awalnya lulusan PTS masih ngan kebutuhan masyarakat. Sejauh mana PTS- PTS demikian SDM yang ada di kutan. Dicari faktor apa yang penuh serta bakal kelabakan bisa diserap oleh bursa tenaga yang semakin kompetitif lusan yang dihasilkan PTS me- kulumnya sesuai dengan jauh ketinggalan dengan re- tasnya sarana atau tenaga menghadapi persaingan kerja kerja. Tetapi kini produk lu- bisa mengembangkan kuri- PTS kurang mampu, tidak menyebabkan, apakah terba- akhir-akhir ini. lebihi kebutuhan, sehingga ti- kebutuhan pasaran kerja kan PTS lainnya yang lebih pengajar dan sebagainya. Ini Maka itu, kalau mau safe, kami benahi bersama-sama. Pernah ditemukan ada PTS yang fasilitasnya kurang me- Kasus Unmuh ini setidaknya menyodorkan tiga gatra persoalan. Pertama, Dengan peta seperti itu ia menggambarkan kondisi riil maka saya selalu merasa was- PTS Indonesia yang compang- was, setidaknya terhadap tiga hal. camping, amburadul, sakit, atau cita-cita. dak terserap. lokal? mampu. dan memerlukan "infus" eks- para mahasiswa harus rajin Mengapa lulusan PTS ti- Dalam ketentuan sudah di- Sejauh mana efektivitas Pertama, kalau-kalau pihak tra. Kedua, ia mengisyaratkan mengikuti kuliah serta sekali- dak bisa memenuhi kebu- gariskan bahwa 60% dari mata lembaga ini dalam meman- yayasan pengelola PTS sampai adanya suatu kedangkalan na- gus aktif membangkitkan ke- tuhan bursa tenaga kerja? kuliah yang diberikan itu su- tau dan meningkatkan kua- berlaku tidak jujur dalam lar, kebocoran pengawasan kuatan internalnya, agar da- Masalahnya begini. Dulu ju- dah digariskan pusat, sedang- litas PTS? madai, lalu bersama-sama de- mengelola dana sosialnya yang atau stigma perundang- pat menguasai ilmu pengeta- rusan yang dibuka oleh PTS- kan sisanya lagi 40% itu dise- diperoleh dari masyarakat undangan, di mana sebuah huan secara lebih sempurna. PTS di Kopertis Wilayah VIII rahkan kepada PTS masing program kerja. Sejauh mana silitas itu dapat diadakan. BMPTS itu sudah memiliki ngan BMPTS, kami meng- upayakan sumbangan agar fa- (orangtua/wali mahasiswa). universitas dapat dipimpin ***** lebih banyak jurusan sosialnya masing untuk mengelolanya efektivitasnya? Jika BMPTS dibandingkan dengan eksata. sesuai dengan kebutuhan pem- bisa merealisasikan program ● Widodo Sarjana sosial mengalir terus bangunan di daerah masing- kerjanya yang telah dibuat. Di (Bersambung ke Hal. 9 kol 8) para dosen. Mereka terpaksa pengelola) melempar keluh ke- Kedua, kalau-kalau sarana oleh seorang lulusan SMA. Ke- There is only one jeep ® CHEROKEE. pendidikan sebagai penunjang tiga, para calon mahasiswa Tempat dimana Anda menjadi berarti, bukan sebagai orang lain, tetapi sebagai diri Anda yang sesungguhnya. Cherske Cherokee BERMESIN BESAR 4000 CC 6 CYLINDERS FUEL INJECTION (MPI) 190 TENAGA KUDA TERSEDIA 2 PILIHAN TRANSMISI AUTOMATIC & MANUAL CHRYSLER Jeep. Cherokee MERCEDES BENZ Cherokee Cherokee Hubungi PT. NADIA AUTO GRAHA Jalan Teuku Umar 70 Phone (0361) 237008 Denpasar Menerima Tukar Tambah Kredit/Cash + 1 C.2698 2cm Color Rendition Chart 4cm