Tipe: Koran
Tanggal: 1994-09-24
Halaman: 10
Konten
2cm 4cm HALAMAN10 Bali Post Toyabungkah Pusat Seni Bumantara BERITA kematian Takdir (Sutan Takdir Alisjahbana) terdengar agak mengejutkan dan iro- nis. Judul novel yang tidak berhasil dirampungkannya, "Dan Hidup Terus Berjalan" seakan mempertegas makna sebuah ironisme, antara vitalitas yang terus hidup dengan kematian tubuh yang tidak dapat ditolaknya. Di antara ironisme inilah muncul pertanyaan bagaimanakah nasib gagasan seni masa depan, yang disebutnya seni "Bumantara" di Toyabungkah, Bali? Belum sempat menjawab ironisme demikian, Gunung Batur yang seakan mengayomi Balai Seni Toya- bungkah pun terbatuk-batuk. Adakah mengisyaratkan seni masa depan Bali akan tetap kehi- langan dimensi dan tenaga pemikiran yang kuat dalam membongkar hakikat alam semesta? Memang, beberapa saat se- belum kematiannya, Mochtar Lubis masih sempat menyam- paikan ketakjubannya demi melihat kegiatan Takdir Ja- karta Bali, yang dikatakan Lubis sebagai suatu peng- alaman membangun yang da- pat dipastikan akan mematah- kan semangat seorang muda yang tidak memiliki energi dan keteguhan hati seperti Takdir (Horison, Agustus 1994). Lalu, pengembangan seni masa depan di Balai Toyabungkah tidak saja merefleksikan misi hidup Takdir, namun juga keyakinannya akan tesis Bu- mantara (gabungan kata bumi dan antara), yang bertolak dari hasil pencerapan bahwa kegai- rahan kesenian Bali yang dili- hatnya hampir tanpa tenaga pemikiran yang kuat hendak memahami hakikat alam se- mesta, adalah pusat jaringan kebudayaan Bumantara. Dengan demikian, tertang- kap secara samar bahwa Bu- mantara adalah tesis kebu- dayaan, tepatnya evolusi bu- daya, yang melihat Asia Tenggara (yang kini terdiri dari Burma, Laos, Thailand, Vietnam, Kampuchea, Malay- sia, Indonesia, Filipina dan Brunai) adalah suatu kesa- tuan daerah dan bangsa Indo- nesia di sebelah Barat dengan pendudukan sebanyak 800 juta. bih dahulu datang ke daerah ini dan biasa disebut "Bumipu- tra" atau "Pribumi". Pendek kata, Takdir mema- hami Asia Tenggara bukanlah bangsa-bangsa yang asli, bah- kan banyak mengalami per- campuran selama beratus- ratus tahun. Karena itu, baik daerah maupun penduduk Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan yang menyolok mata. Artinya, Takdir melihat kebudayaan Asia Tenggara, terutama bahasanya sebagai berbeda namun sama: "Di sisi lain, penduduk Asia Tenggara bukannya berkaitan dalam persamaan bahasanya yang berbeda-beda, banyak persa- maannya itu", tulis Takdir da lam salah satu eseinya. Dalam konteks "sama dalam perbedaan budaya" itulah Tak- dir mengusulkan nama "Bu- mantara" disusul dengan pen- dirian Balai Seni Toyabung- kah di Bali. Gagasan "Bumantara" untuk pertama kali disampaikannya pada Pengarang "Konferensi ASEAN" di Bali 15-23 Septem- ber 1985, kemudian dilontar- kannya dalam berbagai kesem- patan dan forum internasio- nal. Usul ini, agaknya kurang mendapat tanggapan serius, mungkin karena dua hal: per- tama jangkauan pemikiran Takdir tersebut terlalu jauh ke depan dan, kedua karena Bu- mantara sendiri telah banyak memiliki nama yang lebih ber- bau ilmiah. Sekadar menyebutkan bebe- rapa nama, dikenal nama Indo-Monggoloid (Egon Frei- ner von Eicktendt, dalam Res- senkunde Und Rassengeschic- hte der Menschheit), yang Sementara itu, tentulah se- lama berabad-abad bangsa- bangsa yang mendiami Asia Tenggara ini terus-menerus mengalami percampuran de- ngan bangsa India dan Cina; seperti diketahui, dewasa ini pun di kawasan Asia Tenggara hidup lebih dari 15 juta orang Cina dan keturunan Cina yang menggabungkan di Singapura berusaha mem- bangsa Asia Tenggara sebagai pertahankan identitasnya, se- Palae-Monggoliden. DGE. Hall dangkan di Indonesia, Thai- dalam A History of Southeast land san Filipina mereka ber- Asia memakai istilah itu untuk usaha membaurkan diri kebudayaan di daerah Austro- dengan pendudukan yang le- Asiatic Culture. Dalam bahasa seluruh von Toyabungkah, tentang kebu- tingkat penalarannya belum dayaan Bali, terutama kese- tersentuh rasionalisme dan fil- nian Bali, yang dianggapnya safat tinggi. Jika tafsiran di atas benar, telah melampaui tingkat sop- histication dan keindahan maka gagasan Bumantara ber- yang susah dicari tandingan lanjut pada idealisme Takdir nya. Di Bali, kata Takdir, kese- untuk memberi nuansa pemi- nian adalah saudara kembar kiran pada kesenian Bali Bu- dari agama dan agama tak da- mantara. Oleh karena menu- pat tidak mesti menjelmakan rut penglihatan Takdir, dalam dirinya secara seni dan ritus, kebudayaan Bali, terutama ke- dalam upacara dan bermacam- senian Bali, tidak ada ke- Inggris, daerah luas yang kuatan tenaga pemikiran yang macam perayaan. membentang dari Asia Teng- Dikatakannya dalam ber- kuat hendak mengetahui haki- gara sampai kepulauan Pas- kontak dengan kebudayaan In- kat alam semesta, dewa-dewa kah di Samudra Pasifik dise- dia, yang diterima oleh Bali bu- dan manusia, seperti kelihatan but Malay-Polynesia, sedang- kanlah kebudayaan India se- pada kebudayaan India; tidak kan selebihnya W. Humboldt telah memakai isti-bagai filsafat atau agama yang juga menjadi penting usaha lah Malaio-Plynesche Sprac- maju pemikirannya, namun dalam pembuktian agama un- hen untuk bahasa-bahasa di tentu sekali mitos-mitos de- tuk kembali kepada atau ber- seluruh Indonesia, Polynesia ngan dewa-dewanya yang le- satu dengan dasar segala hi- bih memuaskan perasaan dup dalam bentuk Brahman keindahan, perasaan kompo- atau Nirwana. Orang puas dengan logika sisi dan intresgue dan lebih memberi kegirangan per- sehari-hari dan dengan keper- mainan fantasi. Dalam hal ini, cayaan kepada dewa-dewa pelaksanaan ritual pun masya yang bersifat fiktif dan dang rakat Bali lebih menyerupai kal, serta dengan kesenangan kebudayaan Melayu-polynesia mencipta dan melakukan fan- purba; ini berbeda dengan tasi yang amat subur, dapat di- umumnya di Indonesia. Dari bentuknya suatu sistem nilai gaan lagi bahwa secara bu- orang Bali suatu cara hidup. Di tesis ini rupanya muncul du- hidup yang memberi kepada daya, Bali adalah pusat sinyal mana antara kerja ekonomi, kebudayaan Bumantara yang kehidupan masyarakat dan dan Malaenesia. Bahkan, dalam proyek seni terdapat suatu perpaduan yang unik di dunia. Pola ke- giatan ekonomi yang demikian itu memang dilihat oleh Takdir pada sistem "subak", yang se- kaligus ditafsirkannya sebagai jawab atas karakter daerah tropis yang simpul-simpulnya menyembul pula di daerah- daerah tropis Asia Tenggara yang secara budaya disebut- nya Bumantara. Dengan mengikuti berbagai karya tulisnya yang memuat idenya mengenai Bumantara atau Balai Toyabungkah, da- patlah ditari suatu pema- haman bahwa Takdir sangat bertekad memberi dimensi ref- leksi (pemikiran; perenungan) lewat sekurangnya dua ke- giatan, yakni pertemuan dan forum filsafat dan kegiatan berkesenian. Dalam kedua ke- giatan itu, tidak saja dilibat- kan para ahli asing namun juga mahasiswa dan sejumlah dosen ASTI (kini STSI) dan to- koh penari (seniman) setem- pat. Sayang, Takdir keburu. pergi, sebelum Balai Seni buktikan diri sebagai pusat Toyabungkah berhasil mem- seni Bumantara. ●Jiwa Atmaja Museum Sidik Jari Ngurah Gede Pemecutan UNESCO untuk penyelidikan kebudayaan Melayu dimasuk kan antara lain, Thailand dan Filipina dalam perkataan Me- layu. Dengan demikian, bagian daerah yang luas, yang meling- kupi Asia Tenggara itu adalah daerah Melayu yang didiami oleh bangsa Melayu dalam arti yang luas. Untuk istilah Me- layu, Willeinshemidt, dalam buku Die Sprachfamillen und Sprachenkcise Der Ende, me- makai perkataan Indonesien, sedangkan bahasa seluruh daerah Malay-Polynesia itu di- masukkannya ke dalam bahasa-bahasa Austronesia, yang bersama-sama bahasa Austoris, yang melingkupi ba- hasa Mon, Khmer, Chan, Munda dan Khasi, dianggap MERINTIS. Begitu peng- sekeluarga dengan Tibeto- akuan Ngurah Gede Peme- Chinesiche spraehen, yakni cutan. Ia menyadari, bahwa se- bahasa-bahasa Tibet-Cina buah masa sepi akan ada di yang melingkupi antara lain situ. Walaupun demikian, bangsa Thai yang banyak dipe- yang penting mimpinya mem- ngaruhi oleh bahasa-bahasa buat sebuah museum telah Austro-Asia dan Austronesia terwujud. maupun mendapat pengaruh daripadanya. Mengapa Toyabungkah? Sekali lagi agak sukar di- tangkap hubungan antara te- muan "Bumantara" dengan pertanyaan mengapa balai seni masa depan Asia Teng- gara didirikan di Toyabung- kah? Dengan perkataan lain, mengapa Takdir memilih Toyabungkah sebagai pusat pengembangan seni Buman- tara? Pada banyak tulisan, Takdir berungkali menjelas- kan tentang keindahan alam Bali "Labeling" ISTILAH ecolabeling sudah gejala pergeseran terhadap bu- dikenal luas, yang berarti daya Bali dan juga ragawi Pu- bahwa negara-negara maju ti- lau Bali. Ada pergeseran dak menikmati produk indus- simbul-simbul unsur budaya, tri jika produsennya tidak mampu membuktikan bahwa proses produksinya berwa- wasan lingkungan. tari-tarian, canang, pretima, arsitektur bangunan, protokuler/upacara upakara, sulit dibedakan, mana yang Sedangkan Bali labeling, sakral/ritual dan mana hiasan. justru menjadi merk dagang, Terhadap ragawi Bali, Bali bahwa produk industri yang dirambah hotel, restoran, pa- diproses di Bali laku keras di- dang golf, pertokoan dan ba- perdagangkan. Bali dijual se- ngunan lainnya. Bali-labeling bagai Pulau Dewata, seribu bagaikan gula, semut-semut pura dan segala macam berdatangan mencari si manis. pernak-pernik budayanya. De- Untuk mengamankan Bali la- mikianlah, Bali labeling de- beling tetap berkualitas, maka ngan gencar dipasarkan, digu- Pemda membuat kebijaksa- nakan mengemas produk in- naan-kebijaksanaan di bidang dustri, dipakai daya tarik kehidupan. Di antaranya Bali melobi konferensi, dipakai pe- sebagai pariwisata budaya, sona iklan pariwisata, dan pembuatan tata ruang, per- dilombakan. abasan tanaman keras, perlin- dungan jurang, bangunan ber- ornamen arsitektur Bali, dan Deraslah wisatawan ber- kunjung ke Bali. Mulai dinilai lain-lain yang berbentuk Perda. Semua kebijakan ini bersifat legalitas. Daya tarik Bali labeling cu- kup mempesona, mulailah para investor datang. Berbekal asas legalitas dan formalitas, menanamkan modal di Bali. Sah adanya, legal dan formal. Semua telah sesuai dengan rambu-rambu kebijaksanaan yang telah ditentukan. Kata orang, bisnis adalah bisnis berarti tanam modal, ya harus memetik bunga modal. Jadi penanaman modal tentu mengutamakan ekonomi ke- timbang ekologi. Bagi keba- nyakan pemodal asas legalitas dan formalitas sudah cukup untuk berusaha.. Lalu sebagian masyarakat Bali yang cinta budaya terpe- ranjat akan dampak Bali labe- (Bersambung ke Hal 11, kol 1) WUJUD RUMAH MASA DEPAN LINGKUNGAN NYAMAN & PERMAI KEROBOKAN GREEN VILLA T.36/135 T. 45/150 T. 36/150 T. 80/160 Fasilitas: KPR-BTN, AIR PDAM, LISTRIK PLN Hub.: PT. GAJAH WAHANA REI NO. 13.00032 Jl. Gatot Subroto 99X/8 Tlp. (0361) 262147 Denpasar C 2444 Solahart Hot water for life Sistem Pemanas Air Energi Surya Termaju di Dunia Semua penjualan, supply, pemasa- ngan dan service unit-unit Solahart akan mendapat garansi dari kami se- laku distributor, maupun oleh Solahart Internasional, apabila dilaksanakan oleh PT Simed Prakarsa Indonesia. Hal ini kami umumkan demi kepenti- ngan masyarakat umum dan pelang- gan Solahart khususnya. Distributor seluruh Indonesia: PT PANATA TAMA III JI. Aipda KS. Tubun 19B Jakarta 10260 Solahart Kantor Perwakilan Solahart untuk daerah Bali satu-satunya Simed Prakarsa GARAN TAHUN PT. SIMED PRAKARSA INDONESIA Jl. Gatot Subroto No. 99 X Denpasar - Bali READY STOCK Phone/Fax: (0361) - 262120 Pernyataan tentang Eksistensi Bali ini. Lalu berhenti dan me- objek yang mendukung. lukis. Sejak tahun 1967 ia me- netapkan komitmen pada gaya sidik jari. Gayanya inilah yang pernah membawanya ke Sura- baya sekitar tahun 60-an un- tuk pameran tunggal atas un- dangan kedutaan asing. Se- buah majalah asing tatkala itu menulis tentang gaya seni lu- kisnya. Ia makin berkibar me- nerima sulutan semangat. Dan selama 25 tahun melanglang sebagai profesional melukis. Apabila ia harus bertaruh untuk museumnya, mungkin pengalaman tadi dapat men- jadi bagian penting di situ. Dan juga pengalaman merintis se- keha kesenian agar bisa men- tas secara tetap di Puri Peme- cutan, dan melecut kreativitas berkesenian di masa sebelum hijrah ke Tanjung Bungkak, mungkin ikut menjadi soko guru. Tidak megah memang mu- seumnya. Tidak juga begitu luas. Namun seratus lukisan di gedung pameran tidak tetap, seratus lukisan lagi di pa- meran pribadinya yang tetap, dapat ditampung di museum yang berada di ruas jalan me- nuju Sanur itu. Tepatnya, mu- seumnya terletak di Jalan Hayam Wuruk daerah Banjar Tanjungbungkak. Pengertian umum tentang sebuah museum, mungkin akan sulit ditemui pada Mu- seum Ngurah Gede Pemecutan ini. Bukan karena areal yang sempit, namun orang cende- rung menganggap sebuah mu- seum mengandung kesan seja- "City Tour" rah yang berwujud hasil karya Museumnya Ngurah Gede, kuno. Walaupun istilah kuno demikian kalangan pelukis itu ditanggalkan, museum 'Si- menyebutkan, akan bisa berki- dik Jari'-nya Ngurah Gede Pe- bar dalam suatu keluasan ke- mecutan ternyata lebih bersi- hidupan seni rupa Bali. Misal- fat pribadi. Untuk sementara nya saja satu sub dari gaya seni ini, hanya itu terlihat. rupa Bali yakni gaya Denpasar Untuk tujuan lain, di mu- (Badung) bisa diejawantahkan seum tersebut kini terseleng- dan diinformasikan. Sekali- gara pameran lukisan 40 pelu- gus, sejarah seni rupa Denpa- kis. Terasa lebih dekat ke sua- sar bisa diselusuri. Misalnya sana reuni para pelukis yang dapat dirintis dengan pameran semula ikut mengisi ruang ga- periodik yang terencana kemu- leri di Puri Pemecutan sekitar dian dilakukan dokumentasi tahun tujuhpuluhan. Namun terhadap gaya yang ada. apa pun, wajar saja jika ia me- Aset Denpasar seperti gaya rasa perlu memanjakan' ka- seni patung Belong-Panti, Se- ryanya dipasang di dinding di setan, Sanur dan seni lukis samping mungkin menyadari gaya unik karya-karya I Gusti eksistensinya di tengah perca- Made Deblog dapat tampil ter- turan seni lukis masa kini. Un- bantu oleh museumnya Ngu- tuk itu, sebuah museum mesti rah Gede Pemecutan. Dengan dipertanggungjawabkan demikian sebuah kajian bu- keberadaannya. daya atau objek studi akan tampil mewarnai aktivitas museum. Siapa Ngurah Gede Peme- cutan? Pertanyaan seperti tadi bisa jadi muncul jika berbicara Sebagai aset wisata, mu- tentang eksistensinya. Ia pu- seum yang berada di timur nya sejarah menarik. Semula Denpasar ini bisa mengisi peta seorang administratur pada tour city yang nantinya akan sebuah perusahaan impor- menjadi sasaran pengelolaan ekspor yang pernah berjaya di kota dan memanfaatkan objek- Sejarah seni rupa Denpasar Kalau kita bertanya, siapa cakal-bikal perupa (pemahat) yang menandai lahirnya gaya patung realisme seperti yang terdapat di lingkungan Banjar Belong-Panti sekarang? Tidak banyak yang tahu. Tapi wujud realisme dari patung kayu ka- rya Made Panti Geg dan I Gusti Putu Suwena merupakan satu dekade paling belakang yang kita temui karyanya dipajang di Pesta Kesenian Bali tiap ta- hun. Kemudian, siapa cakal- bikal pemahat di Sesetan, Sa- nur yang bentuk figurnya mengikuti kondisi sosial ma- syarakatnya seperti nelayan (bentuk patung Sanur) dan pe- tani (bentuk patung Sesetan). Kemudian pertanyaan me- narik bisa tumpah ke bidang seni lukis di mana Deblog seo- rang master Bali belum sepe- nuhnya dikenal di samping be- berapa karya seni lukis yang dibuat dari seorang Dukuh di Peguyangan. Sesungguhnya peluang itu akan menarik seperti antisi- pasi seorang Nyoman Gunarsa dalam membangun museum seni lukis klasik, atau seorang cokorda Sukawati dan Rudolf Bonnet mendirikan Ratna Warta yang menjadi kawitan seni lukis Bali tradisi yang ber- kembang ketika itu. Harapan seperti ini tentu wajar jika merujuk ke suatu keberadaan museum. Karena, secara tak sengaja orang akan bersiap-siap menerima suatu nilai dari suatu lingkungan bu- daya di mana museum itu ada. Namun itu pun tak mutlak, apabila kehadiran museum tersebut memang direncana- kan sebatas atau "areal" terba- tas pada pemajangan karya pribadi seperti pada museum Affandi misalnya. Apalagi jika Ngurah Gede sudah mau lebih dari itu, yakni mengundang, "Siapa saja pameran, silakan," katanya. ●Pandeglang TIARA DEWATA bersama seluruh masyarakat Kodya Denpasar ikut merasa bangga atas diraihnya WAHANA TATANUGRAHA 1994 Sabtu Umanis, 24 September 1994 Dari Tradisi ke Prosesi Budaya PULAU BALI adalah sebuah pulau yang beriklim tropis, seperti umumnya pulau- pulau di Indonesia. Keadaan tanahnya seba- gian besar terdiri dari tanah aluvial, regosal atau endapan abu vulkano. Tanah ini rata- rata mempunyai derajat keasaman yang agak tinggi. Hanya sebagian kecil di bukit Nusa Penida, Klungkung, terdapat gunung kapur. Sedangkan di perbatasan dengan Ka- rangasem, di sebelah utara dan selatan Gu- nung Agung, tertutup oleh endapan lahar akibat letusan tahun 1963 dan sekarang me- rupakan areal kering berpasir. Berdasarkan letak dan keadaan tanahnya yang homogen dapat dikatakan, Bali adalah daerah agraris dengan kemajuan pertaniannya, di samping juga sebagai daerah wisata yang memacu tumbuhnya industri kecil dan kerajinan. Perairan Bali dengan luas diperkirakan sekitar 9.500 km2 telah dimanfaatkan untuk mengairi areal pertanian produktif yang ma- sih tersisa sekitar 98.600 hektar, setelah di- alihfungsikan 1,07% akibat pesatnya pem- bangunan dalam aspek kehidupan, terma- suk fasilitas kepariwisataan. Dalam pemanfaatannya untuk memberi hasil opti- mal, masyarakat tani sejak dulu sudah mengenal adanya sistem pengairan tradisio- nal, subak, yang berkait erat dengan adat dan upacara keagamaan dari perspektif Hindu. Keberadaan prasasti Sukawana kerap di- sebut sebagai cikal-bakal terbentuknya sis- tem subak ini. Prasasti yang kini tersimpan di Pura Desa Sukawana, Kintamani, Bangli merangkum berbagai hal yang menerang- kan tentang sistem pembagian air, upacara yang harus dilakukan dalam rangkaian ke- giatan petani beserta mantramnya. Tam- paknya pada zaman Bali Kuna subak sudah dikenal. Hal itu berdasarkan atas isi prasasti Raja Purana Klungkung yang berangka ta- hun Saka 994 (1072 M). Dalam prasasti itu disebutkan kata kasuwakan yang kemudian menjadi suwak atau subak, Jadi kemung- kinan besar sistem subak telah umum dilak- sanakan pada masa pemerintahan Raja Ma- rakata Pangkajasthanotunggadewa, sekitar awal abad ke-11. Keaslian sistem ini juga di- perkuat dengan adanya lontar Markandeya Purana sebagai dokumen historis yang me- nyebutkan: "...Sang mikukuhin sawah ke- wastanin subak. Sang mikukuhin toya ke- wastanin Pakaseh, ika ne wenang ngepahan toya punika". Artinya: "... Yang mengurus permasa- lahan sawah, seperti menggarap sawah dan sebagainya dinamakan Subak. Sedangkan yang diberi tugas untuk mengurus dan me- nyelenggarakan pembagian air di sawah dan di ladang disebut Pakaseh". Pakaseh itu sendiri berasal dari kata peka- sih yang berarti adil. Dalam konteks ini me- nyangkut keadilan dalam pembagian air se- suai dengan awig-awig yang berlaku. Ia di- beri kepercayaan untuk mengkoordinasi krama subak sekaligus mengupayakan terobosan-terobosan inovatif sejalan dengan perkembangan teknologi pertanian. Sosial Religius Masyarakat Bali adalah masyarakat yang tidak bisa lepas dari adat dan agama. Oleh karena itu, kehidupan sehari-hari tidak ha- nya mementingkan material, tapi juga spiri- tual yang seimbang. Tata kehidupan seperti ini telah mewujudkan masyarakat sosial re- ligius, di mana masalah pura sebagai tempat suci menduduki tempat khusus. Demikian halnya dengan krama subak. Mereka memi- liki tempat pemujaan khusus yang disebut Pura Siwi atau Bedugul. Ada juga yang me- nyebut Pura Ulun Suwi atau Sari Merta. Tentang asal-usul Purai ini, bermula ke- tika pemerintahan raja Gunaprya Dharma- patni dan Udayana Warmadewa pada Icaka 910-933 (989 1011 M). Suami istri yang berkuasa di Bali ini sangat memperhatikan masalah agama. Pada waktu itu masyarakat Bali Aga sebagai masyarakat mayoritas de- ngan menganut sekta agama, seperti Sora, Ganapati, Buddha, Siwa, Bhairawa, Wais- nawa, Siwa Sidhanta dan lain-lain. Akibat dari keyakinan yang berbeda ini pula meru- pakan salah satu faktor sebab terjadinya pertentangan pemicu tumbuhnya berbagai problem sosial dalam tubuh masyarakat. Melihat situasi yang kurang menguntung- kan dalam menjalankan kebijakan pemerin- tahan, maka beliau menganggap perlu men- datangkan tokoh-tokoh agama atau rohania- wan dari Jawa Timur. Salah seorang tokoh itu adalah Mpu Ku- turan, yang datang pada Isaka 293 (1001 M). Di samping ahli di bidang agama, beliau juga ahli di bidang ketatanegaraan. Semasih ber- ada di Jawa Timur, ia pernah menjabat seba- gai pimpinan pemerintahan di Girah. Menu- rut beberapa pendapat, kerajaan ini terletak lebih kurang 50 kilometer sebelah timur kota Surabaya sekarang. Hal ini dapat diketahui dari julukan beliau dengan sebutan Nateng Girah yang berarti raja di Girah. Dengan de- mikian, tepatlah penunjukan beliau sebagai senapati, di samping jabatannya sebagai ke- tua dari pakiran-kiran i jro makabehan. Ini merupakan suatu lembaga pemerintah yang fungsinya membantu raja dalam menjalan- kan tugas-tugasnya. Berdasarkan beberapa prasasti yang dike- luarkan sebelum masa pemerintahan Udayana beserta permaisurinya, lembaga itu bernama Panglapuan, Samohanda, Seno- pati di Panglapuan, Pasamaksan atau Pa- laknan yang beranggotakan sejumlah sena- pati, pendeta siwa dan pendeta Buddha. Se- jak tahun 932 Saka (1010 M), istilah tersebut menjadi pakiran-kiran i jro makabehan. Keanggotaannya pun berubah yakni terdiri dari sejumlah senapati, samgat, pendeta Siwa dan Buddha. Dalam jabatan inilah, lalu Kuturan mem- prakarsai pertemuan besar bertempat di Ba- tanganyar (sekarang Samuan Tiga, Beda- hulu, Gianyar). Yang diundang hadir dalam pertemuan itu adalah tokoh tokoh masyara- kat Bali Aga sebagai wakil dari sekta agama, perutusan Jawa dari paham Siwa dan Bud- dha Mahayana. Pertemuan ini dikenal de- ngan sebutan Samuan Tiga yang berarti per- temuan segitiga, karena dihadiri oleh 3 ke- lompok paham agama dan kepercayaan. Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan peserta pertemuan, maka Mpu Kuturan se- bagai pimpinan pertemuan menyimpulkan beberapa keputusan penting. Satu di antara- nya adalah keharusan adanya pura di sawah yang menjadi pemujaan krama subak. Tem- pat dan ketentuan untuk membangun pura ini tidak saja berdasarkan kepada hal-hal yang bersifat skala (lahiriah) tetapi lebih di- fokuskan kepada masalah niskala yaitu ber- dasarkan wahyu atau petunjuk gaib di luar jangkauan pikiran manusia. Karenanya, pura ini terletak di tengah sawah, di samping keterkaitan antara sawah dan subak itu sen- diri. Konsep ini akhirnya menjadi warisan masyarakat Hindu Bali sekarang. Di pura ini krama subak memohon kepada Tuhan agar panennya berhasil, sekaligus memanjatkan puji syukur dalam manifestasi-Nya sebagai Dewi Sri (Dewi Padi) menurut kepercayaan Hindu, dengan jalan melakukan upacara se- tiap 210 hari sekali. Berkembang Dengan kajian mendalam, sekarang su- bak telah dimanifestasikan dalam beragam aktivitas ritual. Terlepas dari latah kera- gaman itu boleh jadi sebagai aset budaya bangsa. Bertitik tolak dari semua itu, dipan- dang perlu mengupayakan suatu usaha kon- dusif untuk menjamin keberadaannya. Rea- litanya, sejak 1979 diadakanlah lomba subak untuk pertama kalinya, kemudian disusul dengan lomba subak abian tahun 1983. Mele- wati proses evaluatif, kegiatan positif ini dari tahun ke tahun kian mendapat perhatian dari Pemda Bali. Dari pendataan yang per- nah dilakukan, tercatat sekitar 1331 subak sawah dan 632 subak abian tersebar di selu- ruh Bali. Yang menggembirakan, perkem- bangannya sejalan dengan tumbuhnya kesa- daran masyarakat akan pentingnya kebera- daan suatu organisasi subak, Demi melihat sifat lombanya insidentil bahkan langka, Kadis Kebudayaan Bali per- nah mengimbau Dinas Pariwisata untuk menjadikan aktivitas budaya ini sebagai ak- tivitas pariwisata. Niat ini tampaknya tidak berlebihan karena berdasarkan pantauan selama ini lomba sudah mampu menyuguh- kan pesona tersendiri. Betapa tidak, dari mulai tanah diolah hingga padi di lumbung selalu ada upacaranya. Yang menarik ada- lah bagaimana kunikan prosesi ini disajikan dengan sentuhan tradisi yang lazim disebut mepeed. Dari sini tampak jelas mereka ma- sih menghargai kebersamaan dengan me- nempatkannya pada proporsi yang benar. Rangkaian lomba juga dimeriahkan dengan pameran dan pagelaran kesenian rakyat. Se- mua ini merupakan gambaran nyata bagai- mana umat Hindu menghayati serta meng- hargai hidup dan kehidupannya. Sungguh, eksestensi subak telah mem- bentuk masyarakat Bali yang berwawasan paras-paros salunglung sabayan taka sarpa naya, di mana harkat martabat manusia di- akui kesamaannya. Dalam sejarah perjalan- annya, akhirnya melahirkan kepedulian dan kekentalan solidaritas. Hal ini menjadi lebih transparan manakala kita menyadari, sifat gotong-royong masih survive di tengah gem- puran paham individual. Ada nilai lebih yang menjadikannya tetap fleksibel dalam dinamika zaman dan kebutuhan masyarakat. Gusti Nh. Arnata Sabtu Umanis, 24 September Tarif Progre Rangsangar Jakarta (Bali Post) - Pengenaan tarif progresif paja akan merangsang terjadinya per wajib pajak (WP) cenderung akan hasilannya, kata Menteri Keuan Muhammad di Jakarta, Kami Undang-undang pajak itu progres yang terlalu tinggi akan merangs katanya ketika memberikan jaw pengantar musyawarah keempat nitia Khusus (Pansus) empat RUU Perpajakan. D Menkeu juga mengatakan, berkaitan dengan kemung. Ketu kinan diberlakukannya empat itu t lapisan tarif pajak penghasilan yang (PPh) yaitu 10, 15, 20 dan 30 tah persen, pemerintah kemung- men kinan juga akan menyesuai- mem kan lapisan penghasilan kena lahg kan pajak (PKP). Lapisan tarif yang berlaku men saat ini adalah 15, 25 dan 35 rinc persen. Sedangkan lapisan ting PKP-nya adalah 15 persen un- tuk penghasilan kurang dari Rp 10 juta per tahun, 25 persen untuk penghasilan Rp 10 juta hingga Rp 50 juta, dan 35 per- mer sen untuk penghasilan di atas pok keb Rp 50 juta. dan M ma Berdasarkan draft RUU pe- kat nyempurnaan UU PPh dise- butkan, lapisan PKP itu ada- lah sampai dengan Rp25 juta got pertahun (10 persen), di atas loop Rp 25 juta hingga Rp 50 juta dim per tahun (15 persen), di atas rint Rp 50 juta hingga Rp 75 juta per per tahun (20 persen) dan di atas Rp 75 juta (30 persen). Bali ten ika yan Ko kol ling. Mulai bangun membawa ber rambu-rambu dampak Bali la- tega beling. Bagai rambu lalu- lintas, ada yang membawa be "stopan", "dilarang parkir" dan ada juga membawa rambu Bal "parkir". Timbul polemik soal asas-asas kehidupan. Berargu- leb mentasi tentang asas legalitas dan formalitas. Beda pandang, Ko beda posisi, beda kepentingan, kad akhirnya timbul stagnasi. Per- bedaan pendapat semakin ta- jam ketika asas moralitas ikut dimasukkan dalam mendan- dani Bali labeling. me Kebencian, kecurigaan dan cer ketidaktenangan terus meng- geluti para pembeda pendapat. Mengingatkan akan peng- un pa ten riw ny galan epos Baratayudha. Se- dil cara pelan perbedaan penda- pat menimbulkan kebencian, kebencian menimbulkan pra- sangka, prasangka berubah dan menjadi fitnah. dig art gol tur Mari renungkan kisah peng- galan epos Baratayudha. Dice- Bal ritakan, Raja Baladewa seo-rus rang pakar strategi perang Ne- bal gara Korawa sedang un memimpin sidang strategi per- ang. Suasana sidang yang di- lau penuhi rasa benci, emosi dan prasangka kepada lawannya cukup tegang. Pada saat itulah Kresna mengutus Satyaki nya menghadap Baladewa sekadar pac menanyakan harga beras. bis S tua Dalam persidangan itu Sa- nan tyaki berbisik-bisik kepada ma Baladewa, menanyakan harga ter Nama Alamat lama Pemberit : Fadilla Hidayat : U. D. Laut Tunggal Dusun Gondol-De Kec. Grokgak Singaraja Sejak tgl. 18 September '94 Sudah kami lagi, segala perbuatannya buka Harga Grosir/ Borongan Sayur-mayur Di Pasar Kumbasari Denpasar Tanggal 23 September 1944 Jenis Komoditi 1. Kol Bulat Harga (Rp/kg) 100 2. Kol Gepeng 140 3. Tomat buah lokal 200 400 500 700 1.000 200 700 150 1.800 6. Wortel 7. Kentang 8. Sawi putih oleh PEMDA KODYA DENPASAR M TIARA DEWATA AT Lebih baik belanja di Tiara Dewata ... Lengkap dan selalu baru JI.MayJend. Sutoyo 55 Telp. (0361)235733(5 lines) Fax. 235934 Denpasar Bali REI PERSATUAN PENGUSAHA REAL ESTATE INDONESIA DAERAH BALI SEKRETARIAT JL. MALUKU B2 KOMPLE KS KERTA WIJAYA TELP/FAX (0361) 235473 DENPASAR BAL IMBAUAN Untuk mendukung program pemerintah menyediakan perumahan bagi masyarakat pada umumnya, meningkatkan tertib administrasi dan organisasi pada khususnya dengan ini kami mengimbau: 1. Dewan Pengurus Daerah Persatuan Pengusaha Real Estate Indonesia (REI) Bali-Nusra mengimbau kepada Developer yang belum menjadi anggota REI untuk mengurus keanggotaannya sesuai dengan persyaratan yang berlaku. 2. Kepada masyarakat konsumen agar membeli rumah hanya dari developer anggota REI, agar bisa dipantau untuk menghindarkan hal- hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. 3. Kepada pihak perbankkan baik bank pemerintah, bank swasta ataupun lembaga keuangan lainnya dalam pemberian tunjangan finan sial (kredit kontruksi, kredit pembelian tanah dan kredit) diharapkan hanya kepada developer-developeranggota REI. 4. Kepada Pemda ataupun instansi pemberi izin yang terkait dengan pembangunan perumahan dan pertokoan/perkantoran dalam mem berikan perizinan dimohonkan agar pemohon menunjnukkan keanggotaan REI. 5. Kepada developer anggota REI agar menyelesaikan terlebih dahulu seluruh perizinan sebelum melaksanakan kegiatan fisik ataupun kegiatan pemasaran untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. Berikut kami tampilkan daftar anggota DPD REI Bali-Nusra sampai September 1994. DAFTAR ANGGOTA DPD REI BALI NUSRA NO. NAMA PERUSAHAAN 1. PT LESTARIEMAS 2. PT. GEMA INDAH ABADI 3. PT. RATU MAS 4. PT. BALI KERSATAWA 5. PT. SILI GITHA d. PT. BUMI CANDRA ASRI 7. PT. SUGIARTA MAUTAMA 8. PT. MUARA EMA 9. PT. LAMBANG SEJATI 11. PT. ALAM RIA PERMAI 12. PT. DEWATA INDAN 13. PT. BATU INDAN LESTARI 14. PT. GUNUNG LEBAN 15. PT. BALI GALLERIA 16. PT. KUSE BAJA BROTHERS 17. PT. SARANA MANGGARAI INDAN 18. PT. SWANDEWI 19. PT. PURI LUMBUNG MAS 20. PT. GAJAH WAHANA 21. PT. DARSANALA 22. PT. ARTEKA REALTY DEVELOPMENT 23. PT. KUSEMAS CITRA MANDIRI 24. PT. NIKI SAMI KORI 20. PT.KORI BALI UTAMA 27. PT. BALI CIPTA GRANA 28. PT. ERATAMA PRADIPTA 25. PT. BUSUR NUSANTARA PERMANA NPA NO. 13.00001 29. 13.0002 30. 13.00004 31. 13.00005 32. 13.00006 33. 13.00007 34. 13.00009 35. 13.00010 36. 13.00011 38. 13.00012 39. 13.00017 40. 13.00019 41. 13.00020 42. 13.00023 43. 13.00026 44. 13.00028 45. 13.00029 46. 13.00031 47. 13.00032 48. 13.00033 49. 13.00034 50. 13.00035 51. 13.00036 52. 13.00037 53. 13.00038 54. 13.00039 55. 13.00040 NAMA PERUSAHAAN PT. KARYA PRIMA DEWATA PT. BALI SAN BROTHARS PT. PURI DARMA SEJATI PT. HARSADANA PAPER PT.KRISNA INDOTARA UTAMA PT. BALE DANA PT. SUMBER KEHIDUPAN ABADI PT. MULTI ADIPTAMA PT. GUNUNG WILIS PT. GRIYA KARYA MANDALA PT. SANTIKA MANDALA KARYA PT. BALI MULYA UTAMA PT. HARUMJAYA INDAN PT. BAKUN LUMBUNG KUNING PT. PULAU TAMAN MUMBUL PT. BINADIKARA QUARTACONS PT. KRISNA WIDYATARA PT. GEMAMAS PURI SEMBADA PT. ORIYAMAS PUTRABHUANA PT. KARYA PUTRA UTAMA PT. INTARAN PERMAI PT. TRIO INFOSINAR BHUANA PT. RION SAPTA YUWANA PT. BINTANO EASTA GEMILANO PT. SINAR PRADIPTHA LESTARI 4. Tomat buah TW 5. Buncis 9. Seladeri 10. Labu Siam 11. Lombok merah besar Sumber:Dinas Pertanian Tanaman Pangan Bali PT CENTRAL KUTA MONEY CHANGER NPA 13.00041 13.00042 13.00043 13.00044 Jln. Legian No. 557 Telp. 51345-51678-55104 13.00045 13.00047 13.00048 13.00049 13.00051 13.00052 13.00053 13.00054 13.00055 13.00056 13.00057 13.00062 13.00063 13.00064 Kuta - Bali PENGUMUMAN KURS Tanggal 24 September 1994 Valuta 2161 1462 BN TC JUAL US$ 2162 2182 13.00058 AUS 1592 1595 1619 13.00059 HK$ 278 275 292 13.00060 SIN 1445 1479 13.00061 MAL 842 856 CAN 1601 1599 1621 Pound 3390 3870 $465 DM 1392 1888 1416 NGL 1241 1231 1265 FFR 404 400 418 13.00068 SFR 1678 1673 1708 YEN LIRE 22,03 21,86 22.60 1,29 1,48 NZ 1293 1316 THB WON 80 92 S NT 1 90 72 13.00065 13.00066 PT. DHARMACAKRA TUNGGALSEJATI 13.00067 Demikian imbauan ini kami sampaikan, atas partisipasi aktif semua pihak kami mengucapkan terima kasih. DPD PERSATUAN PENGUSAHA REAL ESTATE INDONESIA (REI) BALI NUSRA (Kompyang Wisastra Pande) ttd ttd (Ir. Nyoman Surastana) Sekretaris Ketua 1 C. 2442 C. 1944 U.2722 Color Rendition Chart C637
