Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1995-06-07
Halaman: 09

Konten


HALAMAN 9 BALI POST ISBALI RABU PAING JUNI 1995 mbangunan Dalam Hindu embangunan ya, maupun Oleh Jiwa Atmaja dalam kon- Dalam hubun- pendirian banguann kuil Hindu di Sumatera, Jawa dan s hampir tidak pernah terjawab, Bali, belum ditemukan pedoman yang dapat dipakai sebagai acuan dalam mendirikan bangunan kuil. Kecuali itu, "Asta- Kosala", "Asta-Kosali" dan "Asta Bumi", hanya secara implisit lisan terakhir yang menganali- mendeskripsikan pedoman arsitektur tradisional Bali. ut ditemukan dalam karya Ra- Meskipun demikian, situs-situs Hindu berupa kuil atau iek Dehejia. Mereka berusaha candi, baik di Sumatera, Jawa maupun Bali sekilas bungan antara pemikiran keag- memberikan gambaran ikhwal pendirian, kuil atau can- ekonomi di India. Pemikiran di. Setidaknya, situs-situs Hindu itu mengandung juga atas pandangan filsafat agama pertimbangan "kelayakan" yang mungkin mengacu dupan, bahwa realitas tertinggi pada kita-kitab India Kuno. at transenden dan impersonal, (intrinsik) dan personal. kan hanya "moksa" atau kebe- un yang juga sama pentingnya kepuasan material. Karena itu, à India, tulis Rajeev dan Viek, sahkan dari urusan sekuler kegiatan ekonomi dan politik. g ini, maka pemikiran sosial dan agama dalam arti sempit, ber- uju keseimbangan humanisme pangkan aspek budaya adat ke tan antaragama dan tatanan so- lirannya bertautan pula dengan bahkan kekuasaan, menjadi se- ya. Kekuasaan misalnya, tidak milik manusia, kecuali hanya tipan" yang harus dijalankan dak diketahui limitnya. Rajutan m budaya agama menyebabkan adi bersifat ikonitas (mempun- Tidak saja di India orang men- agama (Hindu) dengan kegia- mi, sosial dan budaya, namun Potensi lingkungan alam, seperti disiratkan situs- situs kuil itu, pada prinsipnya mengacu pada kitab "Manara Silpasastra" dan "Silpa Prakasa", jika menunjuk pada gugusan situs candi di Muara Jambi, Sumatera (ada lebih kurang 34 situs), di Jawa Tengah (k. 30 situs), terutama di daerah Borobudur, Tumeng- gung (lk. 31 situs), sisanya situs-situs bangun candi Yogyakarta. Hal serupa ditemukan oleh Sutterheim pada situs erkeologi di sekitar "Tukad Pekerisan" dan Tukad Petanu", di Gianyar. Konsep Tata Ruang telestual yang berasal dari masa Kitab "Manasara - Silpasastra" memuat ketentu- an-ketentuan mendirikan bangunan kuil, terutama ketentaun memilih loksi bangunan. Menurut kitab ini, sebelum suatu bangunan kuil didirikan, arsitek pen- deta (sthapaka) dan arsitek perencanaan (sthapati) diberi kesempatan untuk menilai (semacam studi ke- layakan) kondisi dan "daya tahan" lahan yang akan digunakan lokasi bangunan suci. Prasanna Kumar Acharya, dalam kitab "Manasa- ra Silpasara" (terbitan Oxford, London, 1927), juga memaparkan teknik-teknik pengkajian lokasi ban- gunan suci, antara dengan mengisi lubang uji dengan air, maksudnya untuk menilai daya serap tanah di loka- i bangunan. Selanjutnya, dengan menimbun tanah galian ke dalam lobang uji, dimaksudkan untuk me- nilai derajat "kemelesakan" tanah di tempat itu. Teknik yang lain adalah menebar bibit tanaman di permukaan lahan yang telah dibajak, dimaksudkan untuk menilai tingkat kesuburan tanah. Dijelaskan juga teknik-teknik memilih lokasi bangunan, semisal diisyaratkan letak bangunan yang ideal. Letak bangunan suci sebaiknya berde- katan dengan air, karena air mempunyai potensi untuk membersihkan, menyucikan dan menyubur- kan. Bahkan, kitab "Silpa Prakasa" dengan tegas menentukan, jika suatu lahan tidak berdekatan den- gan sungai, dianggap tidak baik untuk mendirikan bangunan suci. Karena itu, air merupakan syarat bagi pendirian sebuah kuil sebagai pertanda kesu- ciannya, di samping sebagai pusat aktivitas spiri- tual. Apakah konsep ini yang diterapkan di Bali, sehingga hampir semua pura yang menjadi pusat kegiatan spiritualitas umat Hindu didirikan di gi- gir pantai atau di gunung? Pertanyaan di atas, boleh saja dijawab demiki- an. Setidaknya, konsep India kuno tercerap dalam ketentuan bagi pendirian bangunan pura di Bali. Untuk menjelaskan hal ini, diperlukan penelitian yang serius tersendiri. Sebagaimana di Bali, ada pembagian yang jelas antara ruang yang bersifat suci dan sekular, demiki- an pula yang dipaparkan kitab India kuno. Dise- butkan antara lain, klasifikasi bagi hunian atau tempat tinggal manusia dan dewa (vastuprakaka- na). Dhara (lahan), atau tanah merupakan vasta (tempat tinggal manusia dan dewa) yang paling utama, dibandingkan dengan tiga vastu lainnya, yakni harmiya, yana dan paryanka. Mengapa be- gitu? Karena tanpa dhara tidak mungkin seseor- ang dapat mendirikan suatu bangunan, atau tem- pat tinggal. Dari kedua kitab India kuno tersebut, dapat diketahui betapa pentingnya studi kelayakan bagi rencana pembangunan fisik dan mental umat Hin- du. Sistem kendali yang bersifat sosio-politik, atau kelembagaan pun digerakkan umat Hindu di Bali melalui Tawan Karang" yang jauh lebih luas, karena dapat menjangkau kemungkinan interven- si, imperium pendatang, kriminalitas, dan pelang- garan keimigrasian. Hal ini perlu dibicarakan tersendiri. piritual tak Seimbang luar rel. Artinya, kata Mimba, ada dunia dengan catatan jangan mentok berapa orang yang mengklaim bah sampai di sana saja. Kalau bobot spir- ajaran yang dianut lebih baik dari rual mentok sampai ritual dan sere- ran lainnya. "Saya menyayangkan nonial saja, tentu akan terjadi ketidak- kali, jika ada yang berpendapat bah- eimbangan. "Jadi, kita telah men- kelompok merekalah yang lebih auga bahwa akan ada perluasan-per- u apa itu Begawadgita. Sehingga basan beragama ke arah spiritual yang ring terjadi perdebatan, dan mem- bbih mendalam. Kita meyakini akan rtanyakan apa yang diketahui umat erbentuk kelompok-kelompok spiri- indu dengan canang sarinya (ritual- bal Hindu," tandas Wiana. )," katanya.- Oleh karena itu, kata dia, pada Bhisama Catur Marga ahun 1991 Mahasabha PHDI mene- Mengantisipasi adanya kelompok- apkan bahwa kelompok-kelompok lompok belajar seperti itu, Sekjen spiritual Hindu yang terorganisasi HDI Pusat Drs. I Ketut Wiana men- farus dibina dan diawasi oleh PHDI, takan bahwa PHDI sudah agak awal kemudian PHDI memberi dasar-dasar enyiapkan suatu bhisama. Bhisama sehingga mengarah pada agama Hin- sebut dihasilkan pada pesamuan du yang benar. Ia mengakui bahwa ung 1988, yakni catur marga. masyarakat belum memahami kepu- "Tujuan bhisama catur marga un-usan PHDI ini. "Kalau kelompok- memberikan wadah bobot perlua- kelompok tersebut tidak dibina dan beragama dengan tujuan tetap diawasi oleh PHDI, suatu saat ia kan empertahankan bobot yang telah ada besar dan akan melahirkan benturan- itu ritual dan seremonial," ujar Wi- benturan yang tidak kita harapkan," a. Pembobotan ritual dan seremo- katanya. Karenanya, sebelum terjad- al tersebut, kata Wiana, telah berha- nya hal-hal yang tidak diharapkan, memberikan umat rasa kebersa- lita harus bina dan awasi. aan, kegembiraan, keindahan, ke- "Pembinaan yang kita lakukan nggaan. Itu secara universal diper berdasarkan pendekatan Weda, jangan kan oleh manusia dalam hidup di kekuasaan. Semestinya kita di PHDI umlah yang dimuat hari ini umlah penerimaan sebelumnya umlah penerimaan seluruhnya Rp Rp Rp 40.000 5.521.500 5.561.500 Rp 34.687.500 untuk Pura Gelap di Besakih A Berlian Brahmahita P, Jl. D. Tempe 9 Sanur RD Keluarga Kalanganjar Denpasar umlah yang dimuat hari ini umlah penerimaan sebelumnya umlah penerimaan seluruhnya Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 34.672.500 Rp 34.687.500 SIMPATIANDA Bali Post menerima titipan sumbangan pembaca untuk saudara-saudara kita wang tengah menderita dan ditimpa kemalangan, antara lain: Komang Mardika penderita tumor mata,Ariyawan penderita tumor, Wiliawan penderita kanker tulang, IGP Cakra penderita kaki gajah, Aryanti penderita ke- pala membesar, Maulana penderita kepala membesar, Kt. Raka penderita tangan Ountung, Gd. Wardana penderita tumor, I Nyoman Rapa penderita perut mengeras, Vayan Kari penderita kanker rahang, Wayan Mubagia penderita kepala memb- sar, Ely Saputra penderita kulit bersisik. Sumbangan Anda dapat dikirim langsung ke bagian Sekretariat Redaksi Bali Post 67 A Denpasar atau dengan weselpos dan rekening Bali Post di BRI Ca- Dang Denpasar No. 31-45, 1065.4. Rp 596.500 untuk Kadek Wiliawan Penderita Kanker Tulang Selsian, Jl. Gatot Subroto o. 3 Dps Kt. Aryana, Bali Segara Hotel Kuta umlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya umlah penerimaan seluruhnya 22222 Rp 10.000 Rp 5.000 Rp Rp Rp 15.000 581.500 596.500 Rp 3.366.650 untuk Komang Mardika Penderi- ta Tumor Mata Rp 1.000 Ketut Surantika, Jl. Sulatri XI/7 Dps Rp 5.000 Rp 6.000 Rp 3.360.650 Rp AA Ngurah Susila, Puri Gelgel Klungkung Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya 3.366.650 Rp 1.214.500 untuk Ketut Raka Penderita Tangan Puntung Lioner Wijaya, Jl. Raya Tuban 2 BC Dps AA Ngr. Susila, Puri Gelgel Klungkung Kt Aryana, Bali Segara Hotel Kuta Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 10.000 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 20,000 Rp 1.194.500 Rp 1.214.500 Rp 618.500 untuk Nyoman Rapa Penderita Perut Mengeras AA Ngurah Susila, Puri Gelgel Klungkung Ketut Aryana, Bali Segara Hotel Kuta Rp 5.000 Rp 5.000 jangan ada yang merasa dirinya berkua- sa menyatakan ini salah, itu benar, ini sesat itu sesat, tapi justru mengarahkan. Di sini PHDI sebagai orangtua. PHDI tidak boleh apriori, bahwa setiap kel- ompok Hindu akan menyempal Hindu yang ada," katanya subus Menurut Wiana, kalau ada oknum oknum PHDI yang berpandangan demikian (apriori), setiap kelompok remaja yang berkelompok kita tenga- rai beraliran sesat, sesungguhnya ki- talah yang tidak mengerti tentang Hin- du. Wiana menyatakan kekhawatiran nya kalau sikap yang tidak akomoda- tif itu dianut oleh oknum-oknum PHDI, kelompok-kelompok yang ter- bentuk itu nantinya tanpa pengarahan dan pengawasan. Wiana melihat adanya kelompok remaja mendalami spiritualitas se- bagai keberhasilan pembangunan bah- wa motto yang dikumandangkan pe- merintah sekarang tidak lagi merupa- kan motto retorika saja. Pemerintah sudah berhasil membangkitkan rema- ja-remaja, khususnya untuk mencari keseimbangan. Bahkan, kami yang lebih tua inilah yang belum kompak memberi suatu arah kepada remaja. Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya "Buktinya, dalam kegiatan Si- waratri, Saraswati, kita lihat yang ha- dir dalam kegiatan itu 80% remaja. Jadi, sudah saatnya remaja jangan di- jadikan kambing hitam sebagai suatu wadah kenakalan. Mari kita berpikir positif. Walaupun ada satu dua yang nakal, namun lebih banyak yang positifnya," ujarnya. Oleh karena itu, ia menyerukan, kalau bisa desa adat dikembalikan jadi asram dalam pengertian yang sebenarnya, yakni memberikan batas-batas kegiatan yang benar. Misalnya, yoga asana, yoga untuk pemeliharaan kesehatan. "Kalau yoga asana ini bisa masuk ke banjar atau desa adat, secara pelan- pelan saya kira kesehatan jasmani or- ang Hindu akan mendukung tumbuh- nya kesehatan rohani," tandas Wiana. Yoga, menurut Wiana, beda dengan olah raga. Kalau yoga menyiapkan jasmani untuk wadah rohani, sedang- kan beberapa aktivitas olah raga, kadang-kadang menyiapkan jasmani sebagai wadah pengumbaran nafsu. "Yoga menggerakkan jasmani secara alami. Inilah yang dapat menjadi wadah rohani yang tepat," ujarnya. (lun/din/jeep) Rp Rp 10.000 608.500 Rp 618.500 MASIH PERLU DANA Umat Hindu di beberapa daerah masih memerlukan dana punia Anda untuk mem- bangun pura dan sarana pendukung lainnya untuk ibadah. Pura Luhur Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri Kabupaten/Daerah Tingkat II Tabanan, memerlukan dana Rp 205.730.000 untuk pelaksanaan upacara Karya Agung Mamungkah, berlangsung 14 Juni 1995, serta untuk pembangunan dan perbaikan fisik. Dari dana tersebut, sebesar Rp 125 juta nantinya untuk biaya Karya Agung Mamungkah, selebihnya untuk pembangunan dan perbaikan fisik meliputi: perbaikan meru dan piyasan, perbaikan undag, pelebaran natar pura, pembangunan pelinggih penyawang, pembangunan dapur dan ruang makan. Pembangunan Pura Segara Tawangalun, Desa Sumberagung, Kecamatan Pasang- garan, Kab, Banyuwangi, Jawa Timur yang rusak berat akibat gelombang tsunami, dan kini hanya tinggal bangunan padmasana. Dana yang diperlukan seluruhnya Rp 37 juta. Pura Ponjok Batu, Kecamatan Tejakula, Kabupaten/Daerah Tingkat II Buleleng, yang pembangunannya sudah dimulai 18 Desember lalu, diperkirakan memerlukan dana Rp 1 milyar dengan waktu membangun sekitar 3 tahun. PHDI Tingkat Desa Karya Makmur di daerah transmigrasi memerlukan dana untuk mewujudkan cita-cita umat memiliki seperangkat gong. Dana punia Anda dapat dikirim langsung ke bagian Sekretariat Redaksi Bali Post di BRI Cabang Denpasar No. 31-45, 1065,4 Pura Hargo Loka, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang direncanakan dibangun di lereng pegunungan berlokasi di Dukuh Gununganten, Desa Balong. Untuk lancarnya pembangunan pura tersebut, dana pu- nia Anda bisa langsung dikirim kepada bendahara panitia pembangunan Pura Hargo Loka, Sunardi, d.a. Kantor BKK Kecamatan Jenawi Karanganyar, Surakarta 57795, Jawa Tengah. Pura Sono Panca Giri, berlokasi di Jl. Kupang Baru III Surabaya, yang akan dibangun memerlukan dana sebesar Rp 15.971.750. Pura yang akan dibangun di atas tanah seluas 325 m2 itu nantinya terdiri dari Mandala Utama dan Mandala Madya. Pada Mandala Utama akan dibangun padmasana, penglurah, bale pemiosan dan kori agung. Sedangkan pada Mandala Madya akan dibangun candi bentar, tempat air pem- bersih, bale kulkul, joglo (gedung serba guna) dilengkapi dengan WC dan kamar mandi. Dana yang terkumpul lewat rekening Bali Post nantinya akan ditransfer ke rekening panitia pembangunan Pura Sono Panca Giri: Bank Bumi Daya Swandayani, Surabaya a/c 034037-12677. Pura Jati Pramana, Kotamadya Cirebon, memerlukan dana sebesar Rp 98.214.281 (sembilan puluh delapan juta dua ratus empat belas ribu dua ratus delapan puluh satu rupiah). Pura yang dibangun di atas tanah sertifikat Hal Milik Nomor 532 dengan luas 1.184 m2 terletak di Jalan Kalijaga Permai Kelurahan Larangan Kecama- tan Harjamkti Kotamadya Cirebon. Tanah tersebut hasil pembelian swadaya umat Hindu di wilayah Cirebon. Bangunan pura yang dibangun mencakup padmasana, kori agung, bale pagongan, tempat ganti, penyengker, dan pintu masuk. Dana punia Anda dapat dikirim melalui Rekening Nomor 037.1.01135.3, atas nama Panitia Pembangunan Pura di PT Bank Dagang Nasional Indonesia Cabang Cirebon dan Rekening Nomor 33-20-7122.8, atas nama Panitia Pembangunan Pura di PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Cirebon. Pura Jati Pramana, Kotamadya Cirebon, memerlukan dana sebesar Rp. 98.214.281 (sembilan puluh delapan juta dua ratus empat belas ribu dua ratus delapan puluh satu rupiah). Pura yang dibangun di atas tanah sertifikat Hak Milik Nomor 532 dengan luas 1.184 m2 terletak di Jalan Kalijaga Permai Kelurahan Larangan Kecama- tan Harjamukti Kotamadya Cirebon. Tanah tersebut hasil pembelian swadaya umat Hindu di wilayah Cirebon. Bangunan pura yang akan dibangun mencakup padmasa- na, kori agung, bale pagongan, tempat ganti, penyengker, dan pintu masuk. Dana punia Anda dapat dikirimkan melalui Rekening Nomor 037.1.01135.3, atas nama Panitia Pembangunan Pura di PT Bank Dagang Nasional Indonesia Cabang Cirebon dan Rekening Nomor 33-20-7122.8, atas nama Panitia Pembangunan Pura di PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Cirebon. Pura Agung Setya Dharma Dompu-NTB memerlukan dana Rp 124.600,000, untuk merehabilitasi dan melengkapi bangunan pura tersebut, terdiri dari pemban- gunan candi kurung (sedang dalam tahap pembangunan), bale kulkul, candi bentar, dan bale banjar. Dana punia Anda dapat dikirim dengan pos wesel melalui bank dialamatkan kepa- da Drs. Dewa Ketut Mudhita, BRI Cabang Dompu-NTB, rekening nomor 002016850 M272. Tidak Picik dan lebih Hindu Bali Post/dok benarnya isin puyung (isi dari kekosongan- red) Tuhan sebagai sesuatu yang kosos- ng. Nah, bagaimana kita mencari isin puyung (isi kekosongan) itu." Kaum muda Hindu dalam dominasi ritual dan budaya. sayang pada sesama," paparnya belum lama ini. Resmi 13 Aliran Di Bali kini terdapat 13 aliran keper- cayaan yang tercatat secara resmi. Namun, Mayun belum berani memastikan berapa persen dari jumlah itu adalah kalangan muda atau remaja. "Yang jelas cukup banyak," paparnya sembari menambahkan, dari jum- lah itu tidak sedikit yang kurang rajin me- laporkan perkembangannya. BERBAGAI kasus yang muncul akibat ulah pengikut aliran sesat memberikan gam- baran pada kita, tidak jarang di kalangan pengikuti aliran kepercayaan muncul pemikiran-pemikiran yang sempit dan picik. Misalnya, adanya beberapa aliran sesat yang mendewakan gurunya, atau mengagung- agungkan pahamnya, sehingga seringkali menimbulkan gejolak di masyarakat. Benturan-benturan yang terjadi di masyarakat sering tersulut karena adanya saling melecehkan antarpenganut aliran ke- percayaan dan menganggap kelompok sendiri paling benar. Di sisi lain, ada juga aliran yang mengajarkan pengikutnya bu- kan bagaimana mencari Tuhan dalam ke- benaran, sebaliknya sebagai media menda- patkan "kesaktian", Lantas terjadilah ka- sus Selat yang menyeret seorang "guru" Kalki ke pengadilan atau kasus Kemenuh yang membakar seorang warga. Karenanyalah, Pedanda Gde Ngurah Ba- jing mengharapkan, kalangan remaja mam- pu berpikir secara lebih jernih dan benar- enar mengikuti suatu aliran sebagai upaya mempertebal iman. "Jangan seperti Sekte Aum di Jepang itu, yang menganggap diri paling benar dan paling baik, tapi nyatanya menimbulkan keresahan. Sebaliknya, kaum muda yang mendala- mi spiritualitas (aliran) agar mampu lebih Hindu dari umat sedharma lainnya. Kare- na, mereka yang mendalami aliran keper- cayaan juga sekaligus memperdalam ajaran agamanya. Hal ini diharapkan Kepala Ka- bid PSK Kanwil Depdikbud Drs. IB. May- un. "Kami memang mengharapkan mere- ka yang mengikuti aliran kepercayaan di bawah pengawasan PSK lebih tebal iman- nya dan mampu tampil sebagai umat yang memiliki kelebihan, lebih memiliki kasih Di sisi lain, Mayun mengharapkan pengikut aliran kepercayaan tidak semata- mata suntuk mendalami spiritual, juga pedu- li pada masalah-masalah sosial yang ada di sekitarnya. Per- nyataan ini, boleh jadi sebagai lampu kun- ing bagi aliran kepercayaan yang mengada- kan kegiatan secara sembunyi-sembunyi- bisa-bisa mengarah pada hal yang sesat. "Justru itu kami minta agar mereka rutin melaporkan perkembangannya," tuturnya. Sementara itu, dikaitkan dengan kehidu- pan beragama secara umum, Pedanda Ba- jing mengharapkan, kebenaran-kebenaran dalam suatu aliran kepercayaan seharusnya tidak dipaksakan kepada masyarakat. Apa yang baik dan benar menurut kelompok tersebut, hanyalah sebatas dipakai di lingkungannya. Jika kembali kepada masyarakat, kita harus menyadari diri, kita harus tetap mengikuti apa yang berlaku se- cara umum. Pedanda Sidemen menilai, tidak ada jele- knnya orang mengikuti aliran kepercayaan. "Yang penting tidak menganggap apa yang diikuti itu paling bagus dan menjelek-jele- kkan apa yang didalami orang lain. Semuan- ya memiliki cara sendiri-sendiri," katanya sembari menambahkan dalam kehidupan ini, secara spiritual, apa yang kita cari se- Ingin Suasana Baru dan "Dipaksa" Zaman KECENDERUNGAN gen- gunakan suatu aliran kepercayaan erasi muda mendalami ajaran atau tertentu atau bertopeng agama un- mengikuti aliran kepercayaan ter- tuk menjalankan niat atau emosi tentu di luar agamanya, kurang yang bersifat pribadi. Tendensi ke lebih disebabkan oleh dua faktor. arah itu memang ada seperti kasus Pertama, generasi muda ingin sua- Kalki di Gianyar atau Sekte Aum sana baru. Sehingga begitu hadir di Jepang. kepercayaan baru, entah karena bosan atau jemu dengan apa yang telah dimilikinya (agama yang dianut), mereka lantas tertarik mempelajari atau mengikutinya, I Made Suastawa Dharmayudha, S.H. menilai. Faktor kedua, menu- rutnya, karena mereka tidak tahu atau belum tahu bahwa sebenarn- ya dalam agama yang dianutnya sudah ada apa yang mereka cari. Misalnya penghayatan yang leb- ih jauh atau mendalam terhadap aspek ketuhanan. Orang-orang demikian pada umumnya menurut Suastawa ad- alah karena ajaran agamanya lemah. Didorong oleh emosi atau egonya, akhirnya mereka menun- jukkan tindakan mengaku-aku, sebagai awatara, misalnya. Atau sedikit saja mengalami kesadaran supra atau mendapat ilham ketu- hanan mereka sudah merasa su- per dan mengatakan diri bertemu dengan dewa atau Tuhan. Pada- hal untuk bisa sampai ke arah itu, atau bisa mendekati diri dengan Secara umum bahwa di dalam Tuhan kata Suastawa, dasarnya agama apa pun, kata Suastawa, se- adalah aspek kesucian-luar- benarnya sudah mencakup hal dalam. Dan kesucian itu sangat demikian, baik itu menyangkut sulit diukur. Tidak sembarang or- penghayatan terhadap Tuhan, hak- ang yang "memutih" bisa dise- ikat dan tujuan hidup manusia, but suci, atau rajin ke pura dise- maupun aktivitas atau kegiatan but suci. Pemangku atau para rsi penunjang lainnya. Oleh karena pun untuk mencapai kesucian itu, sebelum mengikuti aliran ke- harus melalui proses, yaitu maw- percayaan baru alangkah baiknya inten atau madwijati. "Kalau kalau mereka mendalami agam- memang betul-betul suci mereka anya terlebih dahulu. "Agar jan- tidak sampai menyebut diri suci gan seperti membeli barang, kare- apalagi disertai sikap sombong, na tergiur oleh promosi yang gen- merasa diri lebih dan sejenisnya. car sehingga lebih tertarik dengan Kalau ada orang mengaku-aku barang itu dan kemudian lantas pada umumnya ajaran agamanya membeli. Padahal kalau diperha- kurang kuat," katanya. tikan kualitas barang itu sebenarn- ya rendah atau kurang pas untuk ukuran pribadinya." Contoh lain dikemukakan dos- en Hukum Adat Universitas Uday- ana ini, konsep Barat seperti idea, activities, act lebih dikenal ketim- bang konsep Bali yang sebenarn- Untuk itu Suastawa mengimbau agar generasi muda selalu berhati- hati terhadap aliran yang masuk. Jangan cepat-cepat menerima ali- ran tertentu tanpa pertimbangan yang matang. Tetapi hendaknya dalami dulu ajaran agama yang mereka anut, sehingga dapat meli- ya mengandung pengertian sama. hat dengan terang aliran yang da- Di Bali kita kenal tiga aspek yang tang. Apakah aliran tersebut berten- sama yaitu aspek pikir (igama), tangan dengan ajaran agamanya, se- aspek perilaku (agama/gama), dan suai dengan ajarannya, atau sifat- aspek perbuatan (ugama). Kemu- nya menambah atau melengkapi dian dalam konteks keagamaan ajarannya. Dengan sikap seperti itu (Hindu) ketiga aspek ini dikenal kita akan memiliki wiweka/pertim- dengan istilah tattwa, susila dan bangan yang matang untuk bisa upacara. memilih dan masuk aliran tertentu. Tidak menutup kemungkinan "Begitu menekuni ajaran baru, orang lebih mengenal konsep Bar- mereka harus tetap toleran atau at tersebut daripada konsep Hin- tenggang rasa. Aliran apa pun yang du Bali yang sebenarnya sudah, mereka anut, sikap toleran itu tetap ada sejak dulu. Atau bisa saja kare- selalu dimuliakan. Kalau ada salah na mereka telanjur tertarik dengan satu aliran yang mengajarkan tidak konsep Barat sehingga tidak tahu bersikap demikian, sudah menyim- bahwa di Bali sebenarnya sudah pang. Bukan aliran ketuhanan lagi, ada konsep tersebut," katanya. tetapi bisa disebut aliran sesat." Apakah seseorang mengikuti "Dipaksa" Zaman aliran tertentu bisa disebut pelari- Ketua Kelompok Belajar Yow- an? "Kalau mereka menganut ali- ana Vikas, Dewa Nyoman Wija ran atau ajaran tertentu kemudian Astawa, mengatakan, keikutan- meninggalkan aktivitas agaman- nya dalam kelompok tersebut be- ya, bisa dikatakan pelarian. Teta- rangkat dari keyakinan hati nura- pi sepanjang aliran kepercayaan ni sendiri. "Kalau dibilang ada tertentu bersifat menambah wa- paksaan dari luar, bisa ya bisa juga wasan agamanya, atau mereka tidak," ujar Wija. Paksaan dari lebih menekuni agamanya, ini luar, kata dia, disebabkan karena akan positif sekali," kata Made tantangan zaman sekarang yang serba menjanjikan tetapi manusia mempunyai kemampuan terbatas. (Bersambung ke Hal 12 Kol 1) Suastawa. Namun kita tetap diharapkan waspada terhadap orang yang meng- Kian bergairahnya kalangan remaja mengikuti aliran kepercayaan, katanya, tak lepas dari fenomena kehidupan. Dari sejum- lah umat yang datang kepadanya ia meli- hat-dari raut muka-mereka ada semacam kehausan akan spiritual. Bahkan, jika pun tidak diucapkan, tidak sedikit yang datang tengah mengalami kebingungan. "Tiang membuktikan sendiri, walau mereka tidak mengucapkan secara langsung di wajah mereka ada kebingungan," paparnya. Ditengarai munculnya aliran keper- cayaan atau orang mengikuti suatu aliran kepercayaan seolah-olah ingin meniadakan upacara. Menurut Pedanda Bajing, untuk umat yang memiliki kapasitas intelektual tertentu mungkin hal itu bisa diterapkan. Tapi, kalau berpikir kondisi umat secara umum, khususnya umat Hindu-Bali, cara- cara yang sudah biasa berlaku di masyarakat masih tetap relevan. "Leluhur kita telah me- wariskan tatacara beragama sesuai kemam- puan umatnya. Maksudnya, orang bodoh sekali pun punya kesempatan untuk berdia- log dengan Tuhan sesuai dengan cara yang memang pas untuk dia. Tetapi bagi yang sudah memiliki intelektualitas tinggi, mes- tinya juga meningkatkan cara berhubungan dengan Tuhan, yang bisa memberi makna lebih dalam dari sekadar upacara." Selain lewat mengikuti aliran keper- cayaan, Pedanda Bajing menilai, cara meng- hadapi tantangan dunia adalah dengan med- itasi secara rutin. Misalnya dengan mengu- capkan aksara Om secara berulang-ulang, Hal itu, katanya, akan dapat membantu mengurangi stres. (tra/tar/ita) BONORES Ketua OPP OPP singkatan dari Organisasi Peserta Pemilu, Sepanjang di Indo- nesia, organisasi peserta pemilu itu terdiri dari Partai Persatuan Pem- bangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi In- donesia (PDI). Kalau di negara lain, tentu lain pula organisasi peserta pemilunya. Bagaimana kelainannya dibandingkan dengan di Indone- sia? Masalah sebesar itu sebaiknya disimpan saja. Tak cocok dijawab dalam rubrik sekecil ini. Selain itu, penampilan tulisan singkatan ini me- mang dari awal tidak dimaksudkan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan tersebut, melainkan sekadar mengajak sidang pembaca guna sejenak merenung, kenapa sampai sekarang selalu saja diper- gunakan istilah "Ketua OPP", tidak sekali pun pernah ada sebutan "Ke- pala OPP" Atau dengan kata lain, selama ini yang dikenal adalah Ketua PPP, Ketua Golkar dan Ketua PDI. Tak pemah ada Kepala PPP, Kepala Golkar dan Kepala PDI. Kenapa? Berdasarkan pengalaman dan pen- gamatan, saya menangkap adanya perbedaan karakter yang jelas ant- ara "kepala" dan "ketua". Dalam "kepala terkesan kuat adanya unsur "memerintah" atau "pe- merintah" di satu pihak, dan unsur "yang diperintah" berada di pihak yang lain. Seorang "kepala" adakalanya lahir dari dalam suatu lembaga atau organisasi, dan banyak juga yang muncul begitu saja. Bisa dari samping atau dari atas. Dari mana pun datangnya seorang "kepala tak akan menjadi soal baginya dalam menjalankan roda organisasi yang dipimpinnya, karena adanya karakter "pemerintah" dan "memerintah seperti disinggung di atas. Dengan kata lain, antara "kepala" dengan "bukan kepala", terjalin hubungan kerja subordinasi. "Kepala" adalah atasan, sementara yang lain adalah bawahan. Seorang kepala", walau mungkin tidak begitu cemerlang pemikirannya, setiap kali dia bersabda, tak boleh diabaikan begitu saja. Mengangguk tanpa membantah, boleh disebut salah satu cara paling mujarab untuk menghadapi seorang "ke- pala" dalam segala situasi. Perbedaan yang lain terletak di sektor ukuran keberhasilan. Salah satu ukuran keberhasilan seorang "kepala" adalah, kemampuannya untuk mengendalikan bawahannya/yang diperintah, demi kepentingan dirinya sendiri dan atau demi kepentingan atasannya. Mungkin karena kenyataan ini sehingga sering kita saksikan tingkah paripolah seorang "kepala merangsang tawa. Misalnya, dia suka menampakkan wajah garang semacam singa lapar manakala menghadapi bawahannya, se baliknya pada kesempatan lain, lunglai tak bertulang seperti pisang lawe bila bertemu dengan atasannya, atau mungkin istrinya sendiri. Hal ini tentu bukan karena salah bunda mengandung, melainakn semata-mata karena dia menjalankan dengan penuh penghayatan segala tanggung jawab dan dharmaning seorang "kepala". Karena itu pula, sulit dibay- angkan seorang "kepala" seperti itu akan mau dan mampu untuk me- neruskan keinginan bawahannya, apalagi yang namanya aspirasi poli- tik. Walaupun hal ini sebenamya juga adalah serpihan tanggung jawab seorang kepala", tetapi yang bersangkutan akan merasa lebih berhasil guna bila memilih "ilmu padi". Diam seribu bahasa, sambil dengan rajin merawat muka dan kuping agar senantiasa tebal. Apa yang ada dan seharusnya ada sebagai karakter "ketua" tentu berbeda dengan kepala". Walaupun "ketua" mungkin berasal dari kata "tua", dia tak harus paling tua di antara sesamanya. Hubungan dengan yang lain juga beda. Tak lagi subordinasi, melainkan koordinasi. Karena itu seorang "ketua yang baik dan benar, hendaknyalah mempunyai ke- mampuan dan keberanian ekstra. Setidaknya, kemampuan untuk ber- diri tegak dalam segala situasi. Apakah dia harus paling pintar? Keliha- tannya tidak harus. Yang penting, ada pengakuan dari sejawat yang dipimpinnya. Pengakuan ini sering tak ada hubungannya dengan intele- gensia, tetapi berkaitan dengan emosi, taksu atau kharisma. Kalau se- orang "kepala" biasanya muncul dari atas, tidak demikian halnya den- gan "ketua". "Ketua biasanya lahir dari kawah candradimuka organ- isasi yang dipimpinnya. Sebab, hanya dengan demikian barulah me- mungkinkan baginya untuk memerankan lakon "ketua". Jadi kalau OPP dipimpin oleh "ketua", hal ini bukan karena kebetu- lan, melainkan suatu keharusan. Kalau yang terjadi sebaliknya, maka berat dugaan akan ada dua kemungkinan. Pimpinan itu akan tampil dengan gaya seorang "kepala" atau dia bakal kalang kabut dalam kepemimpiannya, karena dijauhi oleh anggotanya Wayan P. Windia MITSUBISHI KABAR GEMBIRA...... DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN, KAMI MEMBERIKAN PAKET KHUSUS T 120 SS MB PAKET O GO PUBLIC COLT T120ss BERHADIAH AIR CONDITIONER ATAU SEPEDA GUNUNG + VOUCHER BUN ATAU . VELG RACING + VOUCHER BUN . RADIO TAPE SAFETY BELT KACA FILM Bagi 10 pembeli pertama berhadiah langsung Tape Grand Compo Posisi bangku belakang unik dapat diubah dari saling berhadapan menjadi menghadap kedepan. Segera hubungi dealer Mitsubishi : C 1878 2 SI'D 30 JUNI 1995 MOC MITSUBISHI ORIGINAL COMPONENT MOC (Mitsubishi Original Component) adalah bodi original full pressed body dari Mitsubishi dengan standar kualitas tinggi. Bahannya anti karat, presisi, ringan, dan mudah dalam pemasangannya. NEPTUNE CYCLONE ENGINE 78PS - Suara mesin lebih halus - Tenaga lebih besar dan mantap - Bahan bakar lebih irit Authorized Dealer Of Mitsubishi Motors PT. Bumen Redja Abadi JI. Imam Bonjol 375 R Denpasar, Telp. (0361) 225002 (5 lines), 223744, 223751 Fax. (0361) 227133. MITSUBISHI MOTORS ANDALAN ANDA TEKNOLOGI MITSUBISHI 2cm Color Rendition Chart