Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Harian Jogja
Tipe: Koran
Tanggal: 2020-09-02
Halaman: 12

Konten


Kudnyaan DIY, Sumadi, 12 Harian Jogja RABU LEGI, 2 SEPTEMBER 2020 JOGJA ISTIMEWA DINAS KEBUDAYAAN KUNDHA KABUDAYAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Geliat Milineal dalam Sewindu Keistimewaan Istimewa bisa eistimewaan DIY memasuki tahun kedelapan. Pelaksana diaruhkan Tugas menjadi konsumen. "Ada Youtube, yang kita lakukan itu juga yang Generasi milineal ini memakai ada Instagram, semua kita masukkan menarik milineal agar bisa mengikuti Dinas tidak hanya tampil di Selendang aksara Jawa untuk menjaga privasi, ke sana, sehingga harapannya setiap aktivitas kebudayaan,"jelasnya. Para mahasiswa disapa dan jelasnya. Disbud oleh DIY, Керala Kebudayaan DIY, Sumadi, Sutera, kesenian dan kebudayaan karena tidak semua orang paham milineal pun akan melihat," ujarnya. Milineal dekat dengan menyampaikan sewindu ini penggunaan aksara Jawa. Selain itu mereka Andil milineal diakui Cahyo terbilang teknologi. Hendro menyebut bahwa ditampilkan menggunakan aksara Jawa dalam tinggi. Dilihat dari keikutsertaan pandemi ini juga menjadi pelajaran kegiatan berkomunikasi pesan singkat untuk merekadalamberbagaiagenda,seperti bagi pihaknya untuk lebih menguasai daerah dalam keistimewaan milineal nusantara juga melalui lainnya seperti Festival nguri-nguri atau menjaga aksara Festival Dalang Anak dan Remaja, teknologi. Kesenian (FKY) serta pagelaran lainnya. DIY yang kini kebudayaan juga dapat dilihat dari yang sifatnya kekinian viewer- kebudayaan dihuni dari berbagai daerah menuturkan bahwa ternyata selama tasteofjogja nusantara sehingga tak ini kunjungan ke museum juga Publikasi dilakukan di beragam menyajikan secara online belum lepas dari multikuktural, didominasi generasi milineal yang platform agar merengkuh semua seperti saat pandemi Covid-19 ini," membuktikan generasi turut ambil bagian dalam menggerakkan seni dan budaya di DIY. Disbud DIY memiliki mewadahi kaum milineal dalam berbagai aktivitas seni dan kebudayaan. Berbagai program seni dan budaya memang telah digulirkan Disbud DIY dalam kurun sewindu, termasuk milineal. Dijelaskan Sumadi salah satu tempat berkumpulnya para seniman kegiatan yang melibatkan generasi dari berbagai daerah bahkan hingga DIY memfasilitasi semua kegiatan mereka dalam proses itu sehingga Hal itu dikarenakan tampilan dalam muda adalah Festival Dalang Anak luar negeri. Mereka bahkan bukan yang bersifat pemeliharaan dan mereka dan Remaja. “Selama ini dalang kan orang asli Jogja, tapi meraka merasa pengembangan kesannya untuk orang-orang tua, tapi makan, minum, dan hidup di Jogja. "Harapannya generasi milineal kerja harapan kami bisa merasa sangat akrab dengan kaum milineal. sekarang bagaimana meregenerasi "Ini adalah tanah kami, izinkan kami jangan sungkan-sungkan untuk memiliki, akhirnya mencintai, lalu dalang-dalang muda melalui anak- berkembang di Jogja," ujar Sumadi mengeksplorasi anak itu," ungkapnya. Sumadi anak-anak dalam seni pedalangan di DIY masih sangat tinggi. Pernyataan dalam melibatkan mahasiswa dalam tersebut berdasarkan data keikutsertaan anak Sumadi, yakni mayoritas generasi memiliki hasrat seni meskipun kebudayaan. Cahyo berpesan kepada komunikasi yang kurang baik. Cara dalam Festival Dalang Anak dan milineal waktu mereka habis untuk tidak semua bisa mengekspresikan. orang tua untuk bisa mendampingi pandang dan komunikasi antara Remaja yang digelar begitu banyak pendidikan. Sehingga Disbud DIY Namun menurutnya, bisa menyukai anak-anaknya pesertanya. banyak, ada sekitar 50 anak, artinya pendidikan seperti kampus atau banyak anak-anak yang berminat," sekolah menengah memasukkan Sekretaris ujarnya. Geliat lain Disbud DIY dalam memfasilitasi hanya berpendidikan formal di sana, milineal juga ditunjukkan dengan tetapi meraka dapat mengerti tentang pelaku, tetapi bisa menjadi konsumen perjalanan kebudayaan dari tahun gelaran Selendang Sutera. Sumadi kebudayaan DIY sembari mereka atau penikmat. Ia mencontohkan, 2012 sampai dengan tahun ini. menjelaskan kegiatan tersebut menuntut ilmu," jelasnya. merupakan semarak yang mewadahi legenda, seni, dan budaya dari daerah pun mengakali jadwal kegiatan seni muda itu penikmat museum. lainnya. Bekerja sama dengan ikatan budaya yang ditempatkan di sela-sela mahasiswa dari berbagai daerah, hari libur. Tujuannya agar generasi memposisikan generasi muda sebagai mewariskan ke generasi berikutnya. itu punya interaksi sosial kegiatan ini memfasilitasi para milineal dapat turut serta atau penikmat yakni pada Majalah Mata "Maka kemudian membekali milineal dengan bahasa Jawa yang merupakan mahasiswa untuk menunjukkan seni setidaknya turut menikmati kegiatan Budaya dan Tabloid Jawacana. akan pentingnya nilai-nilai budaya itu identitas masyarakat Jogja. "Film itu dan budaya daerahnya di DIY. Kegiatan ini pun mendapat respons "Hari-hari libur itu kita manfaatkan tersebut generasi muda bertindak baik dari mahasiswa luar daerah. "Mereka senang, sangat memberikan ujarnya. apresiasi, kita libatkan mereka, tidak hanya peserta, bila mereka ingin Disbud DIY untuk memasukkan nilai narasumbernya yang dari milineal," dilakukan juga harus mengarah ke saya kira menjadi sangat penting, menggelaracara dan mau, kita jadikan seni dan budaya tengah dilakukan ujarnya. panitia mereka juga senang," ujarnya dengan menyiapkan regulasi sastra, "Kita ingin budaya Jogja ini tidak bahasa, dan aksara Jawa dalam Perda hanya untuk Jogja tapi dari jogja juga DIY. "Sekarang banyak milineal mempromosikan berbagai kegiatan seyogyanya secara aktif mengajak depan semakin istimewa," ujar untuk Indonesia," ungkap Sumadi. Yogyakarta Jawa. Minat "Terus terang saja agak gragapan, terhadap "Paling tidak dari tayangan beberapa artinya hampir semua produk duta wisata, hingga di ranah digital. milineal disaksikan kesadaran peranan secara masyarakat kunjungan ke museum. Sumadi nya cukup banyak dari [Youtube] langsung, itu," untuk ungkapnya. mendokumentasikan dan kemudian Sumadi menjadi tak jarang untuk membuat konten kalangan termasuk generasi muda. "Dengan harapan teman-teman ungkapnya. Plt Kadisbud DIY tempat yang ramah hingga Youtube. "Kalau saya lihat itu 70 "Saya kira sewindu keistimewaan sewindu keistimewaan. persen sampai 80 persen itu anak milineal bisa tahu, mengenal, ini menjadi momentum penting Silakan untuk merangkul generasi Jogja memang istimewa, menjadi muda," ujarnya. kemungkinan tertarik. melibatkan milenial Sumadi menyampaikan Disbud setelah tertarik coba kita libatkan secara langsung," ujar Hendro. pengalaman. proses kesenian dan kebudayaan kebudayaan. Kalau sudah punya pengalaman kemudian menggunakan media yang punya adalah diri, sehingga endingnya melestarikan," ungkapnya. bagaiamana proses regenerasi dan pewarisan nilai-nilai itu bisa tetap "Yang terpenting menirukan ucаpan dari salah seorang kreativitasnya bisatersalurkan dengan mengutarakan minat seniman. baik untuk menjaga kebudayaannya Memiliki Kebudayaan terjaga," lanjut Hendro. Salah satu persoalan yang ditemui sendiri," ungkapnya. Problematika yang dihadapi saat Dia berpendapat yang menjadi Ada kayakinan yang dipercayai ini menurut Cahyo yakni bagaimana salah satu problem dalam regenerasi karena adanya jarak dilontarkan Sumadi kegiatan seni dan budaya, menurut Sumadi bahwa orang membuat milenial merasa memiliki tersebut semua untuk mengenal generasi tua dan generasi muda acap "Pesertanya cukup bekerja sama dengan lembaga kesenian dan kebudayaan itu sudah kesenian, kebudayaan, keistimewaan, kali timbul gap yang kemudian harus saling memahami. "Oh milineal tuh Kepala Sub-bagian Program, begini, yang milineal juga mengatakan Hendro oh orang tua saya cara komunikasinya dilakukan pendidikan. “Sehingga mereka tidak pelibatan generasi milineal dalam Suprantoro menjelaskan peringatan begini, sehingga kemudian ada titik termasuk hal yang luar biasa. dan nilai-nilai Jogja. Kebudayaan Dinas seni dan budaya ke dalam fasilitas DIY, Cahyo Widayat menuturkan Disbud DIY, Aryanto yang seni dan budaya tidak melulu menjadi sewindu keistimewaan ada refleksi temu," katanya. Mengenalkan budaya juga bisa dilakukan melalui film. Hendro banyaknya kunjungan generasi muda Menurut Hendro pelibatan milineal memberi contoh, film yang Tidak kehabisan cara, Disbud DIY ke museum membuktikan generasi menjadi penting karena selama ini tengah beken saat ini Tilik yang ditempatkan sebagai pewaris budaya. menggambarkan budaya Jawa. yang Padahal ke depan meraka juga harus Menurut pengamatan Hendro film kuat Medium lainnya yang kesenian dan' budaya yang digelar. Dijelaskan Cahyo, pada dua medium menjadi penting," ujarnya. melanjutkan kemudian digandrungi anak muda, bila tidak menggunakan bahasa-bahasa agar mereka bisa berpartisipasi," sebagai pembaca, penulis, bahkan membekali milineal dengan nilai- anak muda, filmnya pun dibikin oleh Hendro isi dari tulisan. "Beritanya, modelnya nilai budaya itu menjadi satu hal anak-anak muda," ujarnya. Langkah lain yang sedang dilakukan banyak dari milineal, termasuk yang penting maka upaya-upaya yang "Dalam konteks keistimewaan ke depannya generasi sekarang untuk akan menjadi garda terdepan untuk sarana penyebaran informasi untuk memaknai keistimewaan itu, maka kemudian mengatakan Jogja ke sana. MediasosialdijadikanCahyosebagai "Kemudian sekarang berkomunikasi dengan aksara Jawa," seni dan budaya kepada milineal yang milineal, pendekatan-pendekatan Hendro.(ADV) Kaum Milenial Banyak Terlibat di Kraton K anjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro yang merupakan dalam sewindu keistimewaan juga penonton Penghageng Hageng Punakawan Kridhomardowo Flash Mob tari klasik adilihung bagaimana Kraton Ngayogyakarya Hadiningrat di Malioboro. KPH Notonegoro termasuk mengatakan perkembangan kesenian menyebutkan bahwa Flash Mob terhadap kesenian masih tinggi. selama delapan tahun perjalanan tersebut menjadi salah satu usaha Langkah mewadahi generasi mudah keistimewaan sudah sangat baik. Seniman muda yang masih tidak merasa kesenian adilihung itu KPH Notonegoro juga mengatakan menempuh jenjang sekolah seni kuno, karena anak-anak muda yang bahwa dalam sewindu keistimewaan pun sudah diberikan banyak jadwal masih butuh berkesenian, itu kan ini banyak abdi dalem yang berusia untuk tampil. Dari segi pendanaan butuh mengepresikan diri," jelasnya. cukup muda yang mengabdi. pun, seniman Jogja lebih banyak terakomodasi dibandingkan dengan bila dipaku dengan pranata atau wilayah lainnya. "Kalau dari segi aturan yang rigid sangat kaku, nanti selanjutnya menjadi regenerasi dari merangkul kalangan milineal saya milenial akan kehilangan ruang. rasa tidak ada masalah," ungkapnya. Kegiatan lain yang dilakukan untuk kesenian Kraton dari seni tari hingga cara mendokumentasikan berbagai kegiatan seni dan budaya di Kraton. Namun yang menjadi sorotannya merangkul milenial juga dilakukan karawitan. Hasilnya satu gending kegiatan Kraton. Upaya merangkul generasi milineal Dari jumlah tersebut kebanyakan merupakan generasi Kawedanan ditunjukkan dengan menggelar milineal. Sehingga bisa disimpulkan masyarakat milineal animo 2cm generasi merangkul milineal. "Agar milineal juga dilakukan dengan cara lain, Menurut KPH Notonegoro, Dituturkan KPH Notonegoro para abdi dalem muda ini lah yang abdi dalem termasuk para penerus Harian Jogja/Desi Suryanto "Untuk mempromosikan Srimpi Muncar itu kita ada 'poster, ada hingga Citro Kondho, slide rangkaian bagaimana pelestarian Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat baru pun diciptakan dari abdi dalem adalah budaya seperti penggunaan bahasa dengan menggelar pertunjukan muda ini. dan tindak tanduk dalam kehidupan wayang wong di Sekaten. KPH sehari-hari. menilai porsi antara gerak kesenian tiga hari dibuka jumlah penonton Kraton dan kebudayaan belum berimbang, yang hadir mencapai ribuan orang. karena saay ini masih condong pada kesenian saja. bagaimana koneksi, Melatih tata pencahayaan, КРН Notonegoro Notonegoro menyebutkan selama milineal dan memperlebarjangkauan, bisa disaksikan masyarakat luas. juga KPH Notonegoro mengatakan meningkatkan "Dari sisi penggunaan media sosial untuk sarana promosi relatif tidak memerlukan biaya tinggi dan Media sosial juga digunakan pelaku pembuat vlog misalnya juga 5.000 orang yang nonton," katanya. yang ada untuk belajar bagaimana untuk menjadi wadah promosi melibatkan anak muda. (ADV) intensitas tayangan daring. KPH sebagai panggung," ujarnya. "Bahkan di hari terakhir sampai Notonegoro melatih abdi dalem tasteofJogja.org f Kebudayaan diy www tasteofjogja jogjabudaya Colgr Rendition Chart