Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bernas
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-03-20
Halaman: 04

Konten


2cm 4. JUMAT PON, 20 MARET 1992 OPINI A RI Sedia Berunding dengan Syarat PORTUGAL rupa-rupanya ingin meneruskan dialog segitiga Sekjen PBB-RI-Portugal, selanjutnya di tingkat Menlu. Negara yang pernah menjajah Timtim selama 469 tahun, belum terbuka mata dan hatinya guna menerima kenyataan bahwa Timtim adalah provinsi ke-27 dari RI sejak 1976. Malah Portugal meninggalkan pulau ini begitu saja tanpa rasa tanggung jawab, kala berkecamuk perang saudara. Pernyataan integrasi oleh rakyat, yang merupakan hak menentukan nasib sendiri (self determination) adalah momentum dekolonisasi yang tidak mungkin diulang lagi, karena sifatnya yang einmalig. Ketegasan sikap ini selalu dike ukakan oleh Gubernur Timtim, dalam menanggapi ulah Portugal di forum internasional. Pada zaman keemasan penjajahan, Portugal termasuk yang paling konservatif. Melebihi ketamakan Belanda melalui sistem monopoli yang dijalankan oleh Kompeni Belanda. Stelsel tanam paksa yang menyengsarakan rakyat Indonesia. Kruideniers politiek-nya (politik warungnya yang memberi sedikit, tapi mengambil sebanyak-banyaknya), disusul oleh praktek kapitalis- me yang disuburkan oleh liberalisme. Kemudian makin ditingkat- kan oleh imperialisme yang membuat bangsa Indonesia sebagai kuli bangsa lain, indolens dengan segala keterbelakangannya, kemiskinannya dan kebodohannya. Menurut Menlu Australia Evans di depan wartawan (17/3) rakyat Timtim selama penjajahan Portugal diperlakukan dengan tidak terhormat. Mestinya negara ini mencerminkan kesalahannya kala mengecam pemerintah Indonesia. Katanya pula Portugal tidak membangun jalan raya, sekolah atau rumah sakit. Juga tidak membangun ekonomi Timtim. Isu kedaulatan sudah tidak perlu dipersoalkan lagi, suka atau tidak. Malah Australia menuduh Portugal, menerapkan kebijaksanaan yang salah dengan terus membangkitkan harapan kepada rakyat Timtim bahwa mereka harus merdeka. Usaha Portugal untuk menghalangi Indonesia menjadi Ketua Gerakan Nonblok gagal, antara lain membujuk bekas jajahannya di Afrika yang sekarang telah menjadi negara merdeka, berkat Dasa Sila Bandung. Seperti ditegaskan oleh Menlu Ali Alatas, Indonesia tidak pernah punya niat guna menggunakan GNB untuk kepentingan kita. RI menentang upaya semacam itu. Seperti halnya kala kita menentang pencalonan Nicaragua, karena move politiknya mengarah ke sana. Dipilihnya Indonesia sebagai ketua merupakan kemantapan diplomasi kita. Dengan sendirinya sudah menguntungkan RI sehubungan dengan persoalan Timtim. Pro- vokasi Lusitania Expresso tidak meninggalkan bekas, apalagi guna membentuk Pendapat Umum Dunia yang menyalahkan Indonesia. Hanya memunculkan berita-berita aktual, tidak lebih dari itu. Stimuli provokatif ini sirna berkat tindakan berdasarkan hukum yang dilakukan oleh Indonesia di perairan Timtim. s nama Kalau kita mengajukan syarat, siapa dulu yang akan dibawa serta oleh I dalam dialog segitiga itu. Bertindak siapa mereka? Sebab rakyat Timtim sudah diwakili oleh RI. Orang Timtim, apalagi yang tinggal di Portugal dan negara lain boleh saja tak setuju dengan jadinya Timtim sebagai provinsi ke-27 dari negara kita. Tapi tidak dapat mewakili rakyat yang sudah menentukan pilihan, berintegrasi dengan RI. Apalagi mau berbicara di forum internasional nebeng negara yang pernah jadi penjajah wilayah itu. Indonesia prinsipnya selalu siap berunding, tapi tetap berpegang pada kedaulatan, keutuhan wilayah tanah air kita. Tentunya juga menghadapi semua move politik Portugal yang tidak mau melihat kenyataan. Tinggal menunggu langkah Sekjen PBB yang sudah tahu dan mengerti sikap Indonesia. Keluarga Tumiran ORANG mungkin akan mengatakan bahwa sekarang zaman edan, kalau menyaksikan berbagai peristiwa kehidupan sehari- hari yang ada di sekitarnya. Berita-berita di suratkabar atau media lainnya memberikan gambaran yang nyaris lengkap tentang kondisi zaman sekarang. Hampir setiap hari orang mendengar berita tentang pemerkosa- an yang dilakukan baik oleh orang yang sudah dikenal atau belum, atau malahan dilakukan oleh orang yang semestinya melindungi; orang juga mendengar berita tentang pembunuhan; atau berita-berita lainnya yang semuanya memberi gambaran bagaimana kondisi dunia saat ini. Berita tentang PHK, korupsi, penganiayaan, perlakuan sewenang-wenang oleh atasan terhadap bawahan, seakan menjadi santapan sehari-hari. Ada juga yang lantas bertanya, apakah kondisi semacam itu yang dulu pernah dilukiskan oleh pujangga Keraton Surakarta Hadiningrat, R Ng Ranggawarsita pada abad 19. Ia dalam sebuah pitutumya pernah mengatakan, amenangi zaman edan, ewuh aya ing pambudi, arep edan nora tahan, kaliren wekasanipun, ndilalah kersaning Allah, sabegja-begjane sing lali, luwih begja kang eling lan waspada. PITUTUR tersebut sungguh indah. Tetapi, memang tidak semua orang akan tahan menghadapi zaman edan seperti yang dilukis- kan Ranggawarsita. Menghadapi kenyataan semacam itu, mengha- dapi kehidupan yang penuh masalah dan tantangan seperti itu, reaksi orang bermacam-macam. Ada yang tergugah untuk menghadapi masalah dan tantangan dengan sekuat tenaga serta menguras segala daya dan upayanya, ada juga yang justru mopo, nglokro dan pada gilirannya kehilangan gairah hidup. Tetapi, ada juga yang bersikap masa bodoh, tak mau ambil peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kita tidak tahu pasti, berapa persentase yang bersikap masa bodoh, berapa yang mempunyai rasa kepedulian, berapa yang hanya menunggu arah angin. Tetapi, yang jelas dalam suatu masyarakat yang warganya hanya dijadikan obyek atau tidak pernah diberi kesempatan berinisiatif, tidak dihiraukan hak-hak demokratisnya, dan barangkali dibiasakan hanya menerima instruksi dari atas akan tipislah kemungkinan menjadi orang yang peduli terhadap keadaan sekitar. Tidak aneh jadinya kalau kemudian orang cenderung cuek, persetan amat, atau masa bodoh terhadap masalah-masalah kehidupan, terhadap masalah-masalah kehidupan bernegara. Sikap cuek terhadap kehidupan menjadi semacam gaya hidup. Sikap masa bodoh dan persetan terhadap lingkungan menjadi semacam aliran baru yang layak dianut. Dalam kondisi semacam ini sesungguhnya kehidupan telah menjadi pincang. Orang cenderung mengutamakan diri sendiri dan melupakan orang lain. KARENA itu adalah sangat membanggakan, ketika harian ini memuat Dompet Kemanusiaan' bagi Hari Kurniawan, anak Tumiran seorang tambal ban, yang tengah dirundung malang, mendapat sambutan begitu hangat. Paling tidak, uluran tangan para dermawan itu meski hanya dalam persentase yang kecil, memperlihatkan bahwa kepedulian, rasa kesetiakawanan itu masih hidup di tengah kita. Apa yang disandang keluarga Tumiran hanyalah salah satu dari begitu banyak kepapaan yang ada di sekitar kita. Kita semua paham dan sadar serta tahu bahwa masih banyak keluarga Tumiran-tumiran yang lain dan yang pasti membutuhkan uluran. tangan kita. Hanya sekarang persoalannya, apakah kita lebih memilih menjadi bagian dari sekelompok masyarakat yang menganut aliran cuek, masa bodoh dan persetan amat atau mau membuka diri terhadap kepapaan, penderitaan, dan kenestapaan orang lain. Ini sebuah pilihan yang membutuhkan pengorbanan. BERNAS Pemimpin Umum: Kusfandi Wakil: Mamak Sutamat Pemimpin Redaksi Abdurrachman Wakil Pramono BS, R. Subadhi Redaktur Pelaksana: Tras Kuncahyono, J. Roestam Afandi Wakil Bambang Sigap Sumantri, Y.B. Margantoro, Sulaiman Ismail Manajer Produksi Yusran Pare Sekretaris Redaksi: Ny. Arie Giyarto. Redaktur Tamu: Rizal Mallarangeng Penerbit: PT Bernas ISSN: 0215-3343 SIUPP SK Menpen No 110/Menpen/SIUPP/A.7/1986, tanggal 22 Maret 1986. BERNAS Istilah Lagi, Ah! Keputusasaan Kultural dalam Bahasa kinkan peningkatan intensional- itas masyarakat dalam mengha- dapinya. Yayan Sopyan BANYAK orang saat ini rupa- nya telah mempunyai ungkapan yang serba guna, yang dapat dipergunakan untuk keperluan apa pun: untuk menjawab, me- ngomentari atau menjelaskan berbagai hal. "Siapa dulu dong bapaknya", itulah ungkapan populer yang belakangan ini banyak diucapkan orang. Ung- kapan populer ini dengan mu- dah dapat terdengar di mana pun, kapan pun, untuk apa pun dan oleh siapa pun. "Siapa dulu dong bapaknya" memang bukan satu-satunya ungkapan yang sedang populer saat ini. Masih ada puluhan (mungkin ratusan) ungkapan populer di tengah masyarakat kita. Pasangan bagi ungkapan- ungkapan populer ini adalah is- tilah-istilah populer. Fenomena ini telah berlang- sung lama dalam kebudayaan. Tentu belum luput dari ingatan, misalnya, pada tahun 70an ba- nyak orang tergila-gila dengan istilah "asoy" dan ungkapan "mana tahan". Realitas kekerasan dan kesuraman hidup Kata-kata yang dipakai seba- gai istilah maupun ungkapan populer sebenarnya bukanlah kata-kata baru dalam khasanah bahasa yang ada di bumi nu- santara. Bahkan kebanyakan ka- ta-kata itu hanya dikutip dari apa yang mereka dengar atau baca dalam hidup sehari-hari. Namun terdapat garis yang jelas, yang dapat membedakan dua ti- pe sumber pengutipannya de- ngan nuansa realitas masing- masing. "Disesuaikan", "diamankan", "cekal", "gebuk", "mbalelo", "jer basuki mawa bea" adalah bebe- rapa contoh tipe pertama istilah dan ungkapan populer; yakni ti- pe yang sumber pengutipannya adalah ucapan-ucapan para pe- tinggi kekuasaan. Lazimnya, pa- da mulanya kata-kata itu tak lebih dari eufemisme para pe- tinggi dalam menjelaskan atau menegaskan suatu kebijakan. Sedangkan tipe kedua adalah istilah dan ungkapan populer yang diambil dari khasanah ba- hasa lisan masyarakat; seperti istilah "memble", "amburadul", "cuek", "asoy", "ngetrend", "me- jeng", atau ungkapan "mana ta- han", "ST" (sok tahu), "TST" (tahu sama tahu), "ndak tentu", "nih ye", "siapa dulu dong ba- paknya", "mabuk lagi, ah!". Con- toh-contoh di atas bisa saja dikutip dari iklan, syair lagu, dialek daerah, maupun folklore. Yang terpenting dari pembe- daan ini justru nuansa realitas yang dikandung oleh masing- masing tipe. Tentu saja, yang di- maksud dengan nuansa realitas dalam hal ini bukanlah makna denotatif dari setiap kata. Bu- kankah lebih sering sia-sia saja untuk mencerna kata secara de- notatif di dalam masyarakat yang terlalu menyukai kiasan dan eufemisme? Nuansa-nuansa realitas yang dimaksud di sini merujuk kepa- da konteks psikososial. Dengan demikian tampak bahwa tipe pertama istilah dan ungkapan populer -- yang dikutip dari pa- ra petinggi- cenderung menun- jukkan nuansa realitas kekeras- an dan penekanan. Sedangkan pada tipe kedua, yang tampak adalah nuansa realitas kesuram- an, keporakporandaan, kemo- nolitikan hidup dan eskapisme. Persoalannya kemudian, me- ngapa masyarakat seakan-akan hanya mempopulerkan istilah dan ungkapan populer yang memuat realitas tertentu saja? Kenapa masyarakat mempopu- lerkan kutipan "mbalelo" dan "cekal", dan justru sama sekali Seyogyanya Memang Begitu Bernas edisi Rabu (18/3-92) halaman 1 memuat tulisan ber- judul Kenaikan Iuran TV, Harga Mati. Isinya penegasan dari Menpen Harmoko, antaralain bahwa pemerintah sudah mem- pertimbangkan kenaikan iuran TV sebab sejak 1981 tidak mengalami kenaikan. Kenaikan ini sudah dibahas dengan Men- keu dan disetujui Presiden. Metamorfosis ini - yang ber- arti banyak orang menerima "si- apa dulu dong bapaknya" seba- gai ungkapan populer - terjadi karena fakta bahwa nepotisme sampai saat ini masih merupa- kan realitas yang sangat dekat dan rutin dengan wilayah kesa- daran banyak orang dan menja- di persoalan yang akut. Setidak- nya, banyak orang di warung- warung kecil berseloroh, "siapa dulu dong bapaknya" ketika mereka maaf ngrasani persoalan BPPC yang hangat belakangan ini. Dengan demikian tampak je- las bahwa istilah dan ungkapan populer, pada satu sisi, menjadi media masyarakat untuk me- nunjukkan persoalan sosial bu- dayanya yang telah akut dan karatan. Pada sisi lain, juga merupakan cara mereka untuk menghadirkan kembali bebera- pa endapan realitas yang tersim- pan dalam cadangan pengeta- huan sosialnya. Setelah melewati proses penghadiran ulang ini, endap- an-endapan pengalaman dan kenyataan tersebut hadir secara berbeda dan lebih istimewa dari sebelumnya. Sebab, bagaimana- pun, proses tersebut memung- DARI ANDA Pengirim rubrik ini harap melampirkan fotokopi KTP atau identitas lainnya Hal ini dikemukakan me- nanggapi imbauan dan permin- ataan berbagai kalangan, terma- suk kalangan DPR agar kenaik- an iuran TV yang berlaku sejak bulan Februari 1992 ditinjau kembali. Sebagai warga masyarakat tidak menggubris ungkapan "mandiri"? Mengapa ungkapan bagus ini hanya muncul sebagai slogan seperti "KB mandiri" atau "kerja mandiri"? Kenapa masya- rakat terlatah-latah dengan ung- kapan iklan "siapa dulu dong bapaknya", dan tidak menjadi- kan iklan "enteng tapi berisi", misalnya, sebagai ungkapan po- puler? Pertanyaan-pertanyaan terse- but mendorong kita pada asum- si bahwa masyarakat mempu- nyai mekanisme seleksi tersen- diri untuk menentukan apakah sebuah atau serangkaian kata layak dipopulerkan sebagai istilah dan ungkapan. Lebih ja- uh lagi, mekanisme ini pun pa- da akhirnya juga menyeleksi re- alitas-realitas tertentu. Realitas yang rutin dan akut Pertanyaan-pertanyaan terse- but lebih mudah terjawab de- ngan mengamati fenomena timbul-tenggelamnya sebuah is- tilah maupun ungkapan. Ambil contoh ungkapan "merdeka atau mati" dan "siapa dulu dong bapaknya". Kedua ungkapan itu punya nasib berbeda. Ungkapan "merdeka atau mati" pernah populer semasa revolusi dulu. Realitas yang termuat dalam ungkapan terse- but adalah kemerdekaan serta kedaulatan bangsa (realitas nor- matif) dan penjajahan (realitas struktural). Baik realitas norma- tif maupun realitas struktural, ungkapan itu sangat dekat de- ngan wilayah kesadaran banyak orang pada masa revolusi. Dan keduanya merupakan proble- matika yang akut bagi mereka. Sehingga wajar "merdeka atau mati" sangat populer pada saat itu. Namun ungkapan ini pun tenggelam ketika persoalan kemerdekaan dan penjajahan bangsa tidak lagi menjadi pro- blematika mereka yang akut, serta jauh dari kesadaran mere- ka karena kedudukannya telah digantikan persoalan lain. Tidak demikian halnya de- ngan ungkapan "apa dikira pu- nya bapak moyangnya?" yang sekurangnya sempat populer sampai tahun 70an. Saat ini ungkapan tersebut tak lagi ter- dengar, namun mengalami me- tamorfosis menjadi "siapa dulu dong bapaknya". Kedua ung- kapan ini mempunyai sentuhan emosi yang berbeda namun me- nunjuk pada realitas yang sama, yakni nepotisme. BANK Lippo Bank Sudirman Yogyakarta AC 787.30.0386.5, Bank Niaga AC 211.2078.2 BANK BNI '46 Rek No. 008561001 Yogyakarta, Rekening Dinas & Giro Pos: J 11848 Percetakan: PT Muria Baru Offset Yogyakarta. Isi di luar tanggung jawab Percetakan Alamat Redaksi/Tata Usaha : Jl Jend. Sudirman 52, Yogyakarta 55224 Telepon Semua Bagian: 61211 (PABX) Fax: 64062 Taruhlah misal kalau kita memiliki TV berwarna 16 inci ke bawah, maka iuran yang Pemimpin Perusahaan: A. Kardjono Wakil Bimo Sukarno. Koordinator Bisnis: Bambang Trisno Manajer: Sirkulasi: Sugeng Hari Santoso, Iklan: Bimo Sukarno, Gunawan Wibisono (Wakil), Promosi: Indro Suseno, Keuangan: Daryono, Umum: Gunawan Wibisono, Personalia: Isnu Hardoyo. Tarif Langganan: Rp 9.000/bulan (7x seminggu) Tarif iklan: Berwarna Rp 3.000/mmk (minimum 1.215 mmk, Umum Rp 2.000/ mmk, Keluarga Rp 1.300/mmk, Kolom Rp 2.000/mmk (minimum 1x30 mm, maksimum 1x150 mm) Mini Rp 1.500/baris (minimal 3 baris, maksimal 15 baris). Semua ditambah PPN 10% Redaktur: Agoes Widhartono, A. Tavip Pancoro, Giyarno MH, Hari Budiono, Ireng Laras Sari, Putut Wiryawan, Rs Rudhatan, Sigit Setiono, Tatang Suherman.. Staf Redaks!: Anggit Nugroho, Basili, Baskoro Muncar, Bambang Sukotjo, Daniel Tatag, Dedi H Purwadi, Endah Saptorini, Yuliana Kusumastuti, Krisno Wibowo, LB Indrasmawan, Mantoro FX, Nuruddin, Rr. Susilastuti, Suroso, Suryanto Sastroatmodjo, Sugeng Prayitno, Tertiana Kriswahyuni, T. Poerya Langga, Tarko Sudiarno, Waris S Haroen, Wineng Endah Winarni. Biro Jakarta: Budi Prasetyo, Drajat Wibawanto, Heroe Baskoro, J. Sutarjo, P. Sulasdi, Ries Mariana, Tonnio Irnawan, Yan Supriatna. Semarang: Urip Daryanto (Koordinator), Yupratomo Dwi P, Suherdjoko. Solo: Mulyanto (Koordinator), RHR. Sarjana BS. Purwokerto: Heru Prasetya. Peningkatan intensionalitas ini pada gilirannya memberikan kesempatan kepada si subyek untuk mengambil jarak terhadap kenyataan yang tampil kembali itu, sehingga memungkinkan ia untuk mengevaluasinya. Peng- hadiran ulang beberapa realitas lewat istilah dan ungkapan po- puler, dengan demikian sekali- gus berarti mempertanyakan ulang atau bahkan menggugat- nya. Biro Semarang: JI. Menteri Supeno No. 30 Telp. 319659 Biro Solo: Jl. Slamet Riyadi No. 284 Telp. 42767 Biro Jakarta : Jl. Palmerah Barat No. 33 Telp. 5483863, 5495359 (langsung), 5483008, 5490666, Ekt 4340, Fax: 5495360 Dengan mengucapkan "ma- buk lagi, ah!", yang ternyata ber- kembang menjadi "PHK lagi" ketika musim PHK tiba bulan- bulan lalu, atau menjadi "Gus Dur lagi" saat menjelang ber- langsungnya rapat akbar NU baru-baru ini, misalnya, banyak orang beranjak dari sekadar mempertanyakan kembali men- jadi menolak berbagai kenyata- an monolitik; sebagai cermin kerinduannya atas keragaman, pembaruan, dan kreativitas. Keputusasaan kultural Bahasa sebenarnya mampu berbuat lebih banyak lagi. Peng- alaman kaum Sofis Athena me- nunjukkan bahwa kata dapat di- tugaskan untuk mendorong orang agar bertindak. Namun hal itu, pada prakteknya, tak bisa berlangsung dalam masya- rakat kita saat ini. Ungkapan dan istilah populer hanya ber- henti: bagai media kritik sosial. Bahkan seringkali justru berba- lik ke situasi yang fatal. Pertama-tama, situasi ini disebabkan oleh kebiasaan ma- syarakat untuk memandang ba- hasa sebagai urusan semantis belaka; bahasa hanya menjadi wadah ingatan mengenai kenya- taan alami, pengalaman, dan media ekspresi emosional. Hal ini diperparah lagi oleh kenyata- an bahwa retorika sipil ternyata lebih lemah dalam menghadapi retorika negara, sebagai konse- kuensi logis dari dominasi nega- ra dalam kebudayaan. Merujuk pada pengalaman Athena, ba- gaimanapun, retorika sipil tak bisa efektif tanpa iklim demo- krasi. Dalam kondisi demikian, ba- hasa yang memuat gagasan apa pun tak mampu menjembatani manusia pada tindakannya yang konkret dan praktis, bagaikan manusia setangguh Nabi Musa saja yang mampu menerima- nya). Kritik sosial yang terkan- dung dalam istilah dan ungkap- an populer jadi tinggal kritik saja. Bahkan, tanpa dibarengi tindakan, kritik yang dilontarkan berkali-kali cenderung berubah menjadi proses internalisasi de- ngan tanpa disadari. pemilik pesawat penerima tele- visi, saya memang lebih senang iuran televisi tetap seperti dulu. Namun saya mendukung sikap tegas pemerintah yang membe- rikan harga mati masalah terse- but. Bagaimanapun, peraturan sudah dicanangkan secara res- mi. Kebijaksanaan yang dituang- kan dengan Surat Keputusan Menpen (maupun peraturan- peraturan sejenis), tentu saja sudah melalui proses panjang Perlu Waspada sebelum menjadi sebuah kepu- tusan dengan berbagai pertim- bangan. Kalau saja sebuah pera- turan dengan gampang diubah- ubah, menurut saya hal ini bisa menurunkan wibawa pemerin- tah. Itulah nasib yang menimpa masyarakat kita. Ungkapan dan istilah populer, yang boleh jadi pada mulanya dimaksudkan se- bagai bentuk kritik sosial, ber- balik menjadi internalisasi reali- tas yang dikandungnya. Dengan cara itu realitas kekerasan, pe- nekanan, keporakporandaan, kesuraman, kemonolitikan, dan eskapisme secara perlahan dite- rima oleh masyarakat sebagai kenyataan yang wajar. Kalaupun Anda sempat men- dengar seorang tetangga meng- ucapkan "memble aje" dengan nada sumbang, maka sesung- guhnya yang Anda dengar bu- kanlah kritiknya terhadap ke- nyataan, sosial yang semerawut. Namun sebenarnya ia tengah merintih, mengucapkan solilo- kui keputusasaan kulturalnya. Masih akan muncul lagikah istilah dan ungkapan populer lainnya? Istilah lagi, ah!*** Yayan Sopyan, intelektual muda, tinggal di Yogyakarta. harus kita bayar hanya Rp 4.000,-. Sementara kita bisa mendapatkan manfaat yang sangat besar. Bukan saja infor- masi baik yang bersifat regional, nasional maupun internasional dan tambahan berbagai penge- tahuan, tetapi juga hiburan. Kita tidak perlu keluar rumah, aneka hiburan bisa kita nikmati bersa- ma keluarga. Padahal kalau dihitung rata-rata, berarti kita hanya mendapatkan beban Rp 130,- setiap hari. Masihkah itu sesuatu yang mahal? Rini Di Nigeria, dewasa ini diper- kirakan lebih dari 500.000 orang atau 0,5% dari 120 juta pendu- duk yang sero-positif. Untuk ke- nyataan ini, dokter Mwanjout DI negara Mali yang berpen- mengemukakan dua sebab. duduk 9 juta jiwa, sudah terda- Pertama, semakin banyak pat 400 orang yang terdaftar orang yang melihat akibat fatal sero-positif. Walaupun AIDS penyakit itu dengan sebelah belumlah merupakan sesuatu mata. Mereka ingin mengetahui yang sangat memprihatinkan se- secara lebih rinci apa yang se- sungguhnya terjadi. Hingga kini telah diadakan tes darah terha- ah terminal bis terbesar di La- dap 123.000 orang yang teruta- ma terdiri atas wanita hamil dan gos. Ke klinik itulah para sopir bis dan truk lintas-negara berda- penderita penyakit kelamin. Me- firman Tuhan tanpa Jibril (hanya tertulari virus HIV (Human tangan untuk memperoleh pela- reka secara teratur mengunjungi keluarga berencana. Atas dasar pertimbangan itu, di Lagos, ibukota Nigeria, di- bentuk satu organisasi swasta bernama Organisasi Stop AIDS. Organisasi ini mendirikan sebu- ah klinik di Idi Mangoro, sebu- perti di negara-negara Afrika Barat lainnya, namun tindakan- tindakan preventif juga telah diambil seperti penerangan ten- tang AIDS dan penggunaan kondom, penyakit kelamin dan Dengan digiatkannya kontrol sosial, prostitusi terbuka hampir tidak tampak, walaupun secara terselubung dilakukan. Berhu- bung data yang pasti tidak terla- lu dapat dipegang kebenaran- nya, maka jumlah penderita AIDS diestimasi mungkin lebih besar lagi. BAGAIMANA dengan Benin? Di negara bekas jajahan Peran- cis itu digunakan istilah sida untuk AIDS. Dari hasil tes darah Keadaan lingkungan dan alam fisis kelihatannya mem- bantu mudahnya penyebaran AIDS itu. Mengapa? Hanya se- panjang dua tiga bulan per tahun kerja, hujan turun dengan curahnya yang rendah. Dalam bulan-bulan lainnya, orang me- ninggalkan negaranya dan be- pergian ke negara-negara te- tangga untuk bekerja sebagai buruh musiman. Di sana orang mengadakan juga hubungan ba- ternyata 0,5% dari 4,5 juta pen- duduknya sero-positif. Sepertiga dari yang sero-positif dan pem- bawa virus adalah wanita tuna- susila yang berdiam di pesisir. Menurut dokter Davo, Kepala dan secara berganti pasangan Dinas Pemberantasan AIDS, di tanpa menggunakan alat penga- Benin ada satu kelompok yang man. Dicemaskan, jangan-ja- mempunyai risiko tinggi terse- ngan mereka yang sering beper- rang AIDS, yaitu kelompok ne- gian kelak membawa pulang vi- layan. Dari berbagai negara se- rus AIDS sebagai oleh-oleh, dan perti Togo, Ghana, Pantai Ga- menyebarkannya hingga ke pe- ding, Nigeria, nelayan-nelayan losok-pelosok Mali. berdatangan ke Benin. Bebera- pa keluarga nelayan bersama mendiami rumah-rumah kecil. Perkampungan nelayan dilihat sebagai sarang AIDS. Bila nela- yan-nelayan melaut untuk jang- ka waktu yang panjang, dan jika istri-istri kehabisan uang belan- ja, sering mereka melayani laki- laki lain untuk memperoleh uang. Sanggrahan 643 Magelang. KUSS'92 INDARRTO Di samping tentu saja diha- rapkan bantuan dari aparat setempat yang perlu waspada terhadap orang-orang yang mengaku dukun, tetapi tindak- annya mencurigakan. Mudah- m POSISI Kecemasan dan keprihatinan yang cukup beralasan. Menga- pa? Menurut Organisasi Kese- hatan Dunia (WHO) yang ber- naung di bawah panji Perseri- katan Bangsa-Bangsa, sekitar 9 hingga 10 juta penduduk telah AIDS di Negara-negara Afrika Barat Hans J Daeng BILA kegiatan-kegiatan yang diadakan di berbagai negara di dunia pada Hari AIDS se-Dunia yang untuk pertama kalinya ja- tuh pada tanggal 1 Desember 1991 diikuti, maka terlihat beta- Kemudian menyusul suatu pesan untuk remaja putra dan putri sebagai berikut: "Jika seo- rang lelaki menghampiri dan mengajak bermain cinta, ingat- lah bahwa hidupmu lebih berni- lai dari pada sedikit uang yang diberinya. Dengan perempuan- perempuan yang lebih tua usia- nya, Anda lebih mudah terse- rang AIDS daripada dengan ga- dis yang sebaya." pa besar ketakutan umat manu- sia terhadap AIDS. Dengan ber- bagai cara orang berupaya me- nyadarkan sesamanya akan ba- haya penyakit itu, seperti pem- bagian kondom secara cuma- cuma di tempat-tempat utama kota-kota; rekaman video Magic Earvin Johnson, bintang bola basket profesional penderita AIDS AIDS disiarkan; poster-poster, leaflets terpampang di mana- mana dan disebarluaskan. Immunedeficiency Virus) pe- nyebab AIDS (Acquired Im- munedeficiency Syndrome). Dari jumlah tersebut, 1,5 juta telah mengidap penyakit terse- but. Pada tahun 2000 diperkira- kan jumlah penderita AIDS di seluruh dunia akan meningkat 10 kali lipat. Diduga Asia dan *** PADA mulanya, penyakit AIDS dijumpai di bagian timur dan tengah benua Afrika, dan dari sana menyebar ke selatan. Menurut laporan terbaru WHO, AIDS juga mulai menuntut kor- mudahan peristiwa semacam ini akan semakin berkurang di masa-masa mendatang. ta. Di negara-negara seperti Uganda, Kenya, Rwanda, Zaire, Tanzania, Malawi, Zimbabwe, dan Zambia, bom AIDS telah meledak. Oleh Presiden Kenneth Kaunda, AIDS diibaratkan bom atom lunak, tenang, tanpa eksplosi, namun mempunyai efek yang mematikan seperti bom atom sesungguhnya. masi Amerika Latin merupakan nega- yang tidak mempedulikan infor- ra yang akan mengalami ledak- dan kondom sebagai an penyakit itu. Bagaimana de- pengaman terhadap AIDS dan ngan Afrika? penyebarannya, melainkan jus- tru para hartawan dan mereka yang terdidiklah yang meng- abaikannya. Mereka berpegang pada pendapat bahwa AIDS adalah penyakit orang kulit putih. Mereka menyebutnya se- bagai penemuan Amerika guna Indra L Jalan Kaliurang KM 7 Yogyakarta. ban di Afrika Barat. Pemerintah negara-negara se- perti Nigeria, Benin, Mali, misal- nya, bekerja keras agar di sana korban tidak berjatuhan seperti di lain-lain tempat di Afrika. Di negara-negara di Afrika Barat, penyakit AIDS disebut "penyakit perjalanan". Orang yang sering bepergian dan sementara itu berkencan cinta memikul risiko diserang penyakit kelamin atau Kami selaku pemilik dan pe- ngusaha Penjahit San Karya, Jalan KHA Dahlan 4A Yogyakar- ta, tidak hadir, tidak mengetahui serta tidak diberitahu adanya pembayaran ganti rugi kepada para penghuni yang menempati lingkungan Senisono, Yogyakar- KEBUL yanan kesehatan. Nama mereka dicatat, dan kepada mereka di- berikan sejumlah kondom peng- aman di perjalanan. Dalam penelitiannya, dokter Mwanjout, Kepala Kesehatan Masyarakat di Lagos, menemu- kan, bukan para sopir truk dan bus lintas-negara dan antarkota Kami memperlihatkan surat- surat yang sudah kami miliki, di antaranya, semenjak bulan Ma- ret 1983 kami telah mengajukan permohonan untuk mendapat- Seputar Pembongkaran kan Hak Tanah kepada Direkto- Senisono Yogya rat Agraria. Mendengar keterangan-kete- rangan mereka, kami memang sudah agak merasa curiga, se- hingga kami sampai mengeluar- kan kata-kata, Saudara jangan menganggap saya hanya peda- gang kaki lima yang tidak me- ngetahui apa-apa, kami orang berpendidikan. patihan Yogyakarta, sesudah pukul 12.00 WIB, hari Senin tanggal 16 Maret 1992. Kami diakali dengan siasat kurang baik, dapatlah dikatakan siasat mengelabui kami, supaya kami menerima dahulu sejum- lah uang yang telah disediakan. Sewaktu di Bappeda diterima oleh Ir Harsoyo pemimpin pro- yek PLPK dan Ir Taufiq, kami tetap menolak tawaran mereka. Sebagai dasar penolakan ka- mi, kami minta kepada mereka membuatkan surat, dalam hal 1992, dan baru kami terima ini surat tertanggal 16 Maret Selasa 17 Maret 1992 pukul 12.00 WIB. Pada hari Minggu tanggal 15 Maret 1992, Saudara Ir Harsoyo Mulyohartono Pemimpin Bagian Proyek PLPK Kawasan Maliobo- kami di Bausasran DN 3/820 ro dan Kraton, datang ke rumah Yogyakarta. Kami diperlihatkan balas pada hari Rabu tanggal 18 sejumlah uang yang akan kami terima, dan kami akan diberi undangan. Surat mereka sudah kami Terlebih dahulu kami berta- ke kantor mereka Malioboro no Maret 1992 dan kami antarkan 56 Yogyakarta, di mana kami diterima oleh Ir Taufiq, sedang- kan Ir Harsoyo sedang bertugas. Dalam surat itu, kami nyata- kan tetap menolak pemberian Kasus penipuan yang dilaku- kan oknum yang mengaku du- kun, ternyata masih saja terjadi. Korbannya biasanya "pasien" wanita, mengarah ke perbuatan asusila, penodaan bahkan per- kosaan. Bernas (16/3-92) hala- man 8 memuat berita berjudul Mengaku Penyembuh Ditang- kap Petugas, isinya kasus seper- ti itu terjadi di daerah Pemalang. nya, karena kami sebelumnya Peristiwa semacam ini, sei- belum mengenal mereka, dan ngat saya dari pemberitaan yang mereka menjawab dari Pemda. saya ikuti lewat berbagai media Pemda dari bagian apa, mana massa, kebanyakan terjadi di surat tugas Saudara, mereka ganti rugi sejumlah yang dite- daerah pedesaan dimana masih tapkan tanpa musyawarah. tidak memperlihatkan identitas Kami menuntut ganti rugi (bu- begitu banyak orang percaya mereka. Kami tanyakan pula kan pesangon, mereka menye- kepada dukun. Meskipun ba- mana undangannya, dijawab but sebagai uang pesangon) nyak juga dukun yang baik, tertinggal di mobil. namun dukun yang baik tentu sebanyak 75 x Rp 1.500.000,- - berjumlah Rp 112.500.000,-. saja tidak akan meminta pasien- Mereka menerangkan kepada nya melakukan hal yang aneh- aneh. Justru kita harus curiga tidak menerima. Tapi setelah kami, hanya kami saja yang apabila suatu saat berobat ke kami baca dalam harian tidak dukun, ternyata sang dukun minta sesuatu yang tidak masuk akal. Meskipun dengan dalih demi kesembuhan. kami saja yang menolak, ternya- ta PWI Cabang Yogyakarta dan LKBN Antara juga menolak dan tidak hadir. Kami menyatakan menolak ganti rugi yang mereka perlihat- kan, karena tidak manusiawi. Akhirnya mereka pergi de- ngan meninggalkan pesan supa- ya kami datang ke Bappeda Ke- Yogyakarta Hasan Basri BA Pengusaha/Pemilik ATAN UD San Karya Jalan KHA Dahlan 4A TEKAD menghancurkan kenikmatan seksual orang Afrika. Mereka cukup beruang untuk sekaligus memilih empat atau lima ken- can seks dan menolak menggu- nakan kondom ketika itu. klinik-klinik pemerintah. Lebih dari 0,5% yang dites darah ter- nyata pembawa virus. Seandai- nya lebih besar jumlah yang dites darah, persentase itu ke- mungkinan akan meningkat. Kedua, penyebaran AIDS itu sangat cepat; banyak penderita tidak pernah mendatangi rumah sakit atau klinik, karena tidak berduit atau tinggal terlalu jauh dan terpencil. *** Di negara-negara seperti Uganda, Kenya, Rwanda, Zaire, Tanzania, Malawi, Zimbabwe, dan Zambia, bom AIDS telah meledak. Oleh Presiden Ken- neth Kaunda, AIDS diibaratkan bom atom lunak, tenang, tanpa eksplosi, namun mempunyai bom atom sesungguhnya. efek yang mematikan seperti Meskipun kampanye-kampa- nye melawan AIDS di Nigeria, Benin, dan Mali telah dimulai Pemerintah Benin berupaya sekuat tenaga untuk mencegah agar sida tidak mengganas se- sejak dini, namun kecemasan perti di Afrika Timur, Afrika akan dilanda epidemi itu tetap Tengah, atau di negara-negara ada. Agar kecemasan itu menja- tetangga seperti Ghana, dan di berkurang, Menteri Kesehat- Pantai Gading. Kampanye anti sida dilaksanakan dengan tes an Rakyat Nigeria, Ransome- darah, penerangan intensif me- Kuti, melantik suatu komite wartawan yang diharapkan se- ngenai manfaat kondom dan kali melalui media massa mem- pendistribusiannya. Di sana terdapat 11 laboratorium tes "penyakit bepergian" itu. Perju- beri banyak perhatian kepada darah. angan melawan AIDS ibarat Pe- rang Salib' yang meminta ba- nyak salib dipancangkan di ku- buran-kuburan sebelum perja- lanan itu mencapai puncaknya. *** Pasangan seks harganya tidak lebih dari sekadar alat BAGAIMANA dengan Indo- kesenangan egoistik. nesia? Walaupun sudah ada Dalam hubungan penderita AIDS-kendati belum diadakan penelitian yang me- nyebar ke seluruh tanah air - ini sebaiknya setiap namun hal itu kiranya tidak per- orang mawas diri lu terlalu dicemaskan, karena upaya-upaya kuratif dan pre- ventif telah dilaksanakan oleh yang berwajib. Dari berbagai pengalaman di negara-negara Afrika Barat kira- nya dapat diambil sari patinya, yakni (1) terbukanya suatu dae- rah sehingga arus lalu lintas Dalam bidang penerangan bebas tak terhalang, memper- tentang AIDS, Benin sudah ber- mudah penyebaran penyakit ada jauh di depan. Melalui me- AIDS; (2) kemiskinan dan keter- dia cetak dan elektronik, masya- belakangan dengan berbagai rakat dibanjiri informasi tentang akibat seperti pendapatan yang sida itu. Hubungan intim antara rendah, eksodusnya kaum lelaki kaum homoseks diprotes mela- sebagai buruh musiman, sehing- lui lagu-lagu dan nyanyian-nya- ga para istri untuk waktu yang nyian tradisional. Dari brosur cukup lama tidak bersama sua- dan leaflets, remaja putra dan mi, merupakan situasi yang memperoleh pengetahuan ten- putri berumur 10-15 tahun menguntungkan penyakit AIDS. tang sida. Dalam brosur disaji- kan sepucuk surat dari seorang remaja di Afrika Tengah kepada seorang kawannya. Diceritakan bagaimana neneknya kehilang- an 22 anggota keluarganya ka- rena AIDS; yang masih bertahan hidup hanyalah kakek dan em- pat cucunya yang difoto dengan latar belakang salib-salib. wisata yang potensial, Indonesia Sebagai suatu negara tujuan pun terbuka untuk dibanjiri wi- satawan mancanegara; di antara mereka dapat muncul pembaw virus AIDS. Apakah karena itu mereka diharuskan memperli- hatkan kartu bebas AIDS? Sikap ekstrem demikian itu Bersambung ke hal 11 dengan melihat dirinya bukanlah yang terpenting. BISN SUKU BU BTN BPD Bank Summa Bank Jakarta BII BBI Lippo Bank Danamon Bank Niaga BNI '46 BCA BTPN Bukopin BDN BHS Bapindo BDNI BBD BRI Bank Pasar Bank Duta BPR Mandiri SP BPR Danagung R TABUNGA Bank BTN BPD Bank Summa Bank Jakarta BII BBI Bank Niaga Lippo Danamon BNI '46 Bukopin BTPN Color Rendition Chart BCA BDN BHS Bapindo BBD BDNI Bank Pasar Bank Duta BPR Mandiri SP BPR Danagung R Je Ta Pra Up Sir Ta Ke Ke Ta Ta Ke Pri Ta Ta Su Ta Ke Pri Ta Ta SIA Sik Ta Ke Ta Cit Tal Ta Tall Ce Tall Tall Tall Tal Ke Tal Mit Tal Jur Tab Kes Da Tab Tar Tab Tab Tab Sinar Mas Cari P JAKARTA - Sinar M Tjipta Wijaya, mencar (Rp 80 milyar), untuk kertas Tjiwi Kimia, M Harian Business T kapkan untuk mendap menerbitkan surat be minggu ini. Surat berharga yang kan di New York, Lon Bursa Luksemburg. E menurut Business Tim dengan saham. Penerbitan ZCB Sim Corporate Finance H Indonesia. Sementara adalah sindikasi beber: Wardley James Capel. SOLO bahan bangu Toko Besi & Kaca "SA Jl. Lawu No.4 Ngarjosari Ka Sedia gamping wungkul, ka pertukangan, serta melaya material. Perusahaan-penjualan K Mahoni "AJI JATI Jl. Lawu Km. 17,5 Barat Termin Karanganyar. Menerima pesa pintu & mebbeller dil. foto studio DIAN KUSUMA Fot JL Pemuda Utara 64 & Jl. Pem 73 Klaten. Beli Film di Dian K gratis! kasur KASUR KAPUK Lain dari Buktikan!! Baik, awet, empuk& gembos. Datanglah: Bp- belakang Toko Sumber Sakti Solo. Melayani service. lowongan Dicari Ibu RT/ Wnt berminat kosmetik sbg dealer AVON. Griyan Rt 03/X No. 5 Solo. mebel Toko mebel "OVA JL. Uri Sumoharjo (kidul Pasan Sedia segala jenis model m terjangkau, kwalitas diutamaka salon SALON ANDREA Jl. Letjen Sutoyo No. 11 Nger menerima Potong rambut, Creambath, Sanggul, Make u SALON SAHARA. JI. Sekar. Sidodadi Pajang Men Pengantin, Potong, Kriting, d service Service radio tape/amplit SERBA MURAH JL Pahla kantor Kec. Pedan) Klaten. PARDI MOTOR Service segala macam mo onderdil sepeda motor. Blimbing Dondong Polokarto. Service me