Tipe: Koran
Tanggal: 2017-01-30
Halaman: 16
Konten
Color Rendition Chart
4cm
SENIN KLIWON, 30 JANUARI 2017
(2 JUMADILAWAL 1950)
Suara kami
cukup menentukan.
Ini hak politik kami.
Hanya saja,
sebagian besar
di antara kami belum
PILKADA AKSES BAGI DIFABEL
Masih Sekadar Isu Fisik
tahu siapa calon
yang akan berkompetisi
dalam pilkada mendatang.
Tak ada kandidat
yang menyapa kami.
Laporan Fadmi Sustiwi
WINARSIH galau. Sembari
duduk di depan mesin jahitnya,
ia kembali membuka lembaran
yang dipegang Sesekali
merenung dengan memandang
ke atas, seakan menghitung
genting tempatnya berteduh.
Pandangannya kemudian
beralih pada setumpuk kain
yang hendak dibuat gamis. Win
- demikian biasa disapa - galau
karena banyak teman difabel
yang mengaku belum tahu
dengan rencana pelaksanaan
pilkada yang tinggal hitungan
hari
Winarsih.
Ingatannya melayang
jauh, sekian tahun silam.
Suasana Tempat Pemungutan
Suara (TPS) di bilangan
Kotagede itu tiba-tiba senyap
kala kursi roda menggelinding
ke depan. Beberapa mata saling
berpandangan, seakan tidak
tahu apa yang harus mereka
lakukan. "Bagaimana saya
membantu?" ujar seorang
petugas yang disiapkan
membantu difabel.
Win terhenyak dengan
pertanyaan itu. Apalagi kala
petugas itu berinisiatif mau
membopongnya naik, untuk
menuju bilik suara. la pun
kemudian mengarahkan apa
yang perlu dilakukan petugas.
Pengalaman yang membuatnya
was-was. Padahal waktu itu,
ujarnya, di TPS tersebut ada 3
pemilih yang menggunakan
kursi roda.
Liputan Khusus
Pengalaman Dartik
berbeda. Sebagai penyandang
disabilitas (PD) sensorik - netra
memiliki 'pengalaman baik
berpemilu selama ini. Tidak
hanya selalu terdaftar. Dalam
melaksanakan hak politiknya
warga Sleman ini selalu memiliki
pendamping dari keluarga, sejak
menuju TPS. Hanya saat Pilbup
Sleman beberapa waktu lalu ia
mengeluh karena harus naik
turun tangga. Akibat TPS tidak
di tempat biasa. Sementara,
informasi mengenai pemilu atau
pilkada diperoleh dari saudara
"Tentu hanya siapa saja
kandidat, bukan track record,"
katanya.
Masih ada realita
memrihatinkan dalam upaya
menyelenggarakan pemilu untuk
semua dan non-diskriminatif.
Dalam 'Modul Ringkas Pemilu
Akses bagi Penyandang
Disabilitas' yang dikeluarkan
Maret 2016, Ketua KPU Husni
Kamil Manik - kini almarhum -
mengakui bila secara eksplisit,
prinsip aksesibilitas belum
terakomodir dalam UU No
15/2011 tentang
Penyelenggaraan Pemilu.
KR-Antara/Syifa Yulinnas
Penyandang disabilitas mengikuti sosialisasi Pilkada kepada kelompok difabel di Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Rabu (25/1). Acara
yang digelar oleh The Aceh Institute bekerja sama dengan KIP Aceh dan relawan peduli pemilu itu guna menumbuhkan partisipasi
pemilih pada Pilkada serentak 2017.
Namun KPU memahami
bila Konstitusi memberi jaminan
persamaan hak politik pada
setiap warga negara. Tekad
tidak melakukan diskriminasi
politik membuat KPU sebagai
penerima mandat UUD sebagai
penyelenggara pemilu berusaha
memfasilitasi dengan
memperbaiki peraturan teknis.
Karena itu, dalam
merumuskan regulasi lewat
peraturan teknis, KPU selalu
menambah prinsip aksesibilitas.
Di mana semua bahan
sosialisasi yang disebar hingga
TPS diupayakan memenuhi
kebutuhan kaum difabel. Karena
harus diakui, seperti disebut
Win, cukup memrihatinkan
ketika ada Lurah atau Dukuh
yang kurang memahami
masalah disabilitas sehingga
saat pencatatan warga dalam
daftar pemilih sementara (DPS)
tidak mencantumkan kondisi
warga tersebut.
DRAH PILKADA A
Realita ini diakui
Komisioner Divisi Sosialisasi
dan Pendidikan Pemilih KPU
Kota Yogya Sri Surani dan juga
Direktur Center for Improving
Qulified Activities in Life of
People With Disabilities (Ciqal)
Nuning Suryatiningsih secara
terpisah. Masyarakat bahkan
petugas, menurut Nuning, masih
menganggap difabel itu ya
STE
seperti saya memakai kruk, atau
mereka yang berkursi roda,
tidak memiliki tangan dan
sejenisnya, sehingga
kadangkala abai dengan
mereka yang tidak mendengar,
tidak bisa melihat, tidak bisa
berbicara atau disabilitas
intelektual
Fakta inilah yang
membuat jumlah pemilih yang
difabel di Kota Yogya meningkat
tinggi. Dari DPS yang semula
sekitar 700-an, sebut Rani -
demikian biasa disapa - setelah
dikroscek KPU Kota Yogya
dengan mengundang 10
organisasi dari kelompok
difabel, terdaftar menjadi 837.
KR-Fadmi Sustwi
Sementara jumlah pemilih di
Kota Yogya 289.989.
"Problem pemahaman
mengenai disabilitas ini
membuat ada difabel yang tidak
dimasukkan dalam kategori
tersebut. Akibatnya, saat
pemilihan nanti bisa timbul
masalah. Bila dia tidak melihat,
penyelenggara kan mesti
menyiapkan template dan lain
sebagainya," jelas Rani.
Dulu orang biasa
menyebutnya dengan istilah
'tuna'. Istilah difabel awalnya
digunakan aktivis isu disabilitas
di daerah Yogyakarta dan Jawa.
Difabel merupakan gabungan
dari dua kata yaitu differently
able atau different ability.
Maksudnya untuk menunjukkan
bahwa difabel itu bukan cacat
atau kekurangan, tapi memiliki
kemampuan yang berbeda, atau
melakukan sesuatu konotasinya
lebih positif dibandingkan kata
cacat
Sedangkan istilah
penyandang disabilitas muncul
menjelang ratifikasi Konvensi
PBB Mengenai Hak-hak
Penyandang Disabilitas (UN
Convention on The rights of
Person with Disability). Menjadi
serapan dari kata person with
disability (PWD), dipakailah kata
penyandang disabilitas
menggantikan kata penyandang
cacat yang secara resmi ada di
UU No 19 tahun 2011.
Sementara UU 8/2016
menyebut ada 4 ragam
penyandang disabilitas (PD).
Pertama, PD Fisik adalah
terganggunya fungsi gerak
Kedua, PD intelektual adalah
terganggunya fungsi pikir
Jumlah pemilih difabel di Kota Yogya
meningkat. Semula sekitar 700, setelah
dikroscek KPU menjadi 837. Sementara
jumlah pemilih di Kota Yogya 289.989.
karena tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata. Kemudian
ketiga, PD mental adalah
terganggunya fungsi pikir,
emosi, dan perilaku dan
keempat, PD sensorik yakni
terganggunya salah satu fungsi
dari panca indera.
Namun jika merunut Perda
DIY No 4/2012 ragamnya
meliputi: gangguan penglihatan;
gangguan pendengaran,
gangguan bicara; gangguan
motorik dan mobilitas; cerebral
palsy. Kemudian gangguan
pemusatan perhatian dan
hiperaktif; autis; epilepsi;
tourette's syndrome, gangguan
sosialitas, emosional, dan
perilaku dan retardasi mental.
Jika dilihat angka dan
dibandingkan jumlah pemilih,
mungkin akan dilihat tidak
banyak. Keputusan Gubernur
DIY No 144/KEP/2015 tentang
Penetapan Peserta Jamkes
Khusus bagi Penyandang
Disabilitas Kota Yogyakarta
tahun 2015. "Meski yang
tercatat ini tidak semua memiliki
hak suara karena di bawah 17
tahun-suara kami cukup
menentukan. Dan ini hak politik
kami. Hanya saja sebagian
besar di antara kami belum tahu
siapa calon yang akan
berkompetisi dalam pemilihan
kepala daerah (pilkada)
mendatang," ungkap Win yang
juga Ketua Himpunan Wanita
Disabilitas Indonesia (HWDI)
Kota Yogya, ketika dikunjungi
Kedaulatan Rakyat di
kediamannya.
mulai dilakukan. Khusus kepada
PD netra, ungkap Rani,
memang baru di satu titik yakni
di Yaketunis. Sementara video
yang akan ditayangkan di
videotron juga disiapkan dengan
penerjemah bahasa isyarat. Di
kecamatan, lanjutnya, PPK juga
Sosialisasi untuk difabel
oleh KPU Kota Yogyakarta,
berkewajiban menyediakan
interpreter dan selama ini sudah
bekerja sama sendiri dengan
Sigab. "Namun sosialisasi untuk
kelompok disabilitas baru akan
dilaksanakan akhir bulan
Januari," ujarnya.
"KEDAULATAN RAKYAT"
HALAMAN 16
Anggota Dewan Pembina
Sasana Advokasi dan Integrasi
Difabel (Sigab) Dr Rofah
mengatakan, upaya aksesibilitas
sudah mulai diberikan KPU
sejak 2014. Paling tidak, ada
pemberian
coblosan. Progresnya jelas
ketika Nuning Ciqal di KPU
Sleman, sangat mendorong
aksesibilitas difabel. "Tetapi
tetap ada akses yang bahkan
nyaris tidak tersentuh. Misal
ketersediaan ramp, tempat tidak
licin dan berundak-undak, meja
pencoblosan tidak boleh terlalu
tinggi, jarak antarmeja mesti
akses buat pengguna kursi
roda, penyediaan penerjemah
bagi difabel gangguan
pendengaran. Sampai interaksi
petugas KPPS dengan difabel,"
jelas Rof'ah.
Mesti dipahami, lanjutnya,
KPUD sebagai bagian tak
terpisahkan dari pemilu akses
bukanlah hanya menyediakan
template. Jangan-jangan seperti
disebut Hamdan Kurniawan
(KR, 17/1) kecilnya partisipasi
difabel dalam pemilu karena
akses yang minim, termasuk
pengantar. Menganalogkan
kehadiran petugas KPPS ke
rumahsakit, mencuat
pertanyaan: mengapa petugas
tidak mendatangi difabel ke
rumah atau tempat tinggalnya?
Semua ini berarti,
aksesibilitas masih disentuh
pada isu fisik. "Namun
aksesibilitas informasi pemilu
atau partisipasi difabel dalam
pemilu, masih jauh," tandas
Dosen UIN Sunan Kalijaga.
Akibatnya, kisah-kisah di atas
yang dialami Bu Win, Dartik dan
mungkin yang lain lagi, bisa
muncul kembali dalam pilkada
mendatang
Pemilu yang akses
tidaklah sekadar kelompok
disabilitas bisa menggunakan
hak politiknya sebagai warga
negara. Juga tidak sekadar
secara fisik ada TPS yang tidak
harus naik tangga meski hanya
satu dua trap. "Apalagi di Kota
Yogya di mana ruang publik
semakin sulit," ungkap Rani.
Menurut Rof'ah, Sigab
berharap aksesibilitas itu tak
hanya fisik namun juga
partisipasi politik yang lebih
meaningful. Tentu saja,
diperlukan edukasi dan
informasi politik bagi difabel
yang aksesibel. Mengingat
aksesibilitas bukan privilege
tetapi hak difabel. Tragisnya,
akses informasi yang sangat
penting ini diakui Win dan
Nuning, acap terlupakan.
Contohnya, untuk pilkada
Februari mendatang. Yang ada,
ujar ibu seorang anak tersebut,
sekadar gambar wajah calon
Walikota Yogyakarta tapi kami
tidak tahu siapa mereka.
Maksudnya, lanjut Win, kami
tidak tahu apa visi misi
perjuangan dan kiprah mereka.
"Bagi yang tidak bisa melihat,
tentu lebih minim akses
informasinya. Sama dengan
mereka yang tidak bisa
mendengar, tanpa penerjemah
bahasa isyarat, informasi tak
akan pernah sampai," ujar
pemegang KTP Ketanggungan
yang beberapa bulan terakhir ini
tinggal di Tirtonirmolo.
Memahami dalam waktu singkat
untuk menentukan masa depan
calon yang mau memikirkan
kesejahteraan difabel bukanlah
hal mudah. Kalau akhir Januari
KPU baru sosialisasi, tentu
sangat mepet waktunya.
Menariknya, ungkap Win, tak
ada kandidat yang menyapa
kita.-o
WAN
KOMIS
S
KR-Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas mensosialisasikan Pilkada kepada penyandang disabilitas menggu-
nakan bahasa isyarat di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Yogya, Selasa (24/1).
SENIN KLIWON
30 JANUARI 2017
(2 JUMADILAWAL 1950)
SELEKSI PERSIE
Pemain Luar
BANTUL (KR) - Hari pertama proses sele
mengarungi kompetisi Liga 2 atau Divisi Utar
berpengalaman dari luar DIY yang belum be
bagian dalam seleksi selepas tahap pertama.
"Cukup banyak pemain
yang sebenarnya tertarik ga-
bung Persiba, tapi karena se-
karang ini masih proses selek-
si tahap pertama yang difo-
kuskan pada pemain lokal
Bantul, pemain ini masih me-
nunggu untuk bisa menjajal
peruntungan di Bantul," kata
pelatih sementara Persiba,
Siswanto Kancil' saat memim-
pin seleksi di Lapangan Wiro-
kerten, Minggu (29/1).
Beberapa pemain yang me-
nurutnya siap menjalani se-
leksi di antaranya dari Jawa
C
Rencananya, para pen
jadi' dari luar daerah aka
jajal kemampuannya der
melawan tim hasil seleks:
main lokal Bantul dan
Persiba eks Indonesia So
Championship (ISC) B.
ngan menggunakan for
GKR Bendara La
YOGYA (KR) - Ketua
umum Pengda Persatuan Se-
patu Roda Seluruh Indonesia
(Porserosi) DIY GKR Bendara
melantik Pengkot Porserosi
Kota Yogya masa bakti 2017-
2021. Pelantikan dihadiri
pengurus KONI Kota Yogya,
perwakilan Dikpora DIY, Di-
nas Pendidikan Kota, sejum-
lah atlet dan pengurus, digelar
di Yogyatorium Dagadu, Jalan
Gedong Kuning Selatan,
Minggu (29/1).
Pengurus baru Porserosi
Kota yang dilantik kemarin
merupakan hasil Musyawa-
rah Kota (Muskot) Porserosi
yang diadakan beberapa wak-
tu lalu. Mereka terdiri Ketua
Umum (Ketum) Hermawati,
Timur dan Jawa Tengal
ngan usia yang bervar
Pasalnya, pada komp
musim ini telah ditetap
bahwa pemain di atas 2-
hun
dibatasi hanya
orang, sehingga harus jeli
nentukan pilihan.
WONOSARI
(KR)
Gebyar Senam Sehat gelaran
Kelompok Sadar Wisata (Pok-
darwis) Wirawisata, Desa Be-
jiharjo, Karangmojo, Minggu
(29/1), dihadiri Bupati Gu-
nungkidul Hj Badingah SSos
dengan tim Senam Minggu
Sehat (SMS) dari Wonosari.
Ratusan warga Pedukuhan
Gelaran I, II, Karangmojo dan
sekitarnya ikut ambil bagian.
Senam ini dirancang sebagai
gerakan hidup sehat para ope-
rator wisata Goa Pindul. Arti-
nya, para pekerja pariwisata
tidak semata profit oriented,
tetapi juga melaksanakan ke-
giatan sosial kemasyarakatan.
"Operator pariwisata juga pu-
nya kepedulian terhadap ke-
sehatan masyarakat dan eko-
nomi masyarakat," kata Yu-
dan Hermawan MPd, panitia
penyelenggara.
PERSAT
SEPATU ROD
(PORASH
F
GKR Bendara dan Her
serosi Kota yang baru dil
menggantikan Masda Si
Hariyanto. Ketua I-II Asta
Heriawan, Edwin Isme
Himna. Sekretaris I-II: E
BALAP SEPEDA SEA GAMES
Fisiologi Atlet Meningkat
JAKARTA (KR) - Kemampuan aspek fisiologi atlet balap sep
da yang sedang menjalani latihan persiapan menuju SEA Gam
2017 di Solo cukup bagus. Hal ini terlihat setelah tim sport scien
Satlak Prima yang dipimpin Moh Nanang Himawan Kusuma s
laku manajer biomekanika bersama manajer Bidang Exercis
Physiology, Dr Grace melakukan tes akhir pekan lalu.
"Dari hasil tes laktat menunjukkan profil laktat paling renda
adalah 12 mmol/KgBb dan paling tinggi adalah 18 mmol/KgBE
Sedangkan Max Heart Rate adalah 190 Denyut/menit dan mini
mal 150. Ini menunjukkan kemampuan fisiologi seperti daya
tahan kerja jantung, daya tahan otot lokal, profil laktat tiap atlet
kualitas otot, efisiensi kayuhan, dan pace/tempo kecepatan ma-
sing-masing atlet balap sepeda cukup bagus. Kita akan terus ber-
upaya meningkatkannya sehingga mereka meraih penampilan
terbaik pada SEA Games mendatang," kata Nanang Himawan
Kusuma yang dihubungi melalui telepon selular, Sabtu (28/1).
Hasil positif tersebut, kata Nanang, diperoleh dari berapa tes
yang dilakukan. Yakni, tes bidang Exercise Physiology yang meli-
puti VO2Max, tes laktat, Max Speed, Max Endurance dan tes
biomekanik yang meliputi tes kinematik, motion analysis serta
tes gait.
(Fon)-e
Senam Sehat Wirawisata di
Bupati Gunungkidul mengik
Bupati Gunungkidul Hj
Badingah SSos secara simbo-
lis menyerahkan dana sosial
kepada masyarakat dari Pok-
darwis Wirawisata yang dibe-
rikan secara rutin setiap bu-
lan. Bansos warga kurang
mampu tiap bulan Rp 3 juta,
Kas Karangtaruna Rp 2,4 ju-
ta, Pendidikan Anak Usia Dini
CHARA
TOUR CILACAP: Tim Old Crack Mataram FC yang dikoman
MM dan diperkuat sejumlah mantan pemain PSIM serta beb
hasil mengatasi tuan rumah PSCS Cilacap Old Star 3-2 dal
Lapangan Holchim Cilacap, Sabtu (28/1) sore. Mada menyumb
lainnya dicetak Triyandi. Gol PSCS diborong mantan pemain.
dalam gambar pemain OCM foto bersama sebelum berangkat
