Tipe: Koran
Tanggal: 1995-02-10
Halaman: 04
Konten
Jumat, 10 Pebruari 1995. Penerbit Pemimpin Umum/Pendiri Wakil Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Wakil Pemred/Penjab-1 Wakil Pemred/Penjab - 11 Pemimpin Perusahaan Sekretaris Redaksi Redaktur Anggota Redaksi Terbit Tarip Iklan Alamat Telepon Perwakilan Jakarta Perwakilan Banda Aceh SIUPP Dicetak Oleh : : : : : : : : : analisa Yayasan SIKAP PRESS. Harta Susanto. Supandi Kusuma. H. Soffyan. H. Narmin Suti. H. Ali Soekardi. Joeli Salim. H. War Djamil. H. Amir Siregar, H. Kaharudin, Paulus M. Cukrono, H. Bahari Effendy, H. Naswan Effendi, Usman Alie, H. War Djamil, Mulyadi Franseda, Asril Rais, H. Ismail Lubis, H. Basyir Ahzar, H. Azmi Majid (foto). H. Marzuki Markiman, M. Hatta Lubis, Mac. Reyadi MS, Budiman Tanjat, Buoy Harjo, Umar Said, A. Rivai Siregar, Hasan Basri Ns, Timbul O. Simarmata, Johan Jambak, Ismugiman, Idris Pasaribu, Agus Salim, Rismansyah Siregar, M. Sulaiman, Ali Sati Nasution, Michael Ronny, Samil Chandra, M. Nur, Hermansyah SE. Seminggu 7 kali. Rp. 3.500,- per mm/kolom (umum). Rp. 2.500,- per mm/kolom (keluarga). Jalan Jend. A. Yani No. 35- 43 Medan. Kotak Pos : 1481. Telex No. : 51326 ANALIS IA. Fax: (061)- 514031, Telegram: ANALISA MDN. Redaksi: 556655 (2 saluran)/511256. Tata Usaha: 554711 (3 saluran)/513554. Frans Tandun, Jln. K.H. Hasyim Ashari. No. 43-A Jak. Pusat Tel. 3446609/3844339/3453912 Fax.: (021)-363388. H. Harun Keuchik Leumiek Jalan Tgk. Cik Ditiro 106 Tel. (0651)- 23839. Fax: (0651) 23839. SK. Menpen No. 023/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1985. Tanggal 24 Desember 1985. P.T. KUMANGO Medan (Isi di luar tanggung jawab pencetak). Tajukrencana Developer dan Masalah Lingkungan MASALAH lingkungan yang masih merupakan masa- lah di negara kita, semua orang menyadarinya. Banyak buk- ti betapa rusaknya sudah lingkungan alam kita, baik di darat maupun di laut. Namun, pengrusakan masih terus berlang- sung, tanpa ada rasa dosa dari orang orang yang merusak- nya. Dengan perkataan lain, anjing boleh menggongong ta- kafilah jalan terus. pi Menteri Negara Lingkungan Hidup, Sarwono Kusu- maatmadja, sangat memberikan perhatian terhadap keru- sakan lingkungan, seperti orang yang digantikannya, Emil Salim. Dalam "Lokakarya Kebijaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan" di Bandung hari Rabu lalu, Men- neg LH sederhana ini mengajak masyarakat teruta- yang ma konsumen pembeli rumah, agar jangan membeli tem- pat tinggal di lokasi yang punya masalah. Termasuklah ke dalamnya masalah lingkungan, perizinan dan sebagainya. Menurut Menteri, jika terjadi tindakan - seperti misal- tidak nya pembongkaran rumah yang izin atau lo- punya kasinya yang merusak kelestarian alam - yang menanggung rugi adalah masyarakat konsumen bersangkutan. Hendak- nya hal ini disadari benar-benar oleh mereka yang punya dan potensi ingin membeli rumah di daerah-daerah lingkungannya terus dipertahankan. yang kelestarian Ada sementara pendapat, ajakan Menteri untuk mem- bokiot atau jangan membeli rumah di lokasi-lokasi yang me- rusak lingkungan merupakan seruan pembangkangan si- pil. Apapun namanya sasaran yang dituju jelas, yaitu meng- ingatkan developer untuk lebih berhati-hati membangun real estate-nya demi kelestarian lingkungan sekitarnya. Ka- rena, bila gerakan konsumen dan kesadaran publik akan deve- lingkungan semakin tinggi dan tidak dipahami para loper, maka mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya. Disadari, kepekaan lingkungan para developer masih perlu ditingkatkan. Ini disebabkan, tidak semua developer benar-benar merupakan developer yang profesio- nal. Tidak jarang, ada developer yang tadinya bergerak di bidang lain, lalu beralih menjadi pembangun real-estate ka- rena terjadinya "boom" atas rumah-rumah mewah. Mere- ka tidak mau tahu tentang pelestarian lingkungan, karena tingkat peradaban mereka belum cukup untuk memahami betapa mutlaknya menjaga dan melestarikan lingkungan. 240 memang Terhadap developer semacam inilah barangkali pem- bangkangan sipil yang dianjurkan Menteri ditujukan. An- juran itu merupakan satu langkah baru dan keras untuk memecahkan masalah lingkungan yang masih rumit dan belum terselesaikan itu. Masalah Honor Bidan PTT PARA Bidan yang bertugas di desa desa terpencil dengan sta- tus Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan belakangan ini mengeluh ka- rena sudah tiga bulan tidak menerima honor sebagaimana dijanji- kan Departemen Kesehatan, mungkin merasa lega dengan kete- rangan Menteri Kesehatan dr. Sujudi baru baru ini ketika meneri- ma sumbangan Gabungan Pengusaha Farmasi untuk korban ben- cana alam di Sumatera Barat di Jakarta. Menurut Menkes, pihaknya telah memerintahka wil Dep- kes setempat untuk segera membayar gaji bidan desa yang sempat terlambat pembayarannya itu. Depkes memiliki dana yang cukup untuk program bidan desa tersebut. Tetapi karena alasan admini- strasi terpaksa pembayaran gaji dimaksud terlambat. Dua propinsi yang terlambat pembayaran gaji bidan PTT itu adalah Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Menurut ketentuan se- tiap bidan PTT yang dikontrak Depkes selama tiga tahun baru dapat menerima gajinya setelah yang bersangkutan didaftar dalam Su- rat Pernyataan Menjalankan Tugas (SPMT). Sistem administrasi ini diberlakukan untuk mencegah pembayaran gaji bagi bidan yang belum menjalankan tugas tetapi sudah ditempatkan di suatu desa. Khusus di Sumatera Utara yang terdapat sekitar 1347 bidan PTT, sesuai penjelasan Kepala Kantor Perbendaharaan dan Ke- uangan Negara (KPKN) I kepada Analisa Rabu (8/2) lalu bahwa instansi ini telah menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada Bendaharawan Kanwil Departemen Kesehatan Sumatera Utara untuk pembayaran gaji tunjangan 1287 tenaga bidan pega. wai tidak tetap (PTT) yang tersebar di sembilan kabupaten dengan nilai seluruhnya mencapai 1,6 miliar lebih. Ke 1287 bidan PTT itu menurut Kakanwil Ditjen Anggaran drs Washington H. Sinaga dan Kepala KPKN Medan I drs. Iskan- dar Hadi adalah mereka yang telah memenuhi persyaratan seperti melengkapi surat pernyataan melaksanakan tugas dari Kanwil Dep- kes serta surat keputusan lainnya. Dana sebanyak itu untuk gaji bulan Oktober sampai dengan Desember 1994. Sedang seluruhnya mencapai Rp 3,7 miliar termasuk untuk gaji dan tunjangan Januari sampai Maret 1995 mendatang. Bagi bidang PTT yang gajinya be- lum diproses sebanyak 60 orang lagi diminta untuk memenuhi per- syaratan yang diperlukan, dalam hal ini KPKN akan meminta ke- lengkapan itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apa yang dialami bidan desa tersebut hendaknya tidak teru- lang kembali di masa mendatang. Sebab bila ini terjadi dikhawa- tirkan bisa mengganggu semangat dan pelaksanaan tugas mereka di lapangan. Dan pada akhirnya akan menghambat program pe- merintah meningkatkan pelayanan kesehatan di desa desa terpen- cil khususnya dalam menekan angka kematian bayi akibat persalinan. Sudah saatnya kepada mereka yang bertugas di daerah daerah terpencil mendapat kemudahan di dalam pelayanan administrasi apakah ia bidan desa, guru SD terpencil, penjaga lampu suar dan sebagainya. Terutama menyangkut kesejahteraan mereka seperti honor atau gaji. Untuk pembayaran gaji secara cepat dan tepat waktu menurut hemat kita sudah tidak menjadi masalah lagi, karena bank peme- rintah seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) sudah menjangkau desa desa, meski belum sampai ke desa terpencil. Masalah administrasi seperti Surat Pernyataan Menjalankan Tugas (SPMT) untuk seba- gai jaminan bisa saja diminta keterangan dari kepala desa tempat sebelum dikeluarkan instansi di tingkat propinsi. Dengan mendapat kemudahan kemudahan tersebut, apalagi ada jaminan untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS), kita yakin minat masyarakat khususnya generasi muda untuk mengabdi di daerah terpencil semakin tinggi. Dengan demikian upaya me- ngentaskan kemiskinan dan menghapuskan desa tertinggal akan berjalan sesuai dengan harapan kita bersama. Kasus keterlambatan gaji bidan PTT di dua propinsi itu kira- nya dapat dijadikan bahan masukan bagi instansi terkait dalam me- nyusun sistem maupun pola pembayaran honor bagi mereka yang bertugas di daerah terpencil agar dana tersebut dapat diterima yang bersangkutan tepat waktu dan jumlahnya tetap utuh. " ANALISA Peranan Cendekiawan Muslim dalam Mengisi Pembangunan Oleh Prof.Dr.M.Solly Lubis, SH : rah dan munazarah serta musya- warah dengan para pemegang di- siplin-disiplin ilmu lainnya dan mudah-mudahan akan memiliki kemampuan fikir sistematik-kon- septual-strategik dalam mengha- dapi pelbagai masalah duniawi dan ukhrawi, nasional, regional dan internasional. PENDEKATAN a. Cendekiawan Muslim seba- gai sumberdaya potensial. Sebagaimana umumnya pada setiap "perkiraan strategi (kirs- tra)" dalam rangka penggarisan kebijaksanaan, selalu diperhitung- kan dan diperkirakan seberapa adanya sumberdaya yang dimiliki dan diharapkan dapat dijadikan modal dasar dan/atau sebagai fak tor dominan. Sumberdaya ini dapat berupa sumberdaya alam (natural resour- ces) dan sumber daya manusia (human resources) dan dalam ka- tegori sumberdaya manusia inilah termasuknya kelompok potensi cendekiawan, baik mereka yang menyandang predikat kesarjanaan maupun tidak, baik mereka yang bergerak di bidang politik, mau- pun ekonomi sosial budaya dan Hankam, bahkan mereka yang mendapat pendidikan khusus ke- agamaan termasuk mereka yang memiliki pendidikan dan pengeta huan agama menurut caranya yang tertentu. Pokoknya, pada diri mereka terdapat kemampuan fikir dan potensi teknis disebabkan adanya bobot keilmuan yang mereka mi- liki, baik mereka yang berpredi- kat sarjana maupun tidak. Jika kemampuan fikir dan potensi tek- nis ini dilibatkan dan diikut ser- takan kedalam konteks dan meka- nisme pemerintahan, baik di bi- dang perencanaan ataupun pelak- sanaan dan pengawasan, berarti mereka terlibat rut dalam proses memerintah (cratein, cra tos). Perpaduan antara potensi fi- kir secara teknis ini dengan keter- libatan dalam proses cratein itu- lah, yang melahirkan tokoh-tokoh dan fungsi teknokrat, dan umum- nya mereka ini mengambil posisi di tingkat supra-struktur yakni di badan-badan atau instansi peme rintahan. Mereka ini oleh pimpinan pe- merintahan negara, dibebani tu- gas pengelolaan (mana-gement), dengan mengerahkan semua sum- berdaya yang ada di negara ini (baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia termasuk il- mu pengetahuan dan teknologi) melalui proses pembangunan na- sional, dalam rangka mencapai tujuan nasional yang telah disepa- kati, atau setidak-tidaknya untuk mencapai sasaran-sasaran terten- tu yang telah ditetapkan untuk pe- riode Pelita demi Pelita yang se- dang berjalan. Memang benar, bahwa tidak sama bobot, maupun besarnya andil serta peranan mereka dalam proses pembangunan itu, tetapi dapat dipastikan, bahwa untuk mencapai pembangunan yang se- imbang (balanced) antara tujuan yang sifatnya jasmaniah (materil) dan ruhanih (sprituil) tak dapat ti- dak keseluruhan mereka harus di- kerahkan dan dimanfaatkan, apa- lagi jika kita tidak mengingini ne- gara dan masyarakat ini terjeru- mus ke dalam pola masyarakat yang melalui mengutamakan du- niawi dan Tanpa nilai-nilai religi (sekuler). Maka berdasarkan pendekat- an seperti di atas, tentulah diakui bahwa kelompok cendekiawan Muslim adalah merupakan salah satu kelompok potensial dalam rangka Kirstra (perkiraan strate- gi) dalam pembangunan ini, dan tidak dapat dipandang kecil arti peranannya, apalagi jika potensi ini benar-benar dapat digalang dan dikonsolidasi, untuk dikerah- kan (direcruit) dan diarahkan (di- rected) menuju terciptanya pola masyarakat yang mengenal keseim bangan antara kesejahteraan jas- maniah dan ruhaniah (fisik dan mental, material dan spiritual). Bahkan pada dasarnya, dari mereka inilah potensi utama yang dapat diharapkan untuk memeli- hara keseimbangan yang dimak- sud, dan untuk menyelamatkan negara dan bangsa ini dari pe- ngaruh-pengaruh komunisme, atheisme, sekularisme, dan pengaruh-pengaruh yang negatif dari modernisasi. daya, sedangkan di pihak lain ada diantara cendekiawan Muslim itu memegang otorita di salah satu di siplin ilmu yang beradanya tidak langsung di bidang studi keaga- maan tetapi pada dirinya terdapat kepribadian dan pandangan-pan- Justeru karakteristik keislam- an yang demikianlah yang mem- buat sifat dan sikap keterbukaan dunia Islam, bukan bermaksud menciptakan masyarakat yang ter- tutup dan picik keilmuannya, te- tapi masyarakat yang memiliki ba- sis ajaran yang memungkinkan- nya berkembang, namun tetap ber pegang pada asas-asas dan aki- dah-akidah ketuhanan khususnya, dan keislaman umumnya. Sejarah dunia keilmuan dan kesarjanaan telah membuktikan kebenaran hal ini, bahkan tak terkira betapa be- sarnya andil sarjana Muslim di masa lampau untuk mendasari perkembangan keilmuan masa ki- ni dan yang akan datang. Yang menjadi masalah bagi generasi cendekiawan Muslim ma- sa kini ialah dengan cara bagai- mana kaum cendekiawan Muslim ini mampu untuk bangkit kemba- li, tidak hanya sebagai konsumer ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek, science and technology)- yang diperoleh dari pihak luar du- nia Islam, tetapi juga hendaknya sebagai prosedur dan developer iptek itu, baik dalam skala nasio- nal, maupun dalam skala regional dan global (internasionai)? Tentunya, modal pertamanya ialah harus adanya kemauan (will), baik kemauan untuk me- ngembangkan diri sebagai cende- kiawan, perorangan ataupun da- lam bentuk upaya kelompok, yang ditunjang dengan sarana -- sarana baik yang bersifat tenaga keilmuan maupun keorganisasian serta sarana lainnya, yang terhim- pun dalam suatu wadah yang di- lengkapi dengan program jangka panjang, sedang dan jangka pendek. KETIKA Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk oleh pemerintah RI, 10 Desember 1993, skeptisisme merebak di berbagai kalangan. Pada masa awal berdirinya, Komnas HAM dicurigai sebagai sekadar peranti pemerintah, bak obat anticemas yang bisa dipakai untuk sekadar meredam kegelisah an sebagian masyarakat domestik maupun internasional, yang suka "nakal" berhiruk pikuk dan memberikan penilaian atas kon- disi apresiasi hak-hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. lam arti mampu mengkaji masa- lah-masalah sosial dari berbagai sudut ilmu termasuk sudut pan- dangan keagamaan. Pada dasarnya, masyarakat cendekiawan Muslim, menganut kesepakatan dan pandangan, bah- wa menurut ajaran Islam, tiada satupun aspek keilmuan dan di- siplin ilmu yang terlepas dan be- rada di luar jangkauan kajian ke- agamaan, baik dari segi motivasi untuk studi maupun substansi- substansi atau materi-materi ka- jian ilmu. Demikian kami kata- kan, karena secara universal sega- la aspek ilmu dan sasaran-sasaran kajian keilmuan itu telah tercakup secara garis besar dalam konsep wawasan pendidikan/pengajaran/ kebudayaan di dalam konsep da- sar Al Qur'an. Semua itu, wajar saja. Perandai an yang mendasari skeptisisme itu, logis: Komnas HAM itu bikinan pemerintah. Tak ayallah, kemandiriannya diragukan. Mereka harus berfikir, dalam scope atau skala mana dapat dan harus bergerak, apakah dalam skala lokal (daerah), ataukah ska- la nasional atau skala kawasan (re- gional) ataupun global (inter nasional). Dari semua sasaran yang akan dihadapi, harus ditentukan prio- ritas dan pengutamaan-penguta- maan. Misalnya di bidang sosial budaya, ekonomi, politik, atau yang lain-lain atau campuran dari padanya, atau menyeluruh meli- puti semua bidang. Seterusnya ke- pada siapakah potensi dan karya ilmiahnya disumbangkan, apakah kepada pihak Pemerintah atau ke- pada Masyarakat atau kepada pi- hak Pemerintah atau kepada Ma- syarakat atau kepada kedua-dua nya. Seluruhnya ini menuntut ada- nya idealisme kecendekiawan se- bagai Muslim" dan ide inilah yang akan melahirkan dan mengem- bang eksistensi dan peranan "in- telektual Muslim" atau "Muslim intelektualis" yang mempunyai wawasan tentang pengelolaan na- sib ummat ini dan masa depannya khususnya, dan untuk berintegrasi dan berpartisipasi dalam konteks pembangunan, baik dalam skala Daerah maupun Nasional. WADAH Wadah penghimpun potensi cendekiawan Muslim ini tidak mesti hanya satu, baik dalam ben- tuk organisasi maupun dalam ca- ra kerja dan program, namun ha- rus ada jaringan koordinasi dan konsolidasinya, untuk dapat seca- ra efektif dan terkonsolidasi me- nyumbangkan tenaganya baik ke- pada Pemerintah maupun Masya rakat. Di satu pihak, biarkan para cendekiawan Muslim itu tersebar dan berpartisipasi menurut poten- si dan disiplin keilmuannya ma- sing-masing dan menyumbangkan potensi keilmuannya di berbagai instansi dan kelembagaan, baik formal maupun non-formal, su- paya dapat berlangsung peman- faatan potensi Muslim itu secara cfektif dan riil. Kiprah konkret itu, ditandas kan oleh adanya beberapa peris tiwa penting yang perlangsungan nya dikondisikan oleh kehadiran dan kiprah Komnas HAM. Dengan demikian cendekia- Iwan Muslim itu akan lebih jelas eksistensi dan identitasnya dan ti- dak sekedar cendekiawan pinggi- ran dalam dunia keilmuan yang makin berkembang dewasa ini. Sebutlah beberapa peristiwa lampau sebagai sekadar contoh : Pembayaran ganti rugi oleh PT Suryamas Duta Makmur untuk Dilain pihak, ciptakan wadah- wadah yang serasi dan favourable sebagai forum konsultasi, komu- nikasi, integrasi dan konsolidasi di kalangan cendekiawan Muslim itu, supaya proses pengerahan dan pengarahan potensi cendekiawan itu dapat bermakna secara ber- dayaguna dan berhasilguna bagi pembangunan, baik pada tingkat daerah maupun nasional. Dengan demikian akan nampak peranan para cendekiawan dan teknorat Muslim itu di dalam kerangka be- sar pembangunan nasional di ta- nah air. Sebagai pokok thesis, ialah bahwa pengelolaan kehidupan bangsa melalui pembangunan di negara ini tidak akan berhasil me- nerapkan makna strategi yang ha- kiki sesuai dengan tujuan mein- bangun manusia Indonesia seutuh nya yang Pancasilais, tanpa du- kungan potensial dari cendikia- wan Muslim. SKALA KETERLIBATAN BERPARTISIPASI 1). Adanya kesadaran dan ke- mauan (consciousness and will) bahwa keikut sertaan dalam pro- ses pengelolaan kehidupan bang- Sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya masing-masing, maka para cendekiawan tentunya akan mengambil bagian pada bi- dang-bidang tertentu. Demikian pulalah adanya keterlibatan para cendekiawan Muslim, baik seba- gai pemegang otorita keilmuan yang khusus di bidang "agama" ataupun campuran dari pada bebe rapa bidang keilmuan. sa (umumnya) dan ummat (khu- susnya) adalah merupakan tuntu- tan yang melekat pada kewajiban selaku cendekiawan, supaya aspi- rasi-aspirasi masyarakat (umum- nya) dan kepentingan ummat ber- agama (khususnya) dapat tercer- min dalam setiap forum dan jen- jang pengelolaan itu, antara lain : a) perencanaan b) pelaksa- naan c) pengawasan, d) dan se bagainya. Demikian dikatakan, karena ternyata di antara cendekiawan Muslim itu, ada yang mendalam- kan pengetahuannya di bidang ke- agamaan seraya mengkaji juga bi- dang-bidang sciences yang lain se- perti politik, ekonomi, sosial ba- Di samping itu peluang untuk mengembangkan dirinya dan si- Ini bukan berarti bahwa cen- kap keilmuannya dengan cakrawa- dekiawan (Muslim) itu harus di- la keilmuan yang lebih luas serta giring dan dixerahkan keselu- mampu muzakrah dan munaza- ruhannya ke instansi-instansi for- Psikohumanisme Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Oleh Limas Sutanto patan mengutarakan berbagai aspirasi, keluhan, dan harapan, secara langsung dan cukup bebas. HAM mampu berkiprah konkret, Terhadap kasus Marsinah yang kini sudah menjadi perhatian in- bahkan bisa dikatakan telah mem ternasional, Komnas HAM menu buat beberapa penandasan yang runkan tim pencari fakia. Pada 4 membersitkan integritas yang April 1994, Komnas HAM meng bermakna. umumkan temuan-temuan tim. pencari fakta itu secara terbuka di hadapan pers. Menurut akidah Islam, kegiat an dan peran serta melalui dua ja- lur kegiatan seperti disebut di atas itu, bila disertai dengan niat dan maksud yang ikhlas, ia akan me- rupakan amal ibadah dan sebagai penunaian kewajiban dan tang- gungjawab ilmuwan, baik terha- dap Tuhan maupun terhadap ma- syarakat yang sekaligus merupa- kan kepuasan ruhaniah sebagai abdi Tuhan Yang Mahakuasa, se- suai dengan tuntunan-tuntunan yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits. KIPRAH KONKRET Kunjungan humanistik Komnas Namun, perjalanan waktu HAM ke Lembaga Pemasyarakat terasa sedemikian berharga bagi an Cipinang, Jakarta, 19 Maret Komnas HAMM. Meski usianya 1994. Saat itu, para narapidana- masih "balita", nyatanya Komnas politik dijenguk, diberi kesem- 1). Orang-orang yang ber-iman dan berhijrah serta berjuang di ja- lan Allah, dengan harta dan diri- nya, lebih tinggi derjatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang menang (Attaubah 20). 2). Allah tidak memberikan il- mu kepada orang alim melainkan ia telah mengambil perjanjian atasnya, sebagaimana ia telah mengambil perjanjian atas Nabi- nabinya agar mereka memberi ke- terangan kepada manusia dan su- paya mereka tidak menyembunyi- kannya (Hadits Rw: Abu Nu'aim). PERKIRAAN KEADAAN Setelah kemerdekaan, maka bangsa Indonesia termasuk um- mat Islam yang merupakan mayo ritas di dalamnya itu, tak dapat ti- dak harus menggariskan pokok- pokok kebijaksanaan politik pe- ngelolaan kehidupannya sendiri. Justru status dan posisi yang de- mikianlah yang dicita-citakan se- jak masa merintis sampai kepada merebut dan mengisi kemerde- kaan itu. Maksudnya supaya konsep pe- ngelolaan kehidupan sendiri itu, tidak terserah pada penguasa ko- lonial lagi, tetapi berada di tangan sendiri, untuk kemudian disesua- ikan dengan aspirasi-aspirasi na- sional, mengenai segala bidang kehidupan politik, ekonomi, so- sial budaya dan Hankam. Bagaimanakah posisi umat Is- lam termasuk dan terutama cen- dekiawannya dalam konteks yang demikian? Seyogianya, mereka harus ter- masuk sebagai pihak yang turut menentukan garis kebijaksanaan pengelolaan itu, sekaligus sebagai ummat yang kehidupannya turut dikelola, sehingga mencapai taraf kehidupan sejahtera dan makmur baik jasmaniah maupun ruha- niah. Untuk dapat memenuhi maksud dan menduduki posisi itu diperlukan terpenuhinya bebera- pa persyaratan, antara lain : Memang, mau tak mau, skep- tisisme yang sempat menyeruak di masa awal lahirnya Komnas HAM, kini berangsur kisut, digantikan oleh fajar pengharap an dan respek. Komnas HAM para petani enggarap tanah di pun, seolah tak ingin memudar kan fajar yang sedang merekah Rencananya, Bogor, sebelum Lebaran 1994. Penyelesaian kasus Sei Lepan. itu. 3). Sesungguhnya perumpa- maan Ulama/Sarjana/Cendekia- wan di permukaan bumi ini ada- lah seperti adanya bintang-bin-bahasan tang di langit. Oleh manusia bintang-bintang itu diambil jadi petunjuk dalam keadaan gelap, baik di darat maupun di laut. Te- tapi apabila bintang-bintang itu suram maka mereka hampir ter- sesat (Hadits Rw: Ahmad). 4) Jikalau tidak ada ulama/ sarjana/cendekiawan niscaya ma- nusia seperti binatang. Karena se- sungguhnya mereka dengan ajar- an dan didikan (oleh para ulama), maka keluarlah mereka dari ba- tas-batas kebinatangan (dan ma- suk kembali) kepada batas-batas kemanusiaan. (Hadits Rw: Hasan Basry). mal di tingkat-tingkat supra struk- tur politik. Bahkan seharusnya ada sema- cam pembagian kerja di antara mereka, sehingga potensi cende- kiawan Muslim itu tersebut di ber- bagai posisi, sesuai dengan disi- plin ilmu dan bakatnya masing- masing. 2) Adanya persiapan dan be- kal kecendekiawanan, baik beru- pa disiplin ilmu yang dikuasainya masing-masing, dan yang paling penting lagi ialah aktualitas keilmuannya serta adanya kemam- puan pandang secara sistemik-kon septual-strategik mengenai seluk- beluk dan jaringan sistem penge- lolaan kehidupan nasional. Terbitnya fajar pengharapan dan respek itu, secara hakiki adalah juga beban besar yang ditumpukan pada bahu Komnas HAM. Bukankah setiap pengha (Bersambung ke hal 11) Kekurangan dan kelemahan potensi cendekiawan Muslim da- lam hal inilah yang selama wak- tu yang lampau, menyebabkan kurangnya kapabilitas (kemam- puan) dan akseptabilitas (kurang dapatnya diterima) dalam forum- forum pengelola itu, baik di infra struktur (misalnya di forum par- pol dan ormas), karena cendekia- wan atau tokoh-tokoh parpol dan ormas Muslim itu tidak banyak yang memiliki kemampuan pan- dang strategis untuk turut terlibat baik dalam penggarisan politik, maupun dalam perencanaan dan pelaksanaan bahkan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pembangunan yang berjalan. Kelemahan lainnya, ialah ke- kurangan ilmu pengetahuan, apa TAK SEMUA yang dianggap baik/terpuji secara moral (yang berdasarkan rasio) maupun secara agama (yang berdasarkan wahyu) menjadi bagian dari perilaku nyata masyarakat. Tak sedikit kalimat-kalimat yang merupakan ajaran moral atau agama hanya sekadar menjadi slogan atau klise saja dan terpampang dalam span- duk atau menjadi hiasan kata sa- ja dalam suatu pidato atau pem- kajian ilmiah dalam suatu seminar. Berbagai eufemisme bahkan hipokrasi telah menjadi hal yang biasa dan tidak dianggap salah. Yang lebih fatal lagi berita tentang tindak kekerasan (pembunuhan/ pemerkosaan) terhadap sesama keluarga/suku/bangsa bahkan terhadap wanita dewasa dan di bawah umur, apalagi dengan pi- hak-pihak lain, sudah menjadi berita biasa. Bukan saja pada setiap bulan atau minggu, tapi hampir setiap hari selalu kita baca dalam media cetak. avbemsio Hal lain yang selalu kita lihat/ baca dari tv/media cetak ialah ter- jadinya pembantaian terhadap suatu etnik/bangsa misalnya Bosnia dan Chechnya. Apakah pendidikan moral lewat proses pendidikan formal, informal dan nonformal sudah tidak membekas lagi dalam diri manusia ? Apakah pendidikan/dakwah agama seke- dar masuk dari telinga kanan dan segera keluar dari telinga kiri. Atau siraman rohani yang sela lu ditayangkan lewat tv hanya sekedar suatu tontonan yang kurang/tidak bermakna lagi? Dapatkah orang memvonis bahwa generasi muda yang sedang tum- buh/berkembang dewasa ini tidak lebih baik dari generasi-generasi sebelumnya? Pertanyaan-perta nyaan di atas akan menjadi bahan pembahasan dalam tulisan ini. GOMBALISASI Siapapun akan merasa gem- bira dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa dari tahun ke tahun jumlah orang yang beribadah di rumah-rumah iba dah, orang-orang yang melak- sanakan ibadah haji/umroh di In- donesia makin banyak juga bah kan berjubel-jubel/terus mening- kat jumlahnya. Kehadiran muballigh kondang K. H. Zainuddin MZ tetap disam- but dengan meriah, di mana/ka pan saja da'i sejuta ummat itu ditampilkan. Namun pada sisi lain kuantitas dan kualitas tindak a sosial kelihatannya seperti tidak pernah surut, bahkan terasa sebagai meningkat. lagi di luar bidang-bidang keaga- maan, sehingga urusan-urusan yang biasanya dapat dipercayakan kepada mereka selalu berkisar so- sial budaya, dan jarang berperan di bidang sosial-politik dan sosial- ekonomi, ataupun aspek-aspek kebijaksanaan Hankam, apalagi masalah-masalah bidang science and technology (ilmu pengeta- huan dan teknologi-iptek). Untuk mengisi kekurangan ini, para cendekiawan Muslim ha- rus membentuk jalur dan wadah studi dan mutalaahnya sendiri atau berkelompok dengan wadah yang terorganisir dengan baik dan kontinu. Globalisasi aspek-aspek nega tif atau proses gombalisasi dari ujung dunia lain tampaknya telah merasuki dalam masyarakat di mana saja termasuk dalam masya rakat kita. Tak dapat dibantah bahwa kuantitas lulusan lembaga pendidikan keguruan (SPG, FKIP/IKIP) telah banyak ber- tugas dalam masyarakat. Lulusan madrasah, pesantren dan Perguru an Tinggi (PT) negeri/swasta keagamaan (PTAIN/PTAIS) juga tak sedikit dalam masyarakat. Dengan usaha yang konkrit se demikian, peranan cendekiawan Muslim itu akan lebih menonjol dan lebih trampil serta berkesan atau berpengaruh dan tidak di- pandang sebagai sekedar peleng- kap-unsur dan sebagai cendekia- wan pinggiran saja. 3). Adanya keeratan dan keak- raban ukhuwah dan solidaritas di antara sesama cendekiawan Mus- lim itu, bahkan hendaknya ada kondisi yang menunjang dari ke- akraban ukhuwah dan solidaritas ummat seluruhnya, mengingat bahwa antara cendekiawan dan masyarakat luas itu selalu ada hu- bungan saling-mempengaruhi se samanya. Dalam hubungan ini, diperlu- kan adanya "solidaritas keseiman- an" yang sanggup mengungguli dan mengatasi solidaritas keke- lompokan yang kecil, supaya ter- hindar perpecahan baik dalam pe- mikiran maupun tindakan. Halaman 4 Maksud-maksud dan upaya- upaya pelurusan metoda kaifiat tara semua komponen dan unsur- unsur cendekiawan tersebut. Ma- sebagai masalah-masalah khilafi- pat menikmati hikmah dan man- amal ibadah yang selalu menonjol syarakat ummat Islam hanya da- yahnya hendaknya tidak sampai faat fasilitas kehidupan beragama ukhuwah dan ittihadiyah ummat dahulu terdapat kesatuan dan soli memporak-porandakan bangunan itu di tanah air ini, jika terlebih Islam umumnya, cendekiawan daritas cendekiawan Muslim un- tuk dalam iklim "keseimanan" me Muslim khususnya. Hal lainnya yang perlu diper- rupakan potensi yang akan mem- permasaalah kepentingan ummat itu sendiri. hatikan, ialah bahwa semua unsur dan potensi ummat Islam yang ada, saling menghormati dan memperhitungkan. Di masa kolo- nial, penguasa jajahan itu cende- 4) Adanya sikap responsive dan tanggap di kalangan cende- kiawan Muslim itu terhadap per- rung membiarkan adanya perpe- kembangan situasi kehidupan um- mat manusia umumnya dan um- mat Islam khususnya, baik pada level lokal (daerah maupun level nasional, regional (kawasan) dan global (internasional). Membumikan Ajaran Agama dalam Perilaku Nyata cahan dan dinding-dinding batas antara cendekiawan Muslim yang memiliki pengetahuan agama se- bagai pengetahuan yang menon- jol di satu pihak, dan cendekia- wan yang menguasai bidang-bi- dang ilmu lainnya di lain pihak. Untuk menghadapi tugas-tugas mendatang, hendaknya potensi- potensi ini berintegrasi, konsolida- si dan saling isi-mengisi. Jalan-jalan raya dan jalan biasa makin hari makin macet di Jakarta. Fenomena itu terjadi bukan di pusat-pusat kota saja tapi sampai ke pelosok kota ibu negeri Republik tercinta ini. Jalan- jalan itu mulai macet karena jumlah mobil pribadi lebih ba- nyak dari kenderaan umum. Kemacetan itu bukan saja karena makin meningkatnya mo- bil-mobil yang menggunakan jalan umum, tapi juga karena mentalitas para pemakai jalan yang selalu tak menghiraukan etika berlalu lintas yang tertib dan sopan. Jumlah calon haji Indonesia tahun ini (1995) telah mendekati 200.000 orang.-Ada kecenderung- an baru yang cukup terpuji yaitu pada musim-musim liburan kwar- tal atau menyambut liburan tahun baru Masehi yang lalu ada seba- gian orang tua (yang berkecukup an secara ekonomi/materi) mem beri kesempatan atau membawa langsung putera/puterinya yang muda belia itu melakukan umroh ke tanah suci. Kemiskinan memang masih membelenggu sebagian dari warga masyarakat kita dan dengan me- ningkatnya jumlah jamaah ha- ji/umroh itu merupakan indikator bahwa ada sebagian dari warga masyarakat Islam di Indonesia yang telah meningkat taraf hidup nya, dari masa-masa sebelumnya. Tetapi apakah telah terjadi adanya peningkatan kualitas iman dan mentalitas yang terwu- jud dalam perilaku yang indah dan lebih baik dari masa-masa sebelumnya? Pertanyaan yang sederhana itu ternyata jawabannya tidak sederhana bahkan sulit sekali menjawabnya. PUASA Oleh Prof.Dr.H.M., Yacub. M.Ed menunjukkan bahwa masih ba pulang kepada siapa yang melaku nyak juga warga masyarakat yang kan ibadah puasa itu. belum atau tak dapat diserap oleh upaya-upaya pendidikan untuk tingkat paling rendah (pendidikan dasar), apalagi dari dapat diserap oleh pendidikan menengah dan pendidikan dalam PTN/PTS. Bahkan jumlah yang drop out (putus sekolah) untuk tingkat SD dan seterusnya juga masih cukup banyak walaupun tidak sebanyak pada masa-masa awal kemerdeka an yang lalu. Dalam era wajib belajar 9 tahun dewasa ini, masih banyak lulusan SD yang tak mam- pu melanjutkan studinya ke SLTP. Dalam ibadah menurut ajaran Islam misalnya sholat, puasa, melaksanakan haji/umroh dan pe rilaku baik dan terpuji dengan suatu niat yang ikhlas semata karena Allah maka terkandung di dalamnya kebaikan dan kebajikan untuk Allah SWT (suatu persem- bahan secara vertikal), dan dalam pada itu tak terlepas di dalam suatu dampak yang baik terhadap siapa dan apa saja yang ada di sekitarnya (suatu perilaku yang bersifat sosial atau komunika- si/pergaulan secara horizontal). Sebab-sebab yang paling uta ma karena alasan sosio-ekonomi di samping alasan sosio-budaya. Pada sisi lain jika kita berjalan- jalan ke bagian mana saja di kota- kota metropolitan/kota besar tak sedikit kita jumpai rumah-rumah besar dan indah laksana istana kecil bukan saja dalam kawasan Real Estate, tapi juga di kawasan perkampungan tradisional. Bulan suci Ramadhan 1415 tahun Hijriah atau tahun 1995 Miladiyah telah kita masuki. Um- mat Islam yang beriman melaku kan puasa sesuai dengan tuntunan yang cukup jelas untuk itu dan in- sya Allah jumlah hari berpuasa dapat dicapai dan sebagaimana biasa masa berpuasa Ramadhan akan berlalu pula. Dalam mimbar-mimbar Jum'at atau Idul Fitri/Adha telah tampil muka-muka baru yang menggan- Apakah ajaran dan hikmah tikan para pendahulunya yang dari puasa yang begitu agung itu telah turun panggung karena akan membekas secara ajeg (isti- ketuaan atau karena kematian. qomah) atau konsisten dalam diri Namun begitu fakta empirik mereka yang berpuasa itu, ter- Membunyikan Petasan, nya. Selain menimbulkan suara le- Mengapa Dibiarkan! tusan yang mengganggu ketena- ngan, juga salah-salah bisa mem- bawa maut bagi orang jantungan, dan karena membunyikan petasan menggunakan api dapat menim- bulkan bencana kebakaran. Tidak satupun di antara pe- ngembang agama Islam itu yang dapat dan pantas diremehkan, bahkan kita sangat berhutang bu- di kepada mereka yang semenjak dulunya di masa berhadapan de- ngan politik jajahan berperan se- bagai guru-guru agama, ustaz, mu'allim, mudarris, lebai dan yang dinamakan khalifah di desa maupun di kota. PUASA Ramadhan baru dela- Tidak jelas mengapa peratur pan hari (sampai Rabu 8/2). Te- tapi anak-anak main petasan su- an membunyikan petasan dila- dah ramai. Siang juga malam. rang, tidak disertai adanya tin- dakan atau sanksi? Mengapa ha- rus dibiarkan? Bahwa anak-anak ingin bermain-main, apalagi di waktu libur tidak ada yang mela- rang. Tetapi jangan main petasan. Bahkan yang turut membunyikan petasan tersebut ada pula anak- anak remaja atau pemuda. Padahal petasan tidak ada sangkut-pautnya dengan puasa Ramadhan. Juga tidak pada Ha- ri Raya Idulfitri. Jelasnya main petasan tidak ada diajarkan di da- am Islam. Bahkan secara umum membunyikan petasan atau sema camnya (meriam bambu misal- nya) masih dilarang. Tidak boleh. Karena terlalu banyak negatif- Bahkan pada hakekatnya me- reka inilah yang membentuk men- tal dan sikap diniyah kita yang ada sekarang ini. Adapun lemba- ga-lembaga pendidikan Islam yang mutakhir setelah kemerde- kaan terutama di bawah asuhan Departemen Agama, belumlah mencapai usia yang cukup tua se- kali dalam sejarah pembinaan ummat Islam di tanah air ini. Maka diharapkan pihak yang berwenang, Polri, mengambil tin- dakan yang tepat. Bahkan bukan hanya Polri, tetapi juga aparat lainnya seperti Hansip, Kepling dan lain sebagainya wajar untuk melarang orang-orang yang ber- main petasan. Maka perlu dikembangkan fo- rum komunikasi dan konsultasi yang teratur dan kontinyu di an- Kemudian melalui jalur-jalur dan posisi masing-masing berpe ran aktif sesuai dengan kemam- puan ilmiahnya, secara perorang- an atau terorganisasi secara ke lompok. Persembahan secara vertikal itu mesti sejalan dan harmonis dengan perilaku/komunikasi secara horizontal. Mereka yang membayar zakat dan memberikan infak/sedekah/bantuan materi dengan tanpa pamrih (secara ikhlas) secara langsung untuk membantu mereka yang miskin (perbuatan kebajikan kepada sesama manusia, perilaku secara horizontal) dan di dalamnya telah terjadi suatu persembahan secara langsung kepadaNya (ibadah secara vertikal). Surat Pembaca Cantumkan nama dan alamat yang jelas, tandatangani, dan sertakan fotokopi KTP yang masih berlaku dan Hankam. 5). Sesuai dengan karakteris- tiknya dunia ilmu, maka untuk meningkatkan potensi keilmuan para cendekiawan Muslim itu, perlu dikembangkan studi secara berjenjang akhirnya mendalam, mengenai pengelolaan penelitian dan pengembangan (research and development management = R & D Management), karena potensi keilmuan di bidang ini sangat me nentukan kapasitas dan aksepta- bilitas cendekiawan Muslim itu dalam konteks pembangunan na- sional di segala bidang, baik pa- da skala daerah maupun nasional. Dalam berbagai ibadah itu secara eksplisit Allah SWT menegaskan agar manusia terhin- dar dari perilaku keji dan mungkar (buruk) atau agar manusia berperilaku indah dan baik. Perilaku indah dan baik itu bukan saja ketika dalam proses menjalankan ibadah itu saja, apakah ketika dalam rumah ibadah atau rumahnya, tapi juga ketika mereka di mana dan dalam waktu kapan saja. Mereka harus melayani setiap kebutuhan baik dari kalangan for- mal maupun non-formal, peme- rintah dan masyarakat, dan ajak- an untuk menanggulangi masa- lah-masalah yang timbul dalam masyarakat, baik sifatnya politis, maupun ekonomis, sosial budaya Tak jarang terjadi perilaku yang indah dan baik itu tanggal dan terjadi perilaku tak terpuji setelah proses ibadah itu usai. Dengan kata lain jika hal yang terakhir ini terjadi maka si pelaku ibadah itu belum membumikan ibadah apa saja yang dilakukan nya. Bagaimana dengan orang- orang muslim yang tidak atau belum melaksanakan ibadah se perti diuraikan di atas, tapi perilakunya indah dan baik? Dan bagaimana pula dengan mereka yang enggan beribadah dan perilakunya juga amburadul? Untuk mereka yang berperilaku baik sudah tentu mereka telah melakukan hubungan horizontal yang terpuji tapi bagaimana ibadah vertikalnya ? Artinya sebelum timbul kor- ban yang tidak diinginkan, sudah seharusnya ada tindakan preven- tip. Agar tidak terjadi pula peris tiwa seperti di Jakarta. Karena merasa kesal anak-anak remaja main petasan, seorang oknum Polri menjadi emosional dan lu- pa diri. Dan kelompok terakhir ini perlu perbaikan dari sisi ibadah vertikal dan horizontalnya. Tak jarang terjadi bahwa ada orang- orang muslim dan bukan muslim yang tidak suka bahkan bersikap negatif atau benci terhadap mereka yang suka beribadah (baik secara vertikal dan horizontal). Kelompok yang terakhir barangka li kelasnya lebih rendah lagi dari mereka tidak suka ibadah dan perilakunya juga amburadul. Seorang muslim yang sejati mesti suka kepada siapa saja yang menjalankan ibadah. Sikap se- orang muslim yang sejati kepada mereka yang berbeda aqidah dengan agamanya, bahwa ia tidak boleh yakin dengan ajaran agama yang tidak dianutnya, tapi ia mesti menghormati orang berbeda aga ma dengannya itu melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan- nya, dan orang muslim sejati itu Dia membubarkan para rema- ja yang sedang asyik membunyi- kan petasan dengan "petasan" lain, alias pestol. Dan akibatnya seorang remaja tewas tertembak kepalanya. Ini suatu contoh yang sangat buruk dari kebiasaan main petasan. Selain itu sekarang sudah ba- nyak pula orang menjual bunga api. Jika sekedar bunga api yang sekarang sudah beraneka macam jenisnya, tidak menjadi masalah. Tetapi di samping bunga api, pa- mesti dapat bergaul dengan baik siapa saja termasuk dengan saudara-saudaranya yang tidak seagama dengannya. Namun dalam melakukan iba dah sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. Oleh karena itu mereka kurang suka dengan orang-orang muslim yang sedang beribadah atau saudara-saudara kita yang beragama non Islam hormatilah orang-orang muslim yang suka beribadah agar ber- bagai hikmah yang ada dalam ibadah itu membumi dalam perilaku sehari-hari. Berbagai pe- ringatan dan azab dari Tuhan telah muncul dalam kehidupan manusia pada akhir-akhir ini. WEDUS GEMBEL Masyarakat Jawa Tengah baru saja diserang oleh wedus gembel atau awan panas yang mematikan sekurangnya mengakibatkan luka bakar. Naga raksasa telah meng- geliat (gempa bumi) dan mem- porakporandakan kota dan warga masyarakat Kobe - Jepang, setelah beberapa kejadian yang hampir seperti itu sebelumnya. Memang telah meningkat jumlah mereka yang tergolong lansia (lanjut usia) dengan kemakmuran materi yang telah dipunyai, tapi makin banyak pula bentuk-bentuk jalan untuk segera kembali keharibaan Tuhan (mati) yang sebelumnya tidak begitu berarti misalnya kematian sebagai akibat kecelakaan lalu lin- tas, alat transpor yang tubrukan, jatuh/tenggelam dan lain-lain. Kita harus siap menghadapi kesemuanya itu, marilah kita berbekal diri dengan ibadah yang bersifat vertikal dan horizontal dalam menghadapi apa saja yang terjadi. Sebagai mengakhiri tulisan ini marilah kita sambut bulan suci Ramadhan ini dengan melakukan ibadah vertikal dan horizontal secara ikhlas. Dan yang tidak kurang penting lagi marilah kita pertahankan perilaku indah dan terpuji itu di mana dan kapan saja. Mudah-mudahan tulisan ini merupakan salah satu dari sekian banyak tulisan yang ada manfaat- nya dalam mengisi ibadah Rama dhan tahun 1995 ini. Mohon maaf atas segala kekeliruan yang mungkin terjadi. *** Medan, 30 Januari 1995 Dari Redaksi PARA penyumbang tulis an/artikel dimintakan perha- tiannya sebagai berikut: 1.Panjang tulisan/artikel mini- mal empat dan maksimal tujuh halaman/folio dike- tik dengan spasi rangkap dan tidak timbal balik. 2.Bukan tindasan, serta bukan fotokopi. 3.Tidak atau belum dikirim- kan ke media massa lain- nya. 4.Pada akhir/ujung tulisan se butkan identitas, profesi pe nulis serta alumnus dari mana. 5.Sertakan alamat terbaru yang jelas, dan jangan lupa sertakan fotokopi KTP yang masih berlaku. ra pedagang itu juga menjual mercon alias petasan. Juga ben- tuk dan jenisnya sudah begitu banyak. Rasanya hal ini juga sudah ha- rus menjadi perhatian pihak yang berwajib, apakah dibenarkan men jual petasan. Jika dibenarkan, maka kasusnya sama saja dengan alkohol. Masyarakat dilarang mi- num alkohol sembarangan, kare- na dikuatirkan akan mabuk dan menjadi sebab perbuatan jahat, pedagangnya dirazia, tapi pabrik- nya tetap diperbolehkan berpro duksi dan mengedarkan produksi nya. Orang awam pasti bingung, dilarang tapi boleh.. AGUS SALIM RTG Jalan Thamrin Tebing Tinggi 00000
