Tipe: Koran
Tanggal: 1995-02-10
Halaman: 07
Konten
6.
Jumat, 10 Pebruari 1995.
-Dok: H. Harun Keuchik Leumiek.-
PELABUHAN ULHELHEUE: Dulu (atas) terdiri dari sebuah jembatan yang menjorok ke laut. Di sinilah
singgah kapal-kapal perang selama perang Aceh berlangsung di abad lampau, dan setiap kapal dagang
maupun kapal motor dan perahu nelayan singgah. Tapi sekarang (bawah) walau negeri Ülhelheue masih
ada sebagai ibu kota kecamatan tapi pelabuhan itu tidak berfungsi lagi, besi-besi jembatan tua itu telah
dibongkar. Untuk Banda Aceh, sekarang tersedia pelabuhan Malahayati di Krueng Raya 35 Km dari Ban-
da Aceh, sebagai pelabuhan samudera.
Apa Sumbangan PKBI Aceh
kepada Daerah ?
Oleh: Burhanuddin Usman
I-
TULISAN ini terangkat dari
hasil wawancara dengan Direktur
Pelaksana Daerah (Dirpelda)
PKBI Aceh Abubakar Midurby
pekan lalu, sehubungan dengan
HUT ke-37 PKBI yang diperingati
secara nasional dan juga ikut
diperingati di daerah-daerah ter-
masuk Aceh belum lama ini.
SEJARAH
PKBI itu singkatan dari
Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia. Ia lahir 23 Desember
1957, jauh sebelum kegiatan KB
diterima sebagai program na-
sional di tanah air. Sesuai dengan
kenyataan dapat dikatakan bahwa
PKBI itu didirikan dalam suasana
negara Indonesia dimana pemerin
tah waktu itu masih menolak ke-
ras segala bentuk kegiatan yang
bercorak pengendalian kelahiran
(birth-control).
"Para pemimpin kita waktu
itu umumnya bersikap pro-natal.
Pemikiran yang berkembang keti
ka itu adalah untuk mendukung
cita-cita revolusi yang belum
selesai, maka Indonesia dipan-
dang masih membutuhkan tenaga
manusia (man power) yang ber-
jumlah besar antara lain untuk
mengembalikan Irian Barat ke
pangkuan ibu pertiwi dan selan-
jutnya untuk mengganyang pro-
yek Nekolim Malaysia," kata
Abubakar Midurby didampingi
dua stafnya T. Husin Banta dan
M. Yunus Ilyas, SE seraya
menambahkan ketika itu masih
kurang luasnya wawasan yang
berkaitan dengan kualitas
sumberdaya manusia.
Kegiatan pembatasan kelahir-
an dianggap kegiatan yang berten-
tangan dengan kebijakan pemerin
tah. Bahkan ada satu pasal dalam
KUHP waktu itu yang berbunyi,
barang siapa yang memperlihat
kan, mengedarkan dan apalagi
memperjualbelikan alat kontrasep
si, diancam dengan hukuman
pidana.
bagian kebidanan Rumah Sakit
Umum Ciptomangunkusumo Ja-
karta, lama kelamaan kegiatan
mereka menyebar ke Yogyakarta,
Bandung serta kota-kota besar
lainnya di Jawa dan Bali.
Pemda DKI yang kian dipu-
singkan oleh makin runyamnya
masalah penduduk di ibukota
Jakarta mulai menoleh kepada ide
yang dikembangkan PKBI. Dan
akhirnya pada tahun 1967 Pemda
DKI memasukkan program KB ke
dalam RAPBDnya, dan inilah un-
tuk pertama kalinya pemerintah
menjadikan KB sebagai salah satu
program pembangunan sebagai-
mana program pembangunan
lainnya.
MAIPRIAT
Banda Aceh, (Analisa).
Pemerintah Malaysia selamata-
hun 1995 membutuhkan sedikit-
nya 2.000 tenaga kerja Indonesia
(TKI) asal Daerah Istimewa Aceh
untuk dipekerjakan di sektor per-
kebunan di negara jiran itu.
Kepala kanwil Depnaker
Aceh, Abdullah Syukur Hutasu-
hut kepada wartawan di Banda
Aceh, Rabu mengatakan, tahap
awal pengiriman TKI akan dilak-
sanakan pertengahan Maret seba-
nyak 600 orang melalui Bandara
Blang Bintang, Aceh Besar.
Pada tahun anggaran 1969/
1970 pemerintah pusat menjadi
kan program KB sebagai program
nasional dan membentuk BKKBN
sebagai koordinator. BKKBN pun
didirikan secara bertahap. Per-
tama di tingkat propinsi di Jawa
dan Bali. Tahun 1974 luar Jawa
dan Bali (LJB) I yaitu pada
propinsi-propinsi yang dianggap
secara sosial budaya telah siap
menerima KB termasuk PKBI
PERMINTAAN
TKI yang akan dipekerjakan pa-
da perkebunan sawit dan karet itu
merupakan permintaan para peng-
usaha Malaysia terutama di sektor
perkebunan, sewaktu Kepala Kan-
wil Depnaker melakukan kunju-
ngan kerja ke negara itu,
Aceh.
agom amurall
your hluboom
in GARIS BESAR
Garis besar program PKBI
dapat dikelompokkan dua. Pro-
gram rintisan dan program inova-
si. Program rintisan menurut
Abubakar Midurby dijelaskan
sebagai berikut.
Karena keadaan sosial budaya
dan sosial politik yang kurang
menguntungkan dalam era mula
kelahiran PKBI, maka pada awal
nya kegiatan PKBI sangat terbatas
diseputar rumah sakit yang telah
memiliki visi yang sama dengan
PKBI.
Namun secara bertahap PKBI
terus melangkah maju untuk
mulai menjangkau masyarakat di
luar rumahsakit dengan kegiatan-
kegiatan penyuluhan yang sering
disebut dengan kegiatan "KIE"
(Komunikasi, Informasi dan
Edukasi).
Namun, para pelopor PKBI
dengan visi yang sangat matang
dan jauh ke depan tetap teguh
pendiriannya. Walaupun resiko
yang menantang tidak kecil,
mereka tidak pernah berhenti
memasyarakatkan KB. Mula-mula
kegiatan dilancarkan secara
sembunyi-sembunyi diawali di kan itu PKBI mendirikan sebuah
Beberapa tahun kemudian per
kembangan KB terus meningkat.
Di samping pengadaan sarana
semakin dirasa perlu juga adanya
tenaga pelaksana yang memadai
baik kuantitas maupun kualitas.
Untuk mencetak kader-kader
pelaksana yang sangat dibutuh
pusat latihan dan penelitian di
Jakarta yang diberi nama Na-
tional Training and Research Cen-
tre (NTRC), dan Provicial Trai-
ning Centre (PTC) di beberapa
ibukota propinsi. Melalui bebera
pa sponsor, PKBI juga mengirim
beberapa orang untuk sekolah
atau mendapat latihan di luar
negeri.
Hasil penyuluhan itu semakin
mendapat tanggapan dari masya
rakat luas walaupun belum diba-
rengi oleh tersedianya sarana
pelayanan yang memadai seperti
tenaga medis yang terlatih, alat-
alat kontrasepsi, klinik dengan
segala macam perlengkapannya.
Dalam suasana yang serba ter-
batas itulah PKBI membuka kli-
nik-klinik KB secara bertahap
pula. Mula-mula klinik itu didi
rikan di kota-kota besar di Jawa.
Setelah itu melebar ke Bali dan
beberapa kota besar di luar Jawa
dan Bali.
TEMPAT LATIHAN
Klinik-klinik PKBI, selain
sebagai tempat pelayanan juga
berfungsi sebagai tempat latihan
untuk dokter dan para medis lain-
nya tentang bagaimana memberi
pelayanan kepada masyarakat,
bagaimana menggunakan alat-
Dipilihnya TKI asal Aceh untuk
dipekerjakan di Malaysia, kata Ab-
dullah Sykur, karena di samping
kedua daerah berdekatan juga me-
miliki kesamaan adat budaya, aga-
ma serta bahasa.
alat kontrasepsi serta bagaimana
memasang spiral dan lain-lain.
la menjelaskan, animo masya-
rakat Aceh terutama bagi para re-
maja yang putus sekolah untuk
bekerja di Malaysia cukupbesar,
karena di samping memperoleh
upah yang besar (sekitar Rp. 640
ribu per bulan) juga secara lang-
sung bisa melihat perkembangan
dan kemajuan negara lain.
Bagi Pemda sendiri, dengan ada
nya pengiriman TKI ke luar negeri
Pemerintah kelihatannya
ketika itu semakin merasakan
betapa perlunya program KB bagi
sebuah negara seperti Indonesia
yang berpenduduk nomor lima
terbesar di dunia. Untuk mengko
ordinir kegiatan-kegiatan yang
bernafaskan KB, mula-mula
pemerintah membentuk LKBN
(Lembaga Keluarga Berencana
Nasional). Kemudian LKBN ini
berubah menjadi BKKBN seba-
gaimana yang populer sekarang
ini. HaMbi munst
Program inovasi. Melalui
BKKBN, pemerintah kemudian
mengadakan semacam pembagian
tugas diantara unit-unit
pelaksana. Unit Depkes lebih
berkonsentrasi kepada pelayanan
di klinik, unit Deppen kepada
kegiatan penerangan dan motiva
si.
Malaysia Butuh 2.000 TKI Asal Aceh
la mengatkan, para pengusha
Malaysia membutuhkan banyak
tenaga kerja khusus di sektor per-
