Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Kedaulatan Rakyat
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-06-11
Halaman: 07

Konten


"JIH" CALL JIHealth corner Tanya jawab kesehatan dikirimkan melalui e-mail konsultasi@rs-jih.co.id. ILUSTRASI JOS ja Saat Puasa "KEDAULATAN RAKYAT" HALAMAN 10 jam setelah Salat Tarawih masih bisa dilakukan aktivitas olahraga dan 1 jam sebelum sahur juga bisa digunakan untuk berolah raga. Contohnya olah raga yang sederhana seperti lari di tempat. Yang perlu menjadi catatan adalah intensitas berolahraga saat sedang berpuasa menjadi hal yang perlu diperhatikan. Berolahraga saat berpuasa harus adaptasi terlebih dahulu, jangan langsung berolahraga yang berat. Jangan sampai terlampau lelah dan dehidrasi. Cukupi kebutuhan minum 3 liter perharinya. dr Muh Ikhwan Zein SpKO (Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga RS JIH, Jadwal Praktik Sport Clinic RS JIH: Selasa 08.00- 10.00 WIB, Kamis 10.00-12.00 WIB) HAPIK Mengupas Akta Kelahiran Tidak Jelas mya a hal yang cukup mengusik n saya, yaitu soal akta kela- yang tidak jelas, misalnya ti- ketahui keberadaan orang- ya secara pasti. Atau misal- menemukan anak di suatu pat dan tidak jelas asal-usul Lalu, bagaimana untuk qurus akta lahimya? Mia, Sragen awab Memang setiap anak harus punyai identitas diri sejak ke- annya dan identitas ini di- gkan dalam AKTAKELAHIR Pasal 27 (1) dan (2) Undang- ng Perlindungan Anak no 23 n 2002 Jadi setiap kelahir Pencatat Sipil pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran (Pasal 27 Undang Undang no 23 tahun 2006 UU tentang Administrasi dan Kependudukan. Apabila ti- dak diketahui asal usul dan ke- beradaan orang tuanya, maka Pencatan Kelahiran dalam Akta kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran terhadap peristiwa tersebut, dibuat berdasarkan pa- da laporan orang yang menemu- kan, dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan dari Kepolisian. Kutipan Akta lahir ini, diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan oleh Instansi Pelaksana, sesuai Pasal 27 (4) UUPA dan Pasal 28 (1) (2) Undang Undang Administrasi Kependudukan no 23 tahun 2006, tentang Nagadewa Gowok Caturtunggal LBH APIK Yogyakarta JI Depok Sleman Yogyakarta 0857- 13508171,081903763537 c wajib dilaporkan oleh pen- k kepada Instansi Pelaksana empat terjadinya peristiwa kela- paling lambat 60 hari (enam h) hari sejak kelahiran Nanti akan mencatat, Pejabat 88 KLINIK PKBI Flek Haid Saat Puasa ya ya Jannah (31 tahun), sudah menikah 7 tahun dan memiliki dua Selama ini, siklus haid saya lancar. Namun, kadang muncul flek siklus haid. Hal ini sangat mengganggu, apalagi saat menjalankan ah puasa. Apakah saya boleh berpuasa? Jannah, Kulonprogo wab sisi bidang ilmu kedokteran. Sebenarnya, haid atau menstruasi h proses alami tubuh perempuan, ketika dinding rahim meluruh yang berlangsung sekitar satu minggu sesuai siklus bulanan ma- masing Permasalahannya adalah, ada kondisi tertentu yang ebabkan menstruasi seseorang menjadi lebih panjang waktunya. an ada yang tidak selesai selesai dan mengalami fek pada vagina a pengaruh hormonal, kontraksi rahim yang tidak bagus, kelainan dan lainnya da kondisi ini memang darah yang keluar adalah darah menstrua arena masih dalam jangka waktu siklus menstruasi perempuan ut sehingga kemungkinan menjadi mengganggu ibadah puasa in itu, ada juga muncul flek pada vagina, namun diluar periode struasi perempuan tersebut, nah untuk kasus seperti ini kemung yang keluar bukan berasal dari meluruhnya dinding rahim, sehing kan darah menstruasi. Tentu saja dalam hal ini pendapat ulama berbeda-beda, apakah jika berpuasa maka puasanya sah atau ti- Saran kami, ibu periksa ke dokter dahulu, untuk memastikan mbab dari fek yang muncul tersebut, apakah terkait dengan siklus struasi yang terganggu, atau dikarenakan sebab lain yang se- a segera diobat Perdarahan pada vagina terus menerus, meng kan risiko terjadinya anemia pada perempuan, sehingga memang segera ditangani kan jawaban dari kami, jika masih merasa kurang dapat meng g Kink PKBI DIY, telp 0274 586767, yang buka setiap hari pada erja Terimakasih MINGGU PAHING, 11 JUNI 2017 (16 PASA 1950) ORE ini, dalam keadaan telen- tang, Parman melihat ruhnya menari-nari. Tepat di dadanyalah ruh itu berpijak, kadang menjinjit, kadang melompat. Tangan dan tubuh- nya meliuk-liuk seperti karet. Begitu lentur, begitu luhur. Dada Parman seru- pa panggung yang luas. Sehingga ruh itu dapat menari dengan bebas. Sebagai lelaki yang suka menyawer, memberi uang kepada sinden sambil menari, Parman ingin sekali mengikuti tarian ruh itu. Tetapi, ia merasa tangan- nya kaku, tubuhnya kaku, kakinya juga kaku, seperti kena kutukan menjadi batu. "Sialan! Apa yang terjadi dengan tubuhku?" ia memaki-maki, entah ditu- jukan pada siapa, tak ada yang tahu. Mungkin pada dirinya sendiri. Sedangkan ruh itu, tariannya makin menjadi-jadi. Jingkrak-jingkrak tanpa dosa. Namun tak seberapa lama kemu- dian, ia berhenti. Terdiam. Terbengong. Matanya memandang tubuh Parman yang kaku seperti tugu. Lalu, ada be- berapa patah kata keluar dari mulut- nya, seperti menyepah tebu yang manis- nya sudah tak ada. "Kenapa bisa begitu, Parman? Kenapa kau tak bisa berbuat apa-apa? Mana kemahiranmu menari bersama sinden- sinden ayu yang kau agung-agungkan itu? Mana tanganmu yang pandai meliuk-liuk itu?" Sesungguhnya, Parman ingin sekali membalas perkataan ruhnya, dengan dicampur maki-makian, tentu saja. Atau bahkan tanpa perlu membalas perkataan, ia langsung me- loncat dan menari sebagaimana biasanya, untuk membuktikan kalau dirinyalah yang pantas menari. Tetapi, ia sadar, sungguh-sungguh sadarósambil mengumpatóbahwa dirinya tidak bisa apa-apa un- tuk saat ini. "Keparat. Tubuhku hari ini lebih buruk dari seka- dar bangkai." Itu adalah perkataan Parman dalam hati. Dan tentu saja.tak akan pernah keluar menjadi suara yang kemudian meluncur ke telinga ruhnya. Masa bodoh. Akhirnya, ruh itu kembali menari, tanpa lawan, tanpa kawan. Ia sendirian, merasa ba- hagia, bebas dari segala. Telanjang dan tanpa apa pun yang mengekang. "Aku bebas dari penjara!" teriaknya. ***** Bandung Mawardi PADA masa 1980-an, Indonesia di- ajak tertawa untuk melawan kekuasaan dan mencari penghiburan saat hidup selalu sulit. Buku paling teringat tentu Mati Ketawa Cara Rusia, terbitan Pustaka Grafitipers, Padma melangkahkan kakinya yang mungil ke arah pintu rumahnya. Bocah perempuan itu baru saja pulang dari bermain. Ia masuk rumah dan ti- dak menemui siapa-siapa di ruang tamu. Ia me- manggil-manggil bapaknya. Tetapi, tidak seperti biasa, panggilan bocah itu tak ada balasannya. Ia mencari-cari di dapur, barangkali bapaknya te- Catatan Budaya 1986. Cetakan pertama di bulan Maret 1986. Cetakan kedua di bulan April 1986. Buku itu laris! Orang-orang pasti sedang ingin tertawa sampai 'mati'. Buku semakin berkhasiat dengan ke- hadiran pengantar Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pesan terpenting Gus Dur: humor membuat orang sang- gup bertahan dari semua kepahitan dan kesengsaraan'. Gus Dur tak lupa menasihati pembaca dengan kalimat sederhana: "Humor merupakan senja- ta ampuh untuk memelihara ke- warasan orientasi hidup..." Kewarasan dipengaruhi selera dan cara berlelucon atau mengadakan tawa dalam kese- harian. Puluhan tahun berlalu, orang-orang Indonesia terus tertawa bersama Gus Dur. Pada 2002, Gus Dur tampil lagi memberi pengantar untuk buku hu- mor. Buku berjudul Canda Nabi dan Tawa Sufi susunan A Mustofa Bisri (Gus Mus) memuat pengantar Gus Dur. Dua ulama, penekun sastra, dan pabrik tawa bertemu di buku. Kaum santri tentu girang mendapat buku un- tuk tertawa bersama dua ulama kon- dang di Indonesia. Ulama tapi pendak 1.505 Tarian Buh ngah menyeduh kopi. Ya, semenjak istrinya pergi, bapak bocah itu sering di dapur. Memasak apa saja yang bisa dimasak. Termasuk memasak air, membu- at susu untuk anaknya, membuat kopi untuk dirinya sendiri. Juga, bapak bocah itu jarang sekali ke luar rumah kalau malam tiba. Tidak seperti dulu ketika istrinya masih ada. Terutama, masih ada di sisinya. Budaya Dan betapa kagetnya bocah itu ketika melihat ba- paknya terbelalak matanya, tubuhnya seperti diran- tai, tidak bisa bergerak sama sekali. Seseorang yang menginjak-injak tubuh bapaknya itu segera pergi. Meskipun ia tahu, bocah itu tidak mungkin bisa melihatnya. wah tawa, mengajak pada kewarasan ketimbang fanatisme menghasilkan sengsara dan permusuhan. Tertawa untuk waras! Karya SH Mintardja "Bapaaaaak!" jerit bocah itu. Tetapi, siapa yang merespons jeritnya? Tidak ada. Rumahnya jauh dari perkampungan. Jauh dari tetangga. Mungkin, mungkin saja, cicak, kecoak, laba-laba, tikus, dan hewan lain-lainnya, sebenarnya merespons. Cuma, bahasa mereka kan tidak sama. Jadi, seolah-olah je- rit itu tidak ada tanggapan sama sekali. Bocah perempuan itu menghambur ke arah ba- paknya. Tangannya mengguncang-guncangkan tubuh lelaki itu. "Bapaaaaak!" jeritnya lagi. Kemudian ia Tertawalah dan Bersabarlah Kita ingin memilih humor-humor bertema makan saja berkaitan dengan pengalaman berpuasa selama Rama- dan. Tema makan tentu teranggap pen- ting dan besar saat orang menahan la- par dan berbagi makanan ke sesama. Kita sengaja ingin mengadakan 'ma- kan tawa cara Gus Mus'. Kita saran- kan membaca cerita-cerita humor ber- tema makan saat pembaca sedang la- par. 1 Cerpen Daruz Armedian Tertawalah agar selalu tetap beri- man, sabar, dan menghibur diri! Kita menikmati lapar dengan tertawa. Alkisah, di depan penjual roti, Joha mencium sedap roti hangat dan air liur menetes. Joha tak berduit, mustahil membeli roti. Ia mendekati si penjual sambil berkata memelas: "Apakah roti- roti ini milikmu?" Jawaban tegas dari penjual: "Ya!" Joha tersinggung dan ge- ram: "Kenapa tidak kamu makan? Bodoh sekali!" Si lapar terlalu ingin roti tapi merasa dihajar akibat pembiaran roti-roti lezat di depan mata pedagang Lapar dan tak berduit turut meng- hasilkan simpulan sembrono: si peda- gang roti itu bodoh. Kita diajak waras dengan melihat fakta ada roti-roti di depan mata tapi terbiarkan alias tak dimakan. Di mata Joha, semua itu buk- ti manusia berlaku bodoh. Roti untuk dimakan, bukan dilihat saja. Kita BUKIT PIMENOPEY ILUSTRASI JOKO SANTOSO HUMOR PUASA DAN RAMADAN Tertawa, Beriman dan Sabar Kini, ketika malam mulai larut, dan mata Patmi sudah semakin ngantuk, ti- ba-tiba seorang lelaki berkumis tebal naik ke atas panggung yang tidak ter- lalu tinggi itu. Tentu saja, lelaki itu pasti ingin menyawer. Sebab, di tangan- nya sudah tergenggam uang yang entah berapa jumlahnya, tidak ada yang tahu. Dan memang benar, lelaki itu me- nyawer. Menyelipkan beberapa uang ke dada Patmi. Patmi, yang ngantuk itu, bersyukur sekali. Sebab, uang yang diselipkan lebih banyak dari biasanya. Tetapi, lama-kelamaan ia menyadari. Ada sesuatu yang aneh, pikirnya. Patmi merasa bahwa senyum lelaki itu mirip de- ngan senyum suaminya. Gaya mengedipkan matanya juga sama, terlebih ketika batuk sambil berdehem, dan terlebih lagi ketika lelaki itu meliukkan tangannya. anggap Joha itu orang waras tapi tetap saja kelaparan. Rasakan! menangis. Ah, bocah kecil tidak akan pernah tahu bahwa menangis tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Di tengah-tengah alunan gamelan, Patmi merasa perlu mendekatkan mulutnya ke telinga lelaki itu untuk melemparkan sebuah pertanyaan: "Siapa kau?" Kita digoda menilik kewarasan diri. Godaan mengadakan pelbagai makanan selama berpuasa membuk- tikan kita belum berlaku sederhana. Segala makanan berpenampilan molek dan menggiurkan sering ada di depan mata. Makanan-makanan itu terlihat di televisi, iklan di koran, poster, media sosial, toko, warung, dan meja di ru- mah. Kita mengaku berpuasa, tapi me- manjakan mata bersantap makanan. Sekian makanan dibeli dengan uang puluhan sampai ratusan ribu. Orang berbuka puasa tak memerlukan santa- pan sekarung atau sekeranjang. Kita saja berlaku ibodohi dengan peman- jaan dan berimajinasi lezat melalui ta- tapan mata. Semua makanan tak sanggup sampai ke mulut dan perut. Kita telah membodohi diri saat berdal- ih lezat tapi abai cukup dan keseder- hanaan. Kita masih waras? Patmi masih terus menari. Tangannya meliuk-liuk mengikuti ira- ma gamelan. Suaranya, kian malam kian melengking, seperti suara anjing yang kesepian. Para lelaki ikut menari, sambil sesekali minum tuak. Tuak yang sudah seperti air biasa. Dan memang, di kota itu, tuak adalah minuman sehari- hari. Lelaki itu tersenyum. Tetapi lama-lama menye- ringai. Giginya bertaring seperti drakula. "Yang jelas aku bukan suamimu." Kata lelaki itu sambil dengan cepat menggigit leher Patmi. Patmi berteriak kesakitan. Darah mengucur. Tak lama kemudian, ruh Patmi terbang sambil berteriak "Aku bebas!". Kemudian menari. Seperti ruh-ruh yang lain menari merayakan kebebasannya. Bebas dari belenggu jasad yang kotor dan jahat. De *) Daruz Armedian, lahir di Tuban. Mahasiswa Filsafat UIN Sunan Kalijaga, alumni kampus fiksi 20. Angkuh dan Bodoh Orang makan mesti berilmu agar terhindar dari angkuh dan bodoh. Kita simak lagi santapan tertawa berjudul Mendapat Ilmu. Cerita lucu agak sesuai kebiasaan orang-orang berbuka dengan bersantap kurma. Alkisah, se- orang lelaki sedang sakit demam keras malah melahap sepiring kurma. Daging kurma masuk mulut dan perut. Biji kurma dikumpulkan di wadah. Seorang sahabat menegur: "Lho, kamu sedang sakit keras. Mengapa kamu nekat memakan sepiring kurma?" Ini adalah malam pertamanya menja- di sinden. Tentu, hal ini ia lakukan karena sebuah dendam. Betapa suaminya menjadi lelaki yang tidak berguna semenjak tahu bahwa dada perempuan lain lebih menggoda. Terutama dada sinden yang menari, meliuk-liuk. SEKAR MIRAH yang mendengar kata-kata itu segera menunduk wajahnya. Pada wajah itu terbersit secercah warna merah. Tetapi tak se- orang pun yang dapat melihatnya. "Marilah kita cari," berkata Ki Tanu Metir ke- mudian, "mumpung belum gelap." "Marilah," jawab Agung Sedayu. Sebagai sinden yang baru di Tuban, Patmi melayani siapa pun yang ikut menari. Terlebih bagi mereka yang kaya raya. Sebab, itu adalah hal paling pen- ting bagi kehidupannya. Kepada Sekar Mirah Ki Tanu Metir berkata, "Kau tinggal di sini sebentar, Nini. Kami akan mencari Angger Wuranta yang terluka itu." Tiba-tiba Sekar Mirah meraih tangan kakaknya sambil berkata, "Kakang Swandaru tetap di sini. Aku takut." Swandaru menarik napas dalam-dalam. Ia ingin ikut serta mencari Wuranta di antara para prajurit Pajang, tetapi ia tidak sampai hati meninggalkan Sekar Mirah sendiri dalam keta- kutan. Apalagi kemudian pringgitan itu menjadi kian suram. Tubuh masih lemas, si sakit menjawab pelan dan kalem: "Begini. Aku memi- liki kambing baru saja melahirkan. Kambing membutuhkan makan biji kurma untuk menghasilkan susu ke anak-anak. Aku makan kurma meski tak suka demi mendapatkan biji-biji untuk aku berikan kepada kambing." Jawaban cerdas tapi licik. Si sahabat mendebat: "Mengapa tak langsung saja kamu berikan kurma itu pada kam- bing, bukan cuma biji kurma?" Si sakit memberi jawaban agak tolol: "Lho, apa itu boleh?" Jawaban tegas dari sahabat: "Boleh! Kenapa tidak?" Si sakit bersua- ra jelas: "Wah, aku baru mengetahui ji- ka kambing boleh makan kurma. Aku jadi mendapat ilmu baru hari ini." Manusia itu rakus. Si sakit menjadi bukti kerakusan tak selesai meski sedang menanggung demam. Kita diejek suka makan berlimpahan dan sembarangan meski sedang menderita sakit atau mengakibatkan sakit. Makan jadi urusan terpenting dalam hidup dan mendalihkan ke pihak lain bakal menerima sisa-sisa makanan. Rakus dan pelit bertemu di diri. Kita dituduh enggan memberi makanan lezat ke pihak lain. Pemberian dalam pengertian sisa masih saja teranggap ibersedekahî. Rakus dan pelit akibat tak berilmu. Pengakuan si sakit mirip tamparan bagi orang-orang berpuasa, tapi rakus dan sengaja pelit pada sesama. Terlalu! e *) Bandung Mawardi, Kuncen Bilik Literasi (Solo). JORD SANGR Dase AKHMAD SEKHU - JAKARTA TUHAN MENGUNDANG KITA DI BERANDA RAMADHAN "KEDAULATAN RAKYAT" HALAMAN 11 Tuhan mengundang kita di beranda Ramadhan Ayo kita bersama-sama segera memenuhi undangan-Nya Jika kita mendekat sejengkal, Tuhan menyongsongnya sehasta Jika kita mendekat sehasta, Tuhan menyongsongnya sedepa Jika kita mendekat berjalan, Tuhan menyongsongnya berlari-lari Di hadapan-Nya, kita sama berkendara rasa lapar dan dahaga Dengan niat tulus ikhlas kita hanya mengharap keridhoan-Nya Di beranda Ramadhan, tak ada kursi, kita harus maklumi Karena kalau ada kursi pasti nanti akan diperebutkan Seperti kursi kekuasaan yang selalu menjadi incaran Orang-orang licik korup yang penuh tipu muslihat Dan selalu berbuat yang menghalalkan segala cara Tuhan, banyak masalah kehidupan yang harus kita bicarakan Di jaman sekarang yang semakin tak karuan semakin sungsang Keadaan jaman yang sering terjadi memutar balik kenyataan Mari, Tuhan, kita dialogkan alternatif penyelesaian terbaik Di antara kita tak ingin ada rasa sungkan ewuh-pakewuh Kita begitu akrab layaknya sahabat yang sangat dekat Persahabatan yang tetap terjalin di dunia sampai akhirat kelak Di beranda Ramadhan, kita semua diperlakukan sama Pria-wanita, tua-muda, kaya-miskin, senang-susah Karena yang membedakan di antara kita adalah Tingkah laku perbuatan dan ketaqwaan kita beribadah Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya Tuhan menyuguhi kami makanan ruhani sejati Yang mengenyangkan kita akan hakekat makanan Paling enak dan sangat lezat bagi jiwa yang papa Semua arah pembicaraan kita di beranda selalu bermuara Pada permohonan maaf kami sebagai manusia biasa Yang selalu tak luput dari khilaf dan kesalahan, betapa Engkaulah, Tuhan Maha Pemaaf dan Maha Penyayang Betapa aku tak berani menatap wajah Tuhan Karena aku selalu merasakan kehadiran-Nya Yang benar nyata ada menyatu dalam diriku Tuhan, kita begitu sangat dekat, bahkan tak berjarak Karena Tuhan memang lebih dekat dari urat leher kita CAKRAWALA Cakrawala terbuka, dunia beraneka wama mekar rasa di dada hingga mengembara aku dalam semesta jiwa meniti tasbih demi tasbih perjalanan mencari masjid di hati nurani Dari jari-jemari kedua tanganku ini, kuhimpun lagi ayat-ayat Tuhan yang terucap, merenda alif-ba-ta imanku terjaga, keyakinan pun semakin dalam masuki batin bening, betapa cakrawala makin terbuka luas terbentang menjadikan pelangi kehidupan Percaya kehidupan sesudah kehidupan, terbaca gamblang dari jendela hati, cakrawala menjelang hadirkan panorama nyata, ayat-ayat Tuhan yang tercipta GELOMBANG RAMADHAN Aku ingin membelah gelisah, bagaikan Musa membelah lautan yang gelombangnya ketakmenentuan dunia meraja di hati, hingga telah terpelanting dan Firiaun pun tenggelam, betapa terlambat kembali pada kebenaran hakiki, hingga kini menjadi pelajaran dalam arus zaman ini hempasannya lebih deras melindas kehidupan kita Terhadap tanda-tanda zaman yang tertangkap yang belum terlambat, betapa segalanya mesti disadari lebih dini untuk dimengerti karena hanya memperturutkan nafsu diri menyeret kita dalam arus yang menenggelamkan Ada kecipak makna yang tersirat meniti aku pada buih-buih tasbih terangkum dalam gelombang ramadhan yang mengangkat harkat kehidupan kita KESUNYIAN DZIKIR YANG MENGALIR Ada yang telanjur kuucapkan, sebelum sempat kusiapkan segala kata yang nanti akan berubah dalam pemahamanmu, tentang praduga yang gersang sementara kesunyian dzikir terus mengalir setiap kali kesempatan, ingin menyentuh dari dasar kesadaranmu yang jauh, hingga selalu menjadi prasangka yang baik Pada semua yang akan tiba, kuterima dengan pasrah keluasan cakrawala membuka dada yang lapang siap tertabur dari semua yang ada, atas kuasa Tuhan alam semesta, tapi kesunyian dzikir tak mungkin dipungkiri, mengalir sendiri segala pengharapan pada kemurahan-Nya hingga tergelar kebenaran yang nyata Sampai batas mana, aku berada dalam genggam penghayatan, peran yang kau mainkan ini ingin menjadi aktor terbaik berbagai versi alternatif yang kuharapkan dan biarlah kesunyian dzikir dihayati mengalir muara yang sama dalam satu tujuan kedamaian bagi dirimu, jiwa yang tentram akan mencari sendiri. Mungkin aku akan dapat minta tolong kepada para prajurit Pajang." *) Akhmad Sekhu, lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Mantan Ketua Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Univ. Widya Mataram Yogyakarta, ini tinggal di Jakarta Buku puisinya; Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000), Puisi yang Tak Selesai Dibisikkan (manuskrip, siap terbit). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diter- bitkan Grasindo. De "Kalau begitu," desis Ki Tanu Metir, "biarlah "Wuranta tidak ada di antara kalian?" bertanya kalian tetap di sini mengawani Sekar Mirah. Aku anak muda itu. Agung Sedayu menjadi ragu-ragu. Namun Ki Tanu Metir menyambung, "Tinggallah di sini. Mungkin ada sesuatu yang kalian dapat melakukannya. Sebab Nini Sekar Mirah tidak be- rani tinggal sendiri di tempat yang lembab dan asing ini," Perlahan-lahan Agung Sedayu menjawab, "Silahkan, Kiai." "Nah tinggallah di sini sampai aku kembali. Jangan pergi ke mana pun juga supaya aku tidak harus bergantian mencari kalian sesudah aku menemukan Angger Wuranta." "Baik, Kiai," jawab mereka hampir bersamaan. Ki Tanu Metir itu pun kemudian pergi meninggalkan pringgitan itu. Di luar ia bertemu dengan Untara, dan mengatakan maksudnya. "Wuranta tidak ada di antara kalian?" bertanya anak muda itu. "Tidak, Ngger," sahut Ki Tanu Metir. (Bersambung)-e 4cm Color Rendition Chart