Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Kedaulatan Rakyat
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-07-24
Halaman: 24

Konten


Color Rendition Chart 4cm SENIN KLIWON, 24 JULI 2017 (30 SAWAL 1950) Potensi meningkatnya perfilman di Yogya tidak bisa diabaikan. Sebab Yogya memiliki sumber daya manusia film yang terbilang beragam. Namun sarana Diakui Masyarakat Film Dunia Yogya Kota 'Filmmaker' dan prasarana perfilman di Yogya masih perlu ditingkatkan Laporan Febriyanto KONDISI perfilman di Yogya saat ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan kecenderungannya terus meningkat untuk masa-masa mendatang. Melihat realita ini, semestinya jika optimisme tetap digenggam, karena bukan tidak mungkin dunia perfilman Yogya akan mampu bicara banyak di tingkat nasional, bahkan internasional. "Potensi meningkatnya perfilman di Yogya tidak bisa diabaikan. Sebab Yogya memiliki sumber daya manusia (SDM) film yang terbilang beragam. Di Yogya terdapat pekerja film profesional, pelajar/mahasiswa film, seniman (film sebagai karya seni), animator film hingga orang-orang yang mengkhususkan diri di bidang pemutaran film (di luar bioskop), kajian film, distribusi film, festival film, persewaan alat syuting, talent agency dan lainnya. Semua itu ada di Yogya," jelas Senoaji Julius, sutradara, penulis dan produser film. Namun demikian Julius menyebut, harus diakui sarana dan prasarana perfilman di Yogya masih perlu ditingkatkan, baik peningkatan kualitas maupun kuantitas peralatan syuting dan editing. Tempat alternatif menonton film selain bioskop dan TV juga masih sangat diperlukan. Adanya regulasi atau peraturan daerah Butuh alat sederhana untuk membuat film. Liputan Khusus yang melindungi dan mendorong produksi film di Yogya juga mendesak dibutuhkan. "Beruntung Pemda DIY melalui Seksi Film Dinas Kebudayaan DIY sangat aktif dalam mendampingi dan mendorong filmmaker (pembuat film) di Yogya. Pemerintah daerah sudah berperan dengan sangat baik. Semoga hal tersebut terus dipertahankan dan ditingkatkan," lanjut Direktur Hompympaa Artworks ini. Selain itu ditambahkan pengajar di Jogja Film Academy ini, karya-karya filmmaker Yogya juga sudah sangat banyak dan variatif formatnya. Mulai film fiksi pendek, film fiksi panjang (untuk bioskop), film televisi, film dokumenter, film animasi, film webseries (untuk media internet). Untuk genrenya tidak hanya berkutat pada drama, komedi atau horor. Film action dan science fiction pun ada di Yogya. "Distribusi film-film Yogya tidak hanya di satu platform. Ini yang menarik. Misal sejumlah film Yogya yang diputar melalui sirkuit festival tertentu, baik yang bersifat kompetisi maupun tidak, tetap didistribusikan secara komersiil di bioskop. Kemudian film-film tersebut masih didistribusikan kembali melalui ruang-ruang tonton alternatif dan ruang diskusi di berbagai klub film di Yogya," jelas Senoaji. Menurutnya, kurun waktu lima tahun terakhir film-film Yogya SETIDAKNYA tercatat sejak tahun 2015, perkembangan dunia perfilman di Yogya terus menunjukkan grafik peningkatan. Hal tersebut sejalan dengan kucuran dana keistimewaan (danais) yang terus digelontorkan untuk mensubsidi filmmaker Yogya melalui ajang kompetisi. "Kami berharap stimulan tersebut mampu menggairahkan filmmaker Yogya untuk terus memproduksi film berkualitas. Sebab dengan kompetisi tentu mereka akan bersaing Y Proses produksi film dari filmmaker Yogya. mendapat pengakuan dan penghargaan dari berbagai kompetisi maupun festival film di luar Indonesia. Filmmaker Yogya patut dibanggakan karena di bidang film, Yogya dikenal sebagai kota filmmaker oleh masyarakat film dunia. Industri film Jakarta pun sangat kerap melibatkan filmmaker Yogya dalam produksi beberapa tahun terakhir. "Film-film Yogya sangat kental dengan semangat penciptaannya sebagai karya. Pengaruh komersialisasi terhadap film sangat terbatas dalam segi promosi dan tidak merusak estetika filmnya. Ini ciri yang dimiliki film-film Yogya," paparnya. Meski begitu, menurut Senoaji, tidak semua pihak bisa sejalan dengan ciri tersebut. Televisi misalnya, media yang sarat dengan komersialisasi kurang diminati oleh filmmaker Yogya sebagai media distribusi film mereka. "Perfilman di Yogya lahir dan tumbuh secara alamiah. Hingga saat ini, telah memiliki bentuknya, berbeda dari industri film Jakarta. Perfilman Yogya diharapkan menjadi industri film yang berbeda. Namun untuk mewujudkan harapan tersebut, perfilman Yogya perlu konsistensi, sustainable dan terintegrasi dengan pemerintah, masyarakat dan bidang seni lainnya," sebut Senoaji. Terpisah, Ketua Paguyuban Film Maker Yogyakarta, Bambang 'Ipoenk' KM menjelaskan, kondisi Dijelaskan Eka, ternyata keberadaan kompetisi film ini memiliki dampak yang signifikan. Terbukti, cukup banyak film-film, khususnya film pendek berkualitas yang dihasilkan. Pembiayaan yang dikucurkan tidak sia-sia, karena cukup banyak di antara karya- karya tersebut yang mendapat apresiasi positif di dalam dan luar negeri. perfilman di Yogya saat ini sudah sangat maju. Terbukti dengan produksi mandiri sudah semakin bagus kualitasnya. Terlebih pemerintah lewat beberapa founding sangat mendukung. "Misalnya setiap tahun ada kompetisi yang diadakan Dinas Kebudayaan DIY. Selain itu festival film semakin banyak diadakan oleh dunia kampus maupun luar kampus, seperti JAFF, FFD dan lainnya. Masih ada lagi festival film yang didukung pemerintah," ucap Ipoenk. Sementara bicara soal ketersediaan SDM di bidang perfilman, menurut Ipoenk, sudah sangat berkembang. Hal itu dibuktikan dengan makin banyaknya insan kreatif film Yogya yang sudah merambah dunia industri. Dukungan pemerintah juga semakin terbuka. Seperti ditunjukkan lewat beberapa dinas terkait di masing-masing kabupaten/kota hingga provinsi. "Kendati sarana dan prasarana masih ada beberapa equipment yang harus didatangkan dari Jakarta. Tapi sudah terbukti banyak film produksi filmmaker Yogya menang di festival di tingkat lokal, nasional dan internasional. Untuk industri, banyak yang sudah menjadi crew utama dan memegang peranan penting di film-film layar lebar industri perfilman," jelasnya. Ipoenk juga mengungkapkan, untuk saat ini produksi yang dihasilkan masih banyak bertujuan Pemerintah, dalam hal ini Pemda DIY, menurut Eka, memiliki peran sebagai "KEDAULATAN RAKYAT" HALAMAN 16 Perlu Dibentuk Komisi Film Daerah menghasilkan karya terbaik," tutur Kepala Seksi Perfilman Dinas Kebudayaan DIY Sri Eka Kusumaningayu. "Bukti paling menonjol, perfilman Indonesia memberi apresiasi tinggi pada Pemda DIY. Hal tersebut diwujudkan dengan pemberian penghargaan pada Pemda DIY sebagai Pemda terbaik dalam memberikan dukungan bagi perkembangan film di Indonesia dalam ajang Anugerah Film Indonesia (AFI) dua tahun berturut-turut," tegas Eka. th KR-Febriyanto KR-Febriyanto ke ajang festival. Namun begitu tidak sedikit yang mulai bergerak untuk industri. Soal kendala, Ipoenk menyebut persoalan klasik soal pendanaan yang masih terpusat di ibukota. Belum banyak investor yang membuka pendanaan langsung ke daerah, seperti halnya Yogya. Selain itu juga sedikitnya tempat pemutaran film alternatif yang reguler. "Belum banyak, bahkan belum ada badan/komunitas yang konsentrasi pada distribusi atau usaha-usaha untuk membidangi film setelah selesai diproduksi," tukas Ipoenk. Film karya insan perfilman Yogya juga diterima luas. Terbukti banyak festival baik di dalam maupun luar negeri berkenan memutar film yang diproduksi filmmaker Yogya. Bahkan tidak sedikit dari karya-karya tersebut yang menjadi jawara. "Cuma untuk ukuran industri masih merangkak mencari penonton. Harapannya ekosistem film di Yogya semakin lengkap tersedia dari pra produksi, produksi hingga pasca distribusi sekaligus juga dengan jalur distribusinya, sehingga dengan hal tersebut lubang-lubang kebutuhan film bisa tertutup," urai Ipoenk. -o fasilitator dalam perkembangan dunia perfilman, sehingga perannya tidak hanya dalam hal produksi, tapi juga distribusi film- film tersebut, seperti dalam kegiatan nonton bareng di desa maupun di sekolah-sekolah. "Kami juga terus memberi support untuk klub-klub film agar terus berkreasi dan berkarya. Salah satu langkah dengan menggelar workshop, sehingga perfilman di Yogya makin hidup," ucapnya. Dengan alokasi dana mencapai Rp 4,6 miliar, Eka berharap dapat dimanfaatkan untuk makin menggelorakan perfilman di Yogya. Hanya saja dengan dana tersebut Disbud DIY tidak akan mengarahkan pada visi misi komersiil. Sebab tujuan yang ingin diraih yakni mensejahterakan dan menambah pengetahuan masyarakat agar makin pintar, khususnya di dunia perfilman. "Sudah banyak film-film karya filmmaker Yogya yang menang di banyak ajang bergengsi di luar negeri. Hanya saja kadang tidak terpublikasi ke masyarakat. Penghargaan yang diraih juga tidak sedikit melalui karya-karya berkualitas tersebut," imbuhnya. Eka menegaskan perlunya dibentuk Komisi Film Daerah yang diharapkan mampu memberikan akses penuh untuk tiap produksi film. Pasalnya, menurut Eka, selama ini tiap perizinan produksi film selalu diputuskan melalui pusat. Sedang di daerah hanya menerima pemberitahuan. "Kalaupun ada, selama ini masih sektoral. Karena itu perlu kebersamaan untuk menyikapi hal ini. Butuh peraturan yang jelas untuk rencana pembentukan komisi ini. Butuh keseriusan semua pihak yang pada akhirnya akan memajukan daerah melalui bidang perfilman sebagai salah satu potensi industri kreatif di masa depan," tegasnya.-o לכש