Tipe: Koran
Tanggal: 2017-09-17
Halaman: 20
Konten
2cm MINGGU KLIWON, 17 SEPTEMBER 2017 (26 BESAR 1950) ● Empat Jam Menikmati Pesona Kyoto PANAS menyengat. Orang-orang berjalan dengan mengembangkan payung. Romantisme Kyoto tetap ada, meski tanpa Bunga Sakura. Kota penyimpan 'harta domestik' Jepang yang juga dikenal sebagai kota 1.001 kuil ini, tetap menyimpan pesona tersendiri. Tanpa bandara internasional, kota dengan 17 situs yang diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO ini tidak pernah sepi pengunjung. Karena bukan hal yang sulit melakukan perjalanan di Jepang yang angkutan umumnya sangat ramah. Tim Sinau Pemberdayaan MPM PP Muhammadiyah dari Osaka Stasion menuju Kyoto dengan Japan Rail (JR) hanya sekitar satu jam perjalanan dan tiket 410 Yen (sekitar Rp 50.000). Sementara jika dari Tokyo bisa menggunakan Nozomi Shinkansen sekitar dua setengah jam dengan biaya sekitar 14.000 Yen atau sekitar Rp 1,6 juta untuk sekali jalan. Sedang dari bandara domestik Itami Airport dekat Osaka, bisa dilalui menggunakan bus limusin. Bagi pecinta heritage, sister city Yogyakarta ini menyimpan banyak 'pusaka' yang penuh pesona. Mulai bangunan hunian, pasar berusia lebih dari seabad hingga kuliner serta tradisi kulinernya yang masih terjaga, juga penggunaan dan pengelolaannya luar biasa. Sejatinya, bekas ibukota Jepang hingga 1868 yang kini lebih dikenal sebagai Kyoto Prefecture Ryokan tak akan cukup untuk dijelajahi dalam seminggu. Namun sejak 2015, Perusahaan Bus Keihan dan Myojo memperkenalkan Kyoto 'Sky Bus dengan memperkenalkan situs-situs utama Kyoto. Dengan tiket 5.700 Gerbang Sanmon. WISATA Yen (sekitar Rp 700.000) per orang- - kalau rombongan minimal delapan orang menjadi 5.260 Yen (sekitar 640.000)- wisatawan akan diajak berkeliling (sightseeing bus tour) sekitar empat jam. "Empat jam melihat pesona Kyoto. Semacam pengenalan situs di sini. Kami berharap dengan melihat sekilas mengulang tersendiri ke situs-situs yang dilewati tadi, sehingga bisa datang lagi atau lebih lama berada di Kyoto," ujar bus guide, Miyana. Paviliun Emas Di atas bus, Miyana tidak berhenti bicara memberikan penjelasan dalam Bahasa Jepang. Padahal waktu itu, lebih dari separo wisatawan bukanlah pengguna Bahasa Jepang. Namun sebelum naik, penumpang sudah diberi earphone serta penjelasan untuk Bahasa Inggris gunakan channel 2. Channel lain adalah untuk Bahasa China dan Korea. Hanya saja penjelasan dalam Bahasa Inggris tidak sepenuhnya berisi paparan karena juga diselingi musik tradisional Jepang. Keindahan Kuil Kinkakuji yang mempesona. Meski memiliki banyak sekali kuil, dalam perjalanan empat jam ini bus hanya akan berhenti di dua Sepenggal jalan di Distrik Gion dengan berderet tempat minum teh. Suasana di pelataran bawah Kuil Kiyomuzudera. lokasi wisata paling popular di Kyoto yaitu Kuil Kinkakuji dan Kuil Kiyomizudera, meski melewati beberapa tempat terkenal seperti Kuil Nishi Honganji, Kastil Nijo-jo dan Kuil Kitano-Tenmangu sebelum berhenti di Kuil Kinkakuji. "Di sini kita hanya berhenti 40 menit. Nanti 11.25 kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan," seru Miyana sembari menunjukkan angka 11.25. Kuil Kinkakuji atau Paviliun Kuil Emas adalah salah satu ikon Kyoto, yang sangat popular dan sangat ramai dikunjungi wisatawan. Kuil yang dibangun Yoshimitsu Ashikaga ini lokasinya di pinggir danau sehingga pengunjung tidak bisa memasuki kuil yang dibangun tiga lantai, di mana dua dinding dan lantainya dilapisi kertas emas. Pengunjung membayar 400 Yen tetapi tidak ada seorang pun guide yang akan mendampingi. Bahkan guide Kyoto Sky Bus pun hanya menunjukkan jalan masuk tidak ikut mendampingi. Perjalanan yang cukup memakan waktu karena penuh pengunjung membuat waktu 40 menit seakan tidak cukup, sehingga kios-kios suvenir di dalam area pintu keluar kuil menjadi dilewatkan begitu saja, jika tidak ingin ditinggal bus. Apalagi dalam realita, tepat 11.25 bus berangkat tanpa menggunakan pengumuman lagi. Bahkan Miyana pun tampaknya tidak mempertanyakan apakah semua sudah duduk di kursi masing-masing. Kiyomuzudera Bus langsung tancap lagi menuju tempat popular lain, Kuil Kiyomizudera di Timur Kota Kyoto. Beberapa tempat menarik dalam perjalanan di antara Taman Istana Kekaisaran, Kuil Chion-in dengan gerbang terbesar di Jepang, Gerbang Sanmon. Kemudian bus memasuki Distrik Gion yang terdapat berderet tempat minum teh, ochaya dan para tamu akan dihibur maiko dan geiko, perempuan penghibur dengan keahlian seni dan tari tradisional. Menurut Miyana, di Gion, geisha tidak berkenan disebut demikian dan diganti dengan geiko dan maiko (magang geiko). Kuil Kiyomizudera yang berarti kuil air suci ini dikenal sebagai bangunan tanpa paku yang IALAIKALL dibangun tahun 1633. Di kawasan ini, pengguna sky bus diberi waktu satu jam untuk melihat-lihat kuil yang berada di atas bukit. Jalanan menanjak, tidak terlalu lebar dan kiri kanan dipenuhi kios suvenir membuat perjalanan terasa meletihkan. Yang menarik, dalam perjalanan ini banyak sekali wisatawan berjalan dengan mengenakan kimono yang persewaannya terdapat di sepanjang jalan tersebut. "Di sini selalu ramai manusia. Setiap saat dan dari pagi hingga sore," terang Miyana yang mengantar sampai kaki tangga kuil. Sayangnya, "KEDAULATAN RAKYAT" HALAMAN 20 2 di kuil yang indah tersebut sebagian tempat sedang direhab, sehingga tempat yang indah tersebut tertutup dengan terpal-terpal yang tentu saja cukup mengganggu keindahan pemandangan dan bangunan. Tentu Kyoto bukan sekadar itu. Beberapa tempat dikunjungi tersendiri tanpa harus mengikuti program sightseeing. Selama memahami lokasi dan rute Japan Rail (JR) atau bus, kunjungan menjadi mudah. Hanya memang harus siap-siap jalan kaki dan naik turun tangga stasiun. (Tulisan dan Foto: Fadmi Sustiwi)-e Salah satu sisi di dalam Kuil Kiyomuzudera. Grafis: Arko 4cm Color Rendition Chart
