Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Kedaulatan Rakyat
Tipe: Koran
Tanggal: 2021-01-02
Halaman: 13

Konten


SABTU PON, 2 JANUARI 2021 (18 JUMADILAWAL 1954) ARISAN W pusaka budaya memang indah untuk dinikmati. Bila anda, penggemar wisata heritage, cobalah singgah ke Kampung Djowo Sekatul yang berlokasi di Desa Margosari, Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Masuk ke lokasi obyek wisata, serasa masuk lingkungan kraton. Pintu gerbang kerajaan, menyambut pengunjung. Bangunan kuno berupa rumah joglo ada didalamnya. MENGUNJUNGI RUMAH JOGLO SARIDIN Wisata Heritage Kampoeng Djowo Sekatul Semuanya memiliki cerita dan merupakan peninggalan sejarah dari berbagai daerah di Jawa. Salah satunya adalah Rumah Joglo Saridin, yang juga merupakan bangunan utama dari Kampung Djawa Sekatul. Rumah Tokoh Humas Kampoeng Djowo Sekatul, Elly Rusmilawati, mengatakan, seluruh isi didalam obyek wisata memang sengaja di datangkan untuk menjadi sebuah daya tarik. Rumah joglo Saridin tersebut, didapatkan Kampoeng Djowo Sekatul dari salah satu ahli waris Saridin. Dalam sejarah, nama Saridin atau Syekh Jangkung atau begitu dikenal oleh masyarakat Pati dan daerah lainnya di Pantura Timur Jawa Tengah. Saridin menjadi tokoh yang saat ini melegenda, karena kesaktiannya. Meskipun sudah ada ratusan tahun sebelumnya, namun siapa sangka ternyata masih ada jejak atau peninggalan Saridin yang masih bisa kita lihat sekarang. Yaitu sebuah rumah Joglo, atau arsitektur tradisional khas Jawa Tengah. Makanan ringan yang se- dap dinikmati di tempat dan bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh tentu memiliki kekhasan tersendiri, sehing- ga setiap wisatawan akan merasa getun jika tak menci- cipi makanan ringan khas satu daerah. Terlebih lagi jika sampai di rumah ditanya ke- luarga, bawa oleh-oleh apa. Situasi seperti itulah yang menjadi salah satu penye- bab wisatawan selalu men- cari makanan khas daerah tertentu. Sampai saat ini, rumah joglo tersebut masih terawat dengan baik di Kampoeng Djowo Sekatul, Desa Margosari, Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal ini. Pengelola wisata memberi nama Joglo Saridin. Jika kita berkunjung dan melihat dari dekat Joglo Saridin, maka akan dijumpai teras pendopo Rumah Joglo Saridin yang berlantaikan batu alam berwarna abu-abu dan terpasang beberapa meja kursi kayu kuno. Rumah Joglo Saridin merupakan rumah milik Retno Jenoli, kakak dari Sultan Agung Anyokrokusumo, yang menjadi istri Syekh Jangkung atau Saridin. Menurut Elly, selain Joglo Saridin, ada enam joglo besar serupa dengan jejak sejarahnya Pintu gerbang menyambut tamu. 2012 Marke tiver www Salah satu makanan rin- gan yang kini menjadi favorit wisatawan yang datang Am- barawa adalah srabi Ngam- pin. Makanan ini menjadi salah satu favorit bagi pelan- cong yang melintas di Jalan Raya Ambawara-Magelang, dari tepung beras dengan SE WISATA RAGAM Srabi Ngampin, Tujuan Kuliner di Tengah Pandemi bumbu gurihnya dimasak tanpa minyak menggunakan anglo dan wajan dari tanah li- at dengan sumber api dari kayu bakar. Sehingga rasanya gurih dan lezat. SETIAP daerah pasti me- miliki makanan khas, yang penyebutannya selalu mele- kat antara daerah dan ma- kanan tersebut. Tidak meng- herankan jika dikaitkan de- ngan urusan wisata, bisa di- pastikan para wisatawan akan mencari oleh-oleh se- bagai penanda. Sebut saja, Enting-enting Salatiga, Lum- pia Semarang, Jenang Ku- dus, Gethuk Magelang, Tape Ketan Muntilan, atau Geplak Bantul, dan Bakpia Patuk (Yogya). Kecamatan Ambarawa, Ka- bupaten Semarang. Hilir mu- dik kendaraan roda dua mau- pun empat yang tiba-tiba berhenti sekadar untuk mem- beli srabi Ngampin di Jalan Raya Ambarawa-Magelang, terkadang menyebabkan arus lalu lintas agar tergang- gu. Mereka berhenti untuk keperluan membeli oleh-oleh, yakni srabi Ngampin. Meski di tengah pandemi Covid-19, kawasan Ngam- pin, Ambarawa ini tak pernah sepi dari pengunjung yang melintas dari arah Semarang maupun dari arah Yogyakar- ta. Kondisi itu secara otoma- tis menjadikan sepanjang jalan dipenuhi pedagang sra- bi Ngampin, yang sehari-hari berusaha mengais rezeki dari para wisatawan. Jika memasaknya meng- gunakan kompor gas, bisa dipastikan rasanya akan berbeda dan mengurangi ciri khas yang bertahun-tahun telah menjadi 'cap' tersendiri bagi srabi Ngampin. Karena itulah, para pedagang srabi Ngampin tetap memperta- hankan kayu bakar dengan tujuan mempertahankan cita rasa khas. "Ketika hari Sabtu dan Minggu ramai sekali, cepat habis dagangan srabi ini," tutur Sri Parwati (37) se- orang pedagang srabi Ngampin, Ambarawa, Kabu- paten Semarang kepada KR, Minggu (27/12). Dengan kocek Rp 100.000 mereka bisa menikmati srabi Ngampin yang lezat bersama keluarga beranggotakan 10 orang. Satu porsi Srabi Ngampin ini hanya dibandrol dengan harga murah meriah, Rp 6.000/mangkok dengan isi 6 Srabi berbagai rasa, mu- lai rasa gula Jawa hingga rasa pandan. Para pedagang srabi ini mulai buka lapak se- kitar pukul 10.00 hingga petang hari atau sampai da- gangan habis. Adonan srabi Sri Parwati menuturkan dirinya berjualan srabi ini su- dah beberapa waktu dan menempati lapak yang diberi nomor lapak oleh Pemerin- tah Desa Ngampin, Keca- matan Ambarawa. Puluhan lapak dagang srabi berjajar di sepanjang jalan Ngampin, Ambarawa menambah asyiknya jalur bersejarah Ambarawa-Magelang. "Ba- nyak dari luar kota mampir ke Ngampin ini, tetapi sejak wabah korona sedikit berku- rang. Tetapi namanya rezeki ada saja yang datang," kata Sri Parwati. KR-Edy Susanto Salah seorang pedagang Srabi, Ngampin, Ambarawa Kabupaten Semarang. Joglo cantik yang asri. masing-masing. Pengunjung bisa melihat rumah-rumah joglo besar tersebut berikut isinya yang antik. Mulai dari pernak- pernik, hiasan, ornamen, ukiran, hingga furnitur khas Jawa klasik yang masih terawat rapi. Tak hanya enam joglo besar, tempat wisata yang dibangun pada tahun 1998 1354 Auliya VM (19) warga Sa- latiga yang ditemui di lokasi mengungkapkan dirinya se- ring mengunjungi lokasi srabi Ngampin, karena memang enak dan rasanya lezat dan bahannya alami. "Selama pandemi Covid-19 saya agak berkurang jajan ke sini. Rasa- nya lezat, saat ini kebetulan pandemi, protokol kesehatan harus ketat. Cari yang sepi la- paknya biar makan nyaman," katanya. (Edi Susanto) dengan luas lahan mencapai 12 hektar ini, juga dilengkapi dengan 25 joglo-joglo kecil lainnya. Bisa Disewa Dikatakan Elly Kampung Djawa Sekatul terutama di Joglo Saridin saat ini sudah ditetapkan sebagai Keraton Kawitan Amarta Bumi. "Semua 257 Salahsatu suduh yang menarik Sardin- parhaa DARI PAMAN KE ISTANA PRESE TESMAN toll NAMA YUSMAN SSn tentu tidak bisa dipisahkan dari hiruk pikuk seni patung di Indonesia. Setelah eranya Edhi Sunarso, Kasman Ks, Sarpomo, dan Sumartono (para maestro seni patung Indonesia) 'meredup', Yusman tampil sebagai gene- rasi penerus. Bagi Yusman, nama-nama itu merupakan 'guru' sekaligus pembuka jalan bagi dirinya menapaki dunia seni patung. Meski sebenar- nya, pada awal kehadirannya di Yogya tahun 1985 dari Desa Sukamenanti, Pasaman, Su- matera Barat bukan untuk menjadi pematung, melainkan sebagai pelukis. KR-Haryadi Yusman dengan modeling patung maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Setelah tamat Jurusan Seni Dekorasi SMSR Negeri Pa- dang (1985), Yusman mene- guhkan tekad meneruskan pendidikan di Institut Seni In- donesia (ISI) Yogyakarta yang pada masa itu masih bernama STSRI ASRI Yogyakarta. Ke- inginannya masuk Jurusan Seni Lukis tidak kesampaian, justru dirinya diterima di Jurus- an Seni Patung. "Itulah, manu- sia berkehendak tetapi Tuhan- lah yang menentukan," ucap Yusman kepada KR, Rabu (30/12) di Studi Patung Yus- man sekaligus kediamannya, Jalan NurAhmad No 53 RT 02 Dukuh V Tegal Senggotan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. Yusman bertutur, sejak masih mahasiswa dirinya se- joglo yang ada, bisa di sewakan sebagai tempat resepsi pernikahan dan juga seminar, kecuali Joglo Saridin," kata Elly. Dalam kegiatan kraton Kawitan Amarta Bumi, beberapa kegiatan juga digelar diantarainya grebek kupat dan juga memperingati satu syuro. Disaat pagelaran, masyarakat SEJENAK SINGGAH DI STUDIO PATUNG YUSMAN Mencatat Sejarah dengan Beragam Patung HUAWAL ring membantu para senior- nya (Edhi Sunarso, Saptoto, Sarpomo, Sumartono, Suwar- di, dan Kasman Ks) Penga- laman berharga bersama se- niornya itulah yang mengan- tarkan dirinya menjadi salah seorang seniman patung terkenal yang banyak menger- jakan monumen-monumen perjuangan bangsa yang ter- sebar di seluruh tanah air. Mi- natnya yang tinggi terhadap sejarah kepahlawanan bang- sa Indonesia menjadikan Yus- man akrab dengan berbagai monumen perjuangan di ta- nah air. Sejak karya monumental pertamanya, 'Monumen Man- dala Pembebasan Irian Barat' (1995) di Makassar diresmi- kan Presiden Soeharto, bertu- rut-turut menyusul karya lain- nya yang diresmikan Wapres Hamzah Haz (2001), Presiden Megawati Soekarnoputri (2002), Presiden Susilo Bam- bang Yudhoyono (2008, 2009, 2012, 2013, dan 2014). Tak hanya itu, Yusman juga mene- rima penghargaan Rekor MURI pertama, yang diper- oleh tahun 2010 atas pem- buatan 'Relief Monumen Pa- nglima Besar Soedirman Ter- panjang' di Pacitan (Jatim), Rekor MURI kedua (Februari 2014) atas 'Prakarsa dan Pembuatan Patung Berkelom- pok Terbesar' pada Monumen sekitar dan juga pengunjung terlibat. Selain itu juga merupakan tempat belajar sejarah Jawa, sehingga banyak komunitas ingin mempelajari lebih dalam karena hampir semuanya ada disini. Salah satu pengunjung yang juga mahasiswa jurusan desain grafis di salah satu perguruan tinggi di Kendal, Siti Nur Imas, mengaku kagum. Bangunan Jawa kuno yang ada di Kampung Djowo Sekatul, mengispirasi dalam setiap tugas desain dari dosennya. Bahkan dirinya mengaku menggunakan obyek wisata ini, sebagai salah satu Tugas Akhir yang saat ini sedang dikerjakannya. "Saya kagum dengan banyaknya bangunan kuno yang membuat kita mengetahui sejarah masa lalu, rumah joglo yang merupakan peninggalan ini, membuat saya terinspirasi membuat berbagai desain,"ujar Siti. (Ung) Perjuangan Mempertahankan NKRI di Mabes TNI Cilang- kap. "KEDAULATAN RAKYAT" Tahun 2014 Yusman men- dapat kepercayaan mengerja- kan 'Patung Enam Presiden RI' (Soekarno, Soeharto, Ha- bibie, Gus Dur, Megawati Soe- karnoputri, dan Susilo Bam- bang Yudhoyono) yang dipa- jang di Museum Kepresiden- an Balai Kirti, Istana Kepre- sidenan Bogor. Patung berba- han perunggu tersebut dikerja- kan di studionya bersama se- kitar 20 'karyawan' seni dan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 18 Oktober 2014. HALAMAN 13 Bagi Yusman, bisa me- nyelesaikan enam patung Presiden RI tersebut sangat melegakan, karena dirinya harus memeras tenaga dan pikiran agar patung-patung yang dibuatnya benar-be- nar menyerupai sosok yang sesungguhnya. "Jika orang lain sekadar mengetahui dan menikmati hasilnya, saya mewujudkan semua itu melalui proses panjang," ujar Yusman, yang memiliki hobi olahraga bulutangkis. Sebagai seniman patung yang cukup kesohor, tidak menjadikan Yusman kemu- dian jumawa melainkan jus- tru rendah hati, tidak pernah berniat menyombongkan diri. Anak kedelapan dari sem- bilan bersaudara pasangan HA Menan-Hj Salamah, Grafis: Arko Yusman lahir 12 November 1964 selalu diajarkan untuk bekerja keras dan menjun- jung tinggi keteladanan hidup. Yusman juga diajari harus menjunjung dan meng- hargai pepatah 'Di mana bu- mi dipijak, di situ langit dijun- jung'. Sehingga bagi Yusman, Yogyakarta tak ubahnya se- bagai kota kedua setelah tanah Minangkabau. Suami dari Murtri Yuni Ar- nawati dan ayah dari Rizki Nanda Yusman, Santara Deva Yusman, Wahyu Intan Pumama Tri Ambarwati, dan Salma Reno Bunsu Yusman, bertekad untuk mengabadi- kan sejarah perjuangan bangsa Indonesia ke dalam seni patung. Tak menghe- rankan jika sampai saat ini institusi militer (TNI) selalu menggeret dirinya ketika hen- dak membuat museum-mu- seum sebagai penanda dhar- ma bakti TNI kepada bangsa dan negara. Tanpa bersedia menyebut nama, Yusman mengaku se- lalu berkomunikasi dengan petinggi-petinggi TNI berkait- an dengan rencana pendirian Museum TNI di beberapa wilayah di Indonesia. Meski berkutat pada disiplin ilmu seni (patung) mau tidak mau Yusman harus juga mem- pelajari sejarah. "Belajar se- jarah itu merupakan salah satu bagian belajar mengenai peradaban manusia," tutur Yusman. (Haryadi) KR-Haryadi Patung Ir Soekarno dan Pangsar Jenderal Soedirman di salah satu ruangan Studio Patung Yusman.