Tipe: Koran
Tanggal: 2021-01-08
Halaman: 12
Konten
JUMAT WAGE, 8 JANUARI 2021 (24 JUMADILAWAL 1954) Menghikmat Waktu (Refleksi Menuju 2021) SETIAP kebudayaan, agama, dan filsafat menaruh perhatian besar kepada waktu. Dalam masyarakat Eropa terdapat semboyan 'Time is money', yang menunjukkan bahwa waktu harus dimanfaatkan untuk kesuksesan, keberuntungan, kehor- matan, dan kekayaan. Bangsa dan budaya Arab memiliki falsafah ten- tang waktu sebagai al waqtu kash shoif, yang artinya 'waktu adalah pedang'. Falsafah tersebut meng- isyaratkan bahwa kalau pandai me- manfaatkan waktu maka manusia akan meraih kebahagiaan, namun jika teledor tak bisa memanfaatkan waktu, maka justru manusia akan tergilas oleh waktu. Tradisi Hindu Hindia menyebut waktu sebagai proses Trikona (Upatti, Sthiti, Pralaya) yang berlangsung terus-menerus yang harus dimanfaatkan untuk men- jalankan dan menunaikan dharma. Dalam kitab 'Satyayuga' disebutkan bahwa untuk mencapai nirwana manusia harus memanfaatkan wak- tu untuk melakukan Yuga Dharma atau melaksanakan kebajikan-keba- jikan kepada sesamanya. Demikian juga dalam tradisi dan kultur Jawa, waktu mendapat tem- pat yang istimewa dalam kehidupan manusia Jawa. Hal ini bisa dilihat dari simbol-simbol yang menandai jangka waktu yang ditempuh manu- sia Jawa sejak dalam kandungan hingga kematian, seperti tradisi tingkeban, selapan, sepasaran, te- dhak siten, midodareni, pitung di- nan, patang puluh dinan, nyatus, nyewu, pendhak, dan sebagainya. Simbol-simbol penanda waktu yang seperti disebut di atas semuanya melambangkan dan mengingatkan bahwa waktu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk men- jaga keseimbangan alam sekaligus digunakan untuk mengingat Tuhan, asal muasalnya, dan ke mana manu- W ANCI sore, candhik ala nyemburat jingga ing langit kulon. Garising cakrawala rata tepung buntas kidul, tutug ngalor. Jagad jembar tanpa teba. Waradin, Carik Paniti Sabda Kedhaton Pleret la- gi wae bali saka tampa caos. Mulih sambang bojo lan anak ing Ngijon Wanakrama. Kalenggah- an Carik Paniti Sabda dadi ja- laran Waridin pitung pasar utawa selapan, tungguk caos lela- di Sinuhun ing Kedhaton. Banjur kaparingan medhot caos, bali mulih ngomah sepasar lawase. Tekan ngomah wanci surup. Mirawi, bojone lan Sambangseta, anake lanang, wis nunggu tekane. "Anakmu lanang kawit mau wis tokan-takon tekamu, Pakne." "Selasa Pon, malem Rebo Wage." "Apal dina baliku, Sambang?" "Tak eling-eling terus kok, Pak. Selapan neng Kedhaton gaweyane Bapak ki ngapa, ta?" pitakone Sambangseta marang bapakne kang wus mlebu ngom- ah gedheg, kampung prasaja, lungguh lincak. "Nek sowan Ratu ki kudu bladheg selapan tanpa kendhat, ngono pa, Pak?" "Ya kaya ngene iki jejering kawula. Kasaguhan abdi marang bendara. Kudu mituhu dhawuh." Mirawi nyambung,"Kudu tabah taberi, Mbang. Ngabdi Ratu ki abot, ning berkahe mu rakabi." "Ngalap berkah?" "Ya. Gene pinter kowe, Mbang" "Berkah Ratu ki ora enak di- pangan, Pak. Berkah ora bisa gawe wareg. Hambok neng ngo- mah, nyawah, macul, nenandur. Ulu wetune isa dipangan. Melu Ratu, Simbok karo aku ajeg ngelih. Kaliren, Pak." Waradin kaget. Anak lanange sing umure lagi ngancik 12 taun, ature wis kaya wong tuwa. Mirawi gemeter krungu ature Sambangseta, bocah ontang- anting sing saben dinane anteng, tumemen anggone tumandang sabiyantu golek pangan derep, ripik, lan buruh tani. Waradin ora nesu krungu ature Tjahjono Widarmanto sia akan kembali (sangkan paraning dumadi dan mulih marang aranira). Dalam konsep pandangan Nasra- ni ditegaskan bahwa konsep waktu dapat dimengerti dan dipahami jikalau manusia hidup dalam ke- sadaran eksistensi bahwa pada saat- nya manusia akan menghadap Tuhan-nya. Dengan kata lain, wak- tu adalah kesementaraan. Waktu adalah catatan hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan-nya. Ajaran Islam mendudukkan wak- tu sebagai sesuatu yang amat pen- ting. Banyak sekali ayat-ayat Alquran yang menyinggung bahkan diawali dengan kata 'waktu' atau penanda waktu lainnya, misalnya wadh dhuha (demi waktu dhuha), wal fajri (demi waktu fajar/dini hari), wal lailli (demi waktu malam), wal ashr (demi waktu). Dalam ayat- ayat tersebut Allah bersumpah de- Memasuki tahun 2021 dan untuk ngan menggunakan kata waktu. Menurut para ahli tafsir, dengan menapakinya diperlukan adanya menggunakan kata 'waktu' atau kesadaran sejarah. Kesadaran un- penanda waktu yang lain ketika tuk sanggup belajar dari catatan bersumpah, Allah ingin menegaskan perjalanan sebelumnya. Dengan ka- bahwa manusia hendaknya benar- ta lain, harus ada keberanian untuk benar memperhatikan waktu kalau mengoreksi perjalanan sejarah hi- tidak ingin merugi. Waktu dalam dup yang pernah dilalui, karena konsep Alquran adalah ibadah. seperti pernah dikatakan oleh Soc- Ibadah rates bahwa hidup yang dimaksud adalah iba- tidak yang per- dah dalam arti yang luas nah dikoreksi sesungguhnya tidak yang berpaut dengan Khalik maupun se- pernah layak untuk diteruskan! sama manusia. Pesan Nabi Muham- mad: "Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang musafir atau bahkan seorang pengembara. Apabila en- gkau telah memasuki waktu sore, janganlah menanti datangnya pagi. Dan jikalau engkau telah memasuki waktu pagi janganlah menanti datangnya waktu sore. Ambillah waktu sehatmu untuk bekal waktu sakitmu dan hidupmu untuk bekal *) Tjahjono Widarmanto, sastrawan, esais, dan guru yang tinggal di Ngawi. Buku puisinya Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak' menjadi salah satu penerima anugerah buku puisi terbaik versi HPI di tahun 2016. Buku puisi terbarunya Kitab Ibu dan Kisah-Kisah Hujan' (2019) menjadi salah satu buku puisi ter- puji versi HPI tahun 2019. ILUSTRASI JOS Sambangseta. "Lha kowe duwe karep aku lereh le dadi Carik, pa?" BUDAYA Sambangseta meneng. Mirawi ujar,"Pun Pakne, Sambang tesih bocah." CERKAK Nyaur Taun Dening Purwadmadi "Pancen aku isih bocah. Nanging aku ora trima bapakku dheku-dheku neng ngarepe Ratu ning ora duwe pametu. Simbok karo aku kudu luru pangan dhewe." waktumu" (H.R. Bukhary). Semua pandangan di atas mengisyaratkan satu hal yang sama yaitu: supaya kita menghikmat waktu! Mirawi ngadeg katon arep nesu ning kaduwa Waradin. "Ya ben wae Sambang ngesok isining ati. Dimen lega atine. Coba terusna aturmu, Le." Bergantinya tahun harus dipan- dang sebagai sebuah proses ke- sadaran sejarah. Kesadaran yang menuntut kita untuk mempelajari masa lalu, berbuat terbaik dan lebih baik dibanding tahun lalu untuk tanggung jawab membentuk dan merekonstruksi sejarah masa de- pan. Kesadaran sejarah adalah ke- sadaran untuk melihat dan berani untuk mulat sarira hangrasa wani; instropeksi diri, berani menengok masa lalu, berani menengok segala kesalahan dan kebodohan masa lalu, berani belajar dari sejarah un- tuk kemudian dijadikan bekal da- lam mencetak sejarah masa kini dan masa depan. Pramoedya Ananta Toer telah mengingatkan bahwa keengganan dan kemalasan berguru pada sejarah bisa melemparkan kita pada keranjang sampah peradaban. Waradin, kalenggahane Carik Paniti Sabda. Gaweyane, nulis nyathet utawa nyerat kebeh sab- dane Sinuhun. Juru tulis sabdane Ratu. Kepara uga nyerat kabeh kang kacaritake dening Sinuhun. Mula, saben dina Waradin leng- gah celak Sinuhun, ora kena pisah. "Nyathet ngendikane Ratu ki angel. Saben dina kudu sowan, samubeng mingere Ratu kudu midherek. Angel tur kesel. Kabisane Bapak nulis kuwi ya ana regane. Lha kok nyuwita nandangi gaweyan angel tur nge- selke, kok ora kaparingan kucah. Apa ora jeneng degsiya, ngono kuwi, Pak?" "Mungguh nalar kang kaya ngono kuwi, ana benere, Mbang. Ora kleru aturmu." "Lha kok isa le nglakoni ta, Pak?" "Kudu isa." "Kok kudu? Sing ngudokake sapa?" "Yen kowe kepengin ngerti ba- pakmu kudu ngayahi pegaweyan juru tulis kedhaton, suk mben kowe melu aku tak sowanke Sinuhun. Melu aku caos neng Kedhaton." MEKAR SARI "Wegah." Sanajan kandha wegah, nang- ing nalika dina Minggu Pon malem Senen Wage, Waradin bali laku caos neng Kedhaton sidane Oase Norrahman Alif CATATAN KAKI DESEMBER desember gemetar menunggu ajal pun bulan-bulan lusuh menjadi catatan kaki kesedihan tahun segera dimakamkan tuan! maka mari kumpulkan luka-luka tanggal yang melekat di telinga hari-hari kemarin untuk kita jadikan buku panduan kebaikan hidup di hari depan. namun mengapa tahun harus berganti? dan kepergiannya selalu dirayakan dengan tepuk tangan kembang api bukankah semua hari adalah hari raya air mata bagi kita. padahal tahun kemarin dan esok akan selalu sama kacaunya: hantu-hantu negara masih ramai dibicarakan televisi sebagai tokoh-tokoh pahlawan koruptor dan korona masih menjadi tokoh paling berbahaya di abad kematian ini. sesungguhnya aku tak butuh tahun baru puan karena tahun cenderung basi kurayakan padahal hari-hari selalu baru dengan kebusukan dan kebencian. DOA-DOA KECIL 1 doa-doa kecilku tersusun dari mendung langit pagi di kampung orang-orang bangun setelah kokok ayam membangunkan matahari dan mereka pun berjalan di atas harapan yang sederhana menuju ke pematang sawah. sementara di bahunya cangkul telah duduk melengkung ñsiap turun tangan untuk merajam kerasnya dada tanah ñsekeras doa-doa subuh di hati masa lalu. 2. doa-doa kecilku terbuat dari butir keringat kuning kaum tani tangan-tangannya yang kekar serupa niatnya yang segar di tengah sawah: menanam binis dan membalik tanah adalah dua rakaat sembahyang kita di atas sajadah musim hujan ini. "KEDAULATAN RAKYAT" HALAMAN 12 3. doa-doa kecilku menetes dari kening kaum tani - pada saat peluh telah menandai harapan baik mereka. menjelang sore jatuh dari duan-daun jati. mereka pun angkat kaki dari sawah: tanah pun siap lapang dada untuk ditanami. serupa hatinya yang telah lebih siap menerima segala kebaikan dan keburukan cuaca. lalu di sepanjang pematang - kaki-kaki ngilu melangkah menuju kandang malam sekadar untuk merebahkan segala pegal tulang dan penat perasaan. 2020 *) Norrahman Alif, lahir di Jurang Ara, Sumenep, Madura. Menulis puisi dan resen- si di Lesehan Sastra Yogyakarta. Beberapa karyanya dipublikasikan di berbagai me- dia massa. Buku puisi tunggalnya 'Mimpi-Mimpi Kita Setinggi Rerumputan' (sublim- pustaka-2019) telah mendapat anugerah sebagai buku puisi terbaik dari lomba an- tologi buku puisi Festival Musim Hujan Banjarbaru's Rain Day Literary Festival 2020. Sambangseta melu. Lakune nge- tutake bapakne. Mirawi lila anak lanange melu ngetutake bapakne sowan Ratu. Lakune gancang nu- rut dalan desa napis Kali La- rangan. Bareng tekan Kedhaton, Sambangseta ora wani melu mle- bu. Megeg-megeg ana ngisor ringin kidul Alun-alun, dheprok koplok, kepuyuh-puyuh. Waradin bingung dulu anake kang kamigi- lan, kangelan anggone bakal nu- lung. Abdi Dalem Mantri Juru Taman, Ki Wreksataruna, kang yuswane wis sepuh, nglereni anggone nyapu taman Baluwerti. Nyedhak marang Waradin lan Sambangseta. "Kenging napa, Mas Lurah?" "Ngapunten, Ki. Kantenan anak kula niki ajeng melu caos sowan." Ki Wreksataruna lungguh nyedhak Sambangseta karo ngelus sirahe bocah kuwi. "Thole cah bagus. Kowe arep marak Sinuhun. Durung jangkep sangu- mu. Mas Lurah, napa yogane iki dereng tetak?” "Dereng." "Boya saget tumut sowan, Mas Lurah." "Ooo, ngaten Ki. Kula boya mudheng." "Lare niki sampun ngantos kedah lampah nyaur taun, Mas Lurah. Saderenge sasi Sura kedah pun tetak." "Wulan Sura kantun sepeken malih, Ki." "Pramila menika, yen kasep dereng tetak ing sasi Besar, kedah nyaur taun, tetak wulan Besar taun ngajeng," ngendikane Ki Wreksataruna karo komat- kamit nyranani Sambangseta amrih luwar saka panandhang kamigilan. Mas Lurah Warasastradi alias Waradin amung legeg-legeg du- rung pana. Kepireng pan- gandikane Ki Wreksataruna. "Jebeng lare andika niki bakale tampi wahyu kapujanggan, Mas Lurah." Waradin nyawang sing ngendi- ka, kang kadulu jumeneng ing kono dudu Ki Wreskataruna, nanging Sinuhun Panembahan. Karangjati, 2020 Geguritan Anatri Endras Sumekar DUDU DHAGELAN 2020 Pupur kandel kanggo nyangga kendhil kang bakal njungkel iku dudu dhagelan rai gedheg tanpa ginape sumeleting srengenge minangka kanca saben dina binarung lelagon lelamisan ngudi endahing swasana nutupi pinggeting panguripan dolanan bledug wis dudu dhagelan Dhuh, Gusti dayaning iman kaajab nuntun raga kang reged tumuli tumapak mbukak korining kabegjan donya akhirat Lembah Tidar, 3 Sept 2020 KLAMBI ANYAR Ngger anakku aja kepencut klambi anyar nadyan mung kudu udhu dluwang salembar iku paiming-iming lelamisan murih kapilut ombaking jaman ngger klambi anyar bisa ndadekake pikiranmu ambyar ndhedher rasa umuk sing gawe remuk ngumbar gumbira mung sawetara ketaman rereged njalari mumet yen lena kajiret tumindak murang tata nerak wewalere ngger nglengganaa mring klambi lawas tanpa was-was ing panggagas ora nggrangsang ing samubarang ati sumeleh negara lan agama urip raharja ayem tentrem Lembah Tidar, 26 Oktober 2020 KAGEM para kadang sing kagungan naskah crita cekak, geguritan, utawa macapat, bisa kakirim ing Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat, Jalan Margo Utomo 40-42, Yogyakarta 55232, utawa lumantar email mekarsari.kr@gmail.com. Menawa seratane mage- pokan karo bab utawa dina mirunggan diajab bisa kakirim udakara sewulan sadurunge. Matur nuwun. (Redaksi)
