Tipe: Koran
Tanggal: 1997-07-25
Halaman: 03
Konten
BERITA BERITA MEMPERTINGGI KETAHANAN DAN PERJUANGAN NASIONAL INDONESIA Pemimpin Umum Wk. Pemimpin Umum I Wk. Pemimpin Umum II Pimpinan Perusahaan : Brigjen TNI Robik Mukav (Kadispenad) : Ir Daryatmo Mardiyanto : Soedibyo Nichlany, MBA : Ir Bambang Riyadi Soegomo Wk. Pimpinan Perusahaan: Ir Rudy Setyopurnomo, MM, MPA, MSM Alamat Redaksi/klan/Sirkulasi: Jl. Rawajati Timur Komplek Ka- libata Indah Blok K 11 Jakarta Selatan Telepon: 7947001 (HUNTING), 7993884, 7946994, 7946995 Hotline Redaksi: 7989068, Fax Redaksi: 7946993, Hotline Ildan: 7947660, Fax Iklan: 7989058 Pengaduan Langganan/Ber- langganan: 7989059 ISSN: 0852-6583 Penerbit PT Berita Yudha Press Jakarta. Izin Terbit No. 0141/SK/Menperv/SIUPP/A/7/1936 Tgl. 15 Februari 1986. Bank BRI Kebayoran Baru, Bank Bumi Daya Kebayoran Baru, BNI 1946 Kebayoran Baru. Giro Pos No 12770 No Telex 47174 Yudha ia Harga Iklan: Iklan Umum Rp 6.000,-/mm kolom. Iklan Duka Cita Rp 3.000,- Iklan Keluarga Rp 4.000,-/mm kolom. Ildan Mini: Rp 3.000,-/ baris (maksimum 10 baris). Iklan Kuping halaman muka (1 kolom x 50mm) Rp 720.000,- Iklan Berwama (full color) Rp 12.000/mm ko- lom. Iklan 2 warna Rp. 8.000,-/mm kolom. (Harga tersebut belum termasuk PPn) Harga langganan: Rp 13.000,-/bulan Harga eceran dalam kota Rp 500,-/eks. Harga langganan luar kota ditambah ongkos kirim. Dicetak oleh Percetakan PT. Golden Web Jakarta, Isi di luar tanggung jawab percetakan. EDITORIAL Anak-anak yang Perlu Mendapat Perhatian MELIHAT anak-anak kita yang mengikuti acara peringatan Hari Anak Nasional di TMII Rabu (24/7) kemarin, hati kita ikut merasa amat bahagia. Anak-anak kita yang mewakili anak-anak di daerahnya ma- sing-masing berkumpul, bertemu, saling bertukar pengalaman dan bersamna-sama pula tampil di hadapan Presiden Soe- harto. Kepala Negara dengan suara kebapakan juga telah mem- berikan uraian yang tepat. Dikatakan Presiden Soeharto, se- perti juga orang-orangtua mereka, maka ada anak-anak yang hidup cukup, dapat mengikuti pendidikan setinggi mungkin, te- tapi ada pula anak-anak yang hidup dalam serba kekurangan, tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Dalam kaitan itu, Presiden menyerukan terus dilakukannya usaha untuk meningkatkan kehidupan rakyat dari kemiskinan, yang berarti juga memberi kesempatan pada anak-anak yang tidak mampu untuk hidup sebagaimana layaknya anak-anak yang sejahtera. Kita memang dapat melihat, dalam tahap pembangunan sekarang ini sudah makin banyak lagi anak-anak kita yang hidupnya lebih sejahtera. Pendidikan mereka sudah semakin tinggi. Yang dulu-dulu umumnya anak-anak yang tidak mampu hanya dapat mencapai pendidikan dasar saja dan itu pun tidak sampai tamat, sekarang sudah berubah. Banyak anak-anak dari keluarga kurang mampu berhasil mencapai pendidikan menengah dan menengah atas. Ini hanya dapat terjadi karena orangtua mereka telah men- jadi lebih sejahtera lagi. Sementara prasarana dan sarana pen- didikan kita sudah semakin bertambah jumlahnya. Apakah masih ada anak-anak kita yang hidupnya sengsara, papa, tidak berpendidikan seolah tidak mempunyai harapan di masa depan? Jawabannya jelas, masih banyak. Presiden kembali mengingatkan, agar dalam menanggu- langi kemiskinan yang menciptakan perbedaan dalam masya- rakat itu, mereka yang mampu membantu yang kurang mam- pu, yang kuat membantu yang lemah. Pemerintah sendiri beru- saha meningkatkan pelaksanaan pembangunan, karena ha- nya dengan pembangunanlah kesejahteraan dapat dicapai. Usaha membantu anak-anak tidak mampu seperti dilaksa- nakan oleh Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA) dini- lai berhasil. Memang dalam membantu mereka yang tidak mampu, se- luruh lapisan masyarakat dan kalangan harus bersatu-padu, terikat dalam rasa kebersamaan disertai rasa solidaritas tinggi. Ada cukup banyak orang mengemukakan masalah kesen- jangan sosial dan kecemburuan sosial. Tetapi semua itu akan menjadi tidak besar artinya, manakala semua kita mau berada dalam satu rasa persatuan. Merasa satu sebagai satu bangsa, sebagai sesama umat manusia. Tidak menganut prinsip, me- mentingkan hidup sendiri. Di tengah berbagai keberhasilan pembangunan, di tengah kebahagiaan anak-anak yang berasal dari orangtua mampu, kita tetap perlu menoleh dan memberikan perhatian serta ulu- ran tangan terhadap anak-anak yang masih hidup kekurangan. Anak-anak itu bisa berada di tengah sawah atau kebun di pedesaan. Tidak pernah sekolah. Sejak pagi membantu orang- tua, bekerja di sawah atau menggembala ternak. Atau ada pula yang harus bekerja di pabrik-pabrik kecil dengan gaji beberapa ratus rupiah saja sehari. Yang lainnya harus berjualan di tengah teriknya sinar matahari, menjual rokok, koran atau permen dan air minum. Lebih menyedihkan lagi anak-anak yang harus ber- keliaran di jalan-jalan kota besar untuk menjadi peminta-minta. Mereka semua adalah anak-anak kita juga. Anak-anak Indonesia. Yang harus dibantu, di-entaskan dari kehidupan mereka yang papa. Pada Hari Anak Nasional dan saat pencanangan Geraklan Nasional Perlindungan Anak kemarin itu, tepatlah kita merenungkan nasib semua anak-anak kita itu.** Pojok Mendikbud minta aparat keamanan lindungi guru Tentu tidak bermaksud memindahkan sekolah ke kantor Polisi, begitu kan Pak? Walkot Jakarta Selatan: Lurah perlu dikontrol Semoga Walkot juga tetap terkontrolWaskat Judi buntut beromzet miliran rupiah marak di Jatinegara Yakin, tak ada beking yang mengontrol khusus Mayor Joki SUARA PEMBACA Surat untuk Suara Pembaca, hendaknya dilengkapi fotokopi KTP/SIM/Paspor yang masih berlaku. Berita Yudha tidak mengembalikan surat-surat yang diterima. Soal Lomba Tulis Kabupaten Bekasi wartawan anggota PWI Koordi- natoriat Kabupaten Bekasi. Ide pengadaan lomba karya tulis bertema "Upaya Pember- dayaan Masyarakat Pedesaan Melalui Program Kembali ke Desa" yang ditelorkan Humas Pemda Bekasi, adalah sebuah ide brilian dan menarik. JUMAT, 25 JULI 1997 = 3 Proses Pembentukan Elit Politik Indonesia Rekrutmen kader pada lembaga-lembaga kenegaraan P engertian elit (politik atau keku asaan), meski keberadannya kadang-kadang dianggap tidak sejalan dengan demokrasi, tetapi da- lam kenyataannya, semua negara sela- lu 'memiliki' kelompok elit ini, terma- suk di negara yang mengaku paling demokrasi sekalipun seperti AS dan negara-negara Barat. Beberapa referensi memberikan pengertian umum sebagai berikut; suatu elit adalah sekelompok kecil rakyat yang sangat berpengaruh, dan mampu mempengaruhi berbagai bi- dang kehidupan rakyat, lokal maupun nasional. Kelompok elit tersebut memberi kesan sebagai penguasa, da lam pengertian bahwa keputusan keputusan pemerintah pada dasarnya lahir karena gagasan dan prakarsa me- reka. Kelompok elit di banyak negara umumnya berasal dari kalangan poli- tisi (partai penguasa/ruling party), mi- liter, industriawan, konglomerat, dan kelompok berpengaruh lainnya). Padahal, yang tahu proble- matika sesuai tema dan proble- matika sekitar Kabupaten Beka si, sesungguhnya bukan hanya wartawan anggota PWI Koordi- natoriat Kabupaten Bekasi. Per- tanyaannya, mengapa panitia lomba sampai pada pembatasan seperti itu? Bukankah cukup ba- Hanya saja, yang sangat tidak nyak wartawan media massa brilian dan tidak menarik ada- (cetak) yang banyak tahu masa- lah persyaratan peserta poin lah desa dan masalah Bekasi, ta- pertama (1), yang menyebutkan pi bukan anggota PWI Koordina- peserta lomba karya tulis adalah toriat Bekasi, melainkan anggota Berawal dari pengertian ini, kelom- pok elite ini menjadi sasaran kecuriga- an. Di Indonesia, sebutan elit politik lebih tepat ditujukan kepada pimpin- an lembaga-lembaga politik dan pe- merintahan yang memang berpenga- ruh bahkan berwenang untuk meng- ambil keputusan-keputusan me- nyangkut nasib rakyat banyak. dan bahkan berdasarkan mandat rakyat itu sendiri. Maka menurut saya, untuk Indone- sia, elit politik atau kekuasaan lebih berkonotasi kepemimpinan yang de- ngan kelebihan-kelebihannya seperti karisma, visi, ilmu, strategi, manaje- men dan sebagainya, mampu mempe- ngaruhi secara positif berbagai kehi- dupan masyarakat, sejalan dengan cita-cita masyarakat sendiri. Dengan pengertian di atas, kita da- pat menentukan jalur-jalur kaderisasi termasuk sumber-sumbernya dalam membentuk elit kepemimpinan nega- ra sesuai konstitusi kita sendiri. Sebagai mantan pejabat negara, sa- ya ingin lebih menyempitkan masalah elit kepemimpinan negara ini menjadi elit penyelenggara pemerintahan ne- gara, yang terdiri atas pejabat-pejabat politik yang dipilih rakyat atau diang- kat Mandataris/Presiden, dan pejabat pejabat birokrasi atau pegawai negeri yang diangkat berdasarkan persyara- tan pegawai negeri. S Smith dalam buku masy- hurnya "Agama-agama Manu- sia", secara eksplisit tidak mela- rang umatnya untuk menjadi or- ang kaya. Namun. persoalannya me- mang tak hanya berhenti pada proposisi tersebut. Meski tidak melarang umat manusia menja- di kaya. atau kaya raya, para na- bi dan pengikut teguh agama- agama besar itu adalah tokoh-to- koh fakir yang tentu saja sa- ngat kaya raya dalam pengertian esoterik. Budhha, Kristus. Muham- mad, Ramakhrisna, Gandhi, Abu Dzar Al-Ghifary, Fransis- kus Assisi adalah manusia pili- han yang dianugerahi untuk sanggup mereguk nikmatnya ke kayaan spiritual. Di mata mere- ka, kekayaan lahiriah -memin- jam kalimat Konfusius- tak le- bih dari gumpalan awan yang melayang-layang di angkasa. Memang di tiga strata kehidupan yang saya sebut di atas, (kehidupan masyarakat, kehidupan politik, kehi- dupan bernegara) terjadi proses selek- si kepemimpinan, yang harus memeu- hi kriteria-kriteria yang ditetapkan rakyat. Pada umumnya kriteria di- maksud bersifat sementara disesuai- kan dengan zaman yang berubah be- serta tantangan-tantangannya yang di hadapi. Oleh karena itu, para pemim- pin terpilih pun terkena batasan wak- tu, pada umumnya hanya untuk satu atau dua termin saja. Lebih lama dari itu, akan timbul akses-akses yang ti- dak menguntungkan kehidupan de- mokrasi, selain kepemimpinannya Pejabat-pejabat politik seperti Pre- sendiri akan menjadi usang, konser- siden, Wakil Presiden, Menteri-men- vatif, cenderung menganut status quo, Pada strata kehidupan politik, se- Meski demikian, Tuhan agak- nya menyuruh manusia untuk berfikir lebih jauh dengan hadir- nya fenomena Sulaiman. Eksis- tensi Sulaiman atau Solomon yang konon dikisahkan sebagai nabi yang maha kaya tampaknya bisa dipahami sebagai pene- guhan transendental bahwa menjadi kaya itu bukan dosa. Janda Khadijjah, yang akhir- nya dipilih Muhammad sebagai istri pertamanya, adalah peda- gang kaya, yang pada kemudian hari ternyata kekayaan itu mem- punyai dampak besar pada per- kembangan positif agama yang dibawakan oleh Nabi umat Is- lam tersebut. Pernyataan Menteri Siswono Yudohusodo yang banyak dirilis media massa belakangan ini mengenai urgensi pejabat mela- porkan jumlah kekayaan yang dimiliki agaknya pantas dijadi teri. dan gubernur misalnya, adalah ja- batan-jabatan pada tingkat supra struktur yang mengemban misi untuk mewujudkan aspirasi rakyat. Maka re- krutmen dalam rangka kaderisasi bagi pembentukan elit kepemimpinan pa- da tingkat itu, seharusnya bersumber pada kader-kader kepemimpinan pa- da tingkat infra struktur (Orsospol), bahkan barangkali lebih baik lagi bila bersumber pada kader-kader masyara- kat sendiri pada tingkat yang paling bawah (grassroots). PWI Jaya? Jangan-jangan lomba ini se- kadar iseng, dan hadiahnya su- dah diplot oleh Humas dan Pe- ngurus PWI Koordinatoriat Ka- bupaten Bekasi, atau hanya un. tuk menghabiskan sisa anggaran Humas Pemda Bekasi saja? Terimakasih pada redaksi yang memuat surat ini, Dengan sistem kaderisasi seperti itu, setiap kader masyarakat (Orke- mas), naik menjadi kader politik (Or- sospol), sebelum masuk ke jajaran elit pemerintahan dan negara. Dengan pola kaderisasi berjenjang, tidak akan ada pemimpin dadakan, sebaliknya rakyat akan disuguhi dengan banyak pilihan (option) pemimpin yang layak mendapatkan legitimasinya. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan, bangsa In- donesia memiliki banyak option ke- pemimpinan, karena kader-kader bangsa seperti Soekarno, Hatta, Syah- rir dan lain-lainnya sejak puluhan ta- hun sebelum Proklamasi telah diduga dan diharapkan akan menjadi pemim- pin bangsa. Proses seleksi kepemimpinan telah berlaku bagi mereka sejak mereka ber- kecimpung di organisasi masyarakat, dalam hal ini organisasi mahasiswa, kemudian proses itu berlangsung ma- nakala mereka memasuki dunia poli- tik (PNI untuk Sukarno/Hatta, PSI un- tuk Syahrir), dan akhirnya proses se- leksi kepemimpinan oleh KNIP me- nempatkan mereka pada jajaran elit kepemimpinan RI yang baru diprokla- masikan. S Kadir Vila Nusa Indah Kecamatan Jatiasih Bekasi, Jabar Kekayaan dalam Perspektif Moralitas emua agama besar, seperti diperlihatkan Houston OLEH MULYO SUNYOTO Ketika Mike Tyson menggigit telinga Holyfield di atas pentas pertandingan tinju yang mem- buat penonton bergidik, publik dunia sertamerta diingatkan pa- da sebuah kearifan yang sering terlupakan: kemenangan mulia bukanlah kemenangan itu sen- diri, tapi bagaimana cara keme- nangan itu diperoleh. kan refleksi publik tentang mak- segala-galanya. na kekayaan dalam perspektif moralitas. Dalam tataran moralitas. ih- wal kekayaan senantiasa memi- liki tali-temali dengan aspek so- sial yang-jika tidak diatur sede- mikian rupa- bisa menjadi ma- lapetaka bagi kebanyakan orang. Itulah sebabnya sangat menarik untuk mengambil analogi mutia- ra kearifan yang mencuat di saat berlangsungnya pertandingan tinju dunia belum lama ini. Dianalogikan pada soal keka- yaan maka bunyinya: bukan ke- kayaan itu sendiri yang mem- buat seseorang memiliki ke- agungan tapi bagaimana cara dia memperoleh kekayaan itu. Dalam konteks komunitas sosial manapun -selagi mereka tengah dilanda arus besar mate- rialisasi dalam segala aspek ke- hidupan- ikhtiar mengobar- ngobarkan pesan kearifan di atas tampaknya masih relevan, kalau bukan sangat relevan. Orsospol yang menjadi besar karena dukungan rakyat, pada umumnya akan menjadi Orsospol yang mandiri, dan akan berfungsi secara baik. Paling tidak fungsi Orsospol terpenting sebagai tempat penggemblengan (training ground) bagi kader-kadernya dapat berjalan dengan baik, begitu pula dan ragu-ragu akan perubahan. Kader Orsospol Seperti saya singgung di atas, pola kaderisasi nasional yang ideal dalam kerangka pembentukan elit kepemim- pinan harus dimulai dengan pemben- tukan kader masyarakat pada strata tata kehidupan masyarakat. Pada stra- ta itu, kader-kader masyarakat terse- but melalui seleksi kepemimpinan oleh masyarakat sendiri, dapat men- jadi pemimpin-pemimpin masyarakat (societal leader), termasuk pemimpin- pemimpin adat, agama, perkumpulan sosial dan sebagainya. fungsinya sebagai sarana pendidikan.politik rakyat. Dengan berjalannya fungsi-fungsi tersebut, Masalah-masalah yang dihadapi nya adalah masalah sosial dan penye- lesaiannyapun masih melalui pende- katan sosial. Namun demikian, kepe- mimpinannya sudah terkait dengan masalah kepedulian dan kesetiaka- wanan sosial yang menjadi inti dari ajaran Pancasila. Oleh karena itu, pe- mimpin dan kepemimpinan pada tingkat masyarakat ini benar-benar menjadi fondasi bagi kepemimpinan tingkat politik dan tingkat negara. Da- sar-dasar kepemimpinan tentang ke- benaran, kejujuran dan keadilan sebe- narnya dapat terbentuk pada tingkat ini, dan menjadi jiwa dari pemimpin dan kepemimpinannya pada semua eselon kepemimpinan. kader-kader Orsospol dapat diandalkan untuk menjadi pejuang aspirasi rakyat. OLEH RUDINI Dalam udara kemasyaraka- tan yang beraroma materialisme semacam itu. ng cepat lupa atau justru sengaja melupakan patokan nilai-nilai yang meng- agungkan spiritualitas. Dalam rumusan pujangga keraton Ronggowarsito yang mungkin terdengar klise. "Di zaman edan, orang yang tidak ikut-ikutan edan, tidak akan kebagian..." Penggalan kalimat awal itulah yang agaknya paling dihayati oleh banyak orang. Filsafat prag- matisme yang oportunistik men- jadi pegangan utama. "Selagi ada kesempatan, manfaatkan, kuras sampai tandas..." begitulah idiom yang banyak terdengar. Sementara itu, lanjutan uca- pan Ronggowarsito yang bernada moralis, "Namun, seberuntung- beruntungnya orang yang (edan) lupa diri, masih lebih beruntung mereka yang ingat dan waspa- da," lebih banyak dianggap seba- gai petuah arkaik belaka. Maka tidak mengejutkan jika pada saat meterialisme diagung- agungkan dalam tataran praksis, orang menjadi tidak kritis atau tidak mampu lagi memisahkan antara pemilikian harta sebagai tujuan atau sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih agung nilainya. Materialisme Indonesia, seperti kebanya- kan bagian dunia atau di seba- gian besar negara dewasa ini, se- dang diharu-biru materialisme, kapitalisme, atau isme pemba- ngunan lainnya, yang intinya bermuara pada ideologi bahwa kemakmuran, kemelimpah- Sejumlah orang yang berha- ruahan, kemenangan finansial sil mengakumulasi kekayaan la atau kejayaan ekonomis adalah lu memilih jalan hidup dengan Semua ajaran agama meng- ingatkan bahwa kekayaan ja- ngan dijadikan tujuan, tapi seba- gai alat mencapai tujuan yang le- bih mulia. Tujuan yang lebih mulia itu, kalau mengikuti falsa- fah orang suci adalah mencapai pembebasan diri dari kepenting an duniawi. Awas Bonek dan Preman Sudjatmiko Duren Sawit Jakarta Timur leksi kepemimpinan adalah untuk memilih kader-kader politik terbaik- nya yang dapat memimpin dan mem- besarkan organisasi politiknya. Kare- na politik pada dasarnya perjuangan untuk kekuasaan, maka setiap Orsos- pol selalu berusaha untuk menjadi partai berkuasa' (ruling party), yang dengan sendirinya akan masuk dalam jajaran elit politik/kekuasaan (MPR, DPR, Kepresidenan) yang bisa mem- pengaruhi keputusan-keputusan polí- tik negara. Dan ambisi setiap parpol tersebut adalah sah dan demokratis, selama dilakukan melalui Pemilu yang sah, Pemilu yang jujur dan adil. Orsospol yang menjadi besar kare- na dukungan rakyat, pada umumnya akan menjadi Orsospol yang mandiri, dan akan berfungsi secara baik. Paling tidak fungsi Orsos pol terpenting seba- gai tempat penggemblengan (training ground) bagi kader-kadernya dapat berjalan dengan baik, begitu pula fungsinya sebagai sarana pendidikan politik rakyat. Dengan berjalannya fungsi-fungsi Orsospol tersebut, ka- der-kader Orsospol dapat diandalkan untuk nejadi pejuang aspirasi rakyat, sehingga pada waktunya bila kader- kader ini diangkat menjadi pejabat po- litik atau wakil-wakil rakyat mereka akan segera mengenali tugas pokok- nya, yaitu mewujudkan aspirasi rak- Menurut saya Bonek (bondo nekat/pendukung sepakbola Eskalator tanpa modal asal Surabaya), bu- Stasiun KA kan satu-satunya unsur penga- Kita memuji usaha Perumka cau yang sepekan terakhir di- Sebagai orangtua yang sudah untuk terus meningkatkan se- khawatirkan masyarakat, teruta- berumur di atas setengah abad, mua fasilitasnya. Mulai dari ke- ma warga Jakarta. Ingat, bisa saja menjadikan dirinya sebagai to- koh-tokoh filantropis. Berbagai yayasan terkemuka yang meng- ambil nama tokoh bersangkutan sebagai donatur utamanya telah menjadi monumen yang me- langgengkan nama mereka. Contoh aktual berkaitan de- ngan manusia kaya raya yang filantropis adalah George Soros. Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, yang meraih kekaya- annya melalui cara-cara yang akseptabel menurut bingkai ber- fikir kapitalisme, Soros me- nyumbangkan kekayaannya un- tuk kepentingan ikhtiar mening- katkan harkat dan martabat ma- nusia. Dengan kekayaannya, Soros juga dinilai ambil bagian dalam usaha-usaha mendemokratisasi- kan negara-negara bekas peng- ikut faham komunisme, yang le- bih populer disebut negara-ne- gara Blok Timur. Tampaknya, lahirnya seorang kaya raya filantropis yang me- manfaatkan hartanya untuk ke- pentingan yang lebih mulia akan menjadi bermakna selama cara mendapatkan kekayaan itu bisa diterima dalam batas-batas moralitas. setiap kali harus naik kereta api bersihan stasiun sampai pada preman dan golongan tidak dari Stasiun Juanda dan Cikini, kenyamanan gerbong-gerbong puas dengan keadaan sekarang saya rasanya tersiksa. Soalnya, penumpang. Tetapi mohon, agar baik di bidang ekonomi dan po- eskalator yang tersedia kerapka- juga eskalator di beberapa sta- litik, akan melakukan aksi li hanya sebuah saja yang jalan. siun KA di Ibukota, kalau rusak destruktifnya selama semi final Yang lainnya ternyata sudah ti- segera diperbaiki. dan final Liga Indonesia III. dak jalan. Untuk mereka yang masih berusia muda, tentu bu- kan masalah. Dengan sigap me- reka bisa lewat jalan tangga. Atau bahkan lewat eskalator yang tidak jalan itu. Tetapi untuk saya dan pasti juga calon-calon penumpang yang usianya sudah masuk masa senja, hal itu amat memberat- kan. Kaki tambah pegal dan na- pas jadi tersengal-sengal. Dua golongan terakhir ini ke- mungkinan besar akan meman- faatkan kesempatan untuk menghancurkan apa saja di Sta- dion Senayan dan tempat-tem- pat lain. Mereka dengan segala kelihaiannya dapat mengguna- kan momentum ini untuk men- capai tujuannya. Semoga pim- pinan tertinggi aparat keamanan menyadari hal ini dan mengan- tisipasinya. Dengan kata lain, akan men- jadi realitas paradoks jika ada seorang yang menjadi figur fi- lantropis sementara kekayaan yang dia peroleh merupakan ha- sil kerja korup yang berarti "me- rampas" bagian nafkah hidup dari sebagian besar orang mar- ginal yang fakir. Pada titik inilah imbauan Siswono tentang urgensi mela- porkan kekayaan pejabat men- dapatkan justifikasi moralitas. Diharapkan, pejabat yang men- dapatkan kekayaannya secara benar tentu akan menjadi calon figur filantropis yang terbebas. dari realitas paradoks di atas. (Antara Spektrum) Anton Jalan Rawajati Jakarta Selatan yat. Sedangkan sebagai sarana pendi- majemuk, beraneka suku, agama, ke- dikan politik rakyat, rakyat menjadi yakinan politik, budaya, bahasa dan lebih sadar politik dan lebih tahu akan sebagainya (SARA) dan sangat riskan hak dan kewajiban politiknya. bila pelayanan terhadap mereka ke- mudian dipolitísir. Kader birokrat Berbeda dengan pejabat-pejabat politik yang dipilih rakyat atau di- angkat Mandataris, birokrat-birokrat adalah pejabat-pejabat yang diangkat melalui seleksi kepegawaian negeri berdasarkan peraturan kepegawaian. Jadi bukan atas pertimbangan politik. Tugas pokok pegawai negeri adalah sesuai motonya, yaitu abdi masyara- kat dan abdi negara, yang loyalitas tunggalnya adalah kepada peme- rintah. Oleh karena itu, perhatiannya bu- kan kepada politik, tetapi pelayanan masyarakat: bagaimana membuat dan meningkatkan kemudahan-kemudah- an bagi masyarakat, dalam rangka mendukung suksesnya program-pro- gram pemerintah untuk meningkat- kan kesejahteraan rakyat. Dengan pe- ngabdian yang tulus kepada masyara- kat, diharapkan pula bahwa rakyat masyarakat akan mempunyai kebang- gaan dan kepercayaan terhadap peme- rintahnya sendiri, sehingga rakyat dan pemerintah tidak berada dalam posisi berseberangan, seperti terjadi di ba- nyak negara. Karena misi birokrat berbeda de- ngan pejabat politik, rekrutmennya tentunya melalui perguruan tinggi di tambah pendidikan profesi (pemerin- tahan), yang kurikulumnya ditekan- kan pada pengabdian dan pelayanan kepada kepentingan masyarakat. Biro- krat bukan penguasa, karena tidak di- besarkan di parpol, sehingga dalam melaksanakan tugas pekerjaannya (melayani masyarakat) harus dijauh- kan dari politik. Harus diingat bahwa masyarakat kita adalah masyarakat garakan GMNI, 10 April 1997) OLEH HAJI ENDANG ACHMADI RUDINI Kini Ketua Umum LPSI: Mendagri (1988-93); KASAD (1983-86); Pangkostad (1981); nya. Baru kemudian orang yang berbuat salah. Adalah seorang laki-laki sederhana, salah seorang dari 60 sahabat Nabi Muhammad SAW yang tak pernah absen dari setiap peperangan menegakkan Islam. Ia telah memeluk agama Is- lam dan ber-baiat pada Rasulullah SAW sebe- lum perang Khaibar. Pangdam XIIUMerdeku: Lemhanas (1977); Interna- tional Defence Management Course, AS (1973); Seskoad, Bandung (1970); KMA Breda, Belanda (1951-55); SD, SMP, SMA di Malang; lahir di Malang, Jatim, 1929. Orangnya amat sederhana dalam penam- pilan. Padahal ia salah seorang yang dekat de- ngan Rasulullah SAW. Untuk sampai pada tingkat elit pe- merintahan, seperti juga yang berlaku bagi kader-kader politik, sebaiknya karir sebagai birokrat harus dimulai dari tingkat pemerintahan paling ba- wah, agar benar-benar menghayati masalah-masalah masyarakat. Walau- pun tugas pokoknya adalah melayani masyarakat, namun dari sisi lain, biro- krat pun dianggap pemimpin dan pe- ngayom masyarakat, yang harus mem- berikan keteladanannya. Taushiyah Jabatan Menimbulkan Fitnah SUATU ketika Khalifah Oemar Ibnul Khattab harus mencari peng- ganti Mu'awiyah, Gubernur yang baru saja dipecatnya. Syria merupakan wilayah yang subur dan berada dalam pengaruh budaya Arab dan Romawi. Di sana akan ba- nyak muncul godaan dan rang- sangan. Khalifah Oemar yang terke- nal kejujuran dan kesederhanaan itu harus memilih orang yang tepat untuk menjadi penguasa di Syria itu. Ia berkeyakinan bila ia salah memilih orang dan orang itu mela- kukan kesalahan, maka yang perta- ma-tama diminta pertanggungjawa- ban oleh Allah SWT adalah diri- Orang akan melihatnya sehari-hari sebagai seorang prajurit Islam yang lusuh pakaiannya, tidak terpelihara rambutnya dan wajahnya le- bih sering ditutupi debu. Laki-laki inilah yang dipilih oleh Khalifah Oemar untuk menjadi penguasa di Syria. "Aku telah menemukan orang yang tepat un- tuk menggantikan Mu'awiyah. Panggil Sa'id bin 'Amir ke sini!" katanya pada sahabat-sahabatnya. Maka dihadapkanlah Sa'id beberapa saat kemu- dian. Ketika Khalifah mengemukakan keputusa- nya itu, apa jawab Sa'id? "Yaa Amirul Mu'minin, janganlah saya dihadapkan pada fitnah!" Sebagai kesimpulan, pembentukan elit politik di Indonesia harus sesuai dengan konstitusi. Elit politik yang dak dibentuk berdasarkan sistem poli- tik kita, harus dicegah untuk meng- hindarkan terjadinya polusi dan ko- lusi dalam kehidupan politik kita. Sis- tem kaderisasi pada tingkat infras- truktur-politik bagi terselenggaranya seleksi kepemimpinan yang baik dan transparan perlu mendapat dukung- an, agar bangsa Indonesia di masa datang mempunyai banyak pilihan pemimpin yang dapat diandalkan. Sa'id bin 'Amir, seorang sahabat Nabi SAWV yang sederhana, tapi seorang yang memiliki ketakwaan dan kepatuhan serta zuhud dan sha- lih tidaklah menginginkan jabatan mulia dan akan memberinya kehidupan yang serba ada. la malahan mengganggapnya sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan fitnah terhadap diri- nya. Khafilah Oemar yang merasa pilihannya adalah paling tepat, segera dengan keras menja- wab: "Aku tidak akan mengubah pilihanku! Apakah engkau Sa'id, hendak membebankan amanat dan khilafat ke atas pundakku dan lalu meninggalkan aku?" Untuk menimbulkan kepercayaan dan rasa bangga terhadap pemerintah, misi dan tugas pokok birokrat harus lebih diarahkan ke arah pelayanan masyarakat, dengan menciptakan ke- mudahan-kemudahan untuk mendu- kung fungsi-fungsi masyarakat. Dalam melaksanakan fungsinya harus tidak dicampur-baurkan dengan aspirasi po- litiknya, mengingat sifat kemajemukan yang terdapat dalam masyarakat, yang sangat rentan terhadap politik. Sa'id dan para sahabat lainnya dapat mema- hami beban amanat dan jabatan Khalifah yang begitu berat tidak bisa digantungkan ke leher Oemar dan lalu meninggalkannya begitu saja. Akhirnya Sa'id bersedia menerima jabatan berat itu. A Kendati Sa'id bin 'Amir telah berusaha un- tuk mengemban tugas yang dibebankan ke atas pundaknya dengan sebaik-baiknya, ia tetap saja mendapat kecaman dari orang. Ia dilaporkan orang pada Khalifah di Madinah, bahwa Sa'id baru mulai melakukan tugasnya pada hari sudah tinggi (sekitar jam 10 siang), malam hari tidak mau melayani orang, setiap bulan dua hari ia tidak keluar rumah, bahkan dilaporkan bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan. (Diambil dari makalah yang disa- jikan pada Seminar yang diseleng- Khalifah yang menerima lapo- ran itu segera memanggil Sa'id un- tuk meminta penjelasan. Dalam penjelasannya. Sa'id bin 'Amir menyatakan bahwa ia memang baru mulai menjalankan tugasnya tinggi hari. Karena pagi hari ia ber- sama isteri harus bekerja menye- diakan makanan, mulai dari me- ngaduk tepung sampai menjadi roti. Sebab, mereka tidak mempu- nyai khadanı atau pembantu, agar tidak membebani uang negara. Baru setelah shalat dhuha, Sa'id memulai tugas sebagai penguasa di kota Homs. Khalifah Oemar yang sebenar- nya yakin benar akan ketepatan pilihannya dulu, tersenyum mendengarnya. "Bagaimana dengan tuduhan tidak melayani orang pada malam hari dan dua hari libur setiap bulan?" "Saya memang malam hari tidak melayani orang, hanya demi Allah saya benci untuk me- nyebutkan sebabnya pada mereka. Maksud saya sebenarnya, saya telah menyediakan wak- tu siang hari untuk mereka dan malam hari un- tuk Allah Ta'ala dengan melakukan ibadah. Dan, kalau saya tiap bulan dua hari tidak keluar rumah, itu karena saya harus mencuci sendiri pakaian saya yang hanya beberapa potong. Pagi hari saya cuci, petang hari baru kering. Karena itu saya tidak keluar rumah siang hari selama dua hari." Lalu Khalifah Oemar menanyakan soal Sa'id sewaktu-waktu jatuh pingsan. "Saya jatuh ping- san apabila saya teringat pada sahabat saya Khu- baib al-Anshari. Sebelum saya menjadi Muslim dan masih dalam keadaan musyrik, saya telah membiarkan dan hanya melihat saja bagaimana Khubaib telah dicincang oleh orang-orang Qu- raisy. Khubaib dengan tegar menyatakan ia ber- sedia menggantikan Muhammad Rasulullah yang menjadi sasaran untuk dijadikan korban pembunuhan. Saya ketika itu tidak memberikan pertolongan padanya, tidakpun mengulurkan tangan saya. Setiap teringat itu, tubuh saya ge- metar, badan saya lemas lalu jatuh pingsan." Khalifah Oemar terharu mendengar semua penjelasan Sa'id bin 'Amir itu. Dipeluknya erat- erat laki-laki pilihannya itu. Ia bersyukur pada Allah SWT, karena ia diberi taufiq oleh-Nya ke- tika mempunyai firasat untuk memilih Sa'id sebagai penguasa Syria. Jadi benarlah ketika Sa'id bin 'Amir berkata, "Janganlah saya dihadapkan pada fitnah, ketika ditawari jabatan tinggi oleh Khafilah. Karena, jangan sampai tergoda untuk melakukan kecu- rangan atau penyalahgunaan kekuasaan, bah- kan dengan melaksanakan tugas secara baik- pun, masih juga kena fitnah." Lebih dalam lagi dari itu, Sa'id bin 'Amir telah memberikan tela- dan pada orang lain bagaimana bersikap dan berperilaku yang akan membawa keselamatan dunia dan akhirat. Mungkin bagi orang-orang di zaman penuh kemajuan di segala bidang se- karang ini akan mengganggap contoh itu seba- gai 'mustahil'. Tapi bukankah teladan itu harus jauh lebih di atas orang-orang yang akan ditela- daninya? ***
