Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Suara Karya
Tipe: Koran
Tanggal: 1980-05-17
Halaman: 04

Konten


SUARA KARYA - HALAMAN IV Sepiring nasi yang diso- dorkan oleh adiknya tak digapai Armadi asyik dengan lukisannya. Sebentar sebentar mencuci kwasnya. Sebentar- sebentar memencet tube cat air dan mencampur warna- warni ke piring yang sejenis dengan tempat makan siang- nya. Armadi sudah hafal sekali dalam hal mencampur cat air. Biru dan kuning akan menghasilkan hijau. Merah dan biru ungulah yang didapat. Dan seterusnya. Dan sebagainya. Ada dua buah gelas di samping kiri Armadi. Satu untuk mencuci kwas, satu lagi berisi air bersih pencampur cat air itu. Kertas gambarnya direntangkan di lantai. Dialasi selembar koran bekas. Ia sendiri bersimpuh. Kadang- kadang jongkok melukisnya. Ibunya sampai kesal apa- bila Armadi melukis sampai lupa makan. Adiknya berkali- nasinya kali menyuruh dimakan dulu. "Kak Ar itu dimakan dulu! Nanti dingin. Nanti perutmu sakit, lho! ", Kata adiknya. Tapi Armadi malah menembak, menirukan anak-anak Jakarta. Tar, ntar, entar, dan tar lagi! Maksud- nya berkata entar yang artinya sama dengan nanti Namun Armadi tetap menekuni lukisannya. Se- akan-akan sudah melupakan perut yang sudah seharusnya diisi. Baru ketika mencelup- kan kwas kegelas teh minum- nya, dirinya seperti disadar- kan dari keasyikan. Adiknya tertawa melihat air teh itu berwarna biru. Sambil lari ke dapur mengganti gelas itu ia berkata: "Makanya kak, tadi aku bilang apa! Suruh makan dari tadi gak mau juga!?" Mau tak mau Armadi akhir- nya makan nasi itu. 1 Gambar apa sih sebenar- nya yang sedang di lukis Armadi? Hari Minggu siang itu memang ia tak pergi ke mana-mana. Ia sedang menye- lesaikan lukisan "Perahu La- yar". Sebuah perahu layar berkepala ular naga di gambar persis di tengah-tengah kertas. Kiri kanan laut lepas. Diba- gian sisi atasnya adalah sepasang burung camar. Satu hinggap ditiang layar, satu lagi terbang rendah menyuruk air. Lagi menyambar ikan, katanya. Antara laut dan langit yang digambar keputih- putihan digoreskan garis men- datar. Armadi menggores tipis-tipis. Lembut sekali. Namanya garis cakrawala. Yaitu garis yang dapat mempengaruhi lukisannya menjadi hidup. Supaya pera- chu yang dilukisnya kayak berada di lautan benar-benar. Lho? Tapi kenapa perahunya terhuyung ke depan? Senga- ja! Armadi menggambar pe- rahu sedang dihempas ombak. Langit keputihan itu menan- dakan tengah hari. Sedang siang hari laut akan pasang dan ombakpun bergulung- gulung mendebarkan hati. Armadi memang pandai menggambar. Apalagi ia juga pernah ke laut. Pernah melihat kapal. Maka gampang saja ia menggambar peman- dangan itu. Sesudah makan ia melanjutkan lukisannya kem- bali hingga selesai. Tinggal mencarikan bingkai dan mela- pisi dengan kertas kaca siap sudah untuk dipamerkan di sekolah. Tentu pak Guru akan memuji seperti ketika ia menggambar "Kuda" yang TERBAKAR! IBU, DIMANA? ... ENTAHLAH JANGAN-JANGAN IBU... BAINA DAN BAINI MENYESAL TAPI NASI TELAH JADI BUBUR Lukisan si Armadi NOVEMBER 1828. JAM MAIN: 16.00-19.00 - 21.00 SAKSIKANLAH HEBAT!! JIWA КЕРАН- PENUH LAWANAN, JANGAN DILE- WATKAN dll. Demikian apa ditulis harus dan yang dipindahkan Armadi ke pa- pan tulis itu. Dengan kapur warna-warni Armadi sudah biasa. Maka gampang saja ia selesaikan. Cepat dan rapi. *** Armadi bersiul-siul men- dapatkan bahan bingkai dari pak Suki. Tukang cukur itu sedang membaharui kiosnya ketika Armadi memintanya dengan cara baik-baik. Tapi alangkah terkejutnya, sesam- pai ia di rumah kembali. Astaga! Lukisan yang baru saja diselesaikan itu tak berujut lagi. Gelas yang tadi dipakai untuk pencuci kwas terguling justru menyiram lukisan tersebut. Persis di perahu layarnya. Sesaat Ar- madi terlongong. Sedetik kemudian darahnya naik ke kepala. Bukan main marah- nya. Armadi melompat men- cari adiknya. "Hai kau apakan saja lukisanku, hai!?" Berkata begitu sambil me- mukulkan kayu bahan bing- kai yang dibawanya ke tangan adiknya. Sang adik terkejut. Tidak sempat membuka mu- lut untuk mengelak tuduhan itu karena kakaknya lantas memukul bertubi-tubi. Hanya bisa menangis. Oh kasihan tangannya sampai kemerah- merahan, memar. Oleh: Hardi Cantrik sekarang terpampang di din- ding kelasnya. PUTRI PANDAN Di gedung bioskop, Ar- madi melamun. Pikirannya menerawang kembali pada peristiwa yang baru dialami. Temat orang-orang menonton film ini seperti sebagai pelarian keresahan hatinya. Tak ada seperempat kilo- meter jauhnya. Armadi du- duk di bangku tunggu. Pulang berarti kena marah Ayah Ibu karena telah menyakiti adik- nya. Ia tak berani. Armadi juga menyesal oleh karena lukisannya gagal dipamerkan di sekolah. Selagi ia berme- nung-menung memikirkan na- sibnya seekor kucing melintas di kolong, dibawah bangku. Armadi jadi ingat dirinya juga punya kucing. Si belang namanya. Ah, mungkinkah si Belang yang menumpahkan air di gelas itu? Ketika ia menjumpai gelas terguling di atas lukisannya si Belang meloncat melalui jendela kamar. Mungkinkah si Belang menodai perahu layarku, pikirnya. Armadi merenung- telah renung. Tapi aku memukuli adikku. Uh sudah terlanjur, kata hatinya ber- perang sendiri. "Hei, jangan mencoleti bangku itu! Nati kotor ya!?"Tiba-tiba seorang gemuk putih mengejutkan dirinya. Armadi agak ter- sentak. Meskipun logatnya cadel yaitu mengucap "R" menjadi "L" orang gemuk itu berkata lagi. "Lupanya kamu pandai gambal ya, mali ikut saya sebental. Ayooooo ma- li.!" Semula Armadi ragu- ragu. Ia mengira orang gemuk putih itu akan memarahi, sebab ia mengotori bangku dengan coretan2 kapur putih. Sejenak Armadi termangu. "Ayolah.....saya mau minta tolong. Nanti owe kasih persen", kata orang itu lagi. Akhirnya, Armadi me- nuruti kemauan orang gemuk putih itu. lebih percaya setelah orang gemuk itu menampakan keramahan le- wat senyumnyá. Armadi di- ajak masuk ke ruang seperti KAK... KEMANA KITA SEKARANG *** BAINI TIDAK IBUI IBU MASIH HIDUP. gudang. Disana-sini memang terdapat barang-barang ter- tumpuk. Ada papan ber- gambar. Ada gulungan kertas. Keleng kaleng cat minyak. Ada juga corong pengeras suara, yang sering disebut Armadi dengan 'halo2". Ham- pir semua barang-barang disitu dikenali olehnya, yang tak lain adalah alat untuk mena- rik perhatian orang, agar menonton bioskop. Armadi sering melihat corong penge- ras suara tersebut dibawa delman dan diarak keliling kota. Lantas orang gemuk putih KAK KENAPA KAU DIAM SAJA Athin 1828 teguh karya NOVEMBER ALT JESSY sex MASH OUT SABTU MING antrik itu mengambil papan tulis dari antara barang2 digudang. "Begini ya....", ktanya lebih lanjut. "Owe minta tolong dituliskan hurup-hurup ini ke papan tulis". Armadi meng- angguk kecil. Ia mengerti maksud orang itu. Rupanya dialah pemilik gedung bios- kop. Armadi meluluskan permintaanya. HARI INI DAN SETERUSNYA. FILM : Penyesalan Andi XXMATA1234 Andi adalah teman satu kelas Yani. Andi adalah anak yang nakal, teman temannya takut kepadanya. Tetapi lain dengan Yani. Yani adalah anak yang rajin dan tidak nakal, ia disenangi teman temannya. Saksikanlah!! MADMOJANDOleh: E. Sudarmaji. Kenakalan Andi rupanya bukan saja dalam kenakalan bermain, tapi kenakalan da- lam hal lainnya. Suatu hari di kelas mereka diadakan ulangan. Di mana dalam ulangan itu Andi melihat pekerjaan Yani. Ten- tu saja Yani tidak mau memberikan hasil pekerjaan- nya kepada orang yang tidak mau berusaha, Timbullah perselisihan diantara mereka. Andi mengancam Yani: "Awas kau Yani nanti LAINA DIMANA IBU? BAINA MERASA BERDOSA DAN DURHAKA. IR TAK DAPAT MENANGIS LAGI. Orang gemuk putih itu mengangguk-angguk. Lalu ter- senyum. Dari senyuman dan roman mukanya menandakan bahwa ia puas. Diangkatnya papan tulis itu dan diletakkan di depan loket penjualan karcis. Ketika Armadi ber- HAD anjak hendak meninggalkan gedung bioskop orang gemuk itu memanggilnya. "Hei, kemari dulu. Siapa nama kamu?", katanya sam- bil menyolek lengan Armadi. "Nama saya Armadi, oom!" "Sekolahmu dimana?" "SD Pabelan!" "Kelas berapa?" ""Lima oom" "Lantas rumahmu?" IBUU! KAK.. KENAPA KAK.? setelah istirahat dimulai, kau akan merasakan tinjuku nanti ...." sambil ia mengacungkan tinjunya ke arah Yani. Dan Yani hanya diam diam saja. Rupanya perkataan Andi benar benar dibuktikannya. Setelah bel tanda istirahat dibunyikan anak anak keluar dengan perasaan gembira. Sedangkan Yani kelihatannya sedih. "Jangan jangan ,.... ucap- an Andi benar "Sedang asiknya Yani berjalan, tiba- tiba "Buk buk ..... buk.....". Rupanya Andi meninju Yani, Yani tidak sempat mengelak- nya. CERITA ISMAIL SAMORA "Huh mentang men- tang kamu pandai, sok, berlagak, dilihat pekerjaanmu saja, tidak memberikan CINTAILAH IBUMU WALAUPUN IA MISKIN DAN JELEK RUPA IBUUU MAAFKAN KAMI. MATA BAINA MEMANDANG KE SAWAH MEREKA. "Dekat oom di Gembongan, depan Kelurahan.", jawab Armadi. "Oooo dekat dekat saja. Begini ya.....berhubung tulis- anmu itu bagus sekali bagai- mana kalau saya minta tolong lagi menulisi papan itu.?", ujar orang gemuk tersebut. Sekali lagi Armadi meng- ini ada uang angguk."Naah Rp.500,-Persen untuk Kamu! Lumayan buat beli alat-alat sekolahmu. Tapi minggu de- pan kemali lagi ya! Bilang dulu sama orang tua! Asal tidak mengganggu pelajaran owe kira tidak jadi apa. Betul ya! jangan lupa ya, kemari pesan lagi lho!", demikian orang gemuk putih itu. "Heehk, Oom! Ini uangnya terima kasih ya Oom," saut Armadi. Betapa gembiranya hati Ar- madi menerima uang itu.. Pertama kelai memang agak bingung. Akan dipergunakan untuk apa uang tersebut. Tan- disadari sambil memi- pa kirkan persen dari orang gemuk di gedung bioskop berada dirinya telah di halaman rumahnya sendiri. Kontan kegembiraan itu hi- lang. Timbul rasa berdosa pada dirinya. Mengapa? Ar- madi ingat. Betapa ia telah memukuli adiknya dengan kayu?! Iapun ingat kepada lukisan- nya yang tersiram air. Armadi bertambah takut manakala melihat motor ayahnya di- parkir diserambi. Ayah sudah pulang berarti ikat ping- gangnya segera mendarat di pantatku, pikirnya. Armadi mengendap-endap. Tengok sana tengok sini. Layaknya seorang pencuri. Atau seekor kucing hendak masuk almari. Setelah dili- hatnya aman, cepat ia menyelinap ke kamarnya. Lukisan perahu layar masih tetap pada tempatnya. Gelas masih tergolek di atasnya. Armadi memandangi lukisan cacat itu. Matanya tertumbuk pada selembar kertas yang ditancapkan pada kwas dan ditaruh di gelas. Diraihnya. Tulisan spidol merah itu jelas tulisan ayahnya. Lalu ia baca: Melukis boleh saja. Tapi kerapian dan kewaspadaan harus tetap dijaga. Artinya, sehabis melukis alat2nya harus dirapikan. Sehabis makan juga begitu. Agar tidak diganggu oleh kucing. Lihat kalau sudah begini...kamu akan me- Lihat halaman VII kol. 3 ******y Andi memulai pertengkaran. "Andi sadarlah bukan- nya aku tidak mau memberi- kan hasil pada- mua tapi ku pikir. janganlah kamu selalu meng- harapkan pekerjaan orang lain, belajarlah mengharapkan hasil pekerjaan sendiri ....." "Diam kau...!, tutup mulutmu" dan Andi memu- kul Yani. Ketika Andi akan mengirimkan tinjunya pada Yani datanglah seorang guru dan melerai keduanya. Dan bapak guru menanyakan du- duk persoalannya, setelah bapak guru mengetahui du- duk persoalannya, bapak guru menganjurkan agar keduanya bersalaman. "Tapi tanpa setahu Yani Andi memendam den dam yang memuncak. "Huh suatu saat aku akan mem- buatmu susah. Hari Senin adalah hari kenaikan Bendera. Dimana setiap murid diharuskan un- tuk mengikutinya. Dan bagai mana dengan Andi?. Andi tidak mengikuti upacara, ia ditegur oleh pak Gondo wali kelasnya. "Hai Andi kenapa engkau tidak mengikuti upacara?, sedangkan kawanmu telah berbaris dilapangan semua- nya!!". "Saya saya sakit perut pak ...". "Baiklah kalau begitu, kau menjaga kelas ya!?. "Ya, pak". Rupanya alasan sakit pe- rut adalah alasan untuk rencananya, rencana yang jahat. Ketika upacara telah ber- langsung, Andipun memulai rencana jahatnya. Dia mengendap endap dibangku tempat duduk Yani, Apa yang dilakukannya?. Andi menghampri bangku Yani dan mengambi tas Yani, dan membukanya. Lalu ia mengambil sesuatu cari dalam tas Yani yaitu sati lembar ribuan, Dan dismpannya didalam sakunya. Iemudian Andi kembali ketimpat ia semula. Upacara telah berakhir dan murid muri masuk ke kelasnya masing masing. Yani masuk ke kelsnya dan tidak tahu bahwa sesuatu telah terjadi bagi dirnya. Sewaktu Yani nem buka tasnya dan mengambil se- suatu, tiba tiba ia ersentak kaget, mengapa?. Rupanya Yani tadi ingin mengambil uangnya didalam tanya un- tuk membayar es pepe Yani langsung panik, selab uang itu ia peroleh dari jeih payah Ayahnya selama satuhari. Ayah Yani adala sebagai seorang penjual po bunga, mengingat hal it Yani menangis. "Yani mengapa engkau menangis ada apakal gerang- an? "tanya teman temannya. Lihat halaman VI kol. 3 Kolom kita Kau akan kujaga, Kubela! Dari angkara murka, Demi kebahagiaan bangsa. eska kecil eeeeeeeeeeeeeeeeee eeeeeeeeeeeeeeeee NEGARAKU Negaraku tercinta, Kau pujaan hati, Wajahmu terbentang, Merangkai ribuan pulau. Kesuburanmu, Kekayaanmu, Kemakmuran mu, Membangga hatiku. Rumahnya jauh dari seko- lah, terletak di tepi pantai. untuk pergi dan pulang sekolah Herman harus me- nempuh jarak kurang lebih enam kilometer. Ditempuh hanya berjalan kaki ketika itu musim dingin. Matahari lekas surut dari peredaran. Bila si Herman keluar dari sekolah hari telah menjelang petang, musim yang demikian adalah bagian daripada kehidupan orang Belanda. Pada suatu hari Herman dalam perjalanan pulang. Hawa sangat dingin. Ia berjalan melintasi jalan kecil di tepi sebuah tanggul. Udara bertiup kencang dan hawa semakin dingin. Debur ombak terdengar dari balik tanggul, Herman membetulkan krah bajunya yang tebal sambil bergumam sendirian, "Gelombang laut sangat besar rupanya. Barangkali akan terjadi topan, tetapi mudah2-an tanggul kita cu- kup kuat menahannya," gu- mamnya. Hari sudah gelap Herman mempercepat lang- kahnya. Seorang pun tak dijumpai di jalan itu. Suasana nya sepi sekali. "Masih agak jauh dari rumah. Alangkah gembiranya kalau saat2 begini sudah di rumah, berkumpul dengan keluarga? "desahnya lagi, Hawa semakin dingin. Ter- bayang olehnya ayah ibu adik menunggunya dan sedihadapan mereka telah ter- sedia makan malam yang sedap. Lamunannya buyar dengan tiba-tiba. Di hadapan- nya menggenang air setinggi mata kaki. "Dari mana air ini meng- genang?" pikirnya dalam hati. Herman berhenti dan meme- riksa dari mana air itu datang. Ia mendekati tanggul. Dari itu ia melihat sebuah lobang. Air laut mengalir melalui lobang itu, Herman cepat mengerti. Pengorbanan Herman DAIHATSU NUSANTARA lebihbaik Nusantara.....nusantara, Tanahmu subur, Tempat beta dilahirkan, Tempat beta berkampung halaman. Oleh: Ireng Sg Bila lobang itu dibiarkan, aliran itu akan membesar, Lobang akan menjadi besar pula. Air dengan leluasa akan mengalir. Bila lobang sudah melebar tanggul akan runtuh dan airpun akan melimpah ke daratan. Banjir besar ter- bayang di mata Herman, "Aku harus menyelesai- kan negara dan bangsaku. Tetapi apa yang harus kulakukan? Aku hanya sen- dirian di sini. Tak seorangpun yang melewati jalan ini," Herman mencari sebuah batu untuk menutupi lobang itu. Tetapi ternyata sebuah batu saja sulit didapat- kan. Ia menjadi panik. "Tolong! Tolong! Tanggul kita berlobang?!" teriaknya keras 2. Tak seorangpun men- dengar teriakan Herman. Matanya memandang jauh. Gelap dan dingin, tak ada lampu dan orang, yang akan lewat di jalan itu. Herman duduk di tepi tanggul, Tangannya dimasukkan ke dalam lubang. Tapi lubang itu terlalu besar. Pas dengan tangan Herman yang me- nyumbatnya. Herman harus duduk di pinggir tanggul itu sebelum ada orang yang melewati jalan itu. Barangkali semalam suntuk ia harus duduk di jalan itu seorang diri. Aloro, depen Baru pagi harinya ada orang yang lewat. Ia tak dapat berbuat lain. Untuk mencari bantuan tidak mung- kin. Ia khawatir lobang tanggul menjadi besar. Se- mentara air laut memukul- mukul dan mengalir semakin deras. Berapa lama Herman duduk di tempat itu. Tubuh- nya telah menggigil kedi- nginan. Tubuhnya dingin, lelah dan perutnya terasa sangat lapar. Kembali piki- rannya melayang ke rumah. Nusantara...nusantara, Dulu menderita, Dulu dijajah, Kini bebas, merdeka!!! Nusantara, ibu pertiwi, Aku berjanji, Akan setia menjagamu, dan menungguimu, Sampai aku menutup mata. Kiriman: G. Wahyu Dwi Hartoko Klas IV SDK St. Yosef Jln Jaksa Agung Soeprapto 6 a Ngawi - Jatim Keluarga dan hidangan makan malam telah menung- gu. Tetapi yang sedang dialaminya sekarang adalah lain dari pada yang dibayang- kan. Ia harus berjaga di tanggul sendirian di tempat yang sunyi. "Biarlah aku korbankan kegembiraanku. Tetapi aku akan menyelamatkan orang banyak. "Herman menye- rahkan nasibnya. Ia akan tetap menyumbat lubang tanggul dengan tangannya sampai ada orang yang datang membantunya. Sementara itu di rumah ibu Herman kebi- ngungan, Petang berganti malam, Dan malam semakin pekat "Ke mana Herman?" desah ibunya semakin gelisah. Ia mengharap-harap cemas kedatangan Herman. "Barangkali mampir ke rumah temannya bu! Biarlah Hermankan anak laki2. Tidak perlu kita risaukan benar. "Ujar ayah Herman Ibu Her- man hanya diam sambil menggigit bibirnya. Beta- papun juga ia sangat kuatir akan keselamatan anaknya, Jam di dinding sudah menun- jukkan angka delapan. Tetapi Herman belum juga muncul. Kesabaran ibu Herman tak terbendung lagi. "Cobalah pak kita cari Herman. Jangan2 mendapat celaka di jalan!" desak ibunya. "Barangkali kerumah Yan- to, baiklah aku akan ke sana!" Dengan bergegas ayah Herman pergi kerumah Yan- to, sahabat dekat Herman, Namun Herman tidak dike- temukan. SABTU, 17 MEI 1980 "Oh, benar saya tidak tahu di mana Herman. Seusai sekolah saya pulang terlebih dahulu, jadi tidak pulang ber-sama2,"kata Yanto. Ayah PT ASTRA INTERNATIONAL, INC. MOTOR VEHICLE DIVISION JAKARTA Hi-Jet pick-up serbaguna. Banyak digunakan untuk angkutan barang, dari pasar atau dari toko ke rumah-rumah. Hi-Jet banyak digunakan untuk angkutan umum dalam kota, atau antar kabupaten. Ulet, irit, nyaman dan serbaguna. Pendek kata Membawa rejeki! 4235 Herman segera berlalu dari rumah Yanto. Dengan lentera di tangan ayah Herman menyelusuri jalan di pinggir tanggul. Tak lama kemudian sampai pada jalan yang melimpah air. Hatinya sangat terkejut. Ia melihat Herman duduk di pinggir tanggul, Mukanya kelihatan pucat, bibirnya biru dan tak ber- tenaga. "Mengapa kau berada di sini sendirian Herman? Apa yang kau lakukan?" tanya ayahnya tak habis heran. COTO "Aku harus menyumbat tanggul ini dengan tanganku, ayah!" DAIHATSU Hi-Jet Pick-up Serbaguna, Membawa Rejeki TAT "Mengapa harus kau laku- kan semuanya itu? Bukankah di sini dingin dan sunyi?" "Memang harus aku laku- kan ayah, sebab kalau tidak akan terjadi banjir besar. Negara dan bangsa kita akan tergenang air. Lobang air ini akan membesar bila tidak aku sumbat dengan tanganku!" DAIHATSU Ayah Herman tahu seka- rang apa yang sedang diker- jakan oleh anaknya, Buru- buru ayah Herman minta bantuan pada tetangga. Tak lama kemudian orang datang berduyun-duyun. Mereka ber- gotong royong memperbaiki tanggul yang berlobang. Me- reka sangat bersyukur ter- hindar dari bencana alam yang dahsyat. Herman segera dibawa pulang ke rumah. Wajahnya pucat pasi dan sangat lemah. Keesokan harinya tetang- ga datang menengok Herman. Mereka memberi salam dan mengucapkan selamat serta terima kasih atas pengor- banan Herman. Keluarga Herman menolak bila ada pengunjung yang menyam- paikan bingkisan. Terbayang di wajah Herman dan keluar- ganya suatu kebahagiaan yang tak ternilai. Jasa Herman Lihat halaman VII kol. 4 Daihatsu! Kendaraan Yang Tahu Kebutuhan Khusus Anda! QUIBU Spust 60 (2000) 0 12 1TZ-CAR