Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-04-23
Halaman: 10

Konten


2cm r HALAMAN 10 Bali Post Wanita Bali akan selalu di "Pinggiran' * Jika Tradisi tetap pada Tabiat Aslinya PARIWISATA telah memurukkan wanita Bali ke dalam arus gelombang interaksi global. Banyak wanita Bali meninggalkan identitas kebaliannya memasuki identitas budaya baru. Wanita yang demikian, bila menilai kembali budayanya terdahulu cende- rung berontak. Banyak kalangan wanita muda dan terpelajar berpi- kir, dan bahkan merasakan, bahwa kebudayaan Bali sangat meng- himpit dan menyesakkan jati diri wanita modern Bali. Tradisi ma- syarakat Bali dirasakan menjauhkan dirinya dari akar pokok kewanitaannya. Umumnya wanita Bali digambarkan serba inferior dari pria Bali, seperti sketsanya Margaret Mead, antropolog wanita Amerika. Wanita Bali yang telah ber- singgungan dengan peradaban modern dan berwawasan femi- nistik beranggapan, apabila tra- disi Bali tetap setia kepada 'ta- biat' aslinya, dikhawatirkan ke- dudukan dan status serta peran wanita Bali akan selalu berada di 'pinggiran'. Kehidupan sosio- budaya Bali dipandang sebagai materia secunda' penyempitan fungsi dan pembatasan gerak wanita Bali. Kehidupan wanita Bali disudutkan ke posisi prototi- pis yaitu kerumahtanggaan be- laka. Alam kodrat wanita Bali se- lalu dipergunakan sebagai alasan tidak diberikan kele- luasaan untuk mengaktualisasi- kan dirinya secara bebas di masyarakat Kemajuan iptek dan sergahan era informasi yang mendunia te- lah menggeser secara struktural perilaku wanita Bali tradisional. Wanita muda Bali (baca: remaja atau pemudi) tidak malu lagi pa- caran secara terbuka, memakai pakaian layaknya pria, membi- carakan seks secara terbuka, be- kerja mengais karier di luar ru- mah, menuntut kepada suami cerai, berkarier politik, dan daf- tar masih dapat diurai lebih pan- jang lagi mengenai pergeseran peran dan pekerjaan wanita Bali dewasa ini. Modernitas telah ba- nyak mempengaruhi alam pi- kiran dan sepak perbuatan wa- nita Bali. Banyak wanita Bali te- lah berani meninggalkan tanah dan leluhurnya, menikah de- ngan orang luar Bali. Wanita Bali yang fanatik Wanita Dalam Perspektif Hindu POSISI dan peranan wanita dupan masyarakat agraris. Na- Hindu, pada dasarnya dapat di- susuri dari sejarah perkem- bangan agama Hindu itu sendiri. Kendatipun data-data dan infor- masi yang dapat kita peroleh ka- dang tidak lengkap dan kompre- hensif, namun setidaknya kita dapat memperoleh gambaran perkembangan posisi wanita da- lam agama Hindu. Pada masa beberapa abad lalu, kelahiran seorang bayi per- empuan tidaklah mendapat sam- butan hangat baik dari keluarga ataupun masyarakatnya, terle- bih dalam masyarakat yang menganut sistem patriarchat. Hal ini terutama dikarenakan bayi laki-laki memiliki nilai lebih dibandingkan bayi perempuan. Dalam literatur-literatur klasik pun, banyak terdapat kisah yang menggambarkan laki-laki men- jadi sumber harapan keluarga dan di lain pihak, wanita hanya- lah menjadi sumber malapetaka bagi keluarga. Kaum lelaki dianggap memi- liki aset ekonomi yang sangat be- sar dalam keluarga dan menjadi mesin utama kehidupan eko- nomi keluarga. Dalam pada itu, wanita hanyalah dianggap seba- gai pelayan kebutuhan kaum le- laki. Begitu pula ketika bayi per- wanita dan kemudian menjadi seorang istri, pihak lelaki amat- lah mendominasi kehidupannya. mun sejalan dengan perkem- bangan zaman, kini telah terjadi pergeseran dari masyarakat agraris menuju masyarakat in- dustri. Giovanni Sartori, seorang sosiolog, menjelaskan bahwa pergeseran dari masyarakat agraris menuju industri ini mempengaruhi pula elemen- elemen dalam struktur masyara- kat, khususnya peranan wanita. Bila pada masyarakat agraris, kaum wanita hanyalah berperan sebagai pembantu kaum lelaki di bidang pertanian dalam masya- rakat industri kaum wanita mendobrak dominasi kaum pria. Hal ini terutama disebabkan luasnya cakupan bidang peker- jaan industri, yang pada banyak segi menuntut peran aktif dan spesialisasi pekerjaan bagi kaum wanita. memperjuangkan idealisme fe- minisme selalu beranggapan, tradisi merupakan tali pengikat dan pembalut kebebasan wanita Bali. Namun harus disadari, bahwa modernisasi dapat meng- geser struktur dasar keyakinan wanita Bali dari akar pokok filsa- fat kewanitaannya. Bila wanita Bali telah meninggalkan akar pokok keyakinan kulturalnya, maka diramalkan kehancuran sudah di ambang pintu. Tiada lagi tumpuan harapan dan doa kebahagiaan ada di telapak kaki ibu. Tidaklah tepat menyimpul- kan, entitas kebudayaan Bali menyebabkan terpuruknya esensi kewanitaan wanita Bali. Menyelesaikan Beberapa Fungsi Agama Hindu selalu menjadi sumber inspirasi tak pernah le- kang bagi wanita Bali dalam ber kiprah. Tradisi Bali dijadikan panduan dalam melangkah. Ke- dudukan wanita Bali selalu di- beri arti dalam konteks ling- kungan sosio-budayanya. Wa- nita Bali berpikir, berkata, dan berbuat menurut filosofi Hindu. Keluhuran budi (luh luwih), pengabdian tulus, berbuat ba- nyak, sepi wicara, tak mengha- rap imbal jasa, penuh cinta kasih merupakan beberapa prototipe permainan atau sandiwara wanitaan (woman empower- ment) yang menuntut persa- watak wanita Bali. Wanita Bali mudanya. sudah biasa bekerja di luar ru- Keluguan wanita Bali adalah maan hak, dengan melepas sim- mah, menyelesaikan beberapa cerminan kesederhanaan berpi- pul tali temali kodrat fungsi sekaligus. Di rumah, seo- kir wanita Bali. Wanita Bali ba- rang ibu sederhana akan dengan nyak berbuat untuk keluarga. setia dan tulus menyuguhkan nya, untuk lingkungannya, un- makanan bagi anak dan suami- tuk budayanya. Keluguan nya. Ia tidak makan, semuanya hanyalah didahulukan. Bila anggota ke- kehendaknya. luarga puas, lapar pun tak men- jadi persoalan bagi wanita Bali. la tidak mempersoalkan, karena tugas pengabdiannya sebagai ibu telah ia laksanakan. Masih contoh lain. Walau wa- nita Bali mempunyai karier atau berpenghasilan jauh lebih ba- nyak dari suaminya, tetapi ia te- tap bersiteguh, semua hasil ka- rya di rumahnya adalah hasil je- rih payah suaminya. Ia tidak mempersoalkan dirinya. Ia tidak mengemuka. Menjadi wanita yang bijaksana, berbudi luhur, tak menonjolkan diri adalah satu tujuan hidup bagi wanita Bali. Contoh lagi. Bila seorang wa- nita Bali menikah, maka segera ia meninggalkan identitas masa mudanya. Ia tidak mau bersolek, merias diri. Tak pantas pikirnya bersolek, karena itu identitas pe- mudi. Di balik itu, wanita Bali se- sungguhnya ingin memasuki du- nia pengabdiannya, bukan dunia kewanitaan wanita itu sendiri. Sepertinya, bukan equality yang diperjuangkan oleh wanita Bali, melainkan equity terhadap ek- bukan sistensinya. sifat, Benteng Tradisi Sifat, watak dan fungsi wanita Bali sangat terkait dengan kebu- dayaannya. Ini menjadikan po sisi wanita sangat sentral da penting sebagai benteng pemer- tahanan kebudayaan Bali dari pengaruh negatif budaya asing yang dominatif, yang modern berteknologi tinggi, dan berkul- tur individualistik. Globalisasi iptek dan kebudayaan pasti me- nyentuh sisi kebudayaan Bali, Kebudayaan Bali tidak mungkin akan menutup diri, mengisolasi niaan segala aspek kehidupan diri dari kenyataan penyedu- dan prikehidupan manusia di ja- gat raya ini. Demikian pula, wa- nita Bali akan tersentuh kema- juan iptek. Tugas para wanita Bali untuk tetap menjadikan di- rinya pemertahan kebudayaan Drs. Dw. Km. Tantra, M.Sc., Ph.D. Sifat kerja keras wanita Bali (umumnya di pedesaan) adalah hall mark wanita Bali. Bekerja bukan hanya satu jenis dirang kup dengan gairah, penuh sema- ngat. Terpaan sinar matahari yang menyengat tak dipeduli kan. Sehingga, banyak orang iba melihat wanita Bali yang ber- simbah peluh bergulat dengan hidup dan kehidupannya. Sifat dan watak wanita Bali masih ba- nyak untuk bisa membentuk sketsa lengkap dan utuh meng- enai wanita Bali. menyaksikan sepak terjang wa- Bila orang luar melihat dan nita Bali, timbul rasa kasihan, karena terjadi 'pemerasan' ter- hadap wanita di Bali. Pria Bali dijadikan sasaran umpatan. Bu- daya Bali dijadikan alasan. Me- mang tidak bisa mengukur 'baju wanita Bali' dengan ukuran baju Bali. wanita dari budaya lain. Tidak seperti gerakan pendaya- Wanita Sumber Keberhasilan Cita-cita, Mempercantik Dunia PERNAH ada ribut-ribut, yang memasalahkan sumber sastra-sastra agama Hindu se- perti Nitisastra dan Sarasamus- caya, yang melecehkan eksis- tensi kedudukan dan martabat wanita. Kalau dikaitkan dengan emansipasi wanita pada era se- karang, beberapa seloka di ke- dua sumber sastra agama Hindu itu tentu kurang pas. Bahkan berkecenderungan kurang men- didik dan luncas, dengan sa- saran meningkatkan emansipasi wanita, yang sama dan sejajar dengan kaum pria, sebagai ma- nusia pembangunan pada era se- karang. Betapa tidak ribut-ribut, kalau kita telah mengakui dan merupakan fakta pada era seka- rang, wanita memang berperan serta aktif dalam pembangunan bangsa dan negara di bumi nu- santara ini. Tetapi di sana sini, masih saja ada opini bahwa wanita adalah pangkal persengketaan. Seperti dikemukakan dalam kitab Niti- sastra (Sargah IV, 15), bahwa wa- nita sejak dahulu kala menjadi pangkal persengketaan. Dalam zaman Kretayuga, Renuka Dewi, menjadi pangkal persengketaan. Dalam zaman Tretayuga, Janaki (Sita) Dewi, menjadi pangkal Dwaparayuga, hanya Draupadi Dewi menjadi pangkal perseng- ketaan, yang menyebabkan ter- jadinya Perang Besar Bhara- tayudha, di medan perang Ku- Dalam masyarakat Hindu yang sangat menekankan kese- larasan, keserasian dan kehar- monisan, baik dalam hubungan kepada Tuhan, lingkungan mau- persengketaan. Dalam zaman pun antarumat manusia itu sen- diri, pengakuan terhadap per- anan kaum wanita sangatlah tinggi. Prinsip utama yang men- dasarinya adalah hak dan tang- Kalau disimak secara sepintas saja pengungkapan opini ten- tang wanita menurut petunjuk sloka Nitisastra dan Sarasamus- caya yang telah dikemukakan, eksistensi dan kedudukan wa- nita sebagai makhluk lemah lembut, seolah-olah merupakan sumber bencana alam hidup dan kehidupan di dunia ini. Padahal menyimak, mengkaji, mengana- lisis, sampai menghayati konsep ajaran sloka-sloka Nitisastra dan Sarasamuscaya, kita ditun- tut harus sangat arif dan bijak. Sehingga dapat dipetik intisari ajarannya, sebagai tuntutan hi- dup dan kehidupan di dunia ini, agar kita tidak mendapatkan nikmat yang membawa seng- sara. Kekuatan dan Kunci Keberhasilan Menyimak kitab Nitisastra dan Sarasamuscaya, bila kita kurang arif dan bijak, seolah olah melecehkan eksistensi dan kedudukan wanita. Tetapi sumber-sumber sastra agama Hindu yang lainnya amat memu- liakan wanita sebagai ibu. Se- perti diketemukan dalam ajaran Upaweda dan Dharmasatra, sumber hukum Hindu itu. Da- lam Upaweda, seperti dalam Ra- mayana dan Mahabharata dan yang lain-lainnya, wanita meru- pakan sumber kekuatan dan kunci keberhasilan menunaikan tugas-tugas dharma dalam hi- dup dan kehidupan ini. Kea- yang doyan makan-minum enak tangga patut diberi hadiah bu- dan wanita perawan cantik, de- sana, perhiasan dan makanan ngan ceritra berbingkai yang pe- (59). nuh dengan tuntutan ajaran dharmaniti, swagunaning prabhu, dengan kias dan meta- fora kehidupan binatang dan manusia. Sehingga Prabhu Es- waryadhala, raja Patalinagan tun itu sadar sebagai raja yang patut menunaikan swadharma- ning nagara dan agama, saat me- mutar roda pemerintahan ber- sama para menterinya. Sehingga kerajaan dan kawula kerajaan Patalinagantun menjadi aman, damai, makmur dan sejahtera. Kalau kita petik dan simpul- kan, contoh-contoh pantheon Upaweda yang telah dikemuka kan, ada sederetan tokoh dan fi- gur wanita yang menjadi sumber kekuatan dan kunci sukses atau keberhasilan, Sri Rama berhasl menegakkan dharma, dengan mengalahkan Prabhu Dasa- muka (Rawana), karena Sita Dewi. Yudhisthira, berhasil mengalahkan Prabhu Anom Du- ryodhana dan Sakuni, sebagai penjelmaan Sang Hyang Kali dan Sang Hyang Dwapara yang selalu menimbulkan onar di du- nia ini, berkat Draupadi Dewi. Pangeran Sidharta, berhasil menjadi Buddha Gautama, ber- kat bantuan Sujata. Demikian pula Prabhu Eswaryadhala, ber- hasil mencapai zaman keemasan pada masa pemerintahannya di Patalinagantun, berkat bijak gai pendampingnya. Dua Kaca Mata Lebih dari sekadar kepatutan untuk memberi hadiah kepada wanita di dalam keluarga pada waktu hari-hari raya sebagai pengejawantahan dan wujud nyata penghormatan kepada wa- nita, usaha itu sebenarnya juga termasuk usaha untuk memper- cantik dunia. Bukankah dalam dialog antara Satyabhama Dewi dan Darupadi Dewi dalam Wa- naparwa yang mengemukakan bahwa mempercantik diri itu ti- dak dosa? Asal untuk memper- cantik dunia dan kepentingan suami, sebagai dampati? Me- mang benar, banyak dapat kita simak dalam kenyataan, dunia dan lingkungan kita akan men- jadi kering dan kaku, tanpa ada wanita yang cantik dan berhias secara wajar dan berkepatutan. Kembali kepada ribut-ribut ten- tang sloka-sloka Nitisastra dan Sarasamuscaya. Kearifan dan kebijakan yang mendalam patut kita nalarkan. Karena pada da- sarnya ajaran seperti yang ter- maktub dalam kedua kitab itu, merupakan tuntunan bagi kaum suklabrahmacari yang tulen, ba- rangkali seperti Bhagawan Wa- raruci, penulis kitab Sarasamus- caya itu. Fakta sosiologis nyata telah banyak membuktikan, bahwa kegagalan bagi kaum banyak disebabkan oleh kega- galan mengendalikan nafsu bi- rahi terhadap wanita. Dengan demikian, kitab semacam Niti- sastra dan Sarasamuscaya, me- rupakan pegangan dan tuntutan bagi kaum Brahmacarin pada khususnya, dan umat manusia pada umumnya, sehingga tidak terjebak nikmat yang membawa sengsara. empuan tumbuh menjadi remaja dimawab yang sama baik yang rukshetra, antara Kaurawa gungan, kewibawaan, dan keber- bestarinya Ni Dyah Tantri, seba- Brahmacarin pada umumnya, Dengan kata lain, wanita meru- pakan subordinasi kaum lelaki. Namun, bila kita tinjau Ma- habharata, sebuah kisah klasik peradaban Hindu, lebih mende- tail terlihat adanya pengakuan yang selaras antara kaum pria dan wanita. Dalam Mahabha- rata, kita dapat mengkaji bahwa pada dasarnya seorang pria be- lumlah lengkap tanpa kehadiran seorang wanita dalam sebuah ru- mah tangga. Dengan demikian, seorang istri, identik dengan suami, begitu pula sebaliknya. Dalam pada itu, kebahagiaan sebuah rumah tangga amatlah bergantung pada nilai kesera- sian dan keselarasan pasangan suami-istri. Secara implisit, ter- kandung makna adanya posisi yang equal antara suami-istri. Atau dengan kata lain, posisi wa- nita sebagai subordinasi dari ke- dudukan suami sudah dapat kita anggap sebagai suatu yang ke- liru, terlebih pada masa seka- rang ini. Dalam sloka berikutnya i kaum pria dan wanita Pengakuan yang sama antara hak dan tanggung jawab antara kaum wanita dan pria ini diku- pas secara mendetail oleh A.S Al- tekar, seorang sosiolog India, da- lam dukungan The Position of (Sloka 16), ajaran Nitisastra Women in Hindu Civilization. Ia mengajarkan orang baik-baik menjelaskan bahwa peradaban agar waspada bergaul dengan Hindu menjunjung tinggi posisi wanita, karena wanita adalah wanita sebagai equal partner tergolong makhluk dunia yang kaum pria baik dalam kehidupan tidak pernah berpikiran lurus. religi, sosial, ekonomi dan politik. dengan Pandhawa. Dan, pada hasilan Sri Rama memusnahkan Contoh-contoh eksistensi dan, era penghabisan yuga yang diset kedurhakaan, keangkaramur- but zaman Kaliyuga, semua wa- kaan Prabhu Rawana, tidak kedudukan wanita sebagai sum nita ingin menjadi sebab adanya akan jelas, kalau tidak karena ber kekuatan sukses dan keber- keributan, persengketaan, bah- seorang Janaki (Sita) Dewi, se- hasilan yang telah dikemuka kan perang dahsyat. bagai permaisurinya. Demikian kan, yaitu keberhasilan dalam pula Yudhisthira, bersama kehidupan nyata. Dalam kehi- Bhima, Arjuna, Nakula dan Sa- dupan skala. Lebih mulia lagi, hadewa, tidak akan tampak jelas sebenarnya wanita juga merupa ketawakalan dan teguhnya ber- kan sumber kekuatan keberha- pegang kepada dharma, dalam silan untuk kehidupan spiritual menghadapi kesaliman, keang- (niskala). Contoh dan tuntunan Pada sisi lain, untuk mencapai karamurkaan, loba dan tamak, konsep ajaran seperti ini, dapat keberhasilan dalam setiap usaha serta sifat-sifat syirik dan dengki diketemukan dalam Manawa dalam hidup dan kehidupan ini, Prabhu Anom Duryodhana, ka- Dharmasatra (Weda Smrti). Da- wanita sebagai sumber ke- lau tidak karena Draupadi Dewi, lam (Buku III, Tentang Kedudu- kuatan, patut selalu dihormati sebagai dampati (pasangan) me- kan Wanita-sloka, 56, 57, 58 dan dalam setiap pranata dan ling- reka (Panca Pandhawa). Pa- 59) jelas sekali dikemukakan be- kungan masing-masing. Fakta nerima sinar suci dari Adhi Bud- dan kedudukan wanita itu. Di mak dalam hidup dan kehidupan ngeran Sidharta, pada saat me- tapa tinggi mulianya eksistensi sosiologis banyak dapat kita si- dha, hampir saja tidak kuasa mana wanita dihormati, di sana- nyata ini. Banyak kaum pria lagi, karena fisiknya lemah, se- lah para Dewa-dewa merasa se- yang sukses dan berhasil karena bab kurang makan dan minum. nang, tetapi di mana mereka ti- kelembutan dak dihormati, tidak ada upa- kaum wanita sebagai pendam- Untung saja pada saat yang kri- cara suci apa pun yang akan pingnya. Atau sebaliknya, ba- sis itu ada Sujata yang memper- berpahala, (56). Di mana warga nyak kaum pria yang hancur le- sembahkan makanan dan mi- wanitanya hidup dalam kese- bur karena wanita, sebagai dam- numan, sehingga Pangeran Sid- dihan, keluarga itu cepat akan pati, disebabkan tidak mendapat kembali, dan dapat mengembali tidak menderita, keluarga itu rena menganggap wanita itu se- harta memiliki kekuatan fisik hancur. Tetapi di mana wanita penghormatan sepatutnya, ka- kan kesadaran dalam samadhi- akan selalu bahagia, (57). Ru- lalu sebagai sumber bencana. kebijaksanaan "Ketahuilah, bahwa di atas du- nia ini ada tiga hal yang jalannya tidak lurus, yaitu wanita, akar Dalam suasana memperingati dan sungai. Semua berbelok- hari Ibu Kartini, amatlah re- belok jalannya, amat susah ka- levan bagi kita semua untuk me- lau diturutkan. Jika sudah ada renungkan kembali harkat dan bunga kemuda tumbuh di batu, martabat kaum wanita sebagai barulah perilaku wanita itu bisa mitra kaum pria dalam mengisi benar. Pendeknya pesanku: pembangunan. Perlu pula kita "Awaslah engkau jika bergaul ingat, kaum wanita Hindu (ter- dengan wanita, hai...., orang utama di Bali) lebih banyak yang baik-baik dan bijak....", de- membaktikan dirinya pada kehi- mikian perumpamaan dan per- dupan religi dibandingkan kaum bandingan eksistensi wanita me- pría. Untuk itu, kaum pria perlu nurut kitab Nitisastra. lebih merenungkan diri dan ber- tanya: Apa yang telah diperbuat Sarasemuscaya, banyak sekali Lebih jauh lagi, di dalam kitab kaum pria untuk kehidupan ber- sloka-slokanya yang amat mele- agama? Dengan demikian diha- cehkan eksistensi dan kedudu- nya. Sehingga anugrah sinar mah, di mana wanitanya tidak Justru dalam kearifan dan kebi- rapkan di kemudian hari, kaum kan wanita. Dalam bagian Stri suci dari Adhi Buddha dalam dihormati sewajarnya, meng- jakan yang patut kita nalarkan pria dapat lebih menghargai dan (wanita), sloka 424, dikemuka- yoga samadhinya, dapat dite- ucapkan kata-kata kutukan, ke- untuk penghormatan kepada mengakui posisi wanita dalam kan bahwa di antara sekian ba- rima secara utuh, sehingga sejak luarga itu akan hancur seluruh wanita sebagai sumber ke- nyak yang dirindukan, tidak ada itu Pangeran Sidharta menjadi nya, seolah-olah dihancurkan kuatan keberhasilan, patut yang menyamai wanita dalam Buddha Gautama. oleh kekuatan gaib, (58). Oleh menggunakan dua kaca mata, hal membuat kesengsaraan. Apalagi memperolehnya dengan Demikian pula dalam Tantri karena itu, menurut tuntunan secara berkeselarasan dan ber- cara yang jahat. Oleh karena itu, singkirilah wanita itu jauh-jauh, mesti hanya di angan-angan saja, hendaklah ditinggalkan Lalu, bagaimana posisi wanita equal partnership ((kemitraan dalam kehidupan sosial dan eko- yang sejajar). nominya? Pada masa silam Per Md. Kusumayanthi Perwita anan wanita hanyalah terfokus pada urusan rumah tangga dan membantu suami dalam bertani. Penulis anggota International Pada masa itu, kaum wanita te- Woman Organization, Lancaster lah memainkan peranan yang University, Lancaster LA 1 4YD, cukup penting pula dalam kehi- England, UK saja. Ketika Prosesi Ogoh-ogoh kian Berkembang Kamandaka, dikemukakan seo- ajaran Manawa Dharmasastra, keseimbangan. Atau dengan rang wanita, Ni Dyah Tantri, pu- keluarga yang ingin sejahtera kata lain, menghargai eksistensi tri tunggal Ki Patih Bandewarya dan bahagia, harus selalu meng- dan peranan wanita pada pro- yang amat bijak dan menguasai hormati wanita. Hari-hari seba- porsi yang sewajarnya. sastra sarodresti mampu menya- gai wujud nyata menghormati darkan Prabhu Eswaryadhala, itu, wanita-wanita dalam rumah Ngurah Oka Supartha Ada Gejala Legitimasi Sekularisme Dalam Masyarakat Bali PRO-KONTRA tentang apa- kah ogoh-ogoh yang diarak se- waktu Pangerupukan tanggal 11 April 1994 lalu, harus dibakar (dilenyapkan) ataukah dilestari kan (difungsikan lain), pasti akan berkepanjangan dan me- nimbulkan kekecewaan emosi religius sebagian umat Hindu di seluruh Indonesia. Suatu peris- tiwa yang luar biasa tahun ini karena masyarakat kota Denpa- sar mampu menampilkan seki- tar 1.500 ogoh-ogoh lebih yang dikenal sebagai patung perwu judan buthakala. Masyarakat semula sangat puas, karena mampu "menyalurkan emosi se- ninya" yang diwujudkan ke da- lam patung ogoh-ogoh yang me- miliki makna seni, religius, ma- gis dan sosial. loyal terhadap adat, budaya dan lam masyarakat Bali. Lihat saja agama Hindu. Apakah PHDI Pu- beberapa warga telah memasang sat akan mengeluarkan "bhi- parabola di atas sanggah padma sama" tentang ogoh-ogoh, mari sana, para tukang menjual sesaji kita tunggu saja. untuk memperoleh uang, dan se- Perlu direnungkan fenomena terusnya. Di samping itu dijum- di atas ini, mengapa terjadi pan- pai paham-paham sekularisme, dangan pro-kontra tentang akhir yang mengutamakan materi se- dari pawai ogoh-ogoh itu? Tidak bagai sentra-sentra dari sistem kah telah terjadi "pelecehan ter- nilai yang hidup dalam buka" dari kelompok masyara masyarakat. kat yang sekuler yang telah mengkomersialisasikan prosesi ritual terhadap kelompok ma- syarakat Bali yang loyal kepada agama Hindu? Marilah kita me- renungi fenomena Nyepi di Bali secara lebih mendalam. Salah satu teori sosial dari bahwa pulau Bali telah berubah menjadi The Island of Butakhala atau The Island of Satan. rakat Bali langsung atau tidak untuk mengutamakan nilai sa- langsung akan dilanda oleh kral, religius dan magis. Yang tindakan-tindakan yang meng- ada hanya tesis, bahwa segala se esahkan tindakan-tindakan suatu yang bernilai dapat meng- Kedudukan "nilai sakral, reli- yang memihak pada paham se- hasilkan uang atau materi. gius dan magis" sangat penting kuralisme. Masyarakat sekuler posisinya dalam keyakinan dan akan selalu berusaha secara gi- Pelecehan Iman Agama iman agama Hindu. Keyakinan gih untuk mencari berbagai Penulis dan beberapa umat dan iman Hindu akan hancur alasan-alasan rasional bahwa Hindu yang sempat diwawanca- berantakan manakala nilai sa- yang sekuler itu "seolah-olah tak rai, kemudian menyatakan, kral, religius dan magis itu mulai bertentangan dengan ajaran ogoh-ogoh yang dipakai prosesi terkikis dan lenyap. Umpama- agama, adat dan budaya". ritual Pangerupukan menjelang nya, Hukum Karma tidak akan Kebudayaan Bali memang te- Nyepi di Bali seharusnya diba- dipercaya oleh umat Hindu ma- Clarck Kerr, dalam bukunya" lah menjadi objek pariwisata, kar (dilenyapkan). Jika tidak, nakala nilai sakral, religius dan The Future of Industrial Societies Namun hendaknya, agama ja maka mala (reged) alam semesta magis itu lenyap. (1993) menyatakan bahwa salah ngan dijadikan bahan komoditi ini tetap saja. Ogoh-ogoh sebagai Posisi ogoh-ogoh dalam pange- satu ciri utama dari masyarakat bagi pariwisata. Jika masyara- alat untuk mengusir buthakala rupukan harus dilihat dengan ja- industrial ialah meligitimasi kat Bali tidak hati-hati, maka yang datang ke dunia ini harus linan sistem nilai dalam adat, (mengesahkan) tindakan agama Hindu yang memiliki ikut dibakar (dilenyapkan). budaya dan agama Hindu. Jika Teori Legitimasi tindakan masyarakat yang nilai-nilai sakral, religius dan Jika ada sementara warga ma- tidak, makna ogoh-ogoh akan Sekularisme mengganti dan mengambilalih magis akan ikut terbawa men- syarakat, baik yang memang et- menjadi terbatas dan sempit. De- Sekularisme mengandung unsur budaya sakral atau reli- jadi barang komoditi. Lihat saja nik Bali atau bukan, menyimpan ngan kata lain, posisi ogoh-ogoh Ada pihak menilai, pawai (pro- makna sebagai paham yang bernilai materialisme atau ke- yang dapat dikatakan telah se- ogoh yang sempat ikut prosesi hat dalam jalinan erat dengan ni- gius dengan unsur budaya yang kasus kelompok masyarakat atau sengaja melestarikan ogoh- dalam pangerupukan harus dili- sesi) ogoh-ogoh itu sebagai ba mengutamakan materi atau ke- gian dari agama Hindu, khusus bendaan lebih bermakna diban- bendaan. Umpamanya pratima kuler di Kuta, Badung, Bali, di itu, maka dapat dinyatakan tin- lai keyakinan dan iman Hindu. nya di Bali. Oleh sebab itu, ogoh- dingkan unsur spiritual atau dolar. Patung ogoh-ogoh yang sa bermakna sakral, kemudian di ngan emosi agama dan iman Bali khususnya, dan Indonesia yang sakral dapat dijual dengan mana ogoh-ogoh yang semula dakan mereka bertentangan de- ogoh sebagai lambang pengusir hal-hal yang abstrak. Materi buthakala harus dibakar (dile- atau kebendaan dianggap lebih kral dapat dipajang sebagai jejer dan dipajang untuk dinik- Hindu. Tindakan mereka harus pada umumnya, sangat sensitif nyapkan), tetapi ada kelompok fungsional bagi kehidupan ma- hiasan estetis di hotel. Bahkan mati oleh para wisman dan dinyatakan sebagai "pelecehan dan reaktif terhadap budaya pa- masyarakat Bali yang menyata nusia, dibandingkan hal-hal ukiran-ukiran meru yang sakral wisnu. Akibatnya, apa saja yang iman atau agama Hindu". wai ogoh-ogoh dalam pangerupu- kan pawai ogoh-ogoh itu sebagai yang spiritual. Realitas dan nilai dipajang di diskotek atau pub. dapat menarik wisman, apakah "fenomena budaya semata- tertinggi melekat pada hal-hal Ini berarti telah terjadi "peng- itu benda budaya sakral atau ti- pariwisata atau pemda ingin nya "dapat meningkatkan dan Jika ada pihak penyelenggara kan, karena prosesi itu sebenar- mata", sehingga setelah pawai yang material. aburan antara nilai sakral de- dak, akan mengalami nasib de- membuat paket pariwisata de- memantapkan emosi religius ogoh-ogoh itu dapat disimpan ngan nilai sekuler". mikian. Yang penting, dapat me- ngan menampilkan ogoh-ogoh dan iman Hindu", terutama da- (dilestarikan). Bahkan patung Selain istilah sekularisme, di- Masyarakat industrial tidak narik wisman atau wisnu kemu- yang serem, indah, dan menarik, lam menyongsong Hari Suci ogoh-ogoh itu sebagai alat pro- jumpai istilah "sekularisasi". Se- begitu peduli, benda budaya itu dian dapat "mendatangkan hendaknya ogoh-ogoh itu dibuat Nyepi. Jika kini ogoh-ogoh telah mosi pariwisata yang dapat dile- kularisasi adalah suatu proses sakral atau tidak. Yang penting dolar". baru dan "tidak diikutkan dalam dikomersialisasikan untuk me- takkan di depan artshop atau bergesernya atau berkembang benda budaya itu dapat fungsio- Dorongan kehendak untuk prosesi pangerupukan" raih dolar, maka tidakkah ter- hotel. nya nilai-nilai spiritual menuju nal, yaitu menghasilkan materi meraih dolar dari sementara ma- Yang benar yang mana? En nilai-nilai yang material. Nilai atau kesenangan. Menurut Kerr, syarakat Bali, telah memper- tang ogoh-ogoh ini, perlu segera tung pratima suci akan dijual be- Masalah paket pariwisata ten- lalu lama akan terjadi segala pa- tahlah. Sebelum PHDI meng spiritual yang abstrak dan reli- manusia industrial kurang be- kuat tindakan-tindakan komer diselesaikan oleh lembaga ter- bas di pasar? Tidakkah telah eluarkan "bhisama" tentang pa- gius diganti dan diambilalih de gitu serius dalam memeluk sialisasi. Manakala tindakan ko- kait agar munculnya pelestarian terjadi pelecehan keyakinan dan wai ogoh-ogoh menjelang Nyepi, ngan nilai-nilai material. Yang agama, karena agama secara for- mersialisasi itu tidak terkendali, ogoh-ogoh tidak memberikan iman agama yang menyakitkan maka pawai ogoh-ogoh akan me- menjadi sentral dari realitas mal telah diganti dengan kehi maka akan merambah benda- kesan bahwa masyarakat Bali secara tersembunyi? Entahlah, nimbulkan reaksi yang kontro- adalah nilai-nilai material. dupan industrial yang didukung benda budaya, adat, dan agama kini "melestarikan buthakala mari kita lihat di kemudian hari! versial dan menimbulkan keke- Penulis melihat fenomena se- oleh teknologi canggih. yang sakral dan religius. Dalam dan mengusir para dewa". Sa- cewaan bagi umat Hindu yang kularisasi sedang berjalan da- Penulis meramalkan, masya dunia bisnis, tidak ada konsep ngatlah naif jika ada kesan Sebenarnya umat Hindu di Nyoman Naya Sujana Sabtu Paing, 23 April 1994 Klasifikasi Ogoh-ogoh "Pengerupukan" DARI tahun ke tahun, berdasarkan peng- amatan di lapangan ternyata kreativitas cip- taan ogoh-ogoh pangerupukan semakin ber- kembang. Berbagai profil ogoh-ogoh, dari ogoh- ogoh bhutakala sebagai wujud pamurtian, frag- men dan kreativitas murni, tampak semakin beraneka ragam dan marak. Bahkan dalam usaha menciptakan berbagai profil ogoh-ogoh itu, terutama di kawasan Kotif Denpasar, bu- kan hanya dibuat oleh masing-masing STT (se- keha taruna taruni) bersama krama banjar saja. Tetapi ada juga dibuat oleh kelompok spontanitas taruna (pemuda banjar). Sehingga prosesi ogoh-ogoh pangerupukan dan mabuu- buu yang merupakan rangkaian Nyepi Saka Warsa 1916 yang baru lalu, tampak semakin marak. Sejalan dengan kenyataan itu, opini tentang eksistensi dan perkembangan ogoh-ogoh pun tampak beraneka ragam pula, menurut visi dan argumentasi masing-masing. Dari berbagai opini itu, ada yang mengemukakan, ogoh-ogoh mubazir, pemborosan, dikomersialkan krena adanya sponsor. Atau, masyarakat umat Hindu di Bali memuja dan mengarak bhutakala. Te- tapi ada juga bantahan, tidak benar masyara- kat Hindu di Bali memuja bhutakala. Terlepas dari berbagai macam opini itu, yang patut dicatat, pada kenyataan yang tak dapat dibantah. Di samping semakin marak, dalam rangkaian upacara Pangerupukan dan Mabuu- buu Nyepi Saka Warsa 1916 yang baru lalu, ter- nyata jumlah ogoh-ogoh yang ikut prosesi seki- tar 1.500. Sehingga kalau dihitung - hitung, ka- lau rata-rata satu profil ogoh-ogoh menghabiskan dana Rp 1 juta, dalam waktu ha- nya satu malam Rp 1,5 milyar dana habis 'ter- bakar'. Belum lagi terhitung dana dari kelom- pok spontanitas taruna yang membuat ogoh- ogoh ukuran medium dan kecil sesuai dengan selera dan kreativitas kelompok mereka masing-masing. Pantas saja, kalau kita selalu berpikir rasional, prosesi ogoh-ogoh mubazir, pemborosan dan membuang-buang dana. Be- lum lagi terhitung ogoh-ogoh yang dibuat oleh beberapa banjar di Desa Adat Kuta, yang meng- gunakan bahan dari beludru. Sehingga, satu profil ogoh-ogoh menghabiskan dana sampai Rp 1,5 juta. Akan tetapi, sebelum memvonis bahwa pro- sesi ogoh-ogoh dalam pangerupukan dan mabuu-buu, mubazir dan pemborosan, kita ha- rus berpikir aktif dan bijak. Kita harus masuk lebih dalam lagi ke sikap budaya religius ma- syarakat umat Hindu di Bali, pada saat menu- naikan ibadah agama. Sepanjang kondisi dan situasi dana mendukung, mereka tidak akan menggunakan hitungan ekonomis untuk peng- eluaran dana, untuk pelampiasan emosi keaga- maan. Sepanjang kondisi mengizinkan, pelam- piasan emosi keagamaan, akan dapat menum- buhkembangkan kemantapan rasa agama yang mendalam, bagi penghayat agama immanent. Dari kemantapan rasa agama yang mendalam itu, akan dapat pula menumbuhkembangkan rasa puas batiniah yang spiritual. Agama tidak selalu hanya berdasarkan rasio saja. Tetapi rasa mantap keagamaan yang batiniah spiri- tual itu, juga berdasarkan rasa agama yang tumbuh dan berkembang, baik pada masing- masing individu maupun secara berkelompok. Kalau semua berdasarkan rasio, tidak lagi agama namanya. Terhadap sikap budaya masyarakat Bali yang seperti itulah kita patut arif dan bijak, me- nyimak, mengkaji, menganalisis, sehingga kita tidak terburu memvonis, bahwa tata kehidupan beragama masyarakat Hindu di Bali, termasuk dengan prosesi ogoh-ogoh pada waktu upacara pangerupukan dan mabuu-buu, mubazir, boros, dan buang-buang dana. Lebih dari itu, selaras dengan konsep dan tuntutan ajaran Weda, un- sur dan struktur persembahan dan pemujaan saat menunaikan ibadah bagi masyarakat umat Hindu pada umumnya, adalah kepatutan mempersembahkan pancapagenda, yakni lima unsur seni, sebagai wujud nyata dari Weda. Ke- lima unsur pancapagenda itu adalah seni sas- tra, seni vokal, seni instrumen, seni gerak, dan seni rupa. Atau dari seni rupa ini akan berkem- bang lagi menjadi seni kriya, seni bangun, seni arca, termasuk ogoh-ogoh dalam wujud pamur- tian, bhutakala, raksasa, danawa, detya, yathu- dana dan paisaca, seperti yang dikemukakan dalam kitab Manawa Dharmasastra, sumber hukum Hindu yang dalam dan luas itu. Kalau dikaitkan dengan sumber konsep nyasa, seperti yang dikemukakan dalam Upa- weda, pembuatan berbagai profil ogoh-ogoh ti- dak menyimpang. Termasuk pas juga dengan konsep ajaran dewaghrha, seperti yang dike- mukakan dalam Isopanishad. Apalagi, kalau dikaitkan dengan Arcanam, salah satu unsur dalam Nawawidabhakti, sembilan jalan untuk memuja Hyang Widhi dengan segenap istade- watanya, seperti yang dikemukakan dalam Wisnupuranam, juga masih pas. Karena ogoh- ogoh dalam wujud nyasa bhutakala, adalah wu- jud pamurtian para dewa, sebagai prabhawa Hyang Widhi. Sehingga dengan adanya tun- tutan berbagai konsep sastra-sastra agama yang telah dikemukakan, tata ibadah agama masyarakat Hindu di Bali menjadi marak dan Bali Post dapat menumbuhkembangkan rasa agama yang mendalam, karena adanya persembahan lima unsur seni budaya agama yang adhilu- hung dan adhiluhur. Tetapi di balik kemarakan itu, telah tercapai pula kedalaman rasa agama yang membatin. Tiga Klasifikasi Berdasarkan pengamatan dan hasil studi se- mentara profil ogoh-ogoh yang dibuat dalam rangka upacara Pangerupukan dan Mabuu-buu Nyepi Saka Warsa 1916, di lingkungan banjar- banjar Desa Adat Denpasar, profil ogoh-ogoh dapat dibedakan menjadi tiga klasifikasi. Per- tama, ogoh-ogoh pamurtian, berwujud bhuta- kala. Kedua, ogoh-ogoh fragmen, yang diambil sumbernya dari Upaweda, yang paling banyak diambil dari Sang Hyang Astadasaparwa (Ma- habharata). Yang ketiga adalah ogoh-ogoh, kreativitas murni, yang tampaknya sama se- kali tidak bersumber dari Weda, maupun Upaweda. Dalam rangkaian prosesi upacara pangeru- pukan dan mabuu-buu, yang benar adalah ogoh-ogoh pamurtian yang berwujud bhuta- kala. Walaupun profil bhutakala-nya, masih gabeng (tidak jelas) dan asal-asalan. Karena busana, atribut, laksananya, baik dalam kon- sep kebudayaan Bali maupun dalam konsep ar- keologis dan element of Hindu Iconography, ku- rang jelas. Seyogyanya, di sinilah peranan dan partisipasi nyata instansi, badan majelis yang terkait, untuk memberikan pembinaan, tun- tunan tentang konsep bhutakala sebagai wujud pamurtian, sehingga menjadi jelas. Ogoh-ogoh pamurtian apa yang akan dibuat? (baca Bali Post, Senin, 11 April 1994). Kedua ogoh-ogoh fragmen, seperti Bhimasuci yang dibuat oleh Banjar Tegallinggah, Denpasar. Barong dan Rangda, oleh Banjar Belong. Br. Gerenceng me- nampilkan Arjuna naik kereta perang, dengan kusir Sri Kresna (Bhagawadgita - Mahabha- rata) dan Br. Wangaja Kaja dengan ogoh-ogoh Rangda dengan Sahadewa yang mementang panah, tampaknya diambil dari Kidung Suda- mala atau yang lebih terkenal lagi dalam frag- men Kuntisaraya. Kalau disimak dan dikaji kembali, semua. fragmen ogoh-ogoh yang dibuat krama banjar bersama STT-nya, yang telah dikemukakan, image-nya adalah untuk mencapai kesucian. Atau pengeruatan, pamarisuda (fragmen ogoh- ogoh Rangda dan Barong, Kuntisaraya), yang selaras pula dengan konsep menjadikan para bhutakala somia suci kembali, dalam wujud asalnya sebagai dewa), sehingga tidak meng- ganggu lagi umat manusia yang melaksanakan Catur Bratha Penyepian, pada waktu hari Nyepi. Tetapi yang tampak luncas sama sekali dari konsep pamurtian dan pamarisuda, sehingga menjadi somia, adalah ogoh-ogoh yang tergo- long kreasi murni, para taruna banjar, kalau hanya semata-mata kontekstnya sebagai ogoh- ogoh pamurtian, sebagai nyasa bhutakala, yang digunakan pada waktu upacara pangerupukan dan mabuu-buu, pada malam hari, setelah per- sembahan dan pemujaan Tawur Agung Kasa- nga maupun caru di masing-masing karang si- kut satak, di setiap rumah tangga di lingkungan banjar dan desa adat masing-masing. Oleh ka- rena ogoh-ogoh kreasi murni rupanya dibuat berdasarkan sentuhan akulturasi budaya glo- bal, dan kemajuan iptek, wujudnya bermacam- macam. Dari kala milu' (sekadar ikut) sampai 'kala Amerika'. Wujud fisiknya pun tampak lucu, sama sekali luncas dari konsep, unsur dan struktur bhutakala seni budaya Bali, arkeologi maupun menurut sumber element of Hindu Ico- nography. Seperti 'kala milu', hanya dibuat ogoh-ogoh kecil dan sederhana, persis seperti patung primitif. Saat itu penulis bertanya, apa 'kala milu' itu? Karena sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah menemukan term 'kala milu, seperti wujud yang dibuat oleh salah satu krama banjar. Apa jawabnya? 'kala milu', Pak. Artinya; kala milu, kala mituutin (bahasa Bali: sekadar ikut membuat ogoh-ogoh Pak). Mende- ngar jawaban seperti itu, penulis tersenyum da- lam hati. Berbeda dengan 'kala Amerika', diwujudkan dengan busana sipil lengkap, berjas, berdasi, berpantalon nyangki, memakai topi silinder, persis seperti figur Uncle Sam. Memainkan gi- tar dengan gaya jingkrak-jingkrak. Seperti telah dikemukakan, ogoh-ogoh bhu- takala sebagai pamurtian. Tetapi kalau dia di- kaitkan dengan imajinasi generasi muda pada era sekarang serta cipta, karsa dan kreativitas murni, ogoh-ogoh 'kala Amerika' itu tidak sa- lah. Gelung kuri, pemedalan agung Puri Smara- pura (Klungkung) saja memakai dwarapala (Kala Belanda?). Boleh dilihat dan dibuktikan kebenarannya. Sekali lagi, perlu ditekankan, di sinilah peranan instansi, badan dan majelis yang terkait untuk melakukan pembinaan dan pengarahan yang lebih mendasar. Sehingga di masa mendatang, dapat dibuat ogoh-ogoh pa- murtian yang lebih konseptual, untuk diguna- kan dalam prosesi ogoh-ogoh, pada waktu upa- cara pangerupukan dan mabuu-buu, di waktu malam hari, setelah upacara Bhutayajna, rang- kaian Hari Nyepi, Tahun Baru Saka. Ngurah Oka Supartha LPM Kresna Naradha Forum Bisnis BALI BUKAN HANYA PARIWISATA Potensi Bali Juga Agrobisnis. Tapi bagaimana kiat praktis dalam pengembangannya di Bali. Apa kelebihan seorang Bob Sadino? BOB SADINO Seorang yang hanya memulai usahanya dari penjual telur ayam masuk rumah keluar rumah? Bagaimana kiatnya? Bagaimana idenya untuk membuka peluang agrobisnis di Bali? Bagai- mana memasarkannya? Sekarang Anda Dapat Dengar langsung darinya. Ikuti Forum Bisnis di Agung Room The Grand Bali Beach Sanur, pada hari Selasa, 26 April 1994 mulai pukul 09.00 Daftarkan sekarang juga Gedung Bali Post Jln. Kepundung 67A Dps Telp. 225764,225765. LPM Kresna Naradha Jalan Gadung 22 Dps Telp. 234406, 229355 Rp. 100.000,- Biaya pengganti makan siang, snack dan Piagam. BANK AKEN Lontar Media Ad Gedung Wisma Sari A Gang 22 Te 34406 Denpasa PLAZA KERTHA WUAYA B TARUKAN VALAS MONEY CHANGER CALL 63508 SILVER CLOVE Balsam Cengkeh Tragia Sabtu Paing, 23 April 1994 Ginandjar: Swas Tingkatkan Pend Jakarta- Menteri Negara Perencanaan Pembangun Ketua Bappenas Ginandjar Kartasasmita mer capaian swasembada beras ternyata belum d katkan pendapatan dan kesejahteraan p memuaskan. "Masalah itu tercermin dalam pangan yang a berbagai bentuk kesenjangan, serta mencipta baik antara sektor pertanian de- koordinasi da ngan industri dan jasa, maupun yang lebih efek antara golongan masyarakat ter- Lembaga p utama petani dengan golongan terkait dengan masyarakat lainnya," katanya kan dapat sela katkan pendap pada Rakor Pangan Nasional di petani, sehingg Menurut dia, sistem kelemba- dup petani," te Jakarta, Kamis. gaan yang ada termasuk per- anan lembaga para petani dan Pada kesem pemerintah yang terlibat perlu dikaji kembali agar pemba- Menkop/PPK ngunan pangan dapat dilaksana- werdaja meng kan secara lebih efektif. silan pelaksan Pada tingkat produsen, kope- ngan nasiona rasi harus diupayakan mengga- melalui aspek lang potensi petani, sehingga se- cara bersama-sama menghasil- kan sumsi serta tat "Pendekata keuntungan nya mencoba sebesar-besarnya. Bahkan kalau sis mengenai moditi dan ba perlu dilaksanakan penyesuaian baru, ketersed yang mengarah kepada efisiensi duksi termasu proses kerja KUD dan efektivi- gaan produksi Bila perlu dapat dilakukan katkan prod restrukturisasi atau perubahan- skala kecil," ka Pendekatan perubahan yang sesuai dengan tasnya," katanya. iwa dan semangat pembaha- memfokuskan ruan seperti yang tertuang da- ilaku konsum rungan kec lam GBHN 1993. Kelembagaan di sisi pemerin- yang intinya tah, katanya, diharapkan dapat barang, jum menangkap dengan lebih sek- mutu yang ba sama berbagai gejala masalah dusen haru barang. Penerapan "In Membantu Ma Jakarta - Penerapan sistem internal control dan pelaksanaan inter- nal audit yang efektif diharap- kan menjadi salah satu aspek yang dapat membantu manaje- men bank dalam melaksanakan kegiatan usahanya. pelaporan ket Dijelaska sama BI den satuan inter bank akan cara lebih ef kan dapat m hadap tinda dapat merug Selain itu Itu antara lain tujuan ditan- datanganinya naskah kerja sama antara BI dengan The In- agar temuan stitute of Internal Auditors - In- pada bank donesia Chapter (IIA) di Jakarta, dapat diman Kamis, dalam rangka penyu- lam melaksa sunan standar pelaksanaan laku pembi fungsi audit dan kurikulum pen- didikan bagi internal auditor pada bank. bank. Sehubung Menurut siaran pers BI, pada tem dan pela hari yang sama juga ditandata- dua audit itu ngani kerja sama antara BI de- berjalan efe ngan Ikatan Akuntan Indonesia kerja sama E (IAI) dalam rangka pengem- canakan unt bangan standar akuntansi dan Pelaksanaa Swasta Jepang I Investasi Sektor Tokyo- Atas perta Menteri Perhubungan Ha- jabat perusa ryanto Dhanutirto bersama rom- nyatakan be bongan, Kamis, tiba di Jepang bidang usa untuk mengundang investasi bungan Indo swasta Jepang di sektor perhu- nyambut bai bungan Indonesia yang menca- rintah Indon Haryanto t kup bidang pelabuhan, bandar udara, jaringan kereta api dan kan apakah jalan raya. cana kerja s "Dalam Pelita VI swasta lebih ngan perusa diikutsertakan. Untuk itu kami sektor infrats Menurutn mengadakan pertemuan dengan kalangan swasta Jepang agar ke Jepang ba mereka bisa membuat gerakan jajakan, sepe untuk investasi di Indonesia da- lakukan saat lam infrastruktur," kata Menteri rika, Kana Haryanto, seusai resepsi me- Australia. nyambut kedatangannya di se- buah hotel Tokyo, Kamis malam. kunjungan s Melalui Resepsi dihadiri kalangan tanya, ditelit pimpinan wisma-wisma dagang dimanfaatka (trading house) raksasa Jepang, lam hal pen antara lain Itochu Corporation, truktur perh Mitsubishi dan Marubeni. Haryanto r kalipun up swasta asin PT CENTRAL KUTA truktur lang MONEY CHANGER Jln. Legian No. 557 Telp. 51345-51678-55104 Kuta Bali PENGUMUMAN KURS Tanggal, 22 April 1994 Valuta US$ BN TC JUAL 2148 2146 2162 1534 1534 287 kan sekaran Mas Has Surabaya- Masyarak wasan hutan Timur yang AUS 1556 HK$ SIN 277 272 1372 1364 1364 1386 bagian hutan 793 805 805 pertanian de Pound 1550 1950 1545 1568 sari, ternyat 3173 DM 3153 3215 silkan produk 1264 1260 1284 dari Rp 1,1 m MAL CAN CAN 1568 NGL SFR 1124 1119 1141 367 361 379 1489 1485 1505 C.637 Bupati Boj pardi mengat jonegoro, pro kesejahteraa dengan Peru kan 4.190 or SFR YEN LIRE 20,60 20,34 20,95 1,18 1,32 NZ THB 1223 1237 kin yang dila 76 90 WON 1 3 NT pai areal 1.1 73 86 SUZU PANTHE Power Steering - Ekonomis - JEEP ST Keterangan lebih lanjut h Color Rendition Chart 4cm