Tipe: Koran
Tanggal: 1994-12-14
Halaman: 09
Konten
HALAMAN 9 BALI POST ASBALI Rabu Paing, 14 Desember 1994 à Kuburan Jadi Taman Bali, se- oleh orang Inggris atau Amerika debut frangipani. Pohon ini diy- complit, akini memiliki kekuatan spiritual bagi roh si mati, untuk mengan- eja) dan tarnya menuju alam niskala (alan baka). Itulah sebabnya bunga mujaan. jepun juga digunakan sebagai "ser ura", yakni bunga jepun yang g (nge- diiris halus, dicampur dengan uang kepeng, beras kuning yang diren- an piki- dam dengan air cendana (Santalum Album L). Sekar ura ini dit- Bhatara aburkan sepanjang jalan dari rumah si mati menuju kuburan pada lontar waktu upacara ngaben. gaimana Bunga yang juga penting ditan di "taman" kuburan adalah adalah bunga mitir (Tagetes Erecta L). Bunga yang berasal dari Afrika ini, an Pura dapat mengurangi bau tak sedap dari air mala si mati, apabila ke- ai Siwa betulan mengenai badan atau bagian badan lainnya dari warga ban- t memu- jar yang mengusung wadah atau ketika menurunkan mayat dari wadah ke petulangan (yang berwujud lembu, singa, naga kaang, atan se- gajah mina dan sebagainya). Ada kepercayaan, kalau bagian badan (nyatur tertentu kecipratan air mala si mai di kuburan, hendaklah segera I raksasa digosok dengan bunga mitir. Maka bau tak sedap itu akan segera tian (pe- sirna. dipasang Species tumbuh lain yang patut ditanam di kuburan adalah soka- san pem- wati (Saraca Indica L), berasal dari India, yang biasa digunakan rubahan untuk melengkapi sesaji (banten) dalam upacara ngaben. Tanaman erubahan lain asal India yang juga patut dianam di kuburan adalah beringin an seme- (Ficus Benjamin L). Beringin yang merupakan salah satu unsur Pan- a keluar cavriksha dan diyakini berasal dan sorganya Dewa Indra ini, juga sandara" digunakan dalam beberapa jenis apakara pengabeñan. Karenanya ada upacara khusus bernama "ngangget don bingin". Lalu pohon bila (Aegle Maemebs Correa), ancak (Ficus Rumphii BL) yang juga biasa digunakan dalam perlengkapan upacara ng- apat di- aben. Juga patut ditanam kroya (Reus Glabella BL) sebagai pohon azim di- peneduh, kepuh (Bombax Malabaricum D.C.) yang berbunga di akhir an. Yang sasih kapat (bulan keempat dalam penanggalan Bali) sampai awal L), yang bulan keenam. Pohon kepuh ini dalam berbagai pantheon disebut- sebut sebagai 'rumah' dedemit. Selain kepuh ada kepah (Sterculia Foetida L), yang dalam pene- litian cendekiawan Belanda tempo dulu di Bali disebut-sebut se- bagai kepuh betina. Ini karena kepah tidak berbunga, namun tahu- tahu sudah berbuah. Di Pura Prajapati, Pura Dalem patut ditanam nagapuspa atau nagasari (Mesua Ferrea L), yang daunnya ketika muda berwarna merah seperti api, biasa digunakan sebagai alas tirta pada waktu upacara "mecaru ngeresigana". Selain yang tersebut di atas, masih banyak lagi species pohon dan bunga yang patut ditanam di kubu- ran, sehingga kuburan betul-betul dapat dijadikan sebagai taman seutuhnya. Selaras dengan konsep taman pekuburan ini, tradisi membersi- hkan kuburan usai upacara ngaben perlu dihidupkan dan diman- tapkan. Biasanya, beberapa anggota keluarga yang usai melakukan up- acara pengabenan, akan kembali ke kuburan untuk menyapu, sam- bil membawa sekadar sesaji (canang) yang dipersembahkan di tem- pat bekas pembakaran mayat. Persembahan ini untuk memohon izin ke hadapan Hyang Bhatari (Durgha), untuk melakukan pem- bersihan (parerisakan) di sekitar tempat pembakaran mayat. Up- acara pembersihan ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut, sampai sisa-sisa pengabenan itu, -antara lain bekas kerangka wadah, kerangka petulangan, pecahan gerabah tempat berbagai tirta , bekas jejahitan, bersih kembali. Andai tradisi membersihkan sisa upacara ngaben ini dapat leb- ih dimantapkan, eksistensi kuburan umat Hindu sebagai taman, berdasarkan konsep ajaran tatwa maupun sebagai kawasan taman dalam kenyataan, akan tetap memiliki keserasian, keselarasan dan kesinambungan unsur dan struktur Trimandala desa-desa adat di Bali. Kuburan tidak lagi bercitra seram dan menakutkan, tetapi merupakan taman yang indah dan asri. "Bersih di Gianyar dan Bangli n dan Surga Ubah Citra Jorok dak ma- ku- ha- ada se- tentu orang akan sulit meng- enalinya sebagai kuburan. "Warga kami hampir setiap saat melakukan upacara pem- bakaran mayat, sehingga ku- buran selalu bersih," kata Wayan Nuriastama. Ia me- nambahkan, selain itu, masih ada kegiatan kebersihan yang sifatnya insidental, misalnya no-setelah usai upacara di kubus im- esar mas- dan tin ng- gan Elu- an- dat esa Nu- me- ng- me- an. ma an, yang dilakukan pihak ke- luarga yang berupacara. Ada upacara pecaruan yang dilaku- kan tiga hari setelah berlang- sung upacara di kuburan, seba- gai simbol pembersihan. Kepedulian warga Beng dan Gianyar terhadap kebersihan kuburannya ini, menurut Way- an Nuriastama, selain atas ke- sadaran warga, juga diatur da- lam awig-awig desa adat setem- pat yang disahkan tahun 1990. "Awig-awig tersebut telah mengatur kebersihan ling mah kungan, termasuk kuburan, kata Nuriastama. Pohon kelapa yang ditanam di areal pekuburan tersebut, menurutnya, juga diatur pe- manfaatannya. Sebagian untuk itu man han ter- Der- SU- desa adat, sebagian diserahkan San, kepada masing-masing banjar yang secara bergilir melakukan - mo- pemetikan. Fare- on- mo- bar- i te- ter- cot- san Yang menjadi pemikiran de- sa adat setempat, tambah ben- desa adat tersebut, adalah ta- nah kuburan yang juga diman- faatkan untuk mengubur mayat-mayat tak dikenal iden- titasnya, atau yang lazim mere- ka sebut "Mr. X. Yang men- ang jadi soal adalah keberadaan ek- mayat tersebut untuk jangka panjang, terkait dengan upaca- bu- aan ra pengabenannya. "Siapa enis yang selanjutnya akan meng- ino abenkan?" tanya.Nuriastama. Sebab bagaimana pun, menu- rutnya, mayat itu masih diang- GRAND ROVER SHORT SUPER GRAND ROVER LONG SUPER GRAND ROVER LONG DELUXE OM: A WIJAYA MOTOR Denpasar gap "kotor". Ini menjadi ma- salah ketika ada upacara besar, di mana kuburan harus "ber- sih" dari "keletehan". Selama ini, menurutnya, mayat-mayat tanpa identitas itu biasanya "dibatasi" (secara niskala) a- gar tidak sampai menjadi gangguan terhadap kegiatan u- pacara yang menuntut persya- ratan Kebersihan itu. Soal penempatan mayat tan- pa identitas di kuburan Beng memang diatur dalam awig- awig desa adat setempat, yakni dengan memenuhi kewajiban penanjung batu. Namun soal pengabenannya belun jelas. Karena menurut Nuriastama, pihak Desa Adat Beng dan Gianyar yang memanfaatkan kuburan tersebut masih me- rembukkan soal itu. Di Bangli Dimulai dari Kuburan Lain lagi yang dilakukan Bangli. Untuk menghilangkan citra seram kuburan ini, di Bangli, Bupati IBGA Ladip mencanangkan gerakan keber- sihan di daerahnya dimulai dari kebersihan kuburan. Gebra- kan kebersihan yang sempat membuat 'bingung' Kadis Ke- bersihan dan Pertamanan Bangli itu, akhirnya berhasil membudayakan gerakan ke- bersihan di Bangli hingga ke pelosok desa. Itulah yang mengantarkan Bangli berhasil pada penilaian Adipura tahun 1994 lalu, meraih skor tertinggi di seluruh Indonesia katagori kota kecil. Terobosan yang diambil Bu- pati Ladip, tidak saja mampu mengubah kota Bangli dengan taman telajakannya, tetapi yang lebih penting hampir se- tiap kuburan di desa adat di Bangli tertata rapi. Lalu meng- apa justru dari kuburan? Kadis Kebersihan dan Perta- manan Bangli, Ir. Ida Bagus Ngurah Oka Supartha canangan program kuburan bersih ini akhirnya berhasil. Untuk merealisasikan gera- kan hidup bersih di Bangli di- laksanakan lomba desa adat tingkat kabupaten setiap ta- hun. Kriteria lomba mencakup tiga hal seperti yang tertuang dalam konsep Tri Hita Karana yakni, palemahan, pawongan dan parahyangan. Ketiga hal itu harus mencerminkan BALI (bersih, aman, lestari dan in- dah). Ketut Sentanu, menuturkan, ketika pertama kali dilantik menjadi Kadis Kebersihan dan Pertamanan di Bangli, yang pertama diinstruksikan bupati kepadanya adalah penataan kuburan. Mulanya tugas itu di- kerjakannya tanpa tahu persis Kebersihan ini mencakup apa maksudnya. Kendati de- tempat tinggal, lingkungan de- mikian, tugas tersebut dikerja-sa adat. Termasuk yang menja- kan dengan sungguh-sungguh, di sasaran penilaian adalah pe- sambil terus mencari tahu tuju- nataan tempat suci dan kubur- an di balik penataan kuburan an desa. Dalam hal ini selain itu. Setelah berjalan beberapa bersih dari sampah, juga per- waktu, akhirnya jawabannya hiasan kedua tempat ini harus ditemukan, yakni untuk me- disesuaikan dengan kebutuh mancing masyarakat agar ter- an. Misalnya untuk pura harus panggil membudayakan pola dihiasi dengan tanaman yang hidup bersih. Logikanya, kata bisa dimanfaatkan untuk sara- Sentanu, jika kuburan yang i- na upacara (banten). Sedang- dentik dengan tempat angker kan kuburan harus diisi dengan saja sudah bersih, maka tem- tanaman yang berkaitan de- pat tinggal atau lingkungan ngan upacara kematian, seper- masyarakat tentu harus lebih ti, kepah, kepuh, beringin dap- bersih dari kuburan. "Secara dap dan lainnya. Dan, apabila tidak langsung masyarakat me- dalam desa adat ada upacara rasa jengah kalau melihat ru- ngaben, maka dua kali 24 jam mahnya sendiri lebih kotor dari bekas upacara itu harus sudah kuburan," ujar Sentanu. dibersihkan. Namun di lain pihak, pe- nataan kuburan juga dimak- sudkan untuk mengikis citra negatif tentang Bangli sebagai daerah 'angker'. Dengan meli- hat kuburan bersih citra negatif itu diharapkan berubah. Pen- Sedangkan katagori aman, lestari dan indah semuanya bersifat umum yakni desa adat harus memiliki Poskamling, memiliki awig-awig, kulkul, serta petugas jaga (pekemit). (031/kar) PIODALAN DI PURA PAUMAN TONJA Diumumkan kepada keluarga Bhujangga Waisnawa penyung- sung pura Penataran Pauman Tonja tentang rangkaian upacara piodalan yang akan datang sbb.: Kuburan sebagai Taman Dalam Wujud Somia dan menyeramkan. Kerjanya setiap malam berpesta pora de- ngan mayat manusia, di sam- menanam ping selalu mengganggu manu- selalu bersamamu". Kebetulan busukan). Yang aneh pula, se- saat itu Ra Nini hendak mener- ketika itu juga Setra Gandha- kam Sahadewa untuk me- mayu yang seram, berbau bu- nyantapnya. Tetapi tak berha- suk, dengan kepuh randunya, Unsur dan Struktur yang telah berumah tangga DALAM usaha melestarikan Kuburan (grehastin). eksistensi desa adat di Bali, di Sebelum mengemukakan Selain itu ada pula Setra Ke- samping dilaksanakan pem- binaan berdasarkan konsep a- unsur dan struktur setra pada langan, tempat jaran tattwa, awig-awig desa a- umumnya, setra atau ksetra, mayat orang yang meninggal sia yang berani datang pada síl, karena pengaruh kekuatan berubah menjadi taman yang dat, atitikrama, juga mulai di- berasal dari bahasa Sansekerta karena dibunuh oleh orang tak malam-malam ke kuburan. Batara Guru. Menangislah Ra asri, indah, penuh dengan kembangkan pembinaan pe- yang diadopsi dan diadaptasi dikenal, dengan tuduhan seba- Keseraman dan kengerian ku- Nini. Pada waktu itulah Saha- bunga-bunga berbau semerbak menjadi bahasa Jawa Kuna, gai pencuri atau dituduh bisa buran itu bertambah lagi, sete- dewa segera meruwat Hyang mewangi. nataan parahyangan, pewong: dan bahasa Bali. Secara har- ngeleak, Dengan demiki- neluh, suka lah ada dua raksasa ikut berga- Bherawi. Setelah diruwat, se- an, setra, sema, tunon, sebagai an dan palemahan, melalui lomba desa adat setahun seka- fiah, setra atau ksetra, berarti mengguna-gunai. bung dengan Ra Nini, yakni ketika itu juga Hyang Bherawi taman tidak melenceng dari Di dekat Setra Kelangan itu, Kalanjaya dan Kalantaka. Me- tidak lagi berwujud krudha konsep kalau dibuat menjadi li. Rupanya pembinaan dan pe- ladang, tegal, medan, tempat penguburan kadang-kadang ada Setra Ta- reka berasal dari dua Gandhar- (pemurtian), melainkan kem- taman yang indah dan asri, se- nataan tidak terbatas pada un- pembuangan/ sur dan struktur desa adat. Te- mayat. Sehingga dalam perang miu, untuk mayat orang tak di- wa yang juga kena kutuk Bata- bali dalam wujud somia, cantik hingga tidak menyeramkan la- tapi pada era sekarang juga di- besar Bharatayuda, ada dike. kenal yang meninggal di desa ra Guru, karena berani meng- seperti semula, sebagai Uma gi, seperti citra kuburan selama fata unsur dan palemahan ber- mukakan kata Kuruksetra atau adat bersangkutan. Syaratnya, intip Batara Guru saat sedang Dewi, shakti Batara Guru. ini. Karena dalam wujud somia dasarkan konsep ajaran tattwa Tegal Kuruksetra, yang berarti si mati memiliki kerabat di de- mandi bersama shaktinya. Ber- Uma Dewi kemudian berter- atau suci kembali, sesuai de- Trimandala. Utamamandala, ladang atau tegal, tempat sa tersebut. Menurut informa-sama Kalantaka dan Kalanjaya ima kasih kepada Sahadewa, ngan keserasian, keseimbang- Madyamandala, telah ditata bangsa Kuru (Satakaurawa si, Setra Tamiu ini juga disedia- inilah, Kalika, raksasa per- dan mengganti nama Sahade- an dan kelestarian Trimandala dan Panca Pandawa dengan se- kan untuk wang pangalu (pe- empuan yang jorok dan vulgar wa menjadi Sudamala (karena desa adat, maupun sumber Ki- dalam pembinaan desa adat. Utamamandala adalah loka- luruh sekutunya), berperang, dagang pengembara), wang memimpin para dedemit dan memiliki kekuatan menyuda- dung Sudamala. si pembangunan parahyangan menunaikan swadharmaning buduh ngindeng saking durade- setan bergentayangan setiap kan (menyucikan mala atau ke- Ngurah Oka Supartha desa adat, terutama Pura Desa ksatria, dan sekaligus sebagai sa (orang gila dari desa lain). malam di Setra Gandhamayu, Satu lagi, Setra Mapasah, sthana Hyang Bherawi atau Ra dengan Bale Agungnya dan tempat gugur bagi mereka Pura Pusch. Sedangkan Ma- yang kalah. Dengan kata lain. khusus untuk mayat orang Nini itu. Kalantaka dan Kalan- Tidak Ada Kebal di dyamandala, adalah tempat tempat bangsa Kuru dikubur- pawongan (krama desa adat kan. Kata sema pun juga ber- yang menderita sakit lepra jaya ini memihak Duryadana, (wang sakit gila /sakit gede). pemimpin Satakaurawa membangun pemukiman. Se- asal dari bahasa Sanskerta Kuburan kelompok orang ini, Hastinapura. dangkan di Nistamandala, ada yang telah diadopsi dan di- tidak berada di kawasan ku- Mengetahui kenyataan ini, lah lokasi kuburan (setra, se- adaptasi menjadi bahasa Jawa buran desa adat, tetapi dipilih ma, atau juga disebut tunon), Kuna dan Bali. Sedangkan ka- dengan Pura Prajapati dan Pu- ta tunon (bahasa Jawa Kuna ra Dalem, sebagai hulunya dan Bali), berarti tempat mem- (pengulun setra, sema dan tu- bakar mayat, pada waktu upa- non). Setra, sema, tunon inilah cara pangabenan. Dengan de- yang sekarang juga dilomba- mikian dapat dikemukakan, kan, sebagaimana yang akan kata setra, sema dan tunon dilaksanakan oleh Pemerintah sama-sama berarti kuburan, Daerah, Kabupaten Tingkat II tempat menanam atau memba- Gianyar. kar mayat. Awig-awig Kunti Dewi mengkhawatirkan DESA desa adat di Bali, lam awig-awig desa adat khusus pada suatu tempat yang putra-putranya (Panca Panda- jauh, namun masih ada di bagi wa) akan kalah dan hancur da- ang eksistensinya bersumber masing-masing. Karena elastis dan dinamisnya masyarakat a- dala. Biasanya, di pinggir seba- rena Kalantaka dan Kalanja trihitakarana, triangga, dan tri- dan kemajuan iptek dan komu- an paling hilir dari Nistaman- lam Perang Bharatayudha, ka- pada konsep ajaran filsafat a- gama Hindu, dengan filsafat dat Bali, dalam perkembangan tang sungai, atau di sebuah yang sakti itu berada di pihak mandalanya, pada dasarnya a- nikasi dalam era globalisasi ini, lembah, yang sangat jarang di- Kaurawa. Maka demi kesela- dalah tiruan bhwanaagung sering ada permasalahan (wi- datangi warga desa. matan dan kemenangan Pan- (macrocosmos), sehingga seca- cara), belum sempat diatur da- "Sthana Hyang Bherawi" dawa, Kunti Dewi pun segera ra filsafati juga dianggap bha- lam awig-awig desa adat. Un- Citra kuburan yang seram menghadap Hyang Bherawi di wamurip (makhluk hidup. Da- tuk mengantisipasi kemung- sangat beralasan, seperti yang Setra Gandhamayu. Hyang ri konsep filsafat ini, lahir pula kinan tumbuh dan berkemb- Upaya penataan areal ku- Bagaimana unsur dan struk dikemukakan dalam Kidung Bherawi segera turun dari pa- konsep penghayatan dan peng- angnya wicara yang belum buran ini dalam bentuk Lomba tur kuburan desa adat di Bali Sudamala. Di Bali kisah ini le- tarananya berupa deretan amalan ajaran tattwa, bahwa sempat diatur awig-awig desa Setra, pada dasarnya untuk pada umumnya? Ada perbeda- bih populer sebagai Kunti Sa- tengkorak manusia. Kunti De- eksistensi desa adat dengan se- adat, akan dilaksanakan sang- mengubah citra seram yang i- an antara setra desa-desa adat raya. Kisahnya diawali dengan wi segera menyampaikan per- luruh krama desa adat dan kepan desa adat, di bale desa, dentik dengan kuburan. Bah- Bali Aga dengan desa-desa a- laporan Hyang Wisesa kepada mohonan. Hyang Bherawi me- fungsionaris lainnya, adalah i- wa kuburan itu tidak mesti se- dat Bali Apanaga, yang lang- Batara Guru, bahwa shakti- nyanggupi, asal Kunti Dewi barat: Kadi manik ring cacu- adat (kelihan desa adat) bersa- yang dipimpin oleh jro bendesa lalu menyeramkan. Pemikiran sung kena pengaruh secara u- nya, Uma Dewi telah bermain mau mempersembahkan kam- pu. Atau dengan kata lain, se- ma perangkat prajuru desa a- ini tentu sangat logis, dalam u- tuh konsep pranata sosial Hin- serong dengan Batara Brahma. bing merah, yang tiada lain a- perti sang jabang bayi yang ma- dat lainnya. Dalam sangkepan saha melestarikan konsep ajar- du Majapahit, seperti dike- Batara Guru pun murka, dan dalah Sahadewa, putra bungsu sih di dalam kandungan (cacu- desa adat itulah dibahas wicara an tattwa rwabhinneda, bahwa mukakan dalam Kitab Nagara- mengutuk Uma Dewi. Bunyi Kunti, untuk disajikan sebagai pu). Dari konsep ajaran tat- yang tumbuh dan berkembang setra yang merupakan unsur kertagama (karya Mpu Pra- kutukan itu, "Hai, Uma Dewi, santapan. Kunti Dewi tak setu- twa, Kadi manik ring cacupu tetapi belum sempat diatur dari Trimandala, harus selaras panca). Paling di hulu adalah ulahmu tidak sesuai dengan ju mengorbankan putranya, ini akan tumbuh dan berkem- sanksinya dalam awig-awig de- dengan ke-BALI-an (bersih, a- Setra Rare, tempat menanam perilaku dan moral para Dewa. dan dengan takzim ia pamit ke bang tentang hak dan kewajib- sa adat. Akhirnya berdasarkan an sang jabang bayi kepada ca- man, lestari dan indah) Utama- bayi di bawah setahun. Makin Ulah dan perilakumu seperti Puri Kawindraprastha. musyawarah untuk mufakat, mandala dan Nistamandala. ke hilir, setelah Setra Rare di- raksasa. Semoga kamu menja- Tetapi Ra Nini memerintah- cupunya. Sang jabang bayi a- sangkepan krama desa adat a- Sehingga dengan demikian, sebut Setra Pabajangan, tem- di Durgha dan bernama Ra Ni- kan dayangnya, Kalika, agar dalah nyasa krama desa adat kan memutuskan kepatutan dengan di- BALI-kannya ku- pat menanam atau membakar ni atau Hyang Bherawi". Maka memasuki badan Kunti Dewi, dengan seluruh fungsionaris sanksi adat yang patut dikena- mayat daa dan taruna nyoman, Uma Dewi pun berubah wujud sehingga Kunti Dewi menjadi lainnya, selaku pawongan. Se- kan kepada sang mawicara, kan tercipta keselarasan, kese- serta daa atau taruna, yang be- pamurtian yang hebat. Terma- galak, dan segera menyeret Sa- dangkan cacupu itu, adalah pa- berdasarkan kesalahan atau rasian dan keseimbangan keti- lum melaksanakan perkawin- suk para Gandharwa dan Wa- hadewa, mengikatnya di ba- lemahan dan parahyangan desa pelanggaran adat yang dilaku- ga unsur dan struktur Triman- an. Setra Pabajangan ini, juga rapsari pengiringnya berubah wah pohon kepuh randu. Pada adat. Sang jabang bayi, boleh kan oleh sang mawicara (mere- dala palemahan desa adat ber- memiliki lokasi khusus untuk menjadi berbagai setan, dede- waktu itulah Batara Guru sege- saja hidup, tumbuh dan ber- ka yang berperkara). Hasil ke- sangkutan, karena sama-sama membakar mayat daa-taruna mit, bhuta sungsang, enjek- ra memasuki badan Sahadewa kembang dalam cacupu itu, se- putusan sangkepan desa adat BALI. Sehingga pupuslah citra pada waktu upacara pangaben- enjek pupu, katugtug, bhuta dan membisikinya: "Hai, Sa- bagai haknya, tetapi berkewa- untuk matetiwak iwang kala- setra yang menyeramkan, se- an. Kemudian barulah terda- laweyan, basang-basang, pu- hadewa, ruwatlah Ra Nini. A- jiban pula untuk menjaga kese- wan patut bagi sang mawicara, pat tempat menanam atau rusbandala, bhagabandala, ka- naknda jangan khawatir, Bapa larasan, keharmonisan dan ke- yang belum sempat diatur da- bagai tempat mayat. mangmang, yang amat ganas lam awig-awig desa adat itulah yang disebut paswara. Dalam penataan dan pembinaan desa buran melalui Lomba Setra, a- memendam membakar mayat warga desa SIMPATI ANDA Bali Post menerima titipan sumbangan pembaca untuk saudara-saudara kita yang tengah menderita dan ditimpa kema- langan, antara lain: Komang Mardika penderita tumor mata, Ariyawan penderita tumor, Wiliawan penderita kanker tulang. IGP Cakra penderita kaki gajah, Aryanti penderita kepala membesar, Maulana pen- derita kepala membesar, Kt. Raka penderita tangan puntung, Gd. Wardana penderita tumor, I Nyoman Rapa penderita perut mengeras, Wayan Kari penderita kanker rahang, Wayan Muba- gia penderita kepala membesar, Ely Saputra penderita kulit bersisik. Sumbangan Anda dapat dikirim langsung ke bagian Sekreta- riat Redaksi Bali Post Jl. Kepundung 67 A Denpasar atau dengan weselpos dan rekening Bali Post di BRI Cabang Denpa- sar No. 31-45. 1065.4. Rp 678.000 untuk IGP Cakra Penderita Kaki Gajah Trilaksmi, Denpasar Atmadjaya, Kuta Pingkan Ayu Mayarani Sanger (Panjer) Jumlah yang dimuat hari ini IB Rai Yamuna (Br. Titih) Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya seimbangan cacupu itu. Kalau sampai cacupu rusak, karena aktivitas sang jabang bayi, sang DANA PUNIA ANDA jabang bayi itu akan rusak pu- adat pada era sekarang, paswa- Bali Post masih menerima titipan dana punia Anda, yang dimuat setiap Rabu, untuk beberapa pura yang memerlukan antara lain: Pura Pancaka di Mataram, Pura Segara Suci di Jateng, Pura Raksa Wira Bengkalis di Riau, Pura Petitenget di Krobokan, Pura Gelap Besakih, Pura Waikabubak di Sumba Barat, Pura Jagat Sebudi di Karangasem, Pura Dharma Jati di Jatim, Pura di Irian Jaya, Pura Giri Shanti Bhuwana Nganjuk di Banyuwangi, Pura Bukit Amerta di Banyuwangi, Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Gianyar, Pura Siwa Prasta di Lobar, Pura Mandharagiri Semeru Agung di Jatim, Pura Ranget di Lobar, Pura Lingkuk Bune di Lobar, Pura Ujung Desa di Mataram, Pura Sekartaji di Jatim, Pura Boyolali di Jateng, Pura Blambangan di Jatim, Pura Maospahait di Canggu, Pura Gunung Pengsong di Lobar, Pura Pengubengan di Besakih, Pura Desa/Puseh Desa Adat Denpa- sar, Pura Pucak Tinggah di Tabanan, Pura Pucak Sangkur di Tabanan, Pura Adya Dharma di Salatiga, Pura Giri Indralokha di Jambi, Pura Kerthi Bhuwana di Lampung, Pura Ulun Danu Batur di Songan Kintamani, Pura Dalem Kusha Agra di Mata- Rp 10.000 ram, Pura Giri Kusuma di Bogor, Pura Jagat Natha di Riau, Rp 10.000 Pura Wisnu Murti di Klaten Jateng, Pura Dhali Agrahita di Rp 10.000 Malang, Pura Payogan Agung Mulawarman di Kutai, Pura Rp 10.000 Agung Kertha Bhuwana di Kediri Jatim, Pura Agung Utara Rp 40.000 Segara di Bitung, Pura Bukit Indrakila di Desa Dausa Kintama- Rp 638.000 ni Bangli, Pura Dharma Sari di Mataram, Pura Jagat Natha di Rp 678.000 Jembrana. Rp 774.500 untuk Komang Ely Saputra Penderita Kulit Bersisik Atmadjaya (Kuta) Pingkan Ayu Mayarani Sanger (Panjer) IB Rai Yamuna (Br. Titih) Dejus, Tembau Dps Rp 142.500 untuk Pura Ananta Tirtha Dharma di Sragen Jateng la. ra ini juga ditulis pada buku Sama halnya seperti krama khusus paswara, sehingga dia desa adat, sebagai haknya bo- dapat dipedomani di kemudian leh saja masolah maprawerti hari kalau ada wicara yang se- (beraktivitas) di desa adat jenis dan serupa tumbuh lagi di masing-masing. Sebaliknya, desa adat bersangkutan. Inilah selaku kewajibannya harus pergeseran status paswara, ngupahayu (memelihara) desa yang pada mulanya berarti ke- adatnya, (palemahan dan para- putusan raja (pemerintah), te- hyangannya). Kalau sampai tapi kemudian menjadi kepu- desa adat menjadi rusak dan tusan tertulis, berdasarkan mu- kacau, seluruh krama desa a- syawarah untuk mufakat da- dat akan menjadi rusak dan ka- lam sangkepan desa adat. cau juga. Itulah sebabnya, un- Dalam Sangkepan tuk mencapai tujuan konsep a- Perlu dikemukakan, bahwa jaran tattwa Kadi manik ring saat matetiwak awig-awig desa cacupu itu, desa adat memiliki adat, baik berdasarkan sargah, aturan main. Aturan main itu palet dan pawos awig-awig itu adalah hukum adat (menurut istilah ilmu), yang tertulis da- (Bersambung Ke Hal.12 kol.1) Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 34.306.500 Rp 34.311.500 Rp 1.310.000 untuk Pura Pancaka di Mataram Rp 5.000 Rp 1.305.000 Rp 1.310.000 Rp 1.433.000 untuk Pura di Irian Jaya Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Dokter Mendra Kawi, Mataram Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Ketut S. Rp 5.000 Rp 10.000 Putu Gede Wirabakti, Jl. Katrangan X/5 Dps Rp 2.500 AA Ngr. Rai Sapta Wibawa, Jl. Pudak Dps Rio Denpasar Rp 5.000 Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 140.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 142.500 Rp 5.000 Wijana, Peguyangan Dps Rp 5.000 Wijana, Peguyangan Denpasar Rp 5.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 60.000 Rp 133.000 untuk Pura Dharma Sari AA Ngr. Rai Sapta Wibawa, Jl. Pudak Dps Rp 5.000 Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 714.500 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 10.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 774.500 di Mataram Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 1.423.000 Rp 617.000 untuk Wayan Kari Rp 1.433.000 Penderita Kanker Rahang Dejus, Tembau Dps Peter, Jl. Hasanudin 91 Dps Jumlah penerimaan sebelumnya Rio, Denpasar Rp 10.000 Rp 5.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Atmadjaya (Kuta) IB Rai Yamuna (Br. Titih) Pingkan Ayu Mayarani Sanger (Panjer) Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 45.000 . I Ketut Jendra Drs. I Nyoman Gede Astina Rp 572.000 1. Sabtu, 17/12/94, pkl. 16.00 2. Minggu, 18/12/94, pkl. 19.00 3. Senin, 19/12/94 4. Selasa, 20/12/94, pkl. 24.00 Ketua, ttd SANTA CLAUS DI NDA PASARAYA 15, 16 & 17 Desember 1994 : Melasti ke Beji : Piodalan : Pengembang : Ida Batara Mesineb Pemaksan Pura Pauman Bhujangga Waisnawa Tonja Sekretaris, ttd Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 10.000 Rp 123.000 Rp 133.000 Rp 34.311.500 untuk Pura Gelap di Besakih Rp 617.000 INyoman Jambat, Jl. Bhayangkara 15 Amlapura DAFTARKAN SEKARANG JUGA! MCO KE LANTAI 4 BAGIAN MAINAN DENGAN MENUNJUKKAN STROOK/KITIR BELANJA Rp. 25.000,- DI NDA. PENDAFTARAN MULAI 11 S/D 14 DESEMBER 1994 TGL. 15 & 16 DESEMBER 1994 SANTA & PIET HITAM AKAN BERKELILING KOTA, KEMUDIAN DATANG DI NDA MEMBAGIKAN HADIAH GRATIS! DI NDA TGL. 17 DESEMBER 1994 SANTA & PIET HITAM AKAN MEMBAGIKAN HADIAH KHUSUS DARI AYAH BUNDA TERCINTA, DI RUMAH SANTA LANTAI 4 NDA *FIORUCCI FA JOFA SAFETY JEANS Rp 5.000 Merry Christmas! Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 1.597.700 untuk Pura Bukit Dharma Kutri Citra Dewi, Dps di Gianyar Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya NDA PASARAYA Rp 5.000 Rp 1.592.700 Rp 1.597.700 Jl. Jendral Sudirman 20, Telp. (0361) 235436 (Hunting), Fax. 235435, Denpasar, Bali 80210 Memang lengkap, murah & nyaman C 3740 C28 Color Rendition Chart 2cm 4cm
