Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-11-11
Halaman: 07

Konten


4cm ovember 1996 LAS si Myanmar Aung aca jendela mobil an baik ia maupun Pada jumpa pers mya dan kendaraan mokrasi (NLD) dua Myanmar ketika ia a yang dilarang pi- mahnya. (ant/afp) ia Bosnia Biljana Ratko Mladic kare- sional yang sudah Dia Bosnia, SRNA, ladic telah diganti dari penyusunan an pejabat intelijen alam pembunuhan azir Bhutto, dalam mad, rekan Murta- thi dua hari setelah la Murtaza, Ghinva tu. (ant/rtr) ra npasar pe 36/100 45/120 ASILITAS: SHM & IMB PAM LISTRIK ALAN ASPAL asi strategis ijau UTAMA 923 DPS , C 16943 C 21603 ELZ 8 MB RAM 44 & 1,2 MB B MOUSE DMB SUPERSYNC BONUS 2.100.000 C. 1600 Senin Kliwon, 11 November 1996 Harian untuk Umum Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila Terbit Sejak 16 Agustus 1948 Tajuk Rencana Mike Tyson Kalah, Penonton Puas? HARAPAN Evander Holyfield, terkabul. Dalam pertarungannya melawan teman sene- garanya, juara dunia tinju kelas berat WBA, Mike Tyson, di Hotel MGM Grand, Las Vegas, Minggu siang (WIB) kemarin, Holyfield menang meyakinkan, menang dengan TKO. Beberapa han sebelum pertandingan, mantan juara dun- ia tinju asal Amerika Serikat itu, memang telah menyatakan tekadnya, "mengalahkan petinju terbaik". Mike Tyson memang petinju terbaik pada tahun-tahun terakhir ini. Wajar, jika kemudian Holyfield merasa senang atas kemenangannya itu. Namun le- wat layar kaca, pemirsa dapat turut merasa- kan bahwa di wajah Holyfield juga terpancar keharuan. Dia senang, tetapi juga tampak haru. Perasaan yang berbaur itu juga tam- pak di wajah-wajah para ofisialnya. Meskipun dapat diduga banyak penonton pertandingan besar, bahkan pertandingan tin- ju terbesar tahun 1996 itu, yang "salah ra- mal", dapat dipastikan penonton puas. Hal itu terutama penonton yang menyaksikannya lewat layar kaca, sebagaimana penonton di Indonesia. Selama ini penonton tidak puas menyaksikan penampilan Mike Tyson, kare- na rata-rata pertandingan berakhir dalam ronde ketiga. Di balik ketidakpuasan itu sudah tentu tersimpan decak kagum atas keperkasaan si "leher beton" ini. televisi-televisi yang menyiarkannya secara langsung, sebagaimana Indosiar untuk pen- onton di Indonesia kemarin. Dalam pertandingan dan penyiaran secara langsung kegiatan olah raga, termasuk tinju profesional, faktor selera penyandang dana memang harus diperhatikan. Sama halnya harus diperhatikan selera penonton pada umumnya. Di satu pihak penayangan iklan di tengah penayangan pertandingan secara langsung memang tidak mungkin dihindari karena hal itu sudah merupakan kesepaka- tan di dalam negosiasi. Namun, penayangan iklan yang berlebihan dapat pula mengecewa- kan penonton karena mereka tidak dapat mengikuti detik demi detik jalannya pertand- ingan. Sebagian tayangan pertandingan ter- sita oleh tayangan iklan. Di mana pun, dalam kegiatan apa pun, memang sulit memuaskan semua pihak atau semua orang. Namun kita sambut baik tiap upaya untuk memuaskan konsumen. Dalam konteks siaran televisi, konsumen adalah penonton. Penayangan iklan berlebihan, dalam arti volume penayangannya terlalu dominan, se- benarnya tidak selalu menguntungkan dari aspek komunikasi. Hal itu terkait dengan ke- luh-kesah penonton yang merasa dirugikan akibat sebagian penayangan pertandingan yang ditontonnya terpotong. Keluh-kesah ini secara tidak langsung diungkapkan terhadap produksi yang ditayangkan lewat iklan terse- but. Hal itu memberi petunjuk bahwa pesan yang terlalu dijejal-jejalkan penyampaiannya ternyata tidak selalu memberikan dampak positif di kalangan konsumen, karena kon- sumen (baca: penonton televisi) meneriman- ya dengan setengah hati bahkan dibumbui Yang sering tidak puas boleh jadi bukan hanya penonton. Penyandang dana yang mensponsori lewat penayangan iklan pun sering tidak puas. Sempitnya waktu pertand- ingan dapat berarti makin sedikitnya penay- angan iklan para penyandang dana. Tampa- knya ketidakpuasan itu mendapat perhatian promotor tinju Don King. Hal itu dibuktikan dalam pertandingan Mike Tyson - Evander keluh-kesah. Seyogianya hal-hal semacam Holyfield kemarin. Don King juga menampil- ini juga mendapat perhatian pada penayan- kan pertandingan "pendamping" yang bukan gan secara langsung pertandingan olah raga sekadar berfungsi sebagai pengisi waktu. la atau tinju profesional pada masa-masa men- tampilkan juga pertandingan yang sebelum- datang, dengan mengupayakan penayangan nya telah diramalkan banyak pengamat se- iklan sponsor yang tidak mengganggu penay- bagai pertandingan menarik, yakni perebu- angan pertandingan. tan juara dunia tinju kelas berat IBF antara Mike Tyson kalah. Namun ia tetap petinju Michael Moorer dari Amerika Serikat dan besar pada zamannya. Yang jelas kini petin- Francois Botha, petinju berusia 28 tahun dari ju besar itu bukan hanya dia; juga Evander Afrika Selatan yang dalam kariernya belum Holyfield. Penggemar tinju bukan hanya bahan yang memang terbukti enak ditonton inju itu dalam pertandingan balas dendam di itu sudah tentu juga dimaksudkan sebagai atas ring, tetapi juga mengharapkan pe- kiat untuk lebih menarik minat para penyan- nampilan mereka dan penayangan pertand- dang dana, khususnya penyandang dana ingannya akan tetap dan bahkan lebih me- yang mensponsori lewat penayangan iklan di muaskan penonton. pernah kalah. Penampilan pertandingan tam- mengharapkan tampilnya kembali kedua pet- Kita akan segera Memasuki Wajar 12 Tahun MULAI tahun depan Daerah Khusus Ibu gi diri sendiri. Apa gunanya semua orang Kota (DKI) Jakarta merintis pelaksanaan berpendidikan minimal SMU tetapi kemam- wajib belajar (wajar) dari sembilan tahun puan intelektualnya tidak lebih dari seorang menjadi 12 tahun. Propinsi tersebut ternyata tamatan SLTP. Mungkin kondisi sebaliknya telah berhasil menyelesaikan program wajar lebih baik yaitu rata-rata penduduk berpen- sembilan tahun, lebih cepat daripada renca- didikan SLTP tetapi memiliki kemampuan in- na semula untuk tingkat nasional yakni tahun telektual setara dengan tamatan SMU. 2004. Program wajar 12 tahun itu pada Itu hal yang pertama. Hal kedua yang juga akhirnya akan menempatkan penduduk DKI tidak kalah pentingnya yaitu sejalan dengan dengan pendidikan rata-rata SMU, sedang- itu apakah kita juga menyediakan lapangan kan secara nasional dengan wajar sembilan kerja yang cocok dengan tingkat pendidikan tahun penduduk Indonesia rata-rata berpen- setara SMU tersebut. Kebalikannya juga be- nar yaitu apakah lulusan SMU tersebut dap- didikan SLTP. at diserap oleh lapangan kerja yang terse- dia. Jangankan SMU, tamatan perguruan tinggi pun banyak, banyak sekali malahan, yang belum kebagian tempat kerja. Jumlah- nya meningkat terus dari tahun ke tahun dan terjadilah kumulasi dengan lulusan tahun- tahun sebelumnya. Sudah pasti hal tersebut Sudah tentu apa yang dicapai DKI Jakar- ta tersebut tidak dapat diikuti begitu saja oleh seluruh propinsi di Indonesia. Ada sejumlah faktor mengapa program wajar begitu cepat selesai di Jakarta. Faktor-faktor tersebut ant- ara lain urbanisasi, fasilitas pendidikan yang boleh dikatakan cukup melimpah, kemam- puan secara ekonomis rata-rata penduduk, serta lingkungan. Jika tidak berijazah mini- mal SMU, maka tempat seorang pencari kerja di DKI Jakarta pada pasar kerja hanyalah penjual koran, pemulung, pedagang acung atau sejenisnya. Sesudah DKI, agaknya Propinsi Bali me- miliki peluang yang cukup tinggi untuk me- masuki era wajar 12 tahun tersebut. Di luar faktor urbanisasi penduduk dari luar daerah, ternyata penduduk Propinsi Bali memiliki pen- didikan rata-rata di atas SLTP. Akhir-akhir ini jumlah murid SD makin menurun. Dalam suatu kurun waktu mendatang jumlah ini pasti diikuti siswa SLTP dan akhirnya SMU. Menu- runnya jumlah murid SD dan jenjang pendid- ikan lebih tinggi Bali dikaitkan dengan ke- berhasilan keluarga berencana. Dalam pan- dangan kita, faktor itu melecut kebiasaan menyekolahkan anak pada usia sekolah oleh karena faktor kekurangan fasilitas tidak ada lagi lantaran kekurangan murid tersebut. Malahan anak-anak sedari kecil sudah dikon- disikan untuk belajar, mulai dari TK hingga perguruan tinggi. merisaukan, sebab pada suatu waktu angka pengangguran akan menjadi begitu besarn- ya. Bali Post Menunggu Putusan Mahkamah Internasional Dengan demikian, maka pe- ta mengenai Pulau Sipadan dan Ligitan harus dibaca" dengan memperhatikan keempat hal di nesia itu akan sangat bergantung INI barangkali akan menjadi agenda penantian yang sangat penting bagi luang Indonesia dalam sengke- bangsa Indonesia: turunnya putusan Mahkamah Internasional terhadap seng- keta Indonesia - Malaysia mengenai kepemilikan atas dua pulau, Sipadan dan Ligitan. Bukan saja penting dari sudut pandang kepentingan Indonesia, tetapi juga dari sudut pandang perkembangan hukum internasional. Setelah cara perundingan bilateral menemui jalan buntu, meskipun telah diusahakan de- ngan amat sungguh-sungguh sejak sengketa ini muncul pada tahun 1967, tam- paknya memang jalan terbaik untuk menyelesaikan sengketa ini adalah de- ngan menyerahkannya kepada Mahkamah Internasional (International Court of Justice). Ada beberapa argumentasi mengapa jalan melalui Mahka- mah Internasional dikatakan ter- baik. Pertama, meskipun dalam TACSA (Treaty of Amity and Co- orporation in Sountheast Asia) yang dihasilkan oleh KTT ASEAN I 1976 dikatakan bah- wa jika timbul persengketaan di kalangan sesama negara anggo- berbeda. Kedua, dengan menyerah- kan sengketa tersebut kepada Mahkamah Internasional, di samping unsur subjektif tadi dapat dihilangkan, putusan Mahkamah Internasional itu nantinya juga dapat digunakan sebagai acuan dalam batas- batas tertentu, bahkan sebagai source of international law). Ketiga, putusan Mahkamah Internasional bersifat final. Artinya, tidak seperti dalam hu- kum nasional yang mengenal upaya banding dan kasasi (bah- kan peninjauan kembali), ter- hadap putusan Mahkamah Inter- nasional itu tidak dimungkinkan lagi adanya upaya hukum lain. Sehingga, begitu Mahkamah In- ternasional menjatuhkan putu- sannya terhadap suatu kasus, maka putusan itu langsung mempunyai kekuatan mengikat sekaligus kekuatan untuk dilak- sanakan dan para pihak dalam sengketa wajib untuk melaksan- akan isi putusan itu dengan putusan Mahkamah Internasion- itikad baik. Dengan kata lain, al lebih menjamin kepastian hukum karena langsung bisa di- Oleh Palguna Hal ini dimungkinkan karena dalam tiap putusan Mahkamah Internasional akan terdapat kon- struksi-konstruksi hukum yang acapkali memberi arah dan perkembangan hukum interna- pengertian-pengertian baru bagi sional. Itu bisa terjadi karena hakim-hakim Mahkamah Inter- ta ASEAN penyelesaiannya dasar hukum- bagi kedua be- akan dilakukan melalui atau lah pihak dalam penyelesaian dengan membentuk ASEAN sengketa perbatasan lainnya High Council (AHC). Namun yang memiliki karakter serupa. oleh karena keanggotaan AHC itu adalah terdiri atas person- person yang diambil dari kalan- gan negara-negara ASEAN sendiri, maka unsur subjektivi- Dalam kasus Sipadan dan Ligi- tas akan sulit untuk dihindari. tan, sebagaimana dikatakan oleh pihak Malaysia, jika forum AHC Malaysia unsur subjektivitas itu yang digunakan maka di mata jelas akan sangat besar. Sebab, mereka yang nanti duduk di nasional adalah terdiri atas ahli- berasal dari negara-negara melalui proses seleksi yang san- AHC adalah orang-orang yang ahli hukum yang dihasilkan ASEAN yang sebagian besar gat ketat, meskipun mereka se- juga sedang menghadapi sen- gketa perbatasan dengan Malay- sia (seperti Singapura, Thailand, Filipina, bahkan juga Brunei Darussalam). Dengan kata lain, mereka sangat berkepentingan untuk "memenangkan" Indone- sia karena mereka sendiri juga memiliki persoalan yang sama dengan Malaysia. Itu berarti, secara hipotetis di atas kertas, Malaysia sudah "kalah sebelum bertempur". Pihak Indonesia ru- panya cukup memahami kesuli- tan Malaysia ini. Karena barangkali disadari, kalau Indo- nesia berada dalam posisi sep- erti Malaysia, mungkin Indone- sia juga akan menggunakan ar- gumentasi yang sama dalam masalah ini. Meskipun sesung- guhnya, dalam batas-batas ter- tentu, Indonesia sebenarnya juga menghadapi problema yang sama dengan Malaysia dalam hubungannya dengan negara negara ASEAN lainnya. Hanya kualitas dan kuantitasnya yang sungguhnya merupakan ahli ahli terkemuka di negaranya masing-masing maupun di tingkat internasional yang se- cara intelegensia, sikap maupun moralnya sudah tak diragukan. Di samping itu, keanggotaan seseorang sebagai hakim Mah- kamah Internasional tidak ada sangkut-pautnya dengan negara asal orang yang bersangkutan. Artinya, proses seleksi yang mendudukkan dirinya sebagai hakim Mahkamah Internasion- al bukan melalui proses yang bersifat politis melainkan melu- lu atas dasar prestasi. Sehingga, keberadaan dirinya di lembaga internasional itu benar-benar be- bas dari campur tangan negara asalnya, yang dengan demikian ia juga bebas dari kepentingan- kepentingan negara asal hakim itu. Itulah pula alasannya, putu- san Mahkamah Internasional diberikan kedudukan sebagai sumber hukum tambahan bagi hukum inetrnasional (secondary laksanakan. Inilah yang membe- dakan sifat penyelesaian sen- gketa secara hukum dengan penyelesaian sengketa secara politis (seperti perundingan, jasa-jasa baik, mediasi dsb). sekarang adalah, bagaimanakah Yang menjadi pertanyaan peluang Indonesia dalam kasus ini? Agak sulit sebenarnya membuat prediksi dalam soal ini. Yang pasti, sesuai dengan ketentuan Pasal 38 ayat 1 Stat- uta Mahkamah Internasional, dalam menghadapi tiap perkara yang diajukan kepadanya, Mah- kamah Internasional akan sela- lu memperhatikan: (a) perjan- jian-perjanjian internasional, baik yang bersifat umum mau- pun khusus, yang bersifat men- ciptakan hukum dan secara te- gas diakui oleh negara-negara yang bersengketa; (b) kebiasaan internasional, yang merupakan bukti diakuinya suatu praktik umum sebagai hukum; (c) asas- asas hukum umum yang diakui oleh negara-negara atau bangsa- bangsa; (d) putusan hakim dan ajaran para pakar terkemuka dari berbagai negara. atas. Sehingga jawaban atas per- tanyaan mengenai peluang Indo- pada pertanyaan: (a) adakah per- janjian-perjanjian internasional, baik yang bersifat umum mau- pun yang secara khusus berlaku (termasuk perjanjian-perjanjian intra-ASEAN) yang dapat di- jadikan dasar bahwa Indonesia, secara hukum lebih berhak atas kedua pulau tersebut? Atau, (b) kalau dalam perjanjian-perjan- jian internasional hal itu tidak ditemukan, adakah kebiasaan internasional yang dapat dipa- kai sebagai bukti bahwa menu- rut hukum kebiasaan interna- sional yang berlaku atau prak- tik negara-negara dalam kasus serupa, Indonesia lebih berhak atas kedua pulau tersebut? Atau, (c) jika dalam kebiasaan inter- nasional juga tidak ditemukan adanya bukti-bukti bahwa dalam kasus semacam Sipadan- Ligitan ada suatu ketentuan hu- kum kebiasaan internasional yang bisa diterapkan, maka san-keputusan hakim maupun bagaimanakah dalam keputu- ajaran para sarjana dari berbagai negara? Adakah putusan hakim maupun pendapat para sarjana yang dapat digunakan sebagai ih berhak atas kedua pulau terse- pegangan bahwa Indonesia leb- but? Inilah pertanyaan-pertan- yaan yang harus dijawab ter- lebih dahulu untuk menemukan kemungkinan jawaban atas per- tanyaan mengenai peluang Indo- nesia dalam sengketa ini. antara Indonesia dan Malaysia donesia akan sangat bergantung kepada validitas data, fakta dan bukti-bukti yang dimiliki oleh pihak Indonesia yang digunakan untuk mendasari klaim kepemi- likannya atas Pulau Sipadan dan Ligitan. Tentu saja, hal yang se- baliknya juga berlaku buat Ma- laysia. Barangkali atas dasar ini, salah satunya, sejumlah pihak menyatakan bahwa peluang In- donesia maupun Malaysia ad- alah 50%. Jadi? Ya, mari kita tunggu, apakah putusan Mahka- mah Internasional itu nanti akan membuat kita menyanyikan lagu "Sorak-sorak Bergembira" atau "Hati Yang Luka". Dengan kata lain, peluang In- Kolom Bisnis TTS HALAMAN 7 YON Ks, dosen, cerpenis, disinetronkan. Sinetronnya pun novelis, kolumnis, dan esais ke- memiliki nasib yang sama baik budayaan, dengan penuh ke- dengan bukunya. Anak-anak heranan, pernah bercerita ten- yang senang menonton acara tang seorang dosen muda pada teve, begitu pun banyak orang- sebuah PTN yang bisa mem- tua, begitu akrab dengan ceri- buat sekitar 50 buah makalah ta populer ini, cerita Wiro Sa- dalam setahun. Dosen muda bleng. tersebut mengajukan daftar kelima puluh buah makalahnya untuk dijadikan kelengkapan syarat usulan pemilihan dosen teladan. Sebuah "prestasi' yang sangat mengagumkan. Bahkan tidak bisa diukur den- gan kewajaran kebanyakan dosen masa kini yang konon, kurang bisa menulis, tidak mempunyai kesempatan mem- baca buku, ataupun kurang paham seluk-beluk kegiatan il- miah. Jika dihitung hari, dos- en muda tersebut paling tidak bisa menyajikan makalah seka- li seminggu tanpa pernah ter- lewat dalam setahun set- ahun sama dengan 48 minggu. Yon Ks, sebagai penulis produktif, katanya, hanya mampu membuat sekitar 32 tu- lisan dalam bentuk kolom, esai, ataupun artikel, selama set- ahun. Yang pasti, yang diceritakan Yon Ks bukanlah masalah kecemburuan sosial. Seorang penulis tulen merasakan bah- wa kegiatan menulis itu meru- pakan sebuah aktivitas ilmiah, pencarian yang melelahkan, bahkan perjuangan. Ketika in- gin menyampaikan suatu ura- ian sebuah pokok tulisan, pal- ing tidak penulis harus men- cari data. Data tidak mudah didapat. Belum lagi urusan meramunya dalam sebuah sa- jian tulisan yang enak dibaca. Ditambah juga dengan keharu- san bersabar menunggu, bah- kan siap kecewa, jika tulisan ingin diterbitkan atau dimuat pada media massa. Cerita tentang penerbitan hasil olah tulis dalam negeri sangatlah mengenaskan. Pen- garang buku sastra, misalnya, harus mengelus dada kalau ha- sil tulisannya ingin diterbitkan. Buku cerita karya bangsa In- donesia sudah kalah bersaing sebelum perang di pasaran. Penerbit lebih suka mencetak buku-buku sastra terjemahan ketimbang buku karangan asli. Buku terjemahan bisa lebih murah biaya pemrosesannya daripada buku karangan asli. Membayar pengarang akan lebih mahal dibanding mem- bayar penerjemah. Ditambah lagi dengan faktor x yang men- yangkut kesenangan para pem- beli buku. Oleh karena itu, Dalam sebuah wawancara khusus beberapa bulan yang lalu, yang dilakukan penyiar Radio Mara FM, sebuah radio swasta yang menjadi favorit bagi banyak warga Kota Band- ung, terbetik sebuah berita yang menggembirakan. Di Bandung, khususnya di Pasar Buku Palasari, tiap akhir tahun buku sastra laku keras. Warga Bandung, terutama anak muda, tiap tahun selalu membeli buku-buku sastra ini, terutama buku sastra lama yang telah menjadi buku wajib di sekolah. Sayang, "kecintaan" anak- anak muda tersebut, tentu saja tidak bisa dijadikan ukuran yang pasti tentang kecintaan anak muda terhadap sastra In- donesia. Karena, ternyata ra- mainya pembelian buku sastra oleh anak-anak sekolah menen- gah (SLTP dan SMU) itu, bu- kan untuk melengkapi koleksi buku pribadi, melainkan han- ya untuk memenuhi tuntutan pihak sekolah. Tiap akhir tahun ajaran, anak sekolah menen- gah kelas tiga diwajibkan menyumbang buku untuk per- pustakaan sekolah. Sumbangan wajib yang diminta pihak per- pustakaan sekolah adalah buku sastra. Masih dalam wawancara radio swasta tersebut, seorang pedagang buku di Palasari mengakui, penjualan buku yang paling laris tanpa dipa- tok waktu khusus adalah pen- jualan buku TTS (teka teki si- lang). Abu Nidal, salah seor- ang penjual buku yang di- wawancara, mengaku bisa menjual buku TTS antara 500 - 1.000 eks. dalam sehari. Bay- angkan, jenis buku apa yang bisa menandingi kelarisan buku TTS tersebut. Apalagi tanpa "komplen". Siapa bi- lang rakyat negara kita, SDM kita, emoh membaca. Paling tidak, sejumlah kalangan "bawah" yang sehari-hari harus lebih banyak bergeli- mang peluh dalam perjuangan berat urusan mencari sesuap nasi harian, di kala rehat, mereka masih sempat men- gasah otaknya. Beribu kotak tebakan yang harus diisi huruf- huruf sesuai pertanyaan yang diajukan, menjadi santapan sehari-hari. Bisa diperiksa, Penulis lis adalah pengajar memiliki tenaga lebih untuk jalahir semua koran dan ma- pada Bagian Hukum Interna- sional, Fakultas Hukum, Uni- versitas Udayana. JJB Sebuah Isu dilancarkanlah isu menarik yang dikerumuni dengan sudut pandangnya masing-masing dari UNTUK mengalihkan perhatian masyarakat pendukung budaya yang sedang digusur, diskusi di bale banjar sampai gelar seminar tantangan yang memutar balik siapa seharusnya Strategi kampungan paling sederhana pun bisa memper- dayai dengan melepas sapi-sapi di kandang agar seisi rumah si- buk keluar mencarinya. Semen- tara perampok bebas menguras seisi rumah. Dampaknya secara ekonomis dan sosial menggebrak siapa. juga akan membesar. Berbagai pengamatan dan penelitian menunjukkan bahwa penga- ngguran dapat menimbulkan berbagai masalah pada bidang ekonomi dan sosial. Di bidang ekonomi, misalnya, pendapatan sese- orang dalam keluarga terpaksa dibagikan juga kepada anggota keluarga yang sudah memasuki usia kerja tetapi masih mengang- gur. Itu berarti pendapatan per orang dapat menurun, tidak lagi menggambarkan penda- patan seperti yang sering disebutkan dengan GNP (gross national product), sedangkan masa sosial adal antara lain kecembu- ruan, munculnya tingkat kejahatan, serta persaingan yang tidak sehat. Dengan demikian wajib belajar bukan han- ya dilakukan untuk mengejar angka de- mografi atau statistik, melainkan harus diim- bangi peningkatan kualitas lulusan. Apabila keduanya tidak dapat dicapai sekaligus, maka yang harus dicapai pertama-tama adalah ting- Secara fisik atau berdasarkan gambaran ginya angka kelulusan sedangkan angka demografis hal itu akan menambah kegemer- kualitas terletak di bidang lain. Ingin kita te- lapan dunia pendidikan di suatu wilayah. Akan kankan bahwa keberhasilan di satu sisi tetapi kita tidak hanya melihat hal itu sebagai hendaknya jangan menimbulkan masalah di sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan harus sisi lain. Kalau dimungkinkan keduanya ber- dikaitkan dengan kualitas lulusannya teruta- jalan seiring. Ini juga memerlukan kajian yang ma untuk memasuki pasar kerja. Dengan berdimensi jamak. Makin tinggi tingkat pen- hanya mengejar angka kelulusan berdasar- didikan suatu bangsa makin tinggi pulalah kan tuntutan demografis tanpa pemenuhan hendaknya jumlah tenaga kerja. Dengan tuntutan intelektual atau kepandaian akade- demikian masalah-masalah yang mungkin mis yang disyaratkan, berarti kita membohon- timbul akan terbendung. Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan Fotokopi Identitas Tidak Merinci Ormas Menanggapi surat pembaca Saudara S. Nasar Usman tentang "KNPI tidak Memihak" (Bali Post, Sabtu 9/11) dapat saya jelaskan sebagai berikut: Dalam wawancara yang di- lakukan wartawan Bali Post den- gan saya sebagai Ketua AMPI Kodya Dati II Denpasar didamp- ingi sejumlah pengurus usai ra- pat, saya tidak merinci satu per satu ormas yang bernaung di bawah Golkar. Saya mengatakan lima nama yang diajukan AMPI Kodya Dati II Denpasar sebagai caleg tidak mungkin semuanya diterima Golkar mengingat ketatnya sele- ksi selain Golkar juga harus memberi porsi kepada ormas pendukungnya yang jumlahnya cukup banyak di bawah Golkar. DPD AMPI Kodya Dati II Denpasar Ketua AA. Kt. Suma Widana Sinetron "Terjebak" Saya nonton siaran TV sine- tron mini "Terjebak" 29 dan 30 September 1996 yang diproduk- si Depdikbud, disutradarai Ars- wendo Atmowiloto, dibintangi aktor Alex Komang. Menurut pendapat saya ter- hadap sinetron itu, sbb: bek, dan tidak mendidik. Yang terasa adalah skenario yang di- paksakan yang mungkin tanpa disadari, sudah ikut terlampau cepat menuduh kehidupan ak- tivis mahasiswa. Adakah JJB sebagai suatu rencana yang dapat diwujudkan, memang menarik untuk dicer- mati sebatas sibuk-sibuk beran- dai-andai sekadar melupakan kejenuhan yang makin mampet di saluran-saluran macet. Awal munculnya isu JJB, pewawan- cara telah diberi informasi cuk- up jelas dan disajikan bahwa itu hanya sebuah isu yang dikemas berlabel global yang kebetulan sedang mengemuka. Dari aspek teknologi me- mang memungkinkan pemban- gunan JJB dengan struktur kon- struksi gantung Golden Gate di- padukan dengan struktur kon- struksi ponton di celah Si- dimantra palung paling dalam berarus deras. Dari aspek pendanaan, APBN terlebih lagi APBD diku- ras habis semua sektor pun jelas dan jahat. Hal itu terlihat jelas dengan menyisipkan slide peris- tiwa kerusuhan 27 Juli 1996, sea- kan-akan bahwa peristiwa itu telah terjadi akibat digerakkan atau didalangi kelompok aktivis mahasiswa. Hal ini belum tentu, masih harus dibuktikan. d. Sinetron itu yang disiarkan secara serentak oleh semua sta- siun TV di negara ini, merupa- kan bentuk "propaganda" yang b. Mengedepankan kehidu- dilakukan pihak yang berkepent- pan aktivis mahasiswa dengan ingan. Apapun alasannya, den- latar belakang kehidupan hura- gan menyebut nama, tempat dan hura, menikmati minuman peristiwa yang dilakonkan se- kaleng, perempuan dan uang bagai fiktif belaka, bukan men- meskipun mungkin terjadi-jadi argumen untuk membuat isi sudah merupakan upaya sebuah sinetron dengan semau- menggeneralisasi bahwa semua nya sendiri. kelompok aktivis sebagai e. Penting untuk dipikirkan munafik dan brutal. cara penanganan sebuah masalah untuk lebih mendidik dan dew- asa, bukan dengan menakut-na- kuti yang tak beralasan, lalu han- tam kromo dengan memanfaat- kan media informasi. Jika hal ini dibuat Depdikbud, sebagai in- c. Ingin mengajak penonton, yang kebanyakan adalah rakyat awam, untuk menjauhi dan me- musuhi kelompok aktivis maha- siswa dan telah memvonis bah- wa perbuatan mereka itu buruk a. Bobot jalan cerita yang ditampilkan terasa dangkal, lem- Anggota Redaksi Denpasar: Agustinus Dei, Dwi Yani, Legawa Partha, Nikson, Palgunadi, Pasma, Riyanto Rabbah, Bali Post Srianti, Sri Hartini, Suana, Suarsana, Sudarsana, Sueca, Sugendra, Suja Adnyana, Sutiawan, Emanuel Dewata Oja, Artha, Alit Suamba, Subagiadnya, Sugiarta, Sutarya, Wahyuni, Wilasa, Kasubmahardi, Martinaya, Mas Ruscitadewi, Rusmini, Umbu Landu Paranggi. Bangli: Karya, Buleleng: Tirthayasa, Gianyar: Alit Sumertha, Jembrana: Edy Asri, Karangasem: Dira Arsana, Klungkung: Daniel Fajry, Tabanan: Alit Purnatha, Jakarta: Wisnu Wardana, Muslimin Hamzah, Bambang Her- mawan, Darmawan, Sahrudi, Dadang Sugandi, Alosius Widiyatmaka, Djamilah, Rudiyanti, Sri Wulandari, Suharto Olii. NTB: Agus Talino, Nur Haedin, Suyadnya, Raka Akriyani, Siti Husnin, Izzul Kairi, Syamsudin Karim, Ruslan Effendi. Surabaya: Endy Poerwanto, Bambang Wiliarto. NTT: Hilarius Laba. Yogyakarta: Suharto. Wartawan Foto: Arya Putra, Djoko Moeljono. tidak mungkin. Bantuan dari badan-badan keuangan dunia tentunya mempertimbangkan asas manfaat bagi sasaran ban- tuannya. Penanam modal? Apa mu- ngkin menanamkan modalnya di sektor konstruksi biaya ting- gi tanpa diyakini kelayakan us- aha yang mampu mengembali kan modal yang ditanamnya. Dari retribusi semacam jalan tol tentunya teramat sangat lama, dan jika biaya melewati JJB leb- ih mahal dari penyeberangan al asing sebagaimana bank pada umumnya bisa saja memberikan pinjaman lunak bernuansa Rama-Shita di depan ramah di belakang menyita. Memberi pinjaman bukan untuk secepat nya dikembalikan, namun den- gan perhitungan bunga berbun- meminjam lagi sehingga pada ga diharapkan meminjam untuk saatnya nanti seluruh aset bumi ini diambil alih, dipindahtanga- nkan untuk melunasi pinjaman yang memang tidak mungkin bisa dilunasi. Bagi yang mem- Oleh Gelebet dengan feri tentunya mereka akan memilih yang lebih murah. Jika pengoperasian penyeberan- gan lewat laut ditutup tentunya tindakan yang mematikan pelu- ang usaha kesempatan kerja dalam pemerataan yang makin memusat. Praduga spekulatif memang memungkinkan adanya bebera- pa kemungkinan yang menung- gangi ataupun memanfaatkan isu JJB. Raksasa-raksasa mod- stansi yang sangat bertanggung jawab terhadap pendidikan masyarakat, sungguh sangat memprihatinkan. Saya ikut menyesalkan tampilnya orang terkenal sep- erti Arswendo Atmowiloto dan Alex Komang kok mau-maun- ya membuat sinetron semacam itu. Suharsono Hadikusumo. Jalan Pejuangan No.2 RT 08/10 Kebon Jeruk Jakarta. Terima Kasih Bank Bali Sehubungan dengan tulisan saya "Dikecewakan Bank Bali" (Surat Pembaca Bali Post, 31/10/96), kasus tersebut telah diselesaikan secara keke- luargaan dan penuh simpati oleh Bank Bali, yaitu oleh Sdr. Endang Hendarwan (ATM Set- tlement Bank Bali) dan uang kekurangan telah dikreditkan ke rekening saya. Terima kasih Bank Bali. A.F. Indrijono Setyanto d.a. PT Johnson & Johnson Indonesia Jl. Sarigading 41 Denpasar injam dan yang berpeluang dalam Mega Proyek JJB tentu- nya sangat berkepentingan mendapatkan pinjaman, toh yang dituntut untuk mengem- balikan tentunya generasi men- datang pewaris utang yang tidak bisa lain kecuali menjual selu- ruh aset tersisa dan akhirnya bumi ini sebagai taruhannya. bangan kehidupan di bumi me- Beberapa pemikir perkem- mang ada yang berpendapat bahwa dalam budaya global nanti, di mana dunia terbuka dengan menghilangnya batas- batas, orientasi pasar, modal asing dan persaingan bebas, negara bangsa sudah tidak akan ada lagi, bumi hanya satu milik bersama di mana kembali kani- bal yang kuat memangsa yang lemah versi global. Mempercepat Penguasaan Wilayah Dengan akan digelarnya ekonomi pasar bebas tahun 2020, di kawasan Asia Pasific yang penguasaan kawasannya di- harapkan telah selesai proses pengambilalihannya tahun 2013 untuk selanjutnya numpang terasing di negeri sendiri dalam keterpinggiran yang makin me- nyisihkan. Jelas, untuk kondisi itu per- anan JJB dalam mempercepat proses terwujudnya penguasaan kawasan wilayah-wilayah strat- egis untuk menggelar pasar be- bas budaya global. Bali, yang memang sejak awal telah menggejala dalam sentuhan glo- bal, dengan membuka bandara sebagai pintu dunia penerban- gan langsung ke berbagai nega- ra dan menyambung dengan JJB untuk kelancaran mobilitas pe- masaran produksi, tenaga dan kriminalnya sangat diminati se- bagai sasaran terpilih. Namun pengembangan perlu disadari, apakah bentuk peradaban mencari jalan terbaik dalam memasyarakatkan hasil tu- lisannya. Dari sejumlah buku cerita yang sempat diterbitkan, meskipun orang akan menolak jika dikelompokkan sebagai se- buah buku sastra, ada satu seri cerita karangan bangsa kita yang menjadi tungguan para pencintanya. Cerita ini telah menyediakan sedikit ru- angan untuk rubrik TTS ini. Ternyata, TTS pun, yang sela- ma ini dianggap hanya sebagai bagian tidak terlalu penting dalam penerbitan media mas- sa, juga luput dari pertimban- gan bisnis penerbitan, ikut andil besar berperan mencer- daskan kehidupan bangsa kita. Djadjang Suryana demikian yang memang menja- pahami dengan baik dan benar. potensi yang dimiliki dalam me- mantapkan kemandirian jatidiri sebagai tuntutan agar mampu bersaing memasuki budaya glo- bal yang segera akan datang. Dengan demikian, jelas bah- wa JJB sebagai isu untuk men- galihkan perhatian dalam skala mikro planning maupun JJB se- bagai strategi gelar pasar bebas dunia terbuka budaya global dalam makro planning, di tujuan bagi Bali dalam me- Bukan tak mungkin kepentingan masuki budaya global? Apapun yang lebih luas bukan lagi un- langkah yang dipilih, seharusn- tuk bangsa manakala negara yalah atas kesadaran moral in- bangsa akan tenggelam dalam telektual bagi penganalisisnya. dunia terbuka budaya global, Mengamati kenyataan-ken- memang benar akan terjadi. yataan dari langkah-langkah ter- Untuk itu, pemikiran- obosan menerabas yang telah pemikiran alternatif konservasi dilakoni seperti Lapangan Peka- semacam mitologi kebijakan mbingan, Tanah Lot dengan Empu Sidimantra memutus Se- Bhisama Kesucian Pura dan kini lat Bali untuk menangkal krim- meso dan makro planning, suara bagai bentuk maksiat lainnya adari bahwa masalah-masalah JJB dari yang berskala mikro, inalitas, pencurian, judi dan ber- hendaknya semua pihak meny- masyarakat pendukung budaya hendaknya tidak divonis sebagai Bali adalah tugas, hak kewa- daerah sebagaimana yang keti- emosi sara yang merusak ke- jiban dan tanggung jawab war- ganya telah direkam dalam ru- satuan, namun dikembangkan ga ngarep-nya untuk menyele- brik "Giliran Anda" di Bali sebagai ambisi meningkatkan saikannya. Post, ujung-ujungnya buldoser- lah yang berbicara. Dalam kondisi-kondisi de- menjadi macet, sampah maka- mikian, di mana komunikasi lah pun cukup untuk menyam- bung-nyambung negeri seribu pulau, lalu apa masih perlu ber- seminar atau menantang lemba- ga-lembaga ilmiah untuk men- cari temuan-temuan pemi-kiran alternatif? Semasih beda penda- pat ditabukan sebagai melawan kebijakan yang diposisikan se- kebenaran ilmiah akan makin bagai di luar sistem yang ada, ditinggalkan. Kenyataan, baik dari rubrik "Giliran Anda" di Bali Post, dari diskusi-diskusi jalanan sampai gelar seminar di kan- dang intelektual, dapat disim- pulkan bahwa masyarakat pen- dukung kebudayaan daerah me- nolak kehadiran JJB dengan be- ragam alasan yang dapat diper- tanggungjawabkan secara mor- al intelektual maupun sosial spiritual. Sesungguhnya, mereka men- yadari bahwa dalam memasuki budaya global dengan ekonomi pasar bebasnya di mana persain- gan makin ketat, menempa diri dalam kemandirian jatidiri yang maju dan mandiri adalah sasa- ran-sasaran program yang se- harusnya diterapkan. Ketersesa- tan, tidak harus disikapi pasrah patuh berserah diri menyopani kemapanan, karena selangkah salah arah dalam mengambil keputusan, sejauh ketersesatan diteruskan akan makin menjau- hi kebenaran yang seharusnya ditaati dalam perjalanan ber- masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemaknaan wawasan nusan- tara hendaknya tidak dimanip- ulasi dengan pengertian penyer- ahan diri untuk kepentingan yang lebih luas. Untuk itu ke- pentingan yang lebih luas me- mang perlu dicermati untuk di- Catatan Menurut Menpora Hayono Isman, buruknya kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat bisa me- ngakibatkan sakit hati di kalangan pemuda. - Pesan untuk menarik hati masyarakat. *** Suhu politik di tubuh orsospol akhir-akhir ini makin panas. Kesan yang muncul di masyarakat, politisi kita sedang rebutan kursi. Makanya ada yang "lelang kursi".. *** Kata Wakil Gubernur Lemhanas Juwono Sudarsono, rasa takut supaya dilembagakan agar tidak semua orang melakukan sesuai keinginannya. -Lebih-lebih takut kepada Tuhan. Bang Podjok