Tipe: Koran
Tanggal: 1986-09-04
Halaman: 04
Konten
KAMIS, 5 SEPTEMBER 1986 Tajuk Rencana Menyambut 1407 H Bertepatan dengan tanggal 5 September 1986, Masehi kita akan memasuki tanggal 1 Muharram 1407 Hijriyah, tahun baru Islam. Di dalam sejarah Islam perhitungan tahun Hijriah ini memiliki arti yang sangat penting, bukan sa- ja sebagai perhitungan waktu berdasarkan peredaran bulan atau Qamariah, tetapi terutama menjadi awal kebangkitan umat Islam untuk menegakkan dan menyiarkan agama Allah. Selama sepuluh tahun Nabi Muhammad SAW berjuang menegakkan perintah Allah di Mekkah, kemajuan yang dicapai belumlah sebagaimana yang diharapkan. Bahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk men- jalankan syariah agama semakin menjadi-jadi. Melihat situasi yang demikian, Nabi Muham- mad SAW beserta pengikut-pengikutnya memutuskan untuk pindah ke Madinah. Hijrahnya Nabi ke Madinah yang ditandai dengan permulaan tarikh Hijriyah merupakan awal kemenangan Islam. Sebab dari Madinah, umat Islam mampu menyusun kekuatan untuk kemudian melalui perjuangan panjang dan berat dapat mengalahkan kaum Quraisy yang berpusat di Makkah. Hijrah Nabi memberikan arti luas yang meliputi berbagai aspek kehidupan di masa kini. la memberikan keteladanan dalam upaya manusia untuk memenangkan suatu per- juangan yang suci dan bercita-cita luhur walau dengan meninggalkan tempat dan kampung halaman sekalipun. Ia juga merupakan lambang ketekadan manusia untuk hijrah meninggalkan kekafiran dan kezaliman demi untuk mencapai kebaikan dan keimanan sesuai ajaran Allah. Sudah sewajarnya setiap pribadi muslim melangkah memasuki tahun baru 1 Muharram 1407 Hijriyah ini dengan tekad yang baru pula yakni meninggalkan berbagai kekurangan di masa lalu untuk selanjutnya bertekad meraih prestasi yang lebih baik di berbagai bidang kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang. Semoga demikian dan selamat memasuki tahun baru Islam 1 Muharram 1407 Hijriyah. - 16 Tewas Korban Vera SEOUL: Lebih dari 30 orang di- khawatirkan mati dan ribuan lain- nya kehilangan tempat tinggal aki- bat topan Vera yang melanda Ko- rea Selatan akhir pekan ini, de- mikian menurut para pejabat dari dinas bantuan di Seoul Minggu. Wayne sedang kembali akan da- tang setelah melanda pulau itu pe- kan lalu, membunuh 63 orang dan menelan kekayaan sekitar 310 juta dolar AS atau sekitar 325 milyar rupiah. Topan itu sebelumnya telah menewaskan tujuh orang di Cina dan Sabtu menyerang Uni Sovyet timur, menimbulkan banjir dan ke- Gempa Bumi rusakan yang meluas di sekitar pe- labuhan Vladivostok. Para pejabat dinas bantuan me- negaskan mayat 16 orang Korea Selatan ditemukan, 17 lainnya hi- lang dan dikhawatirkan mening- gal. Lebih dari 6.500 orang mende- rita kehilangan rumah dan kerugi- an diperkirakan mencapai 37,4 ju- ta dolar AS sekitar 40 milyar ru- piah. Biro Cuaca Pusat di Taipei mengungkapkan topan Wayne, de- ngan kekuatan 120 km per jam, berada sekitar 250 km sebelah ti- mur Hengchun, ujung selatan Tai- wan, namun kini sedang dalam keadaan tidak bergerak. -Rtr Di Taiwan, para pejabat meng- eluarkan peringatan bahwa topan BEOGRAD: Penduduk berham- buran keluar dari rumah mereka dalam keadaan panik dan pene- rangan listrik padam setelah gem- pa bumi kuat menggetarkan dae- rah Balkan dengan episentrumnya di sebelah selatan Rumania. Be- lum diperoleh laporan mengenai korban dan kerusakan yang dise- babkan gempa bumi yang Jumat malam melanda empat negara, Yu- goslavia, Rumania, Bulgaria, dan Turki. Oleh Ircham Machfoedz Must we always teach our children with books? Let them look at the beauty of the waters and trees and flowers on carth. They will then begin to think, and to think is the beginning of a real education. (David Plois) Harian Fajar Bahasa Kita Bahasa Indonesia Sedang Berkembang Oleh: Drs. Mbiyo Saleh, MA PUISI di atas tidak perlu diter. bagaimana?" jemahkan. Agar orang di pedesa. an, juga di perkotaan, yang belum faham Bahasa Inggris tetap tidak tahu maknanya. Agar mereka bertanya. Karena bertanya ke. pada yang lebih arif, adalah lebih baik daripada mengartikan sen diri secara harfiah. Semua golongan ahli baha- sa, yaitu golongan ahli bahasa yang preskriptif, golongan ahli bahasa yang normatif, dan go- longan ahli bahasa yang deskrip- tif merasa bahwa dirinya pembi- na bahasa. Mereka menuliskan buah pikiran mereka di media masa atau sekedar membina ba- hasa di depan kelas. Mereka me- rasa ahli bahasa Indonesia. Da- patlah kita yakini bahwa ketiga golongan ahli bahasa ini terdapat dalam masyarakat bahasa Indo- nesia. Dan jika demikian, patutlah timbul pertanyaan, "Pembina bahasa Indonesia golongan ma- nakah yang pantas diikuti binaan- nya oleh masyarakat?". Bangsa Indonesia belum bisa merasa lega dengan mutu bahasa Indonesia sekarang ini. Di zaman penjajahan Belanda, pemerintah penjajah sudah dapat menyatakan mana bahasa Melayu yang baku, yang harus dipakai di Sekolah Rendah (S.R), yaitu yang disebut bahasa Melayu Tinggi. Dari tulisan tulisan, baik tu- lisan di media massa, maupun tu- lisan berupa makalah atau pun skripsi, seseorang yang kini telah digolongkan dalam lingkungan ahli dan pembina bahasa Indone- sia, mudah kita temukan kesalah- an kesalahan bahasa yang mesti- nya hanya terdapat pada orang bukan ahli dan pembina bahasa. Juga sering kita akan berge- leng geleng kepala, bila mende- ngar orang orang tertentu dalam Dilema Membeli Bangku Sekolah anak gunung yang cerdas. Suatu ketika pada awal tahun pelajaran baru si anak gunung pergi ke kota di mana di sana berdiri dengan angker sebuah perguruan tinggi. Ia menerobos masuk begitu saja menghadap petugas penerimaan. Ia ingin belajar ekonomi, ke dokteran, filsafat, senirupa, psikologi, matematik, kebatinan dan olahraga. Tetapi tidak demikian pe- merintah Indonesia Merdeka. Sampai kini pemerintah Indone- sia belum dapat menyatakan ma- na bahasa Indonesia yang baku. Pusat Bahasa baru mulai menata nata, berusaha mewujudkan tata bahasa Indonesia baku. Diperkirakan dua, tiga ta- hun mendatang sudah dapat di- wujudkan cita cita yang muncul di saat cukup biaya dari pemerin- tah itu. Kini timbul masa pe- nyusutan biaya di segala bidang. Kita hanya tetap berharap cita cita kita yang baik itu akan tercapai juga. Itu baru sebagian kecil dari bagian bagian bahasa yang perlu dibakukan. Selain paham para ahli dan pembina bahasa yang tiga longan, preskriptif, normatif, dan deskriptif, kualitas ilmu dan kemampuan serta ketrampilan mereka belumlah mempunyai u- kuran atau pedoman atau standar yang pasti, seperti dalam bahasa Inggris misalnya. Dengan demikian, dapatlah dipahami, bahwa sering terjadi perbedaan pendapat mengenai mana bahasa Indonesia baik dan benar. Sering pembina baha- sa Indonesia yang menyajikan siaran pembinaan bahasa Indone- sia di TVRI digelengkepalai atau dikerutdahi oleh para ahli dan pembina bahasa yang menyaksi- kan dan memantau siaran mere- ka. PERLU DISESALKAN Ada kenyataan yang perlu kita sesalkan berhubung dengan hal hal yang kita pertanyakan di atas ini. Antaranya bukan 'antara lain' dalam bahasa Indonesia, karena lulus S1 bahasa Indonesia bukanlah satu satunya jaminan untuk menjadi ahli dalam bahasa Indonesia, beroleh kesempatar melanjutkan studinya ke S2 atau juga ke S3 di luar negeri. Dalam lanjutan studinya ini dia beroleh kaidah kaidah bahasa umum dan juga istilah istilah bahasa umum. Balik di Indonesia, dalam kenyataan dia bukan membina, melainkan hanya mengacaukan bahasa Indonesia. Kita berikan contoh kecil kecil saja: Dia tidak lagi atau tidak tahu mengguna- kan istilah 'imbuhan', tetapi 'af- fik', tidak lagi 'awalan', tetapi 'prefik', tidak lagi 'sisipkan', teta- pi 'infix', tidak lagi 'akhiran', te- tapi 'suffix', tidak lagi 'imbuhan go-gabung', tetapi 'conflik'. Dia ti- dak mengerti apa tujuan binaan- nya dan siapa yang dibinanya. Dia kira dia masih berbicara di luar negeri, tempatnya belajar. Seorang sarjana (S1) yang lain sama sekali tak, berusaha memperoleh tambahan peng- etahuan bahasa dunia, khususnya bahasa Inggris. Sarjana ini tak berkembang ilmunya sampai ke tingkat yang layak kita harapkan dari seorang ahli dan pembina ba- hasa Indonesia, sebab mestilah Sayang, Larena bukan ahli bahasa Indonesia, maka kadang kadang dalam tindakan berbaha- sa Indonesia, golongan ini sering jadi pengikut ahli bahasa yang preskriptif. Mereka memperbe- sar jumlah golongan pemakai ba- hasa Indonesia yang preskriptif. Juga golongan ini menjadi tertulis dalam bahasa Indonesia masih sangat kurang. Buku ilmu bahasa dalam ba- hasa Indonesia masih dapat dihi- tung dengan jari saja. Artikel mengenai ilmu bahasa dalam ba- hasa Indonesia pun masih amat kurang. Tambahan lagi masih di- ragukan apakah sarjana tersebut sudah membaca bahan yang ser- ba kurang itu. kita akui bahwa ilmu bahasa yang pengikut terbesar jumlahnya pa- da ahli bahasa yang normatif. Te- tapi mereka tak mau mengikuti golongan ahli bahasa yang des- kriptif. Jika mereka terikut, hal itu hanya disebabkan mereka be- lum tahu saja. Mereka sangat ti- dak senang melihat kekacauan bahasa yang disebabkan oleh tindakan ahli bahasa yang di- skriptif. Mereka tahu, bahwa ba- hasa Indonesia adalah bahasa yang dibina dan dikendalikan da- ri sekolah, yang sekaligus berarti 'bahasa Indonesia dibina dan di- kendalikan dari atas. Kemungkinan penyaji itu ditugasi dengan tanggung jawab sendiri oleh Pusat Bahasa. De- ngan demikian dia menyusun bahan pembinaan bahasa Indone- sia yang tidak dibahas lebih dahu- lu di Pusat Bahasa. Padahal dia membina bahasa Indonesia di TVRI dengan membawa nama Pusat Indonesia. Suatu ketika pada awal tahun pelajaran baru adalah seorang Petugas penerimaan sambil Muncullah gerakan Bapak asuh tersenyum-senyum, mafhum dan tempo hari. Tetapi sekarang su- menerangkan bahwa hal itu tidak dah dingin! Siapa yang terus mungkin. Pelajaran di perguruan menerus bersedia jadi Bapak tinggi tidak bisa dicari seperti Asuh. Tetapi tentu itu bukan ber. buah-buahan di kebun-kebun arti tidak setuju terhadap bapak asuh, Jelas tidak. Kita mesti ang. ka topi dan berdoa selalu, semoga Tulisan di atas saya kutip dari usaha itu tetap berlangsung. Usa artikel Aat Soeratin beberapa ta ha yang luar biasa pahalanya, di hun lalu, yakni 2 Mei 1983 pada tinjau dari segi agama. Mudah- harian Pikiran Rakyat. Cukup mudahan bapak asuh benar-benar menarik dan sungguh menarik. tetap berkembang. Bapak yang dari kehidupan saja. Konon petu- Cerita selanjutnya mengenai mau mensyukuri nikmat Tuhan. gas penerimaan menjadi terharu. masalah seperti yang ingin saya kupas di sini. Dan ini sebuah ceri. ta dari sebuah dusun yang sepi. yang listrik pun belum masuk ke sana. Jadi belum ada listrik ma suk dusun. Dalam surat Ibrahim 7 dikatakan, Pikirnya, seharusnya anak muda "Siapa yang mensyukuri nikmat demikianlah, tidak terlalu per- Tuhan maka Tuhan akan mem- caya pada sekolah tinggi yang beri nikmatnya yang lebih lagi, mahal namun isinya pas-pasan. sedangkan sebaliknya Bila orang mengingkari nikmat Tuhan. maka azabnya cukup pedih." desa. Pelajaran di perguruan tinggi sudah dipak. Dikemas da- lam bungkus plastik atau seperti makanan kaleng. Dan disuguhkan dalam almari kaca. Si anak gunung pulang. Ia me. mutuskan untuk menimba ilmu tapi tidak mengilhamiku. Dan aku memperoleh kepekaan terhadap lingkungan ahli dan pembina ba- hasa Indonesia ini berbahasa lis- an. Mereka sering lupa berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pengaruh bahasa daerah, pengaruh bahasa dialek, atau pun pengaruh bahasa asing tidak me- reka sadari menyelip dalam baha- sa lisan mereka. ngah masyarakat untuk mencapai seperti tokoh-tokoh Wajarlah jika kita memper- tanyakan betapa penguasaan me- reka atas kaidah kaidah bahasa In- donesia yang sudah ada, betapa tambahan pengetahuan mereka tentang bahasa modern di dunia, sekurang kurangnya bahasa In- ggris, dari mana telah mereka peroleh pendidikan bahasa Indo- nesia, adakah mereka terus giat membina diri mereka sendiri atau mengembangkan profesi mere- ka. Namun sekarang kita juga lega dibuatnya melihat banyak anak muda yang dapat mandiri, tanpa sibuk dibangku sekolah. Banyak pemuda berwiraswasta. Dihantui Rabrindranath Seorang anak sekolah Dasar Rabindrananth Tagore menga. yang sedang bergembira, karena takan: "Ketika masih sangat be. baru saja lulus ujian, sekonyong. Kembali pada suasana saat ini. lia aku berhenti belajar dan lari konyong harus menghentikan se. dari pelajaranku. Langkah itu te- nyuman dan angan-angannya Tidak sedikit kini, pemuda yang lah menyelamatkanku dan aku ketika bapaknya berkata lirih : bertanya-tanya. Bagaimana aku "Hapus Karena itulah apapun jadinya, pembangunan persekolahan ha. rus mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Artinya mari kita bersepakat, dan mendorong sajalah Nak, angan bisa menjadi sarjana? Bahkan mendapatkan semua apa yang ku berdirinya persekolahan baik kini bukan saja momok drop out berani itu. Aku melarikan diri peroleh kini berkat langkah yang anganmu. Lebih baik kau toleh sa wah, ladang dan hutan sekeliling mu. Mereka pun akan memberi mu banyak kepandaian. Anak pe. tani desa yang agak miskin seper. ti kita, harus berhati-hati yang harus dihadapi. Mereka yang berduit pun kalau otak tak cerdas jangan harap lulus sipen. dari kelas-kelas yang mengajar maru. Ini bagus. Kita sudah konsisten, hidup serta alam." menyunting harapan untuk meniti tidak akan menjual bangku pada ahli pemikir itu? Tetapi setidak- Tetapi benarkah pernyataan jenjang pendidikan yang lebih sanak keluarga atau kenalan atau tidaknya dapat mengurangi be. tinggi, Karena anakku, pendidik. bahkan pada orang berduit. an masa kini amat mahal harga. Komputer tidak bisa diajak nyele. ban pikiran kita bukan? Memang banyak contoh tokoh-tokoh yang nya." sukses tanpa banyak melalui weng. Karena itu akhirnya kita perlu membuat kesimpulan di sini: 1. Generasi muda harus mengem. diri Muncullah dilema. Bukan saja rasa Bangku sekolah ! Mari coba, bukankah kita selalu mengaitkan menghadapi bangku yang mahal, bangku sekolah. Mochtar Lubis. pendidikan dengan bangku seko. tetapi screening karena terbatas. Adam Malik dan masih banyak sendiri. profesionalisme, ke lah. Bila kita bertanya perihal nya bangku. Sebenarnya jumlah lagi. Tetapi tentu hal itu seribu wiraswastaan dan kreativitas. 2. pendidikan seseorang, maka ja. bangku yang tak seimbang inilah waban yang terpampang adalah yang menyebaxan sebal. Bukan Lulusan SLA, lulusan perguruan anak negeri ini banyak yang bo. tinggi atau drop out. Dengan doh. Semua yang lulus SMA bisa demikian maka perhitungan ada ditanggung kalau diberi ke. lah berapa biaya yang harus kita sempatan akan menjadi anak sediakan untuk keperluan buku, anak cerdas dan cendekiawan. pakaian seragam, sepatu, pe. Percayalah. Cuma soal tidak se- nelitian, laboratorium, KKN dan imbangnya jumlah bangku dan tetek bengeknya. Agaknya karena meluapnya anak muda. Jangan itulah maka harganya jadi mahal. menyalahkan KB, karena kita Dan sekarang, sekolah perguruan tahu bahwa jumlah penduduk ini tinggi negeri pun mulai unjuk diri, apalagi yang berkwalitas adalah karena harganya yang naik pula. modal dasar pembangunan, di. Jangan terlalu manja mereka sebutkan dalam GBHN kita, pada yang lulus Sipenmaru, bukan? pola dasar pembangunan nasi. Namun kalau ingat ungkapan onal. ini bagaimana ? "Negeri ini me. Lalu mari kita semak cerita di niupkan kewajiban belajar, dan bawah ini lagi. bahkan belajar seumur hidup, se- dangkan kalian tak punya uang! Tetapi kalau kita mengingat program pemerataan kesempat. an memperoleh pendidikan da. lam GBHN lagi, yakni: Seorang sarjana (S1) yang lain berdiri di tengah tengah. Sar- jana (S1) lah dia dalam bahasa In- donesia. Pengetahuan bahasa In- ggrisnya serba sedikit. Dia tidak bisa membaca ilmu bahasa dalam bahasa Inggris. Sarjana bahasa In- donesia jenis inilah yang terba- nyak jumlahnya. Hingga dewasa ini perguruan tinggi yang nama- nya IKIP menghasilkan sarjana jenis ini banyak sekali. Salah satu penyebab hal itu ialah perubahan perubahan kuri- kulum IKIP sejak tahun 1970-an. Oleh para dosen bahasa dan sastra didikan pada umum. termasuk pendidikan Pancasila. Tentulah banyak pemuda yang ngiler, ingin sekali meneruskan sekolah. Kecuali mereka yang memang tidak berminat kepada pendidikan dan ini jumlahnya ten- tu bisa dihitung dengan jari. Kita saat ini bangsa yang begini besar dan begini cepat dapat sukses membangun ini, tentu dada rasa teriris kalau banyak generasi muda tak dapat melanjutkan sekolah, apapun dalihnya. Biar Rabindrananth Tagore membelai mereka yang tak dapat meneruskan sekolah, tetapi kita bersama harus ikut berjuang me. mecahkan masalah, bagaimana memperbanyak bangku sekolah dan membikin bangku itu lebih murah. Hanya di tangan kita ber. sama. Semua orang harus berpar. tisipasi. Ikut menyumbangkan pikiran pada pemerintah. Siapa cerdas siapa dapat. Habibie Coba kalau kita melihat Ha- bibie. Semua orang tahu ia orang paling pintar, sebut saja sangat pandai. Orang Indonesia nomor satu. Dinilai dari otaknya. Apa. kah generasi muda itu tidak ngiler kepingin seperti beliau? satu. Bagaimana anak muda sekarang mesti berenang di te. Sekolah yang bermutu perlu men- makin meningkat. 3. Berdirinya swasta maupun pemerintah. Bila banyak sekolah tentulah harga bangku tidak terlalu mahal. Lebih dari itu, yang paling penting, biar. pun paket perguruan tinggi pas. pasan, tetapi di sanalah sumber il- mu pengetahuan yang harus dite. kuni generasi muda kita. Kita ha. rus berjuang ke sana. Indonesia di IKIP, yang sudah membina diri sejak tahun 1960- an, hal ini memang sudah sangat dikhawatirkan terjadinya. Tetapi setelah berlangsung kurang lebih 15-16 tahun, baru disadari dan di- akui oleh pihak lain. Satu kenyataan lain yang cu- kup memprihatinkan dan perlu dihajatkan kepada orang orang yang kebetulan bersangkutan, ia- lah adanya pencapai S2 dan S3 di IKIP, yang Sinya bahasa dan sas- tra Indonesia, tetapi S2 dan S3nya itu tidak mengembangkan Sinya dalam hal isi atau mutu bahasa Indonesia. S2 dan S3 itu hanya mengembangkan metode peng- ajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian maka tak perlulah kita heran, jika ada, dok- tor (S3) yang pada waktu me- nyusun naskah pidato dan mem- bacakan naskah pidato penguku- hannya menjadi guru besar (pro-juta penduduk baru akan belajar fesor), ternyata dia tidak meng- uasai bahasa Indonesia baik yang benar secara lisan maupun tulis- juta penduduk Indonesia, baru kira kira 58 juta atau lebih kurang 35% yang bisa berbahasa Indone- sia. Ini berarti sebagian dari 58 juta penduduk sedang belajar, membina dan dibina, sedang 107 an. MASYARAKAT PEMAKAI BAHASA INDONESIA Masyarakat pemakai bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga golongan. Pertama, ialah golongan yang paham akan bahasa, mungkin beberapa baha- sa, termasuk bahasa Indonesia. Golongan ini pemerhati bahasa, to masuk bahasa Indonesia. Teta- pi golongan ini lak mengaku diri ahli bahasa. Namun golongan inilah yang merasa butuh sekali akan adanya bahasa Indonesia yang norma if, bahasa Indonesia yang mantap, bahasa Indonesia yang mempunyai kaidah kaidah baha- sa yang meyakinkan untuk dipe- domani. Golongan ini teguh ber- pegang pada kaidah kaidah. Jadi, jika pengendalian itu tampak kacau, mereka gusar. Mereka memberenguti pembina (kini terutama pembina di TVRI). Mereka memang ber- maksud baik. Karena itu pengen- dali pembinaan dan pengem- bangan bahasa Indonesia di Pusat Bahasa harus memperhatikan hal ini dengan sungguh sungguh. Kedua, ialah golongan yang dapat menggunakan bahasa In- 1.Bahasa Inggris. Mereka kurang mampu mencerna kuliah yang diberikan dalam bahasa Inggris sehingga mereka seringkali me- lemparkan pertanyaan yang ti- dak relevan dengan topik yang sedang dibahas. 2. Logika. Bila terpaksa berbicara di dalam kelas, mereka menge- luarkan kalimat yang berbunga- bunga hingga maksud yang ingin dikemukakan menjadi kabur. (Hal ini tidak mengherankan karena logika didasari budaya. Logika barat berpola vertikal, sedangkan logika timur sirkular). 3.Cara belajar. Mereka seharusnya aktif berpartisipasi dalam kelas dan mandiri dalam menggali in- formasi di luar perkuliahan tatap muka. (Hal ini juga dilatarbelakangi budaya). 4.Komputerisasi. Mereka tidak ter- biasa mencari data di perpusta- kaan karena mereka tidak mam- pu mengoperasikan komputer perpustakaan. donesia secara awam. Mereka ti- dak dapat memilih mana bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mana bahasa Indonesia yang buruk. Golongan pemakai baha- sa inilah yang tidak merasa mem- butuhkan jasa pembinaan dan pengembangan bahasa. Golong- an ini berkata, "Kami tidak bela- jar bahasa Indonesia, tetapi toh kami bisa berbahasa Indonesia". Golongan ini memperbesar jum- lah pengikut ahli bahasa yang deskriptif. Dengan adanya hasil riset tersebut, disarankan oleh Saparinah Sadli, guru besar Fakultas Psikologi UI dan ketua Kelompok Kerja Orientasi Lintas kebudayaan Bappenas, agar para mahasiswa yang tugas belajar di- gembleng kemampuan berbahasa Inggrisnya di tanah air dulu, sebelum berangkat ke AS supaya tidak menghabiskan waktu dan biaya. persekolahan swasta yang ber. mutu berarti membantu pemerin. tah di bidang pendidikan, karena itu tumbuhnya di mana saja tem. patnya adalah penting dan perlu. 4. Makin banyak persekolahan/ atau tempat-tempat pendidikan dan tidak harus di kota-kota besar merupakan sarana yang penting untuk mengembangkan pendidik. Amerika. . Peningkatan sarana dan sis. an bangsa. Dan ini perlu digalak. tem belajar, kan dengan sungguh-sungguh. - Pelaksanaan wajib belajar. Semoga usaha bersama meng. Program-program lain untuk hadapi dilema ini dalam bidang memperluas kesempatan mem- pendidikan segera dapat ter. peroleh pendidikan seperti seko. selesaikan, sehingga pembangun. lah kecil, program belajar, SMP an nasional dapat lancar dan se. terbuka, peningkatan mutu pen. gera terwujud. Ketiga, ialah golongan pe- makai bahasa Indonesia yang ba- ru atau sedang belajar mengguna- kan bahasa Indonesia. Dari 165 bahasa Indonesia. Sejumlah pengamat politik meni- lai, Yasuhiro Nakasone memang seperti burung elang yang amat jeli. Namany banyak dibicarakan orang ketika menjabat sebagai Dir- jen "Japan Defense Agency" tahun 1971, la menyusun sebuah Kertas Putih tentang rencana pengemba- ngan kekuatan militer Jepang sebagai suatu lagkah yang memer- lukan perhatian serius pemerintah Jepang. Mengapa? Kertas putih itu timbul sebagai jawaban atas skep- tisisme mereka atas jaminan militer Amerika Serikat (AS); Mereka mulai skeptis terhadap detente, usaha saling mencari upaya perdamaian dan diplomasi segitiga antara AS-US-Cina. Se- mentara itu, AS kelihatannya berusaha mengurangi keuatan militernya di Timur Jauh, dan dipusatkan di Okinawa. Pengem- bangan kekuatan militer Pasukan Bela Diri Jepang, dimaksudkan un- tuk mengisi celah yang diting- galkan AS tersebut. Oleh Anshari Thayib A mbisi Nakasone untuk men- duduki jabatan Perdana Menteri Jepang yang dipatok sejak awal dekade 70-an, digambarkan Martin E.Weintein ternyata terwujud. Bukan hanya satu kali, bahkan, sepertinya ia berhasil mengoyak konstitusi par- tai yang berkuasa - LDP. Sese- orang hanya berhak memegang dua masa jabatan PM. Begitu bunyi sebuah ayat dalam kitab undang-undang dasar partai. Dalam sejarah Jepang memang belum pernah ada seorang tokoh menjadi PM sampai tiga kali. Dan di Amerika, kata Lucian W.Pye, tak akan pernah ada seorang presiden menjabat tiga kali masa jabatan. Kendati Kertas Putih Nakasone itu kemudian ditolak Parlemen, serta dibantai oleh para politisi Jepang, tapi hal itu menunjukkan kepekaannya dalam membaca situ- asi keamanan di Timur Jauh. Gagasan itu, paling tidak merupakan cerminan dari berku- rangnya keyakinan Jepang atas jaminan keamanan dan militer AS terhadap mereka. Struktur politik di Asia sejak adanya usaha AS mendekati Beijing memang beru- bah. Jepang khawatir, karena ke- pentingan politiknya, AS tiba-tiba saja mengurangi jaminan militer- nya terhadap Jepang. Seperti lik Indonesia yang harus dituntun dan dibina berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Maka patut- lah berhati hati barang siapa yang telah merasa diri pembina bahasa Indonesia. Janganlah hendaknya warga negara Republik Indonesia yang sedang dan yang baru akan belajar ini diperhadapkan kepada bahan pelajaran bahasa Indonesia yang kaca dan sikap pembina yang bimbang. Inilah warga negara Repub- Kertas Putih Nakasone latar belakang yang diutarakan selama beberapa menit. Akhirnya, pada waktu merumuskan per- tanyaan tiba, si penanya sendiri kehilangan jejak Salahkah cara bertanya seperti ini? Dalain kebudayaan timur, hal ini tidaklah salah. Budaya kita tidak mengenal suatu cara bertanya yang langsung. Untuk menyatakan ketidaksetujuan, seseorang harus- lah berbicara dengan hati-hati dan berkelok-kelok untuk kemudian se- cara halus dan terselubung mengu- capkan pendapatnya. Dalam tin- dakan, dapat dicontohkan orang yang bermaksud meminta bantuan meminjam uang. Meskipun tidak mempunyai uang lagi (karena itu perlu meminjam), ia akan datang membawa oleh-oleh guna mencip- tatakan suasana yang membuat yang hendak diutangi tidak bisa menolak. JIKA TIDAK DIBINA menjadi bahasa mati, seperti ba- Bahasa yang tidak akan hasa Sanskerta. Bahasa Indonesia mengalami kemandegan pem- binaan dalam masa tingkat (lebih kurang 20 tahun). Diperhitung- degan ini tak berarti, namun kan secara menyeluruh, keman- memberikan dampak kesulitan dalam tindakan pembinaan. Pandangan dan pendirian para ahli dan pembina bahasa yang berbeda beda juga me- nyulitkan pembinaan dan peng- embangan bahasa. Dirasakan Bersamb Ke Hal V Dalam budaya kita juga ada kebiasaan menggunakan bahasa berbunga-bunga dalam mengemu- kakan ide, terutama untuk memberikan kesan bahwa si pem- bicara mempunyai pengetahuan yang luas. Juga untuk memberikan kesan bahwa si pembicara adalah seorang yang pandai mengu- tarakan pikirannya melalui bahasa yang indah dan budi bahasa yang tinggi. atau Kejutan Budaya? im riset Bappenas ke T AS untuk meneliti ham- batan-hambatan belajar ma- hasiswa pascasarjana di sana (Tempo 16 Agustus 1986). Beberapa hambatan yang ditemukan sebagai penyebab utama keterlambatan para mahasiswa yang sedang ber- tugas belajar dengan bea siswa adalah: Dalam budaya Amerika, hal ini justru sebaliknya. Mereka selalu menggunakan bahasa yang sing- kat, padat, tetapi tepat dan jelas. Lihat saja cara mereka menulis surat yang seringkali hanya terdiri atas beberapa baris, dan bagai- mana kita menulis surat untuk mengemukakan hal yang sama. Padahal kalau diteliti kejelasan- nya, belum tentu surat kita lebih jelas, atau malah kabur karena terlalu panjang. Betulkah hanya gemblengan bahasa Inggris yang dibutuhkan para penerima bea siswa ke AS? Bukankah diakui juga oleh Tim Bappenas bahwa bahasa Inggris mereka masih lebih baik daripada bahasa Inggris mahasiswa Jepang, tetapi yang disebut terakhir men- capai hasil yang lebih cepat dan lebih baik? Tidakkah kuncinya (diberikan) kepadanya. Asumsi terletak pada budaya, yaitu mereka yang berangkat belajar ke yang ada: orang tua dan guru ada- AS kurang dipersiapkan untuk lah sumber informasi satu-satunya berkenalan dengan nilai dan sikap yang tidak pernah keliru. yang dianut oleh akademisi Lalu, tidak pernahkah kita ber- Pendidikan di Indonesia tidak membiasakan/mengajarkan kebu- dayaan belajar yang aktif. Sebagai anak kecil, kita malah dimarahi kalau suka bertanya. Orang tua dan juga guru cenderung untuk menerima saja apa yang diajarkan dalam Japan's Foreign Policy Op- tions in the Coming Decade. (Lihat Raju G.C.Thomas dalam "The Great-Power Triangle and Asian Security). Jepang khawatir AS akan melemahkan posisinya seba- gai sekutu dan rekanan dagang pa- ling penting di Asia. Pada saat hampir bersamaan, Cina kelihatannya berusaha meni- up-tiupkan isu bahaya kebangkitan kembali militerisme Jepang. tanya? Kita masih sering bertanya, SINGKAT, PADAT, DAN TEPAT tetapi untuk mengutarakannya kita Kalau kita perhatikan diskusi menjadi berhati-hati, takut salah. atau tanya jawab yang terjadi di Budaya kita membatasi kita untuk dalam kebudayaan kita, akan kita lebih banyak bertanya di dalam temukan banyak sekali pertanya- an-pertanyaan yang lebih merupa- kan "ceramah" ketimbang berta- nya. Untuk merumuskan suatu per- tanyaan, penanya memberikan hati dan mencoba mencari sendiri jawabnya, atau puas dengan per.. tanyaan yang tak terjawab, yang lewat begitu saja. Suatu contoh yang pernah saya alami ketika Jepang melihat AS terlalu op- timistis dapat mengubah struktur politik dan keamanan di Asia. Sementara itu mereka melihat, US kian meningkatkan kekuatan ar- mada laut, dan udaranya di sekitar Jepang. Kecemasan-kecemasan itu, sesu- ngguhnya bertolak dari kenyataan bahwa Jepang banyak memiliki kerawanan. Jepang secara ekstrim amat tergantung dari pasokan luar negeri. Baik bahan bakar, mineral maupun bahan-bahan mentah pro- duksi lainnya. Sejak Perang Dunia I (PDI) Jepang sadar, pertumbuh- an industri Jepang merupakan basis kekuatan dan kemakmuran mereka. Padahal, di situlah titik rawannya. Oleh: Wuri Soedjatmiko Kenyataan itu membuat politik luar negeri Jepang, siapa pun yang tampil sebagai pemimpin pemerin- tahan harus banyak melihat tiga hal pokok. Pertama, kemampuan untuk terus mencari dan mengon- trol sumber-sumber asing sebagai penyedia energi, dan bahan mentah industri. Kedua, memegang kendali kebijaksanaan pembelian-pembe- lian energi dan bahan mentah dari negara-negara asing yang telah berada di bahan kendali mereka. Dan ketiga, menjaga industrinya dari stagnasi dan kemerosotan. Hambatan Belajar di AS: Bahasa Inggris sama sekali tidak ditoleransi. Ketahuan menyontek dapat berar- ti tidak lulus dan ketahuan plagiat dapat berarti diasingkan dari dunia akademis untuk selama-lamanya. Nilai-nilai dalam pendidikan di AS ini, jika tidak dikenal dapat menimbulkan salah paham. Di AS mereka tidak dapat mengharapkan bantuan siapa pun. BELAJAR MANDIRI saya melihat seorang kulit putih naik bisa kota dengan temannya, bangsa kita. Melihat orang banyak berkerumun di depan Tunjungan Plaza, si orang kulit putih itu langsung mengutarakan keheran- annya dan menanyakan apa yang ditonton orang banyak itu. Saya juga ber-, sendiri pada waktu tanya dalam hati, meski saya merasa pasti, sekalipun ada teman di samping saya, saya tidak akan bertanya keras-keras Partisipasi aktif merupakan suatu keharusan dalam cara bela- jar di AS. Nilai akhir tidak diten- tukan oleh ujian akhir semester melulu, tetapi sebagian oleh par- tisipasi lisan mahasiswa di kelas. Di tingkat pascasarjana, profesor hanya merupakan manajer yang hanya menengahi presentasi mahasiswa apabila mereka tidak dapat melanjutkan diskusi atau terbentur pada hambatan yang mendasar. . Perbedaan yang mencolok dalam dua budaya ini membuat maha- siswa Indonesia dinilai kurang dari prestasi yang seharusnya dapat mereka capai. Karena itu, sebelum berangkat belajar ke AS para calon penerima bea siswa tugas belajar harus dikenalkan dan dilatih untuk berpartisipasi aktif. KOMPETISI Anak Indonesia dididik untuk tidak menonjolkan diri, dan selalu memikirkan pendapat orang lain untuk menjaga hubungan yang har- monis antar sesama teman. Buda- ya ini berkembang terus sehingga mahasiswa Indonesia yang tidak malu-malu menunjukkan bahwa dirinya tahu segala, tidak diterima oleh masyarakat sekelilingnya. Karena itu, mahasiswa Indonesia tidak terbiasa bekerja keras dan bersaing. Kalau pandai sekalipun ia akan berkata bahwa ia hanyalah kebetulan bisa. Mahasiswa yang pandai juga dituntut untuk mem- bimbing yang kurang pandai, se- dangkan yang lamban bisa mengharapkan bahwa mereka pasti dibantu. . Kertas putih Nakasone tahun 1971 itu, kelihatannya banyak men- dapatkan tantangan. Bahkan se- jumlah lawan politiknya menilai, semata-mata untuk tujuan mem- promosikan diri sendiri. Setelah itu, gagasan mengem. bangkan kekuatan pertahanan Jepang mendingin. Baru tahun 1976, muncul Kertas Putih serupa. Kali ini Kertas Putih yang diajukan Dirjen Defence Agency Michiko PKJ. Pada saat yang sama, poten- Tapi, dalam periode itu, tiba-tiba ada informasi sekitar 400 orang Rusia masuk ke Jepang untuk membantu PKJ (Partai Komunis Jepang), Muncullah isu-isu yang mendesak segera serikat-serikat buruh yang kemudian akan men- jadi basis berkembangbiaknya Anak Amerika sejak lahir sudah dididik untuk menjadi orang nomor satu. (Anak Jepang demikian juga!) Apabila di sekolah mereka bahwa sistem mengetahui penilaian menggunakan sistem kurva normal dan nilainya bergan- tung pada nilai teman-teman di seluruh kelas, ia bisa-bisa tidak bersedia meminjamkan catatan- nya sekalipun. Dan semua itu diucapkan dengan terus terang. Pendidikan di AS juga menuntut kejujuran yang tinggi. Menyontek atau segala bentuk perbuatan yang tidak jujur dalam dunia akademis, SUDUT O Gubernur Irja Izaac Hindon minta agar pelaksa- naan tender suatu proyek benar-benar diusahakan secara murni serta berpegang pada peraturan yang berlaku. Jadi tidak bergantung pada komisi. * Komisi pengkajian Hak Cipta di Indonesia telah terbentuk. Jelas komisi ini bukan untuk ciptakan komisi MUI serukan untuk menjadikan tahun baru 1407 H sebagai saat untuk introspeksi dan mawas diri. Ya untuk ukhuwah Islamiah dan toleransi, jauh dari rasa benci dan dengki. Sakata, lebih resmi sifatnya. Ken- dati begitu, sedikit saja mempero- leh perhatian dari media massa. Juga kurang dihiraukan oleh para pengamat luar negeri dan kebi- jaksanaan pertahanan Jepang. Tapi, ada dua hal yang layak diperhatikan dari Kertas Putih Per- tahanan Jepang 1976 ini. Pertama, dalam persiapannya telah terjadi perbedaan pendapat yang agak keras antara Menteri Luar Negeri dan Defence Agency tentang masa depan berbagai kawasan strategis di wilayah itu. Kedua, berbeda dengan Kertas Putih Nakasone 1971, kertas putih 1976 ini dilengkapi dengan berbagai tabel dan peta yang belum pernah terjadi sebe- lumnya. Beberapa alasan mengapa Mi- chio Sakata mengajukan kertas putihnya. Alasan pokoknya adalah melonjaknya anggaran akibat me- ningkatnya harga-harga persenja- taan dan biaya personil. Biaya per- sonil meningkat dari 47% menjadi 56%, sementara anggarannya dici- utkan dari 25% menjadi 16% Tapi, beberapa waktu setelah Kertas Putih 1976 itu diajukan, tak banyak waktu yang disisihkan un- tuk membahas masalah itu. Masa- lahnya, banyak yang menganggap soal pertahanan secara polítis amat sensitif. Itulah yang menyebabkan kebijaksanaan pertahanan selama ini kurang mendapatkan prioritas pembahasan di Parlemen. Sedikitnya perhatian Parlemen terhadap soal-soal pertahanan, kelihatannya lantaran ketergan- tungan negeri itu kepada AS. Sejak Jepang bertekuk lutut terhadap Sekutu, antara tahun 1945-1950, AS benar-benar menerapkan prinsip demiliterisasi penuh di Jepang. Pertimbangannya, seluruh jamin- an keamanan baik di dalam maupun di luar negeri - AS yang menjaminnya. Waktu itu, US be- lum sepenuhnya diperhitungkan sebagai ancaman. Juga kericuhan kericuhan di dalam negeri. HALAMAN IV Dari lahir anak Amerika dibia- sakan untuk mandiri. Begitu pulang dari RS, mereka mendapat kamar sendiri. Dalam pertum- buhan, mereka dibiasakan untuk melakukan segala sesuatu sendiri. Pada waktu menjadi mahasiswa mereka dituntut untuk belajar mendapatkan ilmu sehingga mereka harus tahu akan segala sesuatu yang ada dalam tugas- tugas baca, sekalipun materinya belum didiskusikan di dalam kelas. Unyil (tahu diri ).- Karena itu, mahasiswa Amerika terbiasa mengunjungi per: pustakaan (dan perpustakaan mereka memang lengkap). Mahasiswa Indonesia belum ter- biasa belajar mandiri. Mereka dari kecil biasa bergantung pada guru yang tidak memberikan alternatif dalam menjawab pertanyaan. Guru adalah yang paling betul. Kalau ada siswa yang memperta- nyakan jawaban gurunya, si guru bisa marah atau merasa diserang. Mahasiswa Indonesia bukan nosi US sebagai pengancam kian menonjol, terutama sejak US menguasai Cekoslovakia, tahun 1947. Tapi, perhatian AS untuk mengu- bah strateginya di Jepang mulai timbul pada saat pecahnya Perang Korea 1950. AS memang terlibat langsung dalam perang Korea tersebut. Pemerintah AS langsung mengundang Perdana Menteri Yo- shida untuk membicarakan perjan- jian kerjasama keamanan Jepang- AS di San Fransisco, September 1950. Sejak itu, demiliterisasi mur- ni dihapus. AS akan membantu se- penuh tenaga agar pemulihan eko- nomi Jepang dipercepat. Juga diharap Jepang membangun keku- atan militer terbatas, terutama un- tuk kepentingan dalam negeri dan mempertahankan wilayah mereka dari serangan luar yang bersifat mendadak. Tapi, peranan AS seba- gai penyangga keamanan wilayah Pasifik Barat tetap dipertahankan. Perubahan kebijaksanaan AS, itu memang beralasan. Seperti dice- maskan sebelumnya, AS benar- benar kian menunjukkan poten- sinya sebagai pengancam. Semen- tara itu, lantaran dendamnya, yang teramat dalam, Cina juga patut mendapatkan perhatian serius. Secara politik, untuk mengurangi ancaman itu, Jepang memang berusaha mengadakan pembicara- an-pembicaraan dengan Moskow maupun Beijing. Misalnya, tahun 1978 ditandatangani perjanjian per- damaian dan persahabatan antara Jepang-Cina di Beijing. Kemudian diikuti Persetujuan Perdagangan dan Minyak dengan Beijing. Pada saat yang sama, Jepang berusaha pula mengadakan negosiasi-negosi- asi perdagangan dan politik dengan Moskow. Kertas Putih Sakata, kelihatan- nya baru mendapat perhatian agak serius ketika US menyerbu Afgha- nistan tahun 1979. Presiden Jimmy Carter, kelihatannya menaruh perhatian serius terhadap problem- atika keamanan di Jepang. Ran- cangan kertas putih itu segera dikirimkan ke Kementerian Luar Negeri AS, yang kemudian diserah- kan ke Divisi Perjanjian Keaman- an Biro urusan Amerika Utara ser- ta Biro Riset dan Analisis. Sebuah sumber di divisi itu menilai, perjan- jian keamanan AS-Jepang memang perlu direvisi. Tapi, beberapa usulan dalam Kertas Putih itu sulit untuk bisa mereka terima. Salah satu pertimbangan yang dianggap sulit diterima adalah penggambaran keseimbangan ke- kuatan AS-US di kawasan itu. Dikatakan dalam Kertas Putih itu, kekuatan US meningkat sampai sekitar 80% sedang kekuatan AS Menurun sampai 70%. Dalam tabel yang disusun Defence Agency itu, seolah-olah kekuatan US dua kali lipat dibandingkan kekuatan AS di Timur-Jauh. Kendati berhasil memperoleh perhatian cukup serius, namun Kertas Putih 1976 itu tetap bernasib malang. Meskipun, diam diam AS terus menambah kekuatan armada laut dan udaranya yang bermarkas di Okinawa. Misalnya, ada penam- bahan beberapa buah destryer jenis Spruance, frigat berpeluru kendali jenis Perry, kapal selam nuklir Los Angeles, kapal tempur ampibi Tarawa dan sebagainya. Semua dikerahkan untuk memper- kuat Armada ke VII. Enam buah pesawat jenis F-4 Phantomm di- ganti dengan F-14 Tomcats. Wing Tempur Taktis USAF yang juga berpangkalan di Okinawa segera akan diperkuat pula dengan se- jumlah F-15 Eagles. Program penambahan kekuatan Armada ke- VII itu kian tampak pada masa pemerintahan Presiden Reagan. Kertas Putih 1976, dengan sen- dirinya tak sepenuhnya gagal. Itulah barangkali yang mendorong Nakasone, setelah memperoleh mandat untuk ketiga kalinya men- jadi PM Jepang, berusaha menga- jukan lagi rencana serupa. Apalagi, sejak masa Presiden Carter, AS kelihatannya terus mendorong Jepang meningkatkan anggaran pertahanannya hingga mencapai i di atas 1% GNP-nya. Bahkan, jika anggaran keamanan yang diajukan lewat Kertas Putih Nakasone 1986 ini disetujui, yaitu sebesar Rp 23 triliun rupiah, hanya sekitar 0,993% saja dari GNP Jepang 1986. Kini, persoalan yang tampaknya dihadapi Nakasone adalah meya- kinkan para politisi Jepang atas rencananya itu. Kelihatannya hal itu tidak gampang. Trauma akibat meletusnya bom atom di Hiroshi- ma dan Nagasaki belum sepenuh- nya sembuh. Sementara itu, para politisi dan bisnismen Jepang harus tetap pula memperhitungkan stra- tegi pokok perdagangan luar nege ri. Karena, sesungguhnya di sanalah garis kehidupan Jepang berada. hanya tidak terbiasa dengan kom- puterisasi informasi di perpustaka- an. Mereka memang tidak terbiasa mengunjungi perpustakaan, karena kurangnya dosen yang memberikan tugas yang mem- butuhkan pencarian informasi dari perpustakaan, selain perpustakaan kita memang jauh dari lengkap. Semua itu, ditambah dengan ke- majuan teknologi dan komputeri- sasi, hanyalah membuat mahasis- wa Indonesia yang belajar di AS mengalami gegar budaya. LAMA TIDAK BELAJAR Sebetulnya, faktor yang paling berat yang berpengaruh terhadap hambatan belajar mahasiswa tugas belajar ke AS ini adalah karena mereka sudah lama me- ninggalkan bangku kuliah dan karena kesibukan tugas sehari- hari, tidak mempunyai kesem- patan memperkaya diri dengan membaca jurnal atau buku-buku il- miah. Hal ini menyebabkan kecepatan membaca (apalagi dalam bahasa Inggris) rendah. Padahal, membaca cepat suatu lumutan bagi manasiswa pasca Sai jana, terutama yang sa Bahasa Inggris amat diperlukan Unsri Bantu Jupen untuk memahami dan lebih-lebih berpartisipasi aktif dalam ber- kuliah. Bagaimana pula seorang mahasiswa yang berkuliah di AS dapat membuat tugas-tugas ter- tulis dalam bahasa Inggris seandai- Bersamb Ke Hal V Para industrialis dan ekonom di Jepang, sadar, militerisasi kembali Jepang, sekaligus mengancam ga- ris kehidupan mereka. Mereka sadar, negara-negara di Asia Teng- gara, sebagai basis utama per- dagangan luar negeri mereka, kurang menyukai kenyataan itu. Peningkatan kekuatan militer Bersamb Ke Hal V PALEMBANG: Universitas Sri- wijaya (Unsri) Palembang akan membantu juru penerang di Suma- tera Selatan dalam pendidikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik.
