Tipe: Koran
Tanggal: 1993-10-16
Halaman: 04
Konten
SABTU, 16 OKTOBER 1993 Hari ini, 16 Oktober 1993, kita mem- peringati Hari Pangan Se Dunia XIII. Peringatan seperti ini dilakukan setiap tahun pada tanggal 16 Oktober oleh 147 negara di dunia, termasuk Indo- nesia. Peringatan pertama dilakukan pada tahun 1981 oleh 140 negara. Hari Pangan Se Dunia merupakan gagasan FAO agar masalah pangan dan gizi selalu menjadi perhatian ma- syarakat dunia, mengingat masalah ini sangat berkaitan dengan kehidupan manusia, sementara penyebaran dan kecukupannya belum merata. Tema internasional Hari Pangan Se Dunia XIII ialah: Menuai Pangan Ala- mi Yang Beranekaragam (Harvesting Nature Diversity). Sedangkan tema na- sional, ialah: Menyukseskan Penga- nekaragaman Pangan. Kegiatan peringatan di Indonesia di- selenggarakan sejak awal bulan ini di seluruh daerah dan puncak acara pa- da tanggal 16 Oktober di Jakarta, di mana Presiden Soeharto berkenan me- lakukan temu-wicara dengan para pengrajin/pedagang makanan tradi- sional dari 27 provinsi, sementara Ibu Tien Soeharto setelah membuka pame ran dan festival makanan tradisonal akan mencanangkan Program Massal Penganekaragaman Pangan dengan motto: Aku Cinta Makanan Indone- sia. 17 KEKURANGAN SANG CALON Indonesia yang sejak tahun 1984 berhasil berswasembada beras dan kini sudah mengarah ke swasembada pa- ngan, tetap peduli (concern) terhadap peringatan Hari Pangan Se Dunia. Ke- napa? SAYA CALON UTAMA/ maka sebagai salah sa- tu diantaranya yang baru saja terbit yaitu tentang te- lah dikeluarkannya kebija- kan baru yang mengatur masalah bebas visa kun- jungan singkat (BVKS) ba- gi 45 negara. Hal ini perlu diterbitkan dalam upaya mengantisipasi dekade kun- jungan Indonesia serta mendukung penanaman modal asing di tanah air. Hari Pangan Se Dunia XIII Dan Penganekaragaman Makanan Tradisional Karena kita menyadari bahwa ba- nyak bangsa-bangsa lain yang masih kekurangan dan memerlukan uluran tangan baik dalam bentuk bantuan pangan secara fisik, maupun bantuan teknik dan pengalaman dalam mengu- payakan kecukupan pangan. Di samping itu, kita sendiri masih menghadapi kesenjangan dalam ma- salah gizi, dalam arti ada sebagian (ke- cil) masyarakat kita yang berkelebihan gizi, namun ada pula (sebagian besar) yang masih kekurangan gizi. Tema nasional peringatan tahun ini, yakni Menyukseskan Penganekaraga- man Pangan, dimaksudkan pula seba- gai upaya untuk memeratakan atau menyeimbangkan gizi pada masyara- kat. Pangan atau makanan khas/tradi- sional Indonesia yang beranekaragam di seluruh pelosok tanah air perlu kita lestarikan dan kembangkan untuk tu- juan tsb. Sebab, selain murah dan se- WONG kui KUDU BISO RUMONOSO, OJO RUMUNGSO BISO Dengan demikian BVKS ini sebenarnya dimaksud- kan sebagai pemberian fasi- Pengertian dari kata visa litas yang ditujukan kepada itu sendiri tiada lain ialah orang asing dari negara surat izin untuk masuk atau asing tertentu yang ingin keluar dari sesuatu negara. berkunjung ke Indonesia Sehingga dengan istilah untuk berbagai kepentingan BVKS, maka berarti bahwa sebagai mana telah diatur mereka yang memenuhi dalam aturan yang bersang- sarat-sarat tertentu telah di- kutan yaitu dalam hal uru- nyatakan bebas untuk ma- san yang berkenaan dengan suk kenegara kita tanpa me- kewisat aan, kepengusa- miliki visa. Kebijakan baru haan, kunjungan keluarga yang telah membebaskan ataupun tujuan olah raga. keharusan meminta visa ba- Pintu masuknya juga tida- gi orang. Kebijakan baru klah bisa sembarangan me- yang telah membebaskan lainkan telah ditentukan se- keharusan meminta visa ba- cara khusus yakni Manya bi- gi orang asing yang berasal sa lewat 13 bandar udara, dari 45 negara tersebut, te- 10 pintu pelabuhan, dan sa- lah dituangkan dalam SK tu pintu gerbang darat. Menteri Kehakiman ter- Diantaranya ialah, bandara tanggal 16 Agustus 1993. Polonia Medan, Hang Na- Selanjutnya dalam BVKS dim, Batam,Ngurah Rai Ba- ini telah dinyatakan bahwa li, Sukarno-Hatta Jakarta, m TAJUK RENCANA Berita Yudha bagai sumber penghasilan sebagian masyarakat, ternyata menurut pene- litian para ahli gizi kita, makanan tsb kaya akan gizi yang tidak kalah dengan makanan modern yang berasal dari luar. Bahkan, dari hasil penelitian tsb, makanan kita justru mempunyai ke- lebihan, di mana umumnya sangat baik untuk kesehatan dan relatif tidak mengandung unsur yang menjadi sum- ber penyakit seperti kanker, hiperten- si, jantung, dsb, yang kini banyak menghinggapi mereka yang kelebihan gizi karena biasa mengkonsumsi ma- Persaingan bisnis pers yang setidaknya ditandai oleh perubahan besar- besaran dalam bidang re- daksional dan manajemen, dan diwarnai pula oleh sa- ling bajak-membajak war- tawan serta penggabungan (baca: pencaplokan) pener- bitan gurem oleh penerbitan raksasa, tampaknya telah mengubah wajah pers Indo- nesia kontemporer. kanan-makanan modern dari luar, se- perti hamburger, pizza, dll serta makanan-makanan fast-food. Hanya saja, masalah kebersihan dan penggunaan zat-zat pewarna yang berbahaya yang umumnya merupakan kendala bagi sebagian makanan tradi- sional kita, perlu diatasi secara baik. Begitu pula untuk meningkatkan se- lera konsumen, sentuhan tehnolgi dan rekaboga perlu pula dilakukan. Bebas Visa Untuk Kunjungan Singkat kunjungan singkat yang di- Frans Kasiepo Biak, Pela- Oleh : R. Didi Guhardi.SH maksud adalah hanya dibe- rikan untuk selama dua bu- lan dengan ketentuan tidak boleh diperpanjang, dialih- kan atau dikonversikan ke- visa jenis lain. Yang terpen- ting lagi jangan sampai BVKS akan digunakan se- bagai kesempatan bekerja di Indonesia. buhan Tanjung Priok Ja- karta, Tanjung Perak Sura- baya, Bitung Ambon dan pelabuhan darat Entikong. Selain ketentuan pintu ma- suk, maka untuk mengatur pintu keluarnya ternyata boleh dari m saja, asal lewat tempat pemeriksaan imigra- si resmi. Menurut Menteri Urusan Pangan, penganekaragaman makanan bukan berarti kita akan mengganti beras se- bagai makanan pokok. Penganekara- mahaman yang mendalam amatlah mustahil pers da- terhadap kode etik jurna- pat menjalankan peranan- listik, sehingga terasa meng-nya dengan baik, baik seba- guncang kredibilitas pers. gai sarana kontrol sosial, pemberi penerangan, pendi- dikan, penghibur, maupun untuk menjembatani berba- gai kepentingan yang ber- kembang di masyarakat. Menjual Kredibilitas Rekaman peristiwa yang menunjukkan hal itu, anta- ra lain: (1) kasus tabloit Monitor yang menyebab- kan pemrednya harus men- dekam di penjara (2) kasus lemak babi yang menyebab- Dalam beberapa tahun kan wartawan/pemred ha- terakhir, banyak surat ka-rian Ibukota diajukan ke bar (lama) tampil dengan wajah baru, dengan perfor- mence lebih cantik dan mempesona, meski dari se- gi kualitas redaksionalnya belum menjanjikan kema- juan yang berarti. Namun, bagaimanapun, hal itu me- rupakan prestasi yang cu- kup menggembirakan. Sayangnya, prestasi yang tidak seberapa itu mesti dibayar dengan harga yang sangat mahal. Terbuk- ti, setelah denyut persai- ngan bisnis pers kian meng- gelora, tidak sedikit penge- lola surat kabar (baik maja- lah maupun koran) berusa- ha menampilkan berita- berita sensasional sebagai 'umpan penarik' bagi pem- baca, agar surat kabarnya berkesan lebih menggigit, lebih mempesona dan sedap dibaca. Celakanya, upaya 'berdandan diri' itu ternya ta tidak dibarengi oleh pe- negara-negara yang terga- bung dalam ASEAN. Pengadilan dengan tuduhan menyebarkan berita bohong dengan cara menambah- nambah daftar jenis maka- nan yang diduga mengan- dung lemak babi, dan (3) kasus biscuit beracun yang menyebabkan Deppen me- ngeluarkan teguran sekali- gus meminta pertanggung- jawaban lima surat kabar yang dinilai telah menye- barkan berita tidak proporsional. Kenyataan faktual ini mengisyaratkan kesembro- noan sebagian insan-insan pers karena terlalu bussiness oriented, yang sebenarnya tidak berbeda dengan men- jual kredibilitas pers. Jika yang demikian itu tidak se- gera disadari (baca: dianti- sipasi), maka hal itu meru- pakan sisi gelap dunia pers ditengah-tengah kegelapan yang ditampilkannya. Da- lam kondisi demikian. ANALISA - KOMENTAR Profil Pers Indonesia Kontemporer Oleh: Widodo Menurut Dr. Phil. Astrid S. Susanto, seorang ahli il- mu komunikasi Indonesia terkemuka, "disamping tu- gas umum pers sebagai me- dium publisistik, yaitu tugas (1) memberi penerangan, (2) mendidik, (3) memberi hiburan, dan (4) mempe- ngaruhi, maka didalam ne- gara berkembang, fungsi penerangan, pendidikan, mempengaruhi dan hiburan haruslah diarahkan pada pembangunan mental, pem- berian nilai-nilai baru kepa- da masyarakat yang sedang kehilangan nilai-nilai lama- nya karenaa proses moder- nisasi.... Diharapkan, pers berhati-hati.... dalam me- ngadakan attitude change agar terhindar dari suatu kekacauan (chaus). Tugas untuk berhati-hati ini da- tangnya dari moral dirinya, yaitu karena ia mengetahui bahwa manusia pada umumnya lebih mudah di- pengaruhi oleh motif-motif irrasional (emosional) dari- pada oleh argumentasi ra- sional..." Bertolak dari sini, agak- nya perilaku yang ditampil- kan insaninsan pers seperti peristiwa 'menyedihkan' diatas, semakin memperle- bar nuansa antara das sein dan das solen yang dicipta- kan dan dicita-citakan oleh (II Habis) Upaya Perbaikan kebocoran- - Agar jelasnya kegiatan yang boleh dilakukan de- ngan menggunakan fasilitas BVKS, telah dibatasi de- ngan rincian: Melakukan pembicaraan dalam rangka transaksi jual beli atau ne- gosiasi bisnis peninjauan terjadi kelapangan atau membica- kebocoran yang tidak Hal ini agaknya mudah rakan barang dagangan diharapkan. diterima karena justru yang yang akan dibeli atau dijual penting ialah harus lewat dalam rangka ekspor dan pintu yang telah ditentukan impor. Mengadakan pembi- tadi agar penyaringannya caraan dengan perusahaan dapat dilaksanakan secer- nasional yang mempunyai mat mungkin, sedangkan hubungan dibidang permo- waktu keluarnya diserahkan dalan dan produksi barang kepada pihak yang bersang- dengan perusahaan luar ne- kutan, sehingga hal ini akan geri. Mengadakan penjaja- lebih memperlancar arus kan dalam rangka penana- orang asing yangberkehen- man modal dengan calon dak menggunakan fasilitas partnernya. Mengikuti pa- BVKS termaksud. Adapun meran internasional dalam ke 45 negara tersebut anta- rangka meningkatkan dan ra lain adalah Amerika Se- mengembangkan usaha rikat, Australia, Belanda, atau promosi. Berceramah Belgia, Kuwait, Denmark, atau mengikuti seminar Italia, Jerman, Jepang, Ka- yang bersifat internasional. nada, Korea Selatan, Mal- Mengikuti rapat 'yang dia- ta, Maroko, Mesir, Peran- dakan dengan kantor pusat cis, Republik Emirat Arab, dan perwakilannya di Indo- Arab Saudi, Selandia Baru, nesia. Kunjungan jurnali- Turki, Inggeris dan semua stik setelah mendapat izin dari Depen. Mengikuti aca- ra olah raga, dan mengiku- ti konvensi. Jerlaslah bahwa fasilitas BVKS adalah ber- sifat limitatif yaitu terbatas ke 10 hal sebagaimana dise- butkan diatas. Karenanya Jalan ke arah itu akan pengawasannyapun harus mungkin tercapai apabila ekstra ketat jangan sampai kalangan pers mampu 'menggubah' penerbitannya menjadi bentuk pers yang (1) dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi ke- Pernah terjadi ada orang manusiaan, bagi kesejahte- asing yang datang kesini raan rakyat dan pengem- dengan dalih turis, akan te- bangan pribadi setiap war- tapi nyatanya lalu mereka ga negara character and berkerja disuatu perusa- nation building, (2) mencer- haan, dan tentunya hal ini minkan sikap obyektif, edu- akan merugikan tenaga ker- katif, memiliki tenggang ra- ja bangsa kita sendiri. De- sa, berpegang teguh pada kode etik jurnalistik dan mikian juga masih banyak kemungkinan yang akan sional, (3) bersikap adil ke- nilai-nilai kepribadian na- terjadi, yang telah menyim- pada semua pihak, dalam pangi kesepuluh per saratan arti penilaianpenilaiannya tersebut diatas, dari mulai dirasakan bermanfaat seca- bermotif halus, sedang ra merata oleh semua pi- maupun yang secara terang- hak, dan (4) dapat menjaga terangan. Karena itu sebe- keseimbangan, keselarasan narnya pengawasannya adalah tidak saja menjadi tanggungjawab instansi imi- grasi dan instansi-instansi terkait, tetapi juga harus di- ikutkan pihak masyarakat sendiri. kalangan pers. Itu berarti, tidak mau harus memper- bahwa kalangan pers mau hatikan warning ini sebagai tantangan untuk menuju kecerahan. dan konstruktifitas, teruta- ma dalam hal melontarkan kritik dan menjalankan fungsi sosial kontrolnya. Dalam rangka itu, insan- insan pers harus berusaha dengan maksimal untuk (1) menghindari pemberitaan gaman di sini lebih bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan gizi, yang ternyata cukup banyak terkan- dung pada makanan tradisional kita. Ketela, sagu, jagung atau pun tales yang mengandung banyak unsur kar- bohidrat, tidak diarahkan untuk menggantikan beras sebagai sumber utama karbohidrat makanan kita. BERITA YUDHA - HALAMAN IV 1 Makanan modern dari luar juga ti- dak harus kita larang dan batasi. Na- mun sebagai bangsa yang mencintai budaya dan kepribadian sendiri, ten- tunya kita wajib pula mencintai kea- nekaragaman makanan kita sendiri. Sebab jangan sampai terjadi, bah- wa suatu saat kita sudah tidak lagi men- genal atau menemukan makanan khas kita sendiri. Sekarang saja, gejala ke arah itu sudah mulai nampak. Maka- nan tradisional seperti gethuk, onde- onde, kue lepet, dll, serta makanan- makanan dari bahan sagu dan ketela, sudah semakin menghilang pada bebe- rapa kota besar. Sebaliknya, makanan yang berasal dari luar seperti pizza, hamburger dan semacamnya semakin semarak memenuhi rumahmakan rumahmakan di kota-kota besar. Trend lebih suka makanan dari luar Pendek kata, seorang wartawan atau sebuah pe- nerbitan pers senantiasa di- tuntut menyajikan berita yang benar, obyektif dan dapat dipercaya. Dan, un- tuk menambah bobot serta pesonanya, penerbitan pers perlu menampilkan berita, artikel, atau gambar, de- ngan penyajian yang etis, moralis, aktual dan berbo- bot intelektual, disamping memiliki lay out yang sedap dipandang mata. Dalam kaitan ini, patut direnungkan dalam-dalam peringatan Joseph Pulitzer (tokoh jurnalistik Amerika serikat yang diabadikan da- lam Hadiah Jurnalistik dan Sastra paling bergengsi di Amerika Serikat) yang me- ngatakan, "tidak kurang dari citacita paling tinggi, keinginan paling cermat un- tuk berbuat benar, pengeta- huan paling akurat tentang masalah yang harus dihada- pinya, dan suatu rasa tulus dari tanggungjawab- morallah, yang akan me- nyelamatkan jurnalisme dari kepatuhan kepada ke- pentingan bisnis, mengusa- hakan kepentingan sendiri, bertentangan dengan usaha mensejahterakan masyara- kat." nampaknya sudah menggejala pada sebagian masyarakat kita, khususnya pada kalangan menengah dan atas. Globalisasi dalam hal makanan me- mang tidak mungkin bisa kita hindari. un sebagai suatu bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur budaya dan keragaman makanan khas, kita berkewajiban melestarikannya. Dan ini perlu kita masukkan dalam pro- gram nasional melestarikan swasem- bada pangan di Indonesia. Lagi pula, bukankah da- lam Kode Etik Jurnalistik Indonesia juga telah dinya- takan bahwa, "wartawan Indonesia dengan penuh ra- sa tanggungjawab dan bi- jaksana mempertimbang- kan perlu/patut atau tidak- nya suatu berita, tulisan, gambar, karikatur dan se- bagainya disiarkan." Jelas, itu merupakan tun- tunan yang baik lagi kon- stuktif bagi pengembangan pers. Tetapi, mengapa tun- tunan itu kurang di ugemi oleh insan-insan pers, meru- pakan fenomena yang sendiri. menggugat kalangan pers Yang jelas, pers masa de- pan yang hidup ditengah- tengah maraknya era infor- masi, tidak bisa dikelabui dengan kiat perkembangan pers yang hanya memamer- Dalam kaitan ini, kita sangat men- dukung Program Massal Penganeka- ragaman Pangan, dengan motto: Aku Cinta Makanan Indonesia, yang ha- ri ini (16/10) menurut rencana akan di- canangkan oleh Ibu Tien Soeharto. Apalagi, kalau kita simak lebih men- dalam, masalah penganekaragaman makanan tradisional tsb bukan saja menyangkut upaya peningkatan pe- merataan gizi atau pun menyeimbang- kan gizi masyarakat, tetapi juga sangat berkaitan dengan perlindungan terha- dap para pengrajin/pedagang maka- nan tsb yang secara turun temurun menguasai proses pembuatannya se- bagai sumber nafkah hidup mereka. Dan tentunya program massal peng anekaragaman makanan tradisional itu tercakup di dalamnya upaya me- ningkatkan mutu dan segi-segi keber- sihan serta kesehatannya.- atas dasar fakta yang tidak. jelas sumbernya, (2) me- nyajikan berita yang bersi- kan berita-berita sensasio- fat obyektif meyakinkan, naal. Masyarakat informa- dengan mengemukakan al- si memerlukan jenis pembe- ternatif penyelesaiannya, ritaan yang menjanjikan dan bukannya malah mem- obyektifitas, kebenaran, ak- peruncing pertentangan, (3) tualitas, ketepatan waktu tidak gegabah dalam me- dan aneka informasi berni- ngungkapkan sesuatu yang lai tinggi, disamping meng- dapat merusak nama baik harapkan fungsi kontrol so- seseorang, misalnya per- sial pers dapat berperan buatan trial by the press, (4) dengan baik. menghindari pemberitaan yang dapat mengganggu stabilitas nasional dan ke- tertiban umum, khususnya yang berkaitan dengan ma- salah SARA, (5) menjauhi pemberitaan, ceritera atau pemuatan gambar-gambar yang bersifat pornografi, kekerasan atau sadisme, dan (6) rajin melakukan check and recheck. sus hukum. Namun, upaya ke arah itu memang tidak gampang. Sebab, disisi pers harus menjunjung tinggi martabat manusia atau na- ma baik pemerintahan, ia juga harus menyajikan berita-berita yang berkadar kritis. Padahal, berita sema- cam itu umumnya berkaitan dengan martabat manusia atau urusan pemerintahan. Dan sulitnya lagi, masyara- kat informasi yang lazim- nya memiliki tingkat ilmu pengetahuan cukup mema- dai, tidak bisa 'dikibuli' be- gitu saja oleh berita-berita murahan yang direkayasa sedemikian rupa (demi ke- pentingan tertentu. Sehing- ga, apabila hal itu terjadi, pers justru akan kehilangan harga dirinya dimata ma- syarakatnya. Inilah sulitnya (baca: dilema) bagi insan- insan pers. Tapi, yang de- mikian itu hendaknya tidak dijadikan raison d'etre ba- gi sikap frustrasi, melain- kan disublimasi menjadi suatu tantangan yang ko- non dapat mempercepat proses kedewasaan. Dengan demikian, meski dalam sua- sana yang kritis atau kurang kondusif, insan-insan pers akan tetap arif dalam men- jalankan profesinya, yang pada gilirannya dapat ter- hindar dari perbuatan- perbuatan yang dapat menggoyang kredibilitas pers. (Penulis, Staf PAAJ Universitas Jayabaya, Konstatasi ini bersandar pada ciri khas masyarakat informasi, yang senantiasa berpacu dengan waktu, dan cenderung bertingkah laku lebih demokratis, lebih ber- pola pikir kritis serta lebih berbudaya. Itulah sebab- nya, maka pers masa depan harus memiliki 'greget' yang lebih tajam tetapi ti- dak melupakan eksistensi manusia sebagai mahluk berbudaya. Ketajaman pemberitaan pers yang ti- dak mengindahkan dimen- si martabat manusia sebagai insan berbudaya, justru akan menjadi bumerang. Karena itu, hubungan kemi- traan antara pers, pemerin- tah dan masyarakat <-se bagai triparti et - - harus di- jaga sedemikian rupa oleh kalangan pers. Pemberitaan yang menyangkut martabat manusia atau mengenai pe- merintahan, hendaknya di- lakukan penuh kehati- hatian. Ada baiknya berita yang dipandang 'rawan' terlebih dulu dikonsultasi- kan dengan redaktur hu- kum untuk menghindari ke- mungkinan timbulnya ka-: Jakarta) Pojok Yudha. MAKANAN ★ Hari ini, Ibu tien Soeharto mencanangkan gerakan massal "Aku Cinta Makanan Indonesia". - - Ini berita gembira bagi para pedagang/perajin makanan tradisional kita. ✰✰✰ CINA * RRC dikabarkan tahun ini menerima peng- hargaan dari sebuah yayasan internasional di AS karena keberhasilannya mencukupi bagi rakyatnya. - Ini "hiburan" bagi Cina yang selama ini dike- cam karena dinilai kurang menghormati HAM. ✰✰✰ INDUSTRI Menurut Menteri Perindustrian, Ir. Tunky Ariwibowo, industri di Indonesia tidak akan menggusur lahan subur dan merusak lingkungan. - Sayangnya, Pak Menteri bicara itu di kawa- san industri bekas persawahan di daerah Ka- rawang yang sebelumnya subur. Maina
