Tipe: Koran
Tanggal: 1995-01-21
Halaman: 10
Konten
Sabtu, 21 Januari 1995. Dikelola Oleh: FUSIES Forum Usaha Komunikasi Informasi Edukasi Sejahtera) Penghambat Potensi pada Remaja Oleh Tsang Ching PADA era globalisasi kini, remaja banyak mengalami perubahan-perubahan yang terjadi drastis dalam waktu yang relatif singkat. Biasanya remaja yang terjangkit dengan perubahan ini umumnya remaja yang menanjak dewasa, atau remaja yang telah menginjak umur lima belas. Perubahan ini terjadi karena adanya kesadaran yang timbul secara tersendiri, maupun adanya dorongan-dorongan dari pihak luar. Perubahan pada jiwa rema- ja akan membuat remaja menjadi orang yang mandiri, atau tidak terlalu bergantung dengan pihak lain. dapat mengambil sikap atau kepu tusan yang baik pada waktunya. Memang untuk mengharapkan semua remaja-remaja sekarang ini untuk lebih bermandiri adalah susah, namun bukan pula rema- ja yang mandiri dapat kita temukan pada remaja tempo dulu. Itu tanggapan yang salah ! Seorang remaja bisa saja mandiri, apabila ia telah dapat menahan semua gejolak emosinya, menang- galkan sikap kekanak-kanakan nya, dan dapat berpikiran lebih jauh/dewasa. Tidak jarang pula banyaknya remaja-remaja yang mengeluh karena adanya keterbatasan yang terlalu mengekang mereka, se hingga dengan sendirinya mereka tidak dapat lagi menyalurkan bakat-bakat dan potensi pada diri mereka. Hal ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sebab tidak pulalah semua remaja dengan be basnya dapat menyalurkan bakat mereka. Salah satu penyebab tim Citra Belia Remaja vang telah, ataupun dalam tahap kemandirian, biasa nya mer alami banyaknya peru bahan rada sifat, maupun tingkah lakunya. Baik dari seorang rema- ja yang kasar menjadi seorang remaja yang halus, lembut, dan de-el-el. Kemandirian yang ada pada remaja ini akan dapat melahirkan karya-karya maupun ide dan potensi pada dirinya. Sebab, seorang remaja yang mempunyai pikiran keremajaannya untuk ber- mandiri, pada jiwanya lahir pemi kiran yang sudah cukup matang, dan mendewasa. Pada dasarnya, ia dapat memikirkan lebih jauh ke depan akan kelangsungannya, ANALISA WAHANA KOMUNIKASI REMAJA Pengasuh: Amilia Aldian, Ezra D, E. Muchlis S. Siregar, Washa S. Nasution, Gita Kencana TESOODUCER 21 : ور Diana Khairani KETIKA Sanggar Cut Meutia Meuligo dari Aceh utara tampil dalam tarian Munajat dan Limong Sikarang pada FSBA 1995 Selasa malam lalu, ratusan pasang mata terpacak kagum melihat penam- pilan mereka. Satu dari para penari yang rata-rata berparas ayu dan bertubuh semampai itu adalah "Diana Khairani". Diana, begitu teman-temannya memanggil yang terlihat cukup mahir dan lincah membawakan tarian tersebut, sepintas kelihatan lumayan dewasa penampilannya walau wajahnya kelihatan tetap saja imut-imut alias awet muda. Namun sesungguhnyalah ia merupakan remaja, yang dilahirkan di Lhokseumawe 3 Desember 1981 lalu. Kedewasaannya tersebut mungkin saja dikarenakan postur tubuhnya yang telah mencapai 160 cm dengan berat 40 kg. Walau umurnya masih terbilang muda, putri keempat dari lima bersaudara hasil perkawinan Ir. H. Sofyan dan Hj. Sofid Zourah yang beralamat rumah di Komplek Pemda Jalan Kuarcap Nomor 9 Hagu Tengoh, Lhokseumawe-Aceh Utara ini telah mempunyai prestasi internasional. Prestasi tersebut diperolehnya lewat penampilan tarian kelom- poknya di Pesta Lengkawi-Malaysia Januari 1994 lalu. Selain itu Diana juga pernah meraih juara II Pop Singer yang dilakukan di Kota Industri Lhokseumawe baru-baru ini. Walau punya kesibukan latihan tari maupun nyanyi, secara terus terang ia paling menjaga pendidikannya, yang utama baginya adalah pendidikan, sebab cita-citanya ingin menjadi seorang insinyur teknik sipil. Karena prinsip dan kemauannya yang keras itulah maka setiap kenaikan kelas ia memperoleh rangking pertama di Sekolahnya MTSN Lhokseumawe. Gadis manis yang enak diajak ngomong dan murah tersenyum ini paling senang nasi goreng dan menyukai warna putih atau hitam, karena itulah ia tidak menampil apabila ada teman yang mau berkorespondensi kepadanya. Ketika ditanya tentang FSBA 1995, ia merasa sangat senang, di samping bisa menambah pengalaman, teman juga dapat melihat tarian dan budaya Daerah Tingkat II lainnya. Semoga tahun depan dapat berlangsung lagi ya.... harapnya. (pungi arianto toweran). bulnya masalah ini adalah pada orang tua. Mengapa dikatakan ortu adalah salah satu tempat penyebabnya adalah ortu ? Sebab, remaja-remaja mengatakan pro blemnya untuk tempat pertama kalinya. Orang yang tinggal se rumah dengan remaja juga ortu, yang memperhatikan kita yang pertama kalinya juga ortu. Lalu, mengapa pula ortu yang kita jadikan sasaran pertamanya ? Nah, ini pulalah yang akan kita ungkapkan. Sesungguhnya seseorang bisa mandiri, bila ia punya modal per- caya diri. Remaja yang tidak mempunyai rasa percaya diri sangat sulit untuk maju. Tetapi ada pula remaja yang terlalu per- caya diri, dapat membuat kega galan. Sebab remaja yang terialu pada diri sendiri, adalah per buatan yang nekad tanpa memper timbangkan saran-saran dari ling kungan sekitarnya. Dan hal ini pulalah yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan. Remaja yang mandiri musti menyadari posisinya, akan kele bihannya, dapat menggalinya, ser- ta menerapkannya. Tetapi dengan kemandirian yang membawa ber- bagai pemikiran yang lebih maju dapat juga menimbulkan penge kangan dari pihak ortu. Mengapa orang tua lebih terlalu mengekang anak-anaknya yang menginjak remaja ? 1. MENGANGGAP ANAKNYA TERLALU KECIL Ini sudah biasa terjadi di kalangan keluarga. Ibu, terutama penyebabnya menganggap anak nya belum dewasa, sehingga tidak mampu untuk membedakan ma na yang baik dan mana yang buruk. Hal ini sesungguhnya dapat kita cegah, bilamana ada nya emansipasi dari Ibu dan anak. Seandainya seorang anak lebih bersikap terbuka, tentunya per soalan ini dapat teratasi. Bila mana antara Ibu dan anak sedikit bekerja sama, semuanya beres. 2. TIDAK PERCAYA DIRI Bila hal ini sudah terjadi, ten- tunya masalah lebih rumit. Ibu yang bijaksana musti dapat meriahami segala karier/kesibuk an-kesibukan pada anaknya sen- diri. Malah seorang Ibu diwajib kan untuk memberi dorongan dorongan pada anaknya untuk mencapai kesuksesan. Bila ada Ibu yang tidak percaya diri, sebaiknya sebagai seorang anak harus dapat memberi kepercayaan pada diri Ibunya, memberi penger tian akan keadaan yang sesung guhnya. 3. ADANYA RASA WAS-WAS Rasa was-was adalah milik qua insan tanpa terkecuali. Namun jika mempunyai keingin an untuk mengurangi sedikit demi sedikit rasa was-was ini, al hasil nya berhasil juga. Biasanya Ibu bersikap was-was, karena adanya pemikiran-pemikiran yang buruk untuk melepaskan dan memberi kan sedikit keluwesan untuk diri anaknya. Alasannya, anak terse but baru menanggalkan sifat kekanak-kanakannya, dan ber ubah menjadi seorang remaia yang bersikap dewasa. Para Ibu ibu tidak memperhatikan apa yang menjadi dampak negatifnya. Dengan rasa was-was itu, otomatis Ibu lebih mengekang kebebasan anaknya. Akibatnya, potensi pada jiwa anaknya yang menginjak keremajaan ikut pula terkekang. Dengan begitunya bakat-bakat atau potensinya tidak dapat ter salur dengan baik. Disarankan se baiknya para Ibu-ibu mau mengu rangi dan menutupi rasa was-was itu serta memberi sedikit peluang untuk putri remajanya agar dapat diri berkembang, dan memac demi keberhasilan. Inilah beberapa alasan-alasan mengapa seorang ibu lebih menge kangi anaknya, ketimbang ikut beremansipasi dalam mengem- bangkan jiwa anaknya yang telah remaja, dan memberi dorongan- dorongan yang mampu berfungsi sebagai pemacu jiwa putrinya. Tetapi ada kalanya, potensi pada jiwa remaja tidak terlaksana dengan baik dikarenakan bebera pa faktor yang kurang men- dukung. Kita sudah membahas tentang penghambatan pada remaja dari pihak orang tua, tetapi ada juga beberapa faktor yang ikut berpengaruh dalam remaja ini. Memang cukup susah juga menjadi seorang remaja yang teladan, karena harus mampu menghadapi pelbagai problema- problema yang menyertainya. Ten- tunya bidang yang akan ia geluti nantinya juga mendapat perten tangan-pertentangan dari pihak- pihak lain, seperti pihak keluarga. Untuk benar-benar mampu ber mandiri, maka remaja tersebut harus dapat menyingkirkan macam ragam pertentangan dan problemnya. DUNIA punya banyak tokoh- tokoh terkenal yang piawai dalam bidangnya. Mereka adalah manu- sia luar biasa. pa mereka dapat jadi luar biasa? Kita pikir pertanyaan ini cukup bagus untuk dijawab. Yakni, karena mereka adalah manusia-manusia yang mampu menyadari potensi diri nya. Pernah dengar nama DR Su- djatmoko? Dia adalah ilmuwan yang otodidak. Atau pernah kenal Adam Malik? Dia hanya pernah duduk di kelas 5 setingkat SD. Sia- pa pula yang tak kenal nama Hamka si pengarang novel "Teng- gelamnya Kapal Vanderwick' yang terkenal itu. Dia hanya pu- nya pendidikan formal setaraf ke- las 2 SD. Mereka ini adalah tokoh- tokoh ilmuwan, negarawan dan sastrawan Indonesia. Mereka adalah putra-putra In- donesia terbaik, yang dapat dite- ladani untuk menciptakan etos di- ri sebagai manusia. Etos adalah sebuah kata yang berbau citra diri manusia, citra yang begitu agung tampaknya ba- gi sebuah prestasi manusia. Bagai- mana menciptakan etos bagi diri sendiri, itulah yang kurang kita sadari sebagai orang-orang muda. Aku sendiri juga tidak tahu mengapa bisa begitu akrab de nganmu padahal aku termasuk gadis yang biasa-biasa saja, tak punya suatu keistimewaan yang dapat kubanggakan padamu seba gai seorang sahabat. Kita memang dekat, tapi kita tidak menjalin perhatian darimu. Kamu cowok suatu hubungan yang special. yang baik, tentunya Elisa bangga Yah, karena aku juga tau kamu mendapatkan dirimu. Dan diam- sudah punya pacar. Katamu, ia diam aku punya perasaan bahwa gadis yang cantik! Kamu selalu memujinya di hadapanku, dan aku selalu tersenyum mendengar kamu bercerita tentang dirinya. Tentu saja setiap cowok pasti akan mengatakan ceweknya pa- ling cantik sedunia. Tul, kan? Kadang-kadang kamu menga- jakku bareng dengan cewekmu, yang kutau namanya Elisa. Ku- akui ia memang cantik, seperti lima tahun. Bayangkan bisa ber- yang kau banggakan padaku. Dan tahan sampai lima tahun, waktu aku minder bila dekat dengan kalian pasangan yang serasi. Kurasakan ada rasa yang tidak senang bila aku ikut dengan yang panjang Jey! Dan aku mengira pasti karena kamu cowok pengalah, kamu orang yang lem- but hati. Sedangkan Elisa menik suatu saat nanti kamu dan Elisa akan putus. Jey, dosakah aku? Salahkah aku kalau cinta mem- buatku jadi jahat? Jey, aku tau kamu cowok type setia! Kamu tak pernah berniat untuk mencintai gadis lain selain Elisa. Aku tau karena aku telah mengenalmu secara dekat. Dan lagi hubungan kalian telah terbina Ada baiknya kita intip dulu be berapa dilema yang membuat remaja menjadi kurang mandiri, dan tidak dapat menyalurkan ba katnya. 1. KEKANGAN DARI PIHAK KELUARGA Seperti yang telah di ungkap kan di atas. Dengan adanya pengekangan semacam ini, bakat remaja kembali terpendam, dan bisa saja dalam waktu yang cukup lama, hingga adanya pembinaan diri kembali untuk mengembang kan sekali lagi bakatnya. 2. LINGKUNGAN YANG TI- DAK BERPARTISIPASI Lingkungan dapat juga mem beri pengaruh yang besar. Misal kan saja, suatu lingkungan yang dihuni dengan masyarakat yang kurang giat, maupun bermacam- macam kegiatannya, tidak mung kin dapat kita samakan kemam puan kita dengan kemampuan masyarakat lainnya. Atau bisa sa- ja remaja-remaja pada lingkung an tersebut merupakan remaja- remaja yang berandal, dan lebih banyak untuk menghabiskan wak tunya dengan ngerumpi. Istilah ini tidak lagi asing bagi remaja- remaja. Tetapi ada pula dengan ngerumpi itu membahas masalah sosial lainnya, atau suatu ke giatan. Tidak semuanya menge rumpi itu dengan membahas persoalan-persoalan sosial, tapi ada pula yang hanya sekedar berkumpul-kumpul untuk meng hilangkan stress, atau untuk ber- canda ria, bahkan kalanya ber kumpul untuk membahas soal cowok, atau istilah kerennya "pacar". Padahal secara tidak langsung, mereka pulalah yang menciptakan suatu keterbatasan untuk mengembangkan diri mereka menjadi insan yang lebih baik kiranya. Pernah dengar nama penyair kon- dang WS Rendra ? Ketika ia ma- sih duduk di bangku SMA, ia te- lah mengejutkan dunia perpuisian Indonesia dengan puisinya yang berjudul "Dengan Kasih Sayang". Prestasinya ini memang perlu di tiru. Penulis jadi teringat akan diri sendiri, kenapa begitu ? Yah, ka- rena penulis sendiri hanya pernah mengenyam pendidikan SLTP, tra gis! Tapi penulis selalu sadar akan etos kerja adalah jaminan hidup. Meski berpendidikan SLTP, penu- lis mau belajar dan menggali pe- ngetahuan dan pengalaman orang orang terkenal. Kini dari hasil mau belajar itu, penulis mampu menuangkan pikiran dan pera- saan dalam bentuk tulisan-tulisan seperti artikel, cerpen dan puisi. Mulanya, penulis tak pernah punya keinginan jadi pengarang seperti sekarang ini. Kalaupun pa- da akhirnya menggeluti dunia ke- pengarangan, adalah dikarenakan dulunya sejak kelas 2 SD sangat gemar membaca dan membaca, belajar dan belajar terus meski tak lagi sekolah. Ternyata, ilmu-ilmu yang penulis pelajari itu dengan sendirinya mengalir jadi bentuk bentuk tulisan laik muat di media massa. Biarpun wajahku biasa-biasa saja, namun banyak juga yang naksir ke aku. Mungkin karena aku termasuk gadis yang ramah dan supel. Dan kamu suka men- jodohkanku dengan Danny. Aku ingat pembicaraan kita waktu itu. "Velin, kamu cari pacar dong?" Aku heran mendengar ucapan yang tidak terarah itu. Aku diam, nggak mengopeninya. 3. TIDAK ADANYA KE- SADARAN UNTUK MAJU "Kamu jangan bingung gitu, dong! Maksud gue biar bisa jalan berempat tuh? Asyik, kan?" ujar- nya lagi tanpa peduli dengan pelototanku. Yah, Jey tak pernah tahu dengan isi hati ini. Namun Elisa mengerti perasaanku pada Remaja yang sampai saat ini belum menyadari adanya potensi yang besar pada diri mereka, kiranya adalah remaja yang bodoh. Mereka cuma menghabis kan waktunya untuk berkumpul, atau melamun, atau cuma berkelu yuran sehari suntuk. Remaja seper ti ini tidak menyadari bahwa de- ngan sedikit susah mereka dapat me nangkap ilham-ilham yang ada pada diri mereka, hanya dengan mengolah kemampuan yang ada pada diri mereka. 4. TIDAK PERCAYA DIRI Seperti yang telah dikemuka kan, tidak adanya percaya diri pada seseorang akan menyebab kan untuk sulit lebih maju. Mereka cuma beranggapan kalau ilham itu akan datang sendirinya, bila ada kehendak Tuhan, tanpa ingin untuk berusaha sedikit demi sedikit. Banyak hal yang menye babkan mereka ini menjadi tidak percaya diri, seperti saja : -Merasa tidak mempunyai kelebih an daripada yang lain. -Takut melakukan kesalahan. Setelah menguraikan beberapa kriteria ini, kita dapat menge tahui apa sesungguhnya yang menjadi tanda tanya kita mengenai remaja kini yang tidak berpartisipasi lagi dengan poten- sinya. Keberhasilan seseorang lebih bergantung pada percaya diri. Semoga remaja-remaja memiliki percaya diri itu ! *** Sebuah Etos Menciptakan Jati Diri Oleh Romulus ZI Siahaan -Dengan melakukan kesalahan, pasti akan dikritik. Padahal me reka menginginkan sama sekali jangan dikritik. -Tidak pernah merasakan bagai- mana itu dipuji, disanjung, atau dibanggakan oleh orang lain. 5. RASA MALAS ATAU KETERIKATAN mati kemenangannya sendiri. CERPEN Perasaanku Jey walau tanpa aku kasih tahu Dulu ketika kamu bercerita padanya. Karena kami sama-sama tentang Elisa, aku akan terse- perempuan. Dan karena aku, Jey dan Elisa bertengkar. Elisa nyum. Namun sekarang aku "Velin ama Danny aja yah? diam, dengan rasa cemburu yang menganggapku sebagai saingan- Gue tau kalau Danny ngebet ke tidak kentara. Aku selalu berha- nya. Duh, apa yang dapat ku- rap suatu saat kesabaranmu akan banggakan? Terus terang aku kamu dan ia terus terang ke gue kalah mati matian darinya. Dan biar membantunya. Gue sih okey habis menghadapi Elisa yang mau Oleh: Suanty Franjaya menang sendiri, egoistis itu. Aku Jey menjelaskan padanya bahwa aja, dia kan masih sepupu gue. jadi benci pada Elisa, hanya ia hanya menganggapku sebagai Nah, kalau kalian jadi nanti. Kita kan jadi satu ikatan keluarga. karena ia cewekmu? Mungkin teman akrab, tak lebih! Duh, AKU mengenalmu lebih ku- kalian pada diri Elisa. Makanya itu suatu alasan yang tepat! Tapi padahal aku berharap suatu saat Kamu setujukan?" Ceplosnya rang satu tahun, sejak kita satu aku sering mengelak bila kamu jurusan di kelas dua. Dulu semasa di lain pihak karena ia terlalu Jey mengetahui perasaanku, cin- panjang lebar. Aku diam tak mengajak bareng malam ming- manja padamu, selalu ingin taku dan ia akan menerimaku berkomentar. Dalam hati aku kita di kelas satu, kita sama sekali guan. Aku sendiri nggak tau menang sendiri. Dan aku kasihan setulus hatinya dengan melupa terluka mendengarnya. Yang ku- tak saling mengenal. Pokoknya mengapa kamu suka mengajakku padamu yang selalu sabar terus kan Elisa yang manja. Dan kami inginkan bukan dirinya, Jey tapi akan menjalani hari-hari manis dirimu. Aku tak peduli dengan ikatan keluarga. Kuangkat wa- jahku ke atas, menatap langit biru. Airmataku mengambang, hampir turun namun masih mam- seorang cowok kamu termasuk kategori COBOY. Dan itu bukan karena aku dekat denganmu, bukan begi tu! Sekelilingmu juga mengakui ketampananmu. dan kita jadi bertiga. Dan ten- dong? tunya kamu nggak bisa romantis, berdua saja. "Hei, melamun aja ini anak!" suaranya yang keras mengaget- kanku dari lamunan yang pan- karena kemanjaannya itu. Dulu ketika kamu mencerita kan padaku tentang masalah Kebersamaan di antara kita kalian berdua. Aku juga serius telah menimbulkan sesuatu yang mencari pemecahannya. Namun lain di hatiku. Aku mulai merin- dukanmu, memimpikanmu dan sekarang, aku berharap jalan jang. Setelah tersadar aku malu keluarnya adalah kamu putus pada diriku sendiri, mengapa hal menyukaimu dalam arti sebuah dengannya. Aku jahat kan, Jey? itu bisa sampai ada di pikiranku cinta. Aku nggak jelas mengapa aku sampai harus terjebak dengan Tapi itu tak kulakukan karena aku yang jahat! Untung saja Jey tidak mengetahui semuanya ini. perasaanku sendiri. Aku terlalu tahu betul kamu sangat menya yanginya. Cintamu padanya se- terlena dengan impianku sendiri, yang kubangun karena adanya akan tak tergoyahkan lagi. Lima tahun kamu telah begitu setia, Jey! "Apaan sih, Jey? Gue kan lagi mikirin sesuatu," gerutuku asalan saja. Tidak ingin maju, maupun tidak adanya usaha maju, merupa kan penyebab-penyebab dari rasa malas. Mereka lebih banyak mela mun untuk merenungi masa depan mereka agar berhasil, tetapi tanpa ada suatu usaha untuk bergiat. Atau bisa saja penyebab rasa malas, atau keterikatan itu di karenakan keterbelakangannya di ri mereka. Remaja seperti ini tidak berusaha untuk mencari info mengenai perkembangan dunia luar, dan taunya duduk melulu. Dengan begitunya membuat pemi kiran mereka lebih terbelakang dari pada pemikiran remaja- remaja dewasa kini. Karuniakah ini? Ya, memang karunia, namun semua itu tak ter- lepas dari sebuah kerja keras yang dilandasi kesadaran bahwa ilmu itu sangat berguna bagi diri kita. Dulu ketika penulis masih di ke- las 2 SD, penulis selalu menghar- gai nasihat Ibu guru yang menga- takan, "Buku itu gudang ilmu, dan ilmu adalah teman yang pa- ling setia, teman yang tak akan pernah menghianatimu. Ilmu ada lah kekayaan yang tak dapat di- curi oleh siapapun, ilmu adalah ke kayaan yang tak pernah hilang". Apakah bila banyak memba- ca membuat kita jadi pengarang? Tentu saja tidak ! Penulis juga bu- kan hanya hidup dengan mengan- dalkan karang-mengarang lho ? Setidak-tidaknya, menguasai se- buah ilmu adalah membina kita untuk menguasai satu keteram- pilan kerja. Dengan menguasai le- bih dari sebuah ilmu, tentunya membuat kita menguasai lebih dari satu keterampilan kerja. Arti banyak membaca dan be- lajar dari buku maupun penga- laman orang-orang terkenal, ten- tunya akan membuat kita dan mengarahkan kita pada kegiatan- kegiatan positif. Yang pada akhir- nya, kegiatan-kegiatan positif ini akan menempatkan kita pada se- Soalnya diam pertanda setuju kan?" katanya sok tau. Aku sih acuh saja, gitu deh kalau ia lagi usil! "Aduh, mikirinnya serius banget tadi! Aha, pasti cowok, yah kan?" tebaknya langsung membuatku kheki. Jey benar, aku lagi mikirin cowok dan cowok itu adalah dia sendiri. "Gue nggak mikirin cowok!" bantahku keras dan ia sedikit kaget juga, karena tiba-tiba aku jadi galak. Rasain tuh anak? "Iya deh? Gimana dengan tawaran gue tadi? Jadi kan cari pacar ?" serangnya lagi nggak habis-habisnya. Seandainya Jey tahu aku nggak pernah lagi mikirin cowok lain selain dirinya, Dan aku mulai kesal kalau ia mulai bicara tentang cowok. Huh, sebel banget! "Pasti deh kamu setuju! OLEN: Chris. SERIAL SIALAN! SAYA INI MR, RADEN ROBERTO YANG TERHORMAT, KAMU BILANG MAK COMBLANG SIAPA YANG NGASARIN KAMU MENGUCAPKAN KATA YANG MEMALUKAN ITU !? DASAR KAMU INI MEMANG TUKANG ONAR! KALI INI UDAH KELEWAT. KAMU DIHUKUM KERJA BAKTI ! MAK COMBLANG ! Gilang Kiki meraih sebuah novel baru karya Sidney Sheldon dari rak di depannya. Sepasang mata indah nya yang dihíasi lensa itu lincah menelusuri ringkasan cerita yang terdapat di sampul belakang. Tan- pa sadar ia menggeleng lembut, pertanda novel itu tak menarik minatnya, Perhatiannya kini beralih pada "Avonturir"-nya Gola Gong. Tak seperti tadi, ia tak melihat sampul belakang yang memang tak berisi ringkasan cerita melainkan langsung ke halaman per halaman dikilasnya. Sepertinya, kali ini Kiki telah menentukan pilihannya. Ia mem- bawa novel saku itu dalam geng- gamannya dan melangkah meng itari rak-rak lain. Jendela "Heii!" Sebuah tepukan ringan di lengannya, mengusik keasyikan Kiki yang tengah mengagumi poster salah seorang idolanya yang termuat di majalah. Reflek Kiki menoleh. Diha dapannya berdiri seorang cowok berkulit bersih dengan seragam putih abu-abu seperti dirinya. Kiki mengerutkan kening, mencoba untuk membuka memorinya me ngenai cowok yang cengar-cengir di depannya ini. "Lupa? Kamu Kiki 'kan?" cengirannya bertambah lebar. Kiki makin heran lagi. Nih cowok kayaknya memang kenal betul ke aku, tapi kok akunya bisa lupa ya? Hati Kiki diliputi tanda tanya besar. "Siapa sih?" pertanyaan Whan 559 Sebagai manusia, kita adalah makhluk yang harus dan diwajib- kan untuk mencari serta menggali potensi diri. Juga tak kalah hebat- nya, kita diwajibkan untuk meng- kaji dan menguji segala sesuatu- nya dalam hidup kita. Socrates bilang, hidup yang tak teruji, tak layak dihayati, dan hidup yang tak dikaji, tak layak untuk dihidupi. Bagaimana ? Be- tul kan? шил Nah, tolong dong jangan meng hayatinya hidup yang tak teruji, dan hidup yang tak dikaji. Untuk sampai pada hidup yang layak itu, tentunya dapat dipetik dar pe ngalaman orang-orang kesohor yang penulis sebutkan di atas, atau juga dengan panduan buku- buku bermutu yang menyirat- kan cahaya kehidupan. Hidup tak hanya sehari. Seka- lipun singkat, harus berarti ! *** pu kutahan. C NACAL PAK WAA... konyol akhirnya keluar juga dari bibir mungilnya. Tapi cowok di depannya tak nampak tersinggung walaupun sambutan Kiki sedikit berbau keangkuhan. "Gilang. Ingat?" cowok itu mengajukan namanya yang tertera di badge seragamnya. Gilang. Ah, Kiki seperti per- nah mendengar nama itu. Namun ia lupa dimana dan siapa cowok bernama Gilang ini. Tampaknya Gilang cukup ta hu diri juga melihat Kiki yang tak kunjung mengenalinya. "Sepertinya kamu benar-benar melupakan kisah semalam di per jalanan Dumai-Medan, Kiki". Ia seperti menyesali. Tanpa menunggu jawaban Ki ki, cowok bernama Gilang itu melangkah meninggalkannya. Dumai-Medan? Aha, Kiki se perti menemukan kembali ingatan nya. tertahan. "Hei, tunggu!" seru Kiki Beberapa pasang mata tam- pak menoleh sekilas sebelum kem- bali tak mengacuhkan. Gilang membalikkan badan dan tersenyum ceria. Ia kembali menghampiri Kiki yang masih tetap berada di tempatnya semula. Tapi, masih seperti tadi, tak sedikitpun gadis itu menyisakan senyumnya sebagai tanda per sahabatan. buah etos jati diri yang sukses. Sebagai mitra muda, penulis hanya ingin membantu dan meng- "Ya. Kamu yang rumahnya di ajak Anda untuk berpikir positif kan?" tanyanya dalam menggali banyak hal. Kita kompleks Cal tak mungkin dapat menciptakan datar dan nyaris tanpa ekspresi. Terlihat sedikit perubahan di etos kerja maupun menciptakan jati diri yang handal, jika kita tak wajah cowok itu mendengar nada sekalipun pernah merubah pola suara Kiki yang kurang bersaha pikir kita yang acak-acakan dan bat. hura-hura. Kiki mengamati cowok yang mendekat ke arahnya itu dengan seksama. Dalam hati ia menilai, Seorang cowok dengan wajah yang cukup lumayan namun sa yangnya tak didukung oleh pe nampilan yang juga 'lumayan'. Itu kesimpulan yang diambil Kiki demi melihat bagaimana lusuhnya seragam cowok itu dan sepasang sepatu putihnya yang tak kalah usang. "Kamu sudah ingat?" sapa Gilang begitu berada di hadapan Kiki. "Eh Ya, tapi itu dulu. Kini orangtuaku sudah pensiun dan kami sudah nggak tinggal di sana, Ki. Rumah kami sekarang di Me dan tepatnya di perumnas Sima- lingkar. Tahu kan?" Gilang men- coba mengakrabkan suasana de ngan sambutannya yang hangat. Kiki mendesis. Perumnas? Pantas aja penampilannya pas- pasan gini, vonisnya. "Kok ambil di perumnas sih? Kan di situ sumpek, mending kalian ambil di komplek Setiabudi ataupun perumahan lain yang cukup nyaman untuk ditinggali" Kiki bertanya dengan nada sedikit meremehkan. OH YA? MASUK AKAL Aku tahu maksud baikmu itu, Jey! Tapi itu tak perlu bagiku menentukan siapa cowok yang kan menempati hatiku. Biarkan Gilang menyipitkan matanya mendengar ucapan Kiki. Hmm, tahulah ia kini apa yang me nyebabkan Kiki tadi bersikap tak seramah waktu mereka seperja lanan dulu. Tanpa disadarinya, wajah Gilang memerah menahan kuliah. Karena kita bertemu hanya pada waktu itu saja. Kamu tak pernah mengajakku barengan lagi dengan Elisa. Kamu dan aku memaklumi kecemburuannya itu. aku yang akan menentukannya Dan aku semakin larut denge sendiri. Dan ternyata cowok itu kesendirianku, impianku dan adalah kamu, yang hanya meng angan-anganku tentang kamu anggapku sebagai karibmu tak yang sama sekali tak dapat lebih sedikitpun. Aku harus kugapai itu. menelan segala kekecewaan ini Suatu hari, malam-malam karena aku sendiri yang meng- kamu datang padaku. Wajahmu ilustrasikannya. Namun tetap sa- kuyu tak bersemangat sama sekali ja aku tak bisa ke lain hati. Aku dan matamu yang bagus, redup telah jatuh hati padamu, padahal sama sekali. Aku tak tahu apa aku tak pernah memperkirakan yang terjadi padamu. Setelah terjadi ini. diam sekian lama kamu mulai Semenjak itu aku menjadi seorang gadis yang pendiam dan pemurung. Aku sama sekali tak punya semangat selain saat semuanya yang Halaman 10 Co-Ats: KELAS KHUSUS. Nyic gejolak hatinya. "Saya tahu maksud perta nyaanmu, Ki. Sebenarnya, kalau pun orangtuaku masih bekerja di Caltex, takkan mau mereka meng ambil rumah di perumahan elit seperti rumahmu yang Johor, Ki. Sebabnya tahu? Karena kami berempat masih dalam tanggung an sekolah yang tak sedikit memerlukan biaya. Abang dan kakakku semuanya masih kuliah dan tahun depan, bila tak ada rin- tangan, mungkin aku. Nah, jadi berat kan?" ujarnya dengan suara ditekan karena beberapa pengun- jung tampak berlalu lalang di sekitar mereka. ARH HAP PA.. HA HA KEND SINACAL. TAU RASA DIA, NON HEBAT BISP ISENGIN DIA HASAR TERUS NON, GUE AKAN DUKUNGIN. Kiki mengangguk-angguk tan- pa perhatian. Sedari tadi Gilang berbicara, tak sedikitpun ia memperlihatkan perhatiannya yang sungguh-sungguh. Kiki merasa apa yang diucapkan Gi lang terlalu mengikuti keidealisan yang selalu ada di cerpen-cerpen yang kerap dibacanya. Kiki merasa bosan dan menyesal mengapa harus memanggil Gi lang tadi. Bukankah cowok itu sudah beranjak dari hadapannya ketika ia merasa Kiki tak mengenalinya. "Sorry, Ki. Sepertinya perte- muan kita kaku sekali ya?" sela Gilang dalam kediaman Kiki. MENG- HASUT ? MANA DIA !? "Ah, enggak. Cuma, maaf ya kalau kamu tersinggung. Aku hanya merasa, kamu lain dengan Gilang yang setahun lalu ber kenalan denganku. Saat itu, kamu benar-benar teman bicara yang menyenangkan. Kamu bicara ten- tang berbagai hal, tentang film, memang kusukai. Tapi sekarang? Bicaramu seperti abangku yang sudah kuliah di semester tujuh, aku Kiki akhirnya. Kiki tahu, ia tak bisa menyem- bunyikan kekecewaannya. Tadi, pada saat ia ingat akan Gilang yang menjadi teman seperjalanan- nya, ia ingat pada seorang cowok berpenampilan keren yang menon jolkan statusnya. Ia ingat cerita- cerita seru mereka tentang Al Pacino, tentang pacuan kuda, ten- tang Paris dan tentang apa saja yang menjanjikan kegemerlapan. Tapi sekarang? Bukan saja pe nampilan bahkan dalam ucapan- FIT- NAH. PAK ROBERTO OM YANG SEDANG MENGHASUT AKU INI SIAPA SIH? SAHAT BENER Aku tahu kamu kapok pacar an lagi, bagimu sekali saja cukup menyakitkan dan parahnya lagi kamu menganggap semua gadis sama. Selalu saja memandang pada materi, aku mengingatkan- mu tidak semuanya sama! Hanya kebetulan kamu menjumpai gadis semacam itu. Itulah Elisa, gadis yang mati-matian kamu cintai bercerita padaku, tentu saja hubunganmu dengan Elisa. Kamu mengatakan padaku, Elisa mulai berubah. Ketika kamu datang, ia keluar rumah terus. Kalau nggak nonton ia pasti keluar makan ataupun jalan-jalan. Dan kamu menduga, Elisa sudah berubah hati. Dalam hati, semua harapan selama lima tahun. Aku tahu sam- ku tumbuh! Apa yang menjadi impianku kemungkinan menjadi pai sekarang luka hatimu tak per- nah tersembuhkan juga. Bila kau suatu kenyataan. Dan bukannya aku turut bersedih mendengar diam dengan mata mengawang, aku tahu kamu teringat lagi pada penuturanmu, malahan aku ber- syukur agar kamu segera meng Elisa, pada kenangan indah kalian akhiri hubunganmu dengan Elisa berdua. Dan aku takkan pernah Seminggu kemudian kamu da- mengganggu kesenanganmu kare tang lagi dengan wajah yang na aku bukan apa-apamu. Aku kelihatannya sangat sedih. Aku hanya sebagai teman akrabmu sudah dapat menduga apa yang yang tak bisa menempati hatimu terjadi. Kalian telah putus yang terlanjur terluka karena hubungan. Seharusnya aku gem- Elisa. Dan aku juga tahu waktu yang lima tahun telah membuat bira mendengar kabar buruk ini, namun melihat dirimu yang tidak akar yang dalam di sudut hatimu karuan membuatku trenyuh. Sakit hingga sampai saat ini kamupun di hatimu juga terasa sakit di masih mencintai Elisa padahal ia hatiku. Aku tau kamu sangat telah menyakiti hatimu. Ah... Jey, terluka dengan perlakuan Elisa terlalu banyak yang aku tahu ten- yang ternyata ada main dengan tang dirimu, sedalam-dalamnya cowok kaya bermobil. Dan kamu mungkin. baru tahu, hubungan yang terbina selama lima tahun punah hanya 00 Ujian akhir Semester IV telah berlalu, dengan susah payah HATINYA pun Gilang telah berubah jauh. Lama Gilang menatap Kiki. Gadis itu memperbaiki letak len- sanya. Tak acuh ia berjalan menu- ju rak didepannya dan merai salah satu buku yang ada disitu. Gilang mendekati Kiki lagi. "Oh, jadi itu toh yang ingin kamu wujudkan dari tadi? Ah, mengapa nggak bilang? Sebenar- nya, sedari tadi aku ingin menga- jakmu berbincang seakrab dulu, namun sambutanmu itu yang bi kin aku keder, Ki". Gilang tertawa lirih. CY Kiki menatapnya heran. Gi lang sama sekali tak tersinggung dengan ucapannya. Bahkan co wok itu sepertinya kembali seperti Gilang yang ada diingatannya. Begitu hangat dan renyah nada suaranya. Sapa Pengasuh "Tapi non, rasanya nggak etis kan kalau kita ngomong acak- acakan di sini? Bisa diusir kita nanti. Jadi, sebelum diusir, gi mana kalau kita keluar duluan dan emmm..., selanjutnya kita rundingkan di luar, akur?" ujar Gilang seraya mengedipkan ma tanya dengan jenaka. Kiki tak mampu menyimpan senyumnya. Dan ia tak tahu betapa Gilang begitu terperangah melihatnya. Ah, ia seperti tak yakin kalau senyum itu bakal hadir juga di wajah Kiki. Dihatinya, Kiki menimbang- nimbang tawaran Gilang. Sekilas ia melirik penampilan pemuda itu. Ada gengsi yang menyelinap dihatinya, membayangkan ia ba kalan beriringan dengan cowok berpenampilan jauh dari la ada diantara teman-temannya yang memergoki dan melecehkannya kemudian. "Ayo cepat buruan, ntar tawaran ini kutarik lagi lho. Dan itu berarti kamu nggak bakalan terima info-info menarik dariku". Gilang mengusik kembali. Gilang tahu apa yang tengah dipertimbangkan gadis diha dapannya. Tapi ia juga tahu bahwa Kiki nggak bakalan bisa menolaknya. "Kamu kalau diam lama-lama seperti itu, jadi mirip Smurf lho Ki" godanya. (Bersambung ke hal 13) Mitra remaja, Kelanggengan sebuah "hubungan" seperti persahabatan atau bahkan pacaran seringkali diukur dari seberapa dekat dan banyaknya perhatian yang diberikan. Pendapat ini tidak seratus persen benar karena menurut sebagian rekan-rekan yang pernah menyumbang tulisan berupa artikel atau tips di WKR, yang terpenting dalam satu "hubungan" bukan hanya kedua faktor tersebut di atas seperti selama ini kita yakini. Masih ada faktor lain seperti komunikasi. Sebuah hubungan tan- pa adanya komunikasi bukan berarti apa-apa. Demikian pula per- sahabatan, seorang sahabat yang tidak bisa membicarakan sesuatu atau menyampaikan uneg-unegnya kepada sahabatnya maka keadaan ini akan mempengaruhi hubungan persahabatan itu sendiri. Misalnya sa- ja seseorang punya masalah dan ia merasa perlu membicarakannya kepada teman dekatnya tapi pada saat itu ia tak menemukan teman yang dimaksud, maka ia menceritakan masalahnya ke teman yang bukan merupakan teman dekatnya tetapi mereka lebih sering bertemu karena satu kelas misalnya. Dalam kenyataannya kejadian ini seringkali menimbulkan cemburu di lain pihak dan tak jarang mengakibatkan terjadinya pertengkaran. Nah, Mitra, yang penting diingat adalah bahwa suatu masalah itu dapat diceritakan kepada siapa saja dan kalau sampai ada teman kita yang menceritakan masalahnya kepada orang lain karena kesibukan kita, maka sportif-lah pada keadaan ini. Yok, ah! Semenjak kamu berpisah de- ngan Elisa, kamu dekat lagi denganku. Akupun berharap suatu saat kamupun mulai bisa membuka pintu hatimu padaku dan aku akan membalut luka hatimu dengan kasih sayang dan cintaku. Namun semuanya bagai impian yang tak berujung. Aku tak tahu lagi bagaimana caranya agar kamu tahu aku menyayangi- mu lebih dari Elisa. karena materi. Jey, kamu sia-sia kamu berusaha mengatasi luka saja mempertahankan puing- hatimu dengan belajar mati- puing cinta itu. Biarkan semuanya matian. Untunglah kamu lulus lebur dalam kubangan masa lalu. dengan nilai yang cukup. Namun aku bukan berbangga hati kalau kukatakan akulah yang mendo rongmu untuk belajar. Aku tak ingin kamu belajar setengah- setengah. Aku tak ingin kamu mengecewakan harapan orangtua mu karena frustasi yang kamu alami itu. Dan setelah itu, kamu datang untuk pamit padaku. Katamu ka- mu akan pergi ke Jakarta, tempat abangmu. Di sana kamu melan- jutkan sekolah sambil berusaha kamu sama sekali tidak berubah melupakan kehadiran Elisa. Ah... hati padahal Elisa telah menyakitimu. Baginya pengor- bananmu selama lima tahun tak ada artinya sama sekali diban- dingkan materi yang berlimpah. Kamu sama sekali tidak pernah merasakan perasaanku. Jey, ada yang hilang setelah kepergianmu. Aku tahu aku terlalu berharap, berharap suatu saat kamu menyadari kehadiranku, perha- tianku dan perasaanku selama ini. Dan ketika kamu telah melupa kan Elisa, aku masih setia menunggumu di sini. Aku tak dapat menahan butiran air mataku yang jatuh di buku harianku. Aku tak sanggup menahan kepergianmu dari sisiku, Jey ! "Suddenly you come to my deepest heart 1057/49 give me such a happiness that bring to my soul I know I can't avoid from you Cause I have love for him so nice, so sad, so comfortable It's you..... MY FEELING" Sab AC Hub Rep. АС H P Win bah dite Telp Hu Sia RE KL H
