Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Kedaulatan Rakyat
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-20
Halaman: 24

Konten


4cm Color Rendition Chart SENIN WAGE, 20 MARET 2017 (21 JUMADILAKIR 1950) Ibarat kebakaran, kita jangan hanya berusaha memadamkan tapi tanpa mencari sumbernya. Begitu juga dengan fenomena klithih, harus dituntaskan dengan mencari akar permasalahannya. Tak ada ampun bagi pelaku kejahatan, meski masih di bawah umur. Klithih kembali menjadi pembahasan hangat mulai dari obrolan di angkringan, media sosial, hingga di meja anggota dewan. Gubernur DIY pun angkat bicara. Semua sepakat, pelaku klithih meskipun masih berusia di bawah umur, harus diproses hukum agar menimbulkan efek jera Namun ibarat kebakaran. Kita jangan hanya berusaha memadamkan api tanpa mencar sumbernya. Begitu juga dengan fenomena klithih harus dituntaskan dengan mencari akar permasalahannya Semua elemen harus turun tangan untuk mencegahnya Keluarga merupakan benteng pertama mencegah aksi klithih. Orangtua harus MIRAS dan pil koplo rupanya bukan hal yang asing lagi bagi remaja Termasuk bagi pelaku klithih. Beberapa dan mereka yang diamankan, sebelum nglithin, para generasi penerus bangsa ini mengonsumsi miras atau pil koplo secara bersama-sama. Dampaknya, mereka bisa melakukan apa saja, termasuk tindakan kriminal. Salah satu pelaku klithih yang diamankan oleh Polsek Mlati berinisial Kv (16) mengatakan, sebelum nglithih dirinya terlebih dahulu mengonsumsi miras. Pelajar kelas 3 SMP yang penuh tato di tubuhnya ini mengaku, mengonsumsi miras bersama teman- temannya. Dari teman-teman satu permainan itulah, Kv mengenal miras. Seperti pelaku klithih lainnya, Kv mengaku membawa sajam hanya untuk jaga-jaga jika di jalan berpapasan dengan rombongan klithih Petugas memeriksa jok motor saat melakukan razia. Namun saat terjadi gesekan dengan kelompok lainnya di jalan, ia menggunakan keling yang sudah dipersiapkannya dari rumah untuk menganiaya. Kini ia mendekam di sel tahanan khusus untuk anak di Polsek Liputan Khusus TUNTASKAN AKAR MASALAH KLITHIH Orangtua Harus Peduli Laporan Wahyu Priyanti, Saifullah Nur Ichwan, Mahar Prastiwi BELUM hilang ingatan masyarakat terkait klithih yang menelan korban jiwa pada 2016 lalu, kini aksi yang sama kembali marak. Kurun waktu beberapa hari berturut-turut dalam dua pekan kemarin, klithih terjadi di Bantul, Sleman dan Kota Yogya Mirisnya, baik pelaku maupun korban merupakan pelajar SMP, SMA dan remaja Sama seperti tahun sebelumnya, peristiwa klithih yang berujung kriminal oleh remaja ini, hanya diawali permasalahan sepele, seperti saling memandang dan mengumpat Tewasnya pelajar SMP Ilham Bayu Fajar (17) di depan Timoho Regency Umbulharjo Yogya, menjadi puncak kegeraman sekaligus kecemasan warga la tewas di tangan pelaku klithih yang juga masih berusia belia Turi peduli dengan perkembangan dan pergaulan anak-anaknya Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofini mengatakan, dan pengakuan sejumlah pelaku klithih, mereka kurang mendapatkan perhatian orang tua. Pengawasan orangtua terhadap anak yang keluar rumah, harus ditingkatkan "Kalau pelajar saja sudah pulang jam 2 malam, kapan belajarnya. Orangtua harus mengawasi anak-anaknya," kata Kapolda Pemberian fasilitas sepeda motor bagi remaja yang belum cukup umur, juga ditengarai menjadi pemicunya. Pasalnya, pelaku klithih menggunakan motor sebagai sarana mencari sasaran Kapolresta Yogya Kombes Pol Tommy Wbisono SIK mengatakan, untuk menjaga keamanan dan memberantas aksi klithih sudah dilakukan maksimal. Hampir setiap malam, petugas melakukan patroli dan merazia kepada anak-anak muda yang sedang nongkrong "Bahkan setiap akhir pekan, personel melakukan patroli dan razia diperbanyak. Hal ini untuk mempersempit ruang gerak pelaku klithih Kalau ada yang membawa sajam langsung kita proses hukum dan dipenjarakan," kata Tommy Sebagai bentuk keseriusan dalam menangani perkara klithih, beberapa pelaku klithih ditangkap dan dipenjarakan, meski tersangka masih di bawah umur. Hal itu juga Langkah antisipasi pun dilakukan jajaran Polres Sleman, di antaranya dengan hunting pelajar yang bolos sekolah. Barang bawaan mereka diperiksa, jika membawa sajam, penegakan hukum dilakukan. Sedangkan jika tidak, mereka didata dan dibina serta orangtuanya didatangkan ke kantor polisi. Operasi pada jam rawan klithih dilakukan dengan memaksimalkan personel turun ke lapangan, terutama pada akhir pekan. Polres Sleman membentuk tim khusus mengantisipasi klithih. Selain upaya penegakan. hukum, tim yang diberi nama Satgas Anti Klithih (Antil) tersebut, juga mempunyai tugas dalam upaya pencegahan kriminalitas yang dilakukan remaja. Salah satunya dengan pendekatan dan "Mereka takut kena klithih, kemudian saat keluar rumah, membawa sajam dengan alasan untuk jaga-jaga. Namun karena masih remaja, saat terjadi gesekan di jalan, mereka menggunakan senjata itu untuk melakukan tindak pidana," terang Kompol Dhanang Yang memprihatinkan, lanjutnya, beberapa orangtua pelaku klithih malah membela anaknya. "Sudah tidak diberi pengawasan yang baik, begitu ketangkap, orangtuanya malah ada yang komplain ke polisi," ungkap Dhanang.-o Diawali Pil Setan' dan Miras Pengakuan lain disampaikan seorang remaja, but saja Ro Pil koplo hampir tiap malam ia konsumsi dengan dalih untuk memudahkan tidur Di bawah pengaruh 'pil setan' tersebut, Robi membawa pedang saat keluar rumah. Pedang itu diakui Robi, hanya untuk jaga-jaga karena ia pernah menjadi korban kejahatan. "Sebelumnya saya pernah menjadi korban perampasan oleh rombongan pelaku klithih. Jadi saya bawa pedang ini, tujuan utamanya hanya untuk antisipasi," kilahnya. Tak beda jauh dari pengakuan pelaku lainnya sebut saja Rohan. Ia merupakan anggota dari salah satu geng remaja yang ada di Yogya. Dijelaskan, komunikasi sesama anggota geng dilakukan melalui grup whatsapp. Grup tersebut mereka manfaatkan untuk banyak hal, termasuk janjian bertemu. Bahkan melalui grup itu pula, mereka janjian membawa sajam dan dress code saat nglithih bareng. Sedangkan pengakuan salah satu orang tua tersangka klithih, selama di 5 INGGUAN MT MAY Pelaku klithih diamankan Polsek Mlati, Sleman. untuk menepis anggapan masyarakat di luar, bahwa kriminalitas yang dilakukan anak usia di bawah umur tidak akan diproses KR-Wahyu Priyanti Kapolresta menegaskan, pemberantasan klithih butuh kerja sama semua pihak mulai sekolah, pemda dan orangtua. Pihak sekolah juga harus mendata siswa yang sering bolos dan malas sekolah. Sedangkan orangtua, jangan membiarkan anaknya pergi sampai larut malam. Kapolres Sleman AKBP Burkan Rudy Satria SIK menekankan pentingnya peran orangtua dalam memerangi klithih Penegasan terkait proses hukum terhadap pelaku meski mereka masih berusia di bawah umur, menjadi komitmen Poires Sleman. Mereka yang kedapatan membawa sajam atau melakukan tindak pidana lainnya, diproses rumah anaknya tergolong penurut, sehingga selaku orang tua, ia terkejut dan tidak menyangka anaknya ditangkap polisi diduga melakukan pembacokan terhadap pelajar SMP Meskipun diakui, anaknya tersebut sering keluar malam. "Kalau malam belum pulang. selalu saya cari. Bahkan setelah ada informasi pembacokan, anak saya sempat ditanyai kakaknya dan mengaku tidak melakukan pembacokan," ujar salah satu orang tua Maraknya aksi klithih belakangan ini tentu saja sangat disayangkan. Pelaku yang notabene masih berstatus pelajar, tega menghilangkan nyawa orang lain. Menurut kacamata sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto, fenomena ini tak terlepas dari peran orang tua para pelaku. Orang tua atau keluarga harus menghidupkan kembali fungsi sosialisasi budaya dan norma sosial. Menurut Suprapto, makin berkurangnya interaksi riil antara orang tua dan anak, tak terlepas dari pengaruh perkembangan gadget. Baik OLS 4200W orang tua maupun anak sibuk dengan sosial media mereka, sehingga yang ada justru komunikasi imajiner. "Ketika anak pulang ke rumah, sibuk dengan gadget mereka. Bangun tidur juga tidak langsung mandi tapi pegang gadget. Intensitas interaksi dalam keluarga harus ditingkatkan, bukan sekadar frekuensinya saja tapi isi interaksinya harus berkualitas," terang Suprapto Orang tua, lanjut Suprapto, harus bisa memantau dan mencermati siapa peer groupnya (teman sebaya) dan adakah kelompok lain yang menjadi ajang interaksi anak-anak mereka. Karena tidak menutup kemungkinan, dampak negatif diperoleh dari teman- teman sepermainan bahkan dari orang yang lebih dewasa. 1. Minggu (12/3) pukul 01.00, pelajar kelas IX SMP Pin, Ilham Bayu Fajar (17) meninggal dunia dibacok, di depan Perumahan Timoho Regency Umbulharjo. 8 Remaja berhasil diamankan oleh Polresta Yogya. 2. Minggu (12/3) pukul 00.30, sebanyak 4 pelajar SMP mengalami luka memar diserang saat sedang nongkrong di angkringan Jalan Tentara Rakyat Mataram Bumijo Jetis. Pelaku mengendarai sekitar 3 mobil dan 30 motor. Pelaku dalam penyelidikan. sosialisasi ke sekolah-sekolah. Dengan keberadaan tim khusus tersebut, diharapkan bisa mempersempit ruang gerakklithih. Selain anak-anak, sasaran sosialisasi juga orangtua melalui forum-forum yang sudah ada maupun melalui fasilitasi pemerintah daerah. "Kami harap peran serta semua pihak dalam penanganan klithih," terang Kapolres Sleman AKBP Burkan Rudy Satria SIK. Kapolres menambahkan, pihaknya sudah memetakan kawasan rawan kriminalitas di kalangan remaja la menegaskan, tidak ada ampun bagi pelaku kejahatan, meskipun masih di bawah umur. Mereka akan ditindak dengan aturan yang ada. Tindakan tegas juga dilakukan oleh Polres Bantul. Mereka yang terbukti melakukan tindak pidana, diproses meskipun pelaku masih di bawah umur. Waka Polres Bantul Kompol Dhanang Bagus Anggoro menyebut, kembali maraknya klithih merupakan efek domino dari klithih yang terjadi pada 2016. "Pengaruh negatif itu bisa saja dengan mengajak anak-anak untuk minum-minuman keras apalagi narkoba. Kedua hal itu sangat berpotensi anak- anak tidak dapat mengendalikan perilaku sehingga terjadi aksi klithih," paparnya. Meski pelaku klithih bisa ditangkap 3. Minggu (12/3) pukul 01.45, sebanyak 31 remaja diamankan Polsek Ngemplak karena nongkrong dan minum minuman keras yang dicampur pil koplo. 4. Minggu (13/3) pukul 02.00, Polresta Yogya menahan 2 pelajar SMP yakni P (16) dan S (13) karena membawa senjata tajam. Penangkapan dilakukan saat keduanya mengendarai motor di "KEDAULATAN RAKYAT" HALAMAN 16 KR-Safullah Nur Ichwan 6. Minggu (12/3) pukul 04.15, dua pelajar warga Sleman, AK dan SS terjatuh setelah ditendang saat mengendarai motor di Jalan Solo Km 6. Pelaku dalam penyelidikan.. 7. Minggu (12/3) pukul 01.45, sebanyak 31 remaja diamankan Polsek Ngemplak karena nongkrong dan minum minuman keras yang dicampur pil koplo. 8. Senin (13/3) pukul 22.00, sebanyak 10 remaja diamankan karena nongkrong di Kompleks SKB Sorowajan Bantul. Beberapa remaja diketahui dalam kondisi mabuk. 9, Selasa (14/3) pukul 16.45, Imanuel KR-Wahyu Priyanti Grafis: Arko Aksi Klithih di Yogya Terjadi dalam 3 Hari wilayah Wirobrajan Yogya. 5. Minggu (12/3) pukul 02.45 Yarin Fahtoni (19) warga Sleman ditembak menggunakan airgun oleh orang tak dikenal di Jalan Damai Dusun Mudal Sariharjo Ngaglik, Sleman. Pelaku dalam penyelidikan. (18) pelajar SMA dianiaya saat melintas di Dusun Pojok Sinduadi Mlati, Sleman. Dalam kasus tersebut polisi menahan pelaku yakni Kv (16), yang baru duduk di bangku SMP. pihak kepolisian, tapi aksi nekat mereka bisa juga disebabkan karena merasa dibekingi oleh kekuatan tertentu yang untouchable (tidak dapat disentuh) sehingga anak arogan dan berani melawan hukum. "Pihak sekolah dan kepolisian harus memberikan sanksi berat kepada anak-anak yang terlibat aksi klithih," imbuhnya. Suprapto mengaku pernah melakukan penelitian, keluarga yang mempunyai intensitas komunikasi yang tinggi, anak-anak mereka memiliki pola perilaku yang baik dan tidak terlibat dengan aksi kekerasan atau kenakalan remaja. Komunikasi yang dilakukan, lanjut Suprapto, tidak harus lama atau sering. Tapi haruslah berkualitas sehingga orang tua bisa menanamkan budaya, norma sosial dan perilaku yang luhur. "Jadi solusinya orangtua harus memperkuat sistem dalam keluarga mereka. Orang tua yang memiliki anak SMP dan SMA harus waspada karena kebanyakan aksi klithih dari usia SMP dan SMA," pungkasnya.-o Sebagal perbandingan, pada Tahun 2016 Polda DIY mencatat terjadi 43 kasus klithih. C