Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-12-13
Halaman: 10

Konten


Sabtu, 13 Desember 1997 TAMAN REMAJA Menumbuhkan Kreatif Remaja rung mementingkan hal-hal yang sifatnya sementara. Remaja begi- tu mudah dirasuk oleh ketertari- kan unsur simbolis ketimbang ha- kikat suatu perbuatan akibatnya mereka sedemikian gampang menceburkan diri terhadap sesua- tu perbuatan tanpa terlebih dahu- lu melakukan pengkajian apakah itu bermanfaat atau merugikan. Wajar bila kemudian remaja ma- suk kelompok yang paling ba- nyak menjadi korban kebringasan perubahan sosial, remaja merupa- kan unsur paling rentan dihingga- pi sisi miring sebuah peradaban. DIKURANGI FREKUENSINYA Dalam hal ini kita tidak ber- maksud melarang remaja mencari hiburan ketempat tersebut sebab bagaimana pun hiburan merupa- kan salah satu unsur penting ba- gi manusia. Oleh sebab itu alang- kah baiknya bila frekuensinya di- kurangi untuk selanjutnya mem- pergunakan waktu kepada aktifi- tas yang lebih bermanfaat. ADA kecenderungan belaka- ngan ini kaum muda lebih terta- rik menghabiskan waktu luang- nya secara sia-sia di balik adanya semacam keinginan untuk me- rengkuh hari depan yang baik dan sukses. Maksudnya remaja sadar bahwa ia harus melakukan berba- gai usaha serius untuk mewujud- kan cita-citanya akan tetapi da- lam kenyataannya perilaku yang ditampilkan tidak sesuai akibat- nya jadilah ia seperti pungguk merindu bulan. Kecenderungan sebagai dam- pak dari lingkungan sosial terse- but dapat dilihat pada aktifitas luar rumah remaja yang memilih tempat-tempat hiburan seperti mal, plaza, diskotik, karaoke sampai pada jalan-jalan disertai hoga-hogaan dan mabuk-mabuk- an dan kumpul-kumpul menyesat kan. Perilaku demikian tentu saja sangat merugikan dilihat dari jangka panjang maupun konteks kekinian. Remaja hanya akan di- bungkus oleh apa kemudian dise- but hangan sesaat. Dapat dilihat misalnya di hari- hari libur seperti Minggu dan li- bur umum lainnya maka kala- ngan remaja merupakan bagian paling dominan di arena seperti disebutkan di atas. Tak terkecuali di hari-hari biasa di sore dan ma- lam hari maka remaja tetap am- bil bagian penting. Demikian pula di luar tempat itu yaitu di ling- kungan di mana mereka berada perkumpulan-perkumpulan di- bentuk banyak hanya berdasar- kan rutinitas semu tanpa ada tu- juan dan kegunaan. Mereka ha- nya terlibat dalam omong-omong tanpa makna atau tidak sedikit justru terlibat dalam perilaku bu- ruk semisal minum-minuman ke- ras, mengganggu cewek-cewek Persahabatan terjalin seiring aliran waktu. Waktu menjalin bingkainya sendiri. "Di mana sih sebenarnya ru- mah si Paijo itu?" tanya Bret dengan mimik muka kesel. Bobin yang di sampingnya juga udah mulai ngelap kacamata tebalnya yang udah berembun. Yang dita- nya, si Gugun, masih senyum me- sem seperti abis nelan gundu aja. "Dari alamat yang dikasi emak gue, harusnya rumah si Pai- jo itu dekat-dekat sini," kata Gu- gun sambil memegang selembar kertas lusuh yang sudah dari se- jam tadi dijadiin pedoman untuk mencari alamat tersebut. "Emangnya si Paijo itu ngu- tang berapa ama emak lo?" ta- nya Bobin yang udah terkenal dengan kacamatanya yang setebal tembok China, namun paling ma- ta duitan di antara seluruh anak sekolahan sekota ini. Emang Bo- bin udah enggak ada saingan la- gi soal mata duitannya, sampe: sampe dia punya pepatah yang berkata 'Gajah di pelupuk mata enggak kelihatan, duit receh di ujung benua kelihatan.' "Cuman lima puluh rebu, be- ras tiga goni, ama indomi tiga bungkus." "Jadi, emak lo enggak pernah nagih ke Paijo ?". "Udah, udah sering ! Bahkan terakhir kali gue yang datang na- gih, kata bininya, si Paijo lagi ke luar negeri ikut seminar." "Jadi, elo udah pernah ke ru- mahnya, kok sekarang bisa eng- gak tahu lagi? Emangnya emak lo ngasi petunjuk apaan tuh?" Bret meraih kertas yang dipegang Gugun. Emang sulit kalo punya temen dengan IQ di bawah am- bang batas ini. Episode Perpisahan Bret membaca isi kertas itu, "Pergilah ke jalan Sesak yang di ujung gang Bengong. Lantas be- lok kiri, cari kedai kopi yang pu- nya pelayan bernama Soleha. Dari sana lurus ke kanan, cari se- buah pos Hansip yang enggak ada penjaganya, lantas tanyakan aja ke Hansipnya di mana rumahnya Paijo !". "Gile, emang emaknya Gu- gun rada sableng juga nih!" bi- sik Bobin ke telinga Bret. "Tapi, itu tuh di depan ada kedai kopi yang punya pelayan caem!" teriak Gugun bersema ngat. Mereka melangkah ke kedai kopi itu... "Mbak Soleha ya ?" tanya Bret dengan sopan. "Lho, kok tau? Emangnya situ mau pesan apaan ?" balas wanita itu dengan senyum genit nya. "Indomi ada, Mbak ?" tanya Bobin ngawur. "Oh Indomi..., barusan aja keluar ama temen-temennya, per- gi nonton kali!" jawabnya lebih ngawur. • Oleh : Henny "Lho, emangnya indomi pu- nya temen ?" tanya Gugun kebi ngungan. yang lewat, mengompas maupun berbuat vandalis. Lebih parah justru tercebur dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa tata norma, ini merupakan realita yang harus dia- kui dalam dunia remaja sekarang. Suka tidak suka, pecaya atau ti- dak remaja banyak telah merusak diri sendiri dengan perbuatan me- nyimpang yang dilakukannya se- cara sadar, dan tidak sadar kare- na telah dihipnosis oleh obat-obat terlarang, minuman keras dan ba- rang haram lainnya. KURANG SIAP Tersedotnya remaja ke tempat di atas tidak terlepas dari faktor ketidak-siapan mengaktualisasi dan menerjemahkan arti hidup- kehidupannya. Mereka walau di satu sisi punya cita-cita tinggi dan mulia tapi ketika berada di "alamnya" ia mengabaikan cita sucinya, kala temannya mengajak ia meninggalkan angan melam bungnya. Saya tidak menyebut mereka yang berhura-hura sambil minum minuman keras dan bergaul bebas itu tak punya angan masa depan, bukan pula menuding mereka yang mejeng di mal, plaza, disko tik, bar dan tempar hiburan lain- nya itu tak punya pandangan lu- rus tentang dirinya. Mereka ada- lah orang yang melupakan diri akibat digoda oleh hal yang sifat- nya ornamen semu. Mereka be- lum mempunyai kesiapan diri me- nerjemahkan dan mensinkronisa- si pola pikir dan perilaku yang ha- rus ditampil Keadaan ini bisa dimaklumi sebagai dampak dari alam pikiran remajanya, mudah terombang- ambing, terpengaruh dan cende- "Iya...ya...," balas Soleha makin genit. Tahi lalat yang di atas bibirnya ikutan naik turun. "Mbak, mau tukaran enggak tahi lalatnya?" tawar Bret. "Mau, mau dong....tukaran dengan apaan?". "Ama tahi kerbo, mau eng- gak?" tanya Bret yang diikuti ce- Oleh Frans X.I. kikikan Gugun dan Bobin. "Udah deh, kita nyusulin si indomi yuk!" Bobin menarik tangan Bret dan Gugun, mem- buat Soleha memandang dengan mata membelalak. Tak lama mereka berjalan akhirnya mereka menemukan se- buah pos Laan, sesuai dengan isi skenario, dari ujung sebuah gang muncul seorang hansip gemuk yang bobot tubuhnya kira-kira seimbang ama Gugun. "Bang Hansip, kenal ama yang namanya Paijo? Orangnya kurus, punya panu di bawah te- lapak kaki kanannya dan sering senyum-senyum sendirian," Gu- gun menyerobot ke arah Hansip itu. & PELAJAR Kelompok Pengurangan ini tentu saja di- dasarkan pada pertimbangan bahwa kita harus mementingkan sesuatu aktifitas bernilai tinggi daripada nilai sementara dan da- pat menjerumuskan kita dalam perbuatan negatif. Seorang rema- ja sah-sah saja beradaptasi de- ngan lingkungan sosial, bergaul dengan sesama dan berjalan jalan untuk refreshing maupun me- nambah wawasan. Cuma dalam pelaksanaannya mesti dikontrol dan dikendalikan sedemikian ru- pa sehingga tidak malah berdam- pak buruk bagi diri. Adalah lebih bijaksana bila waktu luang secara individu atau kelompok dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang membangun diri, keluarga Hansip itu diem sejenak, ke- ningnya berkerut (entah lagi mi- kir atau lagi sakit perut), lantas tak berapa lama kemudian dia berkata, "Kalau yang lebih kurus enggak ada, yang lebih mahal ada." ngapain ke sini, pasti mau nagih utang gue ke emak elo 'kan ?" kata si Paijo dengan muka pas rah. "Ngomong-ngomong, Bang Paijo ini sekolahnya tinggi banget ya ?" Bobin ikutan bicara sam- bil memandang ke papan nama di pintu. Itu pun gedung sekolahnya hanya bangunan satu tingkat yang atas- nya udah merangkap jadi je- muran," balas Paijo sambil senyum-senyum malu. "Lho jadi itu....?" Bret nun- juk ke papan nama. "Ah, yang itu sih cuman akronim aja. Ir.Paijo MSC itu 'khan hanya singkatan dari 'Ini Rumah Paijo, Mantan Supir Ca- mat. He....he...he..." DONGENG ANAK SEKOLAHAN fo "Oalah...gue pikir...," Bret menggaruk-garuk kepalanya. Gugun yang sedari tadi mikir terus, tiba-tiba berteriak senang. "Akhirnya gue ingat juga! Gue ke sini 'khan mau nagih utang!" "Ya, gue udah tahu," Paijo mengangguk lemas. "Tapi se- baiknya kalian masuk dulu." Di dalam ruangan yang serba sederhana itulah, Paijo memberi- kan mereka penjelasan tentang lika-liku kehidupannya. Dari sa- na mereka tahu bahwa Paijo ter- nyata sudah berpredikat duda tu- juh kali karena semua mantan istrinya enggak tahan dengan ja- lur perekonomiannya yang sudah berada di luar garis off side lapa- ngan kehidupan. "Gile, emangnya si Paijo itu obat nyamuk," cetus Bret. "Oh...adik-adik ini nanya yang namanya Paijo, yang udah menduda tujuh kali itu? Kalau yang itu sih gue kenal. Tinggal- nya di komplek perumahan yang di ujung sana." Hansip itu nun- juk dengan giginya. "Tanpa banyak ngeladenin sang Hansip sableng, ketiga jago- an itu berjalan ke komplek peru- mahan RSSS (Rumah Sangat Se- derhana Sekali) yang berdamping an dengan komplek RKS (Rumah yang Keterlaluan Sederhananya). Setelah tanya sana tanya sini, akhirnya mereka menemukan se- buah rumah kecil yang di pintu- nya bertuliskan : Ir.Paijo MSC. Kaget? Pasti dong! Tapi yang penting ketok pintu dulu deh. Bret ngambil inisiatif untuk ngetok pintu itu. Tak lama kemu- dian muncul seraut wajah kurus dari balik pintu. "Bang Paijo, gue Gugun yang anaknya emak gue itu. Gue ke sini karena disuruh emak gue ke sini. Dan gue disuruh ke sini ama emak gue...mau ngapain ya....?" tanya Gugun kebingungan sendi ri. "Gue udah tau tujuan elo dan masyarakat. Kita tentu tidak menghendaki cita-cita tinggal da- lam angan, melainkan menghen- daki agar menjadi kenyataan. Itu tercapai manakala sejak dini ki- ta melakukan usaha-usaha serius dibarengi pembagian waktu teratur. "Jadi, Bang Paijo enggak ber usaha untuk kerja supaya bisa ngebayar utang yang sudah keli- ling leher itu ?" tanya Bobin de- ngan penuh haru. "" "Semua profesi udah gue ja- lanin, dimulai dari usaha untuk menjadi pegawai negeri, namun gue kalah karena enggak punya beking ama kekurangan dana. "Lantas gue mencoba jualan kain sarung di kaki lima, tapi tiba-tiba aja kena razia dan semua dagangan gue disita sebagai ba- rang bukti." Salah satu wahana yang dapat dijadikan membangun diri ialah melalui organisasi-organisasi maupun kelompok-kelompok yang berorientasi membangun. Saat ini sudah banyak kalangan remaja yang bergelut dalam kelompok-kelompok kreatif se- perti kelompok diskusi, kelom- pok pecinta alam, bidang musik, seni, kerajinan tangan dan akti- fitas kelompok positif lainnya. "Pernah gue mencoba jualan kebaya di salah satu kios pasar, tiba-tiba aja pasar itu terkena ke- bakaran dan sekarang udah ber- ubah jadi plaza. Gue enggak sanggup nebus biaya kios di pla- Keberadaan remaja di sini ten- tu saja sangat bermanfaat, kecua- li dapat membina dan mengem-. bangkan potensi terdapat dalam dirinya si remaja pun akan ter- bentuk menjadi orang yang kre- atif dan aktif. Kendati begitu kelompok ini jangan sampai dijadikan arena se- baliknya, sebab tidak jarang ber- bagai organisasi, klub atau apa- lah namanya justru menjadi lega- lisasi perbuatan menyimpang ang- gotanya. Jadi komitmen para anggotanya haruslah lurus dan benar-benar berdasarkan kepen- tingan yang positif. Kita sangat menyayangkan adanya perilaku- perilaku menyimpang mereka ter- gabung dalam sebuah kelompok sebab hal tersebut bukan saja me- rusak citra diri juga kelompok nya. Seiring itu kita pun prihatin melihat adanya kelompok yang pembentukannya susah payah ta- pi umurnya tidak panjang, bak cendawan ketika kemarau tiba ia pun surut untuk seterusnya ma- ti. Banyak bukti bagaimana za itu." "Sekali waktu gue pura-pura jadi dukun untuk cari duit sema- ta, namun semuanya takut gue mangsa untuk nuntut ilmu, jadi- nya pasien gue cuma lalat aja. "Hingga akhirnya gue coba- coba ikutan bermain di bursa sa- ham, namun akhirnya modal gue amblas juga gara-gara nilai dolar yang enggak stabil." "Wah, gue udah lelah banget nih. Kita pulangnya naik beca aja," begitulah ide yang dilem- parkan Bobin setelah mereka ber- jalan beberapa menit, padahal ru- mah Gugun udah kelihatan di ke- jauhan sana. "Oke deh," Bret mengiyakan sambil mengayunkan tangannya ke arah seorang tukang beca yang kebetulan melintas. "Ke mana, Dik ?" tanya tu- kang beca itu ramah. "Ke ujung sana berapa, Bang?" tunjuk Gugun. "Seribu perak aja deh." "Wah, mahal amat, padahal dekat aja. Tuh, lihat dari sini aja kelihatan," Gugun menunjuk ke arah rumahnya yang ada di ke jauhan. Tukang beca itu melongok ke arah yang ditunjuk, lantas menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Dik, kalau soal ke- lihatan sih, bulan juga kelihatan, tapi tetap jauh juga Dik!" "Kalau gitu, iya deh!" ✰✰✰ SINGKAT cerite, begitu sam- pe di rume, Gugun jadi tempe ka- rena diomelin ama emaknya. Bret ama Bobin juga kebagian jatah sedikit omelan karena posisinya sebagai objek pelengkap pendéri ta. ANALISA kelompok-kelompok remaja ha- nya seumur jagung, entah kare- na perselisihan antar anggota, manajemen organiasi yang ambu- radul, jam pertemuan yang mo- lor terus menerus sampai pada adanya kebosanan akibat roda kelompok yang monoton. Sebaliknya kita pun gembira melihat kelompok yang dibentuk berhasil dinamis menjalankan program-program kerjanya. Ang- gotanya menemukan jatidiri dan potensinya dan berbagai prestasi monumental sesuai ukuran remaja. "Gun, gue lihat, akhir-akhir ini emak lo agak sering kumat pe- nyakit darah tingginya. Emang- nya ada apaan sih ?" bisik Bret ke telinga Gugun. Gugun cuman nyender lemes ke dinding rumah lantas mengge- leng lemah. Sementara itu Bobin lagi cuek aja sambil ngedengerin radio. KESAMAAN Untuk itu dalam pembentu- kan sebuah kelompok kesamaan presepsi dan pandangan mutlak diperlukan. Kita yang meng- inginkan adanya semacam per- kumpulan hendaklah dilandasi oleh niat tulus dan kebersamaan yang langgeng sehingga dalam menjalankan program kerja sela- lu berada dalam iklim menyatu. Berdasarkan hal ini pembentukan kelompok haruslah memperhati- kan latar belakang potensi anggo- tanya, yaitu para anggota memi- liki potensi atau hobi yang sama. Misalnya, bila membentuk ke- lompok diskusi maka yang dihim- pun adalah kutu-kutu buku, bu- kan mereka yang suka berpetua- lang atau main musik. Demikian selanjutnya tiap kelompok. Inilah perlu direnungkan se- hingga kelompok dibentuk tidak malah membuat kita saling ber- tentangan tapi membina keakur- an dan kebersamaan mencapai cita-membangun diri. Selektifitas penerimaan anggota harus dite- rapkan agar kelangsungan kelom- pok terjaga, kita jangan meng- utamakan kuantitas anggota tapi kualitasnya. PENUTUP Kelompok kreatif merupakan wahana yang dapat membentuk pribadi dan mengembangkan po- tensi remaja, daripada mejeng di mal, plaza, diskotik ataupun ke- lompok semu. Masa remaja ha- rus kita optimalkan untuk mela- kukan hal-hal yang positif hingga cita-cita yang ada di benak tidak tinggal angan. Pembentukan suatu kelom- pok harus didasari oleh kesamaan visi, presepsi dan potensi sehing- ga kelompok tersebut dapat men- jadi wahana yang strategis me ngembangkan potensi diri. "Gini aja, tadi gue ada nanya ke abang beca yang nganterin ki- ta. Katanya kalo mau, dia bisa ngenalin kita ke juragan becanya. Nanti kita bawa aja si Paijo ke ju- ragannya, biar si Paijo bisa dapet kerjaan, lantas bisa ngebayar utang ama emak lo," ujar Bret. "Iya tuh, idenya si Bret bagus tuh. Besok aja kita ke sana," sambut Bobin tiba-tiba. Enggak juga, karena besok- nya Gugun kembali menghadap ke Bret ama Bobin dengan mem- bawa segulung kertas yang kata- nya proposal dari emaknya. Se- telah usut punya usut, ternyata kali ini Gugun diberi tugas oleh emaknya untuk mengadakan le- lang perabotan rumah tangga. Lokasi pelelangan, susunan aca- ra dan berbagai pernik-perniknya telah disusun dalam proposal yang dipegang Gugun. "Sebenarnya, apa sih maksud emak lo dengan semua kegiatan aneh akhir-akhir ini ?" Bobin ju- ga mulai penasaran. "Gue juga enggak tahu, sum- pah nih!" "Oke dah, kita-kita bakalan bantu elo untuk pelelangan nan- ti, dengan catatan, elo mesti ngasi tahu ke kita mengenai alasan dari semuanya ini. Lihat aja sendiri, kita udah seminggu le- bih keliling-keliling kota untuk nagih utang, sekarang malahan mau pelelangan segala !" kata Bret dengan sedikit kesel. Tiga hari kemudian, sesuai dengan skenario dan sesuai de- ngan proposal yang disusun emak Gugun, bertiga mereka teriak- teriak di lapangan sepak bola de- kat rumah Gugun. Hampir sem- bilan puluh prosen perabotan dari rumah Gugun dilelang dengan harga murah meriah. "Ya, untuk penjualan ber- ikutnya kami tawarkan sebuah le- mari tanpa dinding. Lemari ini as- li peninggalan jaman kompeni, sebagai buktinya lemari ini per- nah kena bom hingga dindingnya pada copot semua. Kami buka dengan harga setengah juta!" te- riak Bobin sambil megang-me gang kalkulatornya. "Lho kata emak gue lemari itu cuman dijual dua puluh rebu, kok elo bilang setengah juta?" Gugun yang di sampingnya me- nyikut ke arah Bobin. "Ah, elo diem aja. Sekalian kita ngelaba aja !" balas Bobin yang matanya udah pada ijo. "Seratus rebu!" terdengar te- riakan seorang lelaki berjenggot dari sudut lapangan. "Seratus rebu sepuluh ru- piah!" Seorang ibu ikutan teriak. "Ya...terjual !" sambut Bo- bin langsung tanpa basa-basi lagi. Kegiatan pelelangan berjalan cukup lancar. Menurut daftar, yang terjual adalah lemari tanpa dinding, sandal bekas emak Gu- gun yang sebelah kiri, sisir gede yang biasanya nyelip di kantong Gugun, dan bahkan pintu WC ru- mah Gugun serta berbagai pera- botan lainnya. Sehabis pelelangan mereka ngumpul di teras rumah Gugun. Di sana Bret membuka jenggot palsunya yang digunakan sebagai penyamaran sewaktu pe- KSN mudi Vihara Dharma Wijaya PERSAUDARAAN Muda- (PMVDW) berkedudukan di Jalan Wahidin Medan mengada- kan bhakti sosial ke panti jompo Tresna Werdha Abdi, Binjai, baru-baru ini. Analisa/ist SUMBANGAN SOSIAL: Ketua Panitia Yanto ketika memberikan sumbangan sosial secara simbolis kepada salah seorang panti jompo Tresna Werdha Abdi, Binjai. Kegiatan yang merupakan program tahunan PMVDW ini diikuti 80 orang anggota PMV- DW, didampingi Dewan Pem- bina dan Bhante Nyana Pratama. Selain memberikan sumba- ngan berupa bahan makanan dan HUMOR KEBERUNTUNGAN Ada seorang dokter yang jujur dan pantang berbohong, suatu kali didatangi seorang pasien yang terinfeksi penyakit parah. Keluarganya minta agar dokter itu merahasiakan serta memberi dorongan untuk kesembuhannya. Demikianlah, setelah menjalani serangkaian test si pasien bertanya... Pasien: Bagaimana, Dok? Gawatkah penyakit saya? Dokter: (diam saja) Pasien: Apakah perlu keberuntungan agar penyakit saya sembuh? Dokter: Tidak.... Pasien: (langsung memo- tong) Horee... berarti saya selamat! PMVDW Bakti Sosial ke Panti Jompo Dokter: ...tapi keajaiban. (Travis C.) (Rudiyanto Tan) nerima elo di sana?" tanya Bo- bin spontan. Saat itu juga Bret menendang kaki Bobin. "Gue juga sedih mikirin kita bakalan pisah, bagaimana jadi- nya dunia ini kalo enggak ada elo berdua?" Gugun menunduk, la- pisan bening merebak di mata- nya. Bret tertegun, sekilas terba- yang juga suka dukanya selama ini berteman dengan Gugun. Gu- gun yang bego, namun baik hati. Gugun yang gempal, namun ja- lannya lincah. Gugun yang suka "Ada apa, Gun! Apa yang terjadi dengan duniamu ?" tanya Bobin dengan gaya puitis. Sampe sore mereka terduduk di rumahnya Paijo. Bret terduduk lemas mendengar cerita Paijo, Maka besoknya, sehabis pu- lang sekolah, ketiganya nganterin Paijo ke rumah juragan beca se- "Ah enggak...sekolah gue "Duniaku? Duniaku hancur! Hidupku lusuh, nyawaku mela- Tua muda, pria wanita mara ke lapangan Saling teriak Merdeka, Merdeka, Merdeka enggak kas due es de negri aja. Bobin juga lemas, Bahkan Gugun hingga akhirnya Paijo yang pu- yang," jawab Gugun enggak mau dangdut, sampe jadi anak kesa. Rapatkan harian berlalu, bangsa telah merdeka sampe kalah yang dangdut itu. kehilangan selera nagih utang yang disuruh emak- nya. Karena Paijo udah pasti eng- gak bisa ngelunasin utangnya, maka ketiganya sepakat untuk pulang aja. Bahkan sebelum pu- lang mereka sempat nyumbang sedikit duit buat Paijo. nya me lintang di dunia persilatan itu ber- hasil diterima bekerja di sana. Apakah persoalannya sudah sele- sai sampe di situ ? Penjajahan telah Saling berseru "Galang persatuan membela proklamasi Dengan tekad bulat, "merdeka atau mati" suka Tanpa disadarinya, lapisan bening juga mulai merebak di ma- tanya, lantas dipeluknya Gugun dengan erat. Bobin juga secara spontan memeluk mereka. ✰✰ SABTU pagi, Bret ama Bobin berdiri di depan Gugun ama ke- luarganya yang sebentar lagi berangkat dengan nomor pener- bangan berikutnya. Selain mere- ka turut hadir juga rombongan orang kampung Gugun dan rom- bongan anak sekolahan yang di- pimpin kepsek Om Wisnu yang ganteng itu. lelangan. Nah, sekarang apakah persoalannya selesai sampe di si- ni ? "Enggak juga karena besok- nya ketika Bret ama Bobin lagi asyik duduk-duduk di kantin se- kolahan, Gugun datang mende- kati mereka dengan wajah tertun duk. "Ada apaan itu, Gun ?" ta- nya Bret ikutan penasaran. "Gue ada berita yang mung- kin bakalan enggak enak kede- ngarannya," akhirnya Gugun mulai membuka rahasianya. "Rahasia apaan ? Rahasia Madura, ya?" tanya Bobin yang masih ngira si Gugun lagi becan da. "" "Enggak nih. Gue lagi se ri- "Bilang dong ada apaan. Elo malahan bikin gue penasaran!" Bret mengguncang bahu konco- nya yang bertubuh gempal itu. "Gue....gue....ama keluarga gue besok....semuanya mau.... pindah ke Bandung." us." "Astaganaga! Kucing India! Ada apaan elo sekeluarga hingga mau pindah ke Timur Tengah ?" teriak Bobin kaget. "Hush, Bandung itu di pulau Jawa, bukan di Timur Tengah," Gugun yang biasanya bego itu malahan sekarang bisa ngoreksi. Bret yang duduk di sampingnya hanya tercengang, mulutnya ter- buka lebar, banyak lalat yang tumbang di meja kantin. "Ngapain kalian pada pindah ke Bandung, agaknya bapak elo lagi diburon, ya ?" kali ini Bobin berbisik ke arah Gugun. Yang di- tanya hanya geleng-geleng kepa- la lemes. TÊN LÀ 241 "Jadi rupanya selama ini emak lo sibuk ngumpulin dana buat ongkos pindahan ke sana. Tapi ngapain emak lo make naik pitam segala?" kali ini Bret mu- lai bisa bicara. GER "Emak gue lagi sedih karena mikirin mau pindah, dia stres, hi- dung tersumbat, kepala nyut- nyutan, tenggorokan sakit. Ma- kanya setiap saat emosinya bisa meledak. Rencananya bapak gue bakalan buka usaha di sana." "Jadi sekolahan elo 'gima- na?" "Gue bakalan ngelanjutin se- kolah di sana." "Apa ada sekolah yang mau BERUBAH ww ... pakaian, mereka juga melaku- kan pembersihan wisma-wisma kediaman para lansia tersebut, menghibur mereka dan makan siang bersama. Ketua panitia, Yanto menje- laskan, tujuan kegiatan tersebut untuk menunjukkan rasa kepe- dulian terhadap sesama manusia dan juga merupakan lanjutan dari bhakti sosial yang dilak- sanakan Creative Hash PMV- DW 21 September lalu. (rel/ton) CITA-CITA Anak: Ibu, dulu cita-cita ibu apa? Ibu: Ibu dulu ingin menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Anak: Lalu, mengapa ibu menjadi istri muda Om Krisna dan suka keluar sama Om Dennis? Ibu: Kamu ini jadi anak jangan kurang ajar ya?! Anak: Tuh, kan...?! (Juliawaty) SALAH SAMBUNG Telepon di rumah Noni berdering nyaring.... Penelepon: Halo, apakah di sana nomor teleponnya 22523? Noni: Sori, Om, Anda salah sambung. Di sini nomornya dua puluh dua ribu lima ratus dua puluh tiga.... Penelepon: ??? "Bret, Bob, gue minta maaf kalo selama ini gue suka nyusa- hin elo berdua. Walaupun nanti- nya gue bakalan pergi jauh, elo berdua tetap bakalan teringat se- bagai sohib gue paling hebat," kata Gugun yang hari itu terlihat pucat. "Ya, kami juga bakalan kehi- langan elo," balas Bret. Dijabat- nya erat tangan Gugun. Semen- tara Bobin yang juga sedih hanya menggaruk-garuk kepalanya yang gatal. "Ingat kalau ada berita baru tentang dunia dangdut, elo ki- rimin ke Om, ya!" Om Wisnu berteriak ketika Gugun dan ke luarganya mulai berjalan mening- galkan mereka. Bret hanya sang- gup melambaikan tangannya. Bo- bin yang terbawa rasa sedih juga mulai berembun kacamatanya, mulutnya bagaikan terkunci. Dari kejauhan, Gugun masih sempat berbalik dan berteriak dengan gaya khasnya, "Sampai di sini dulu teman-teman. Merde- ka!" Lantas pandangannya beralih ke Bobin dan kembali Gugun ber- teriak, "Bye-bye ketombe...." Bingkai tersebut akan menjadi ga- ris batas. " Batas untuk suatu renda jalinan. Namun persahabatan itu abadi adanya. (Thank's untuk Kak Pengasuh TRP dan semua pembaca). 02 ada 00 O BANK PADD BANK BANK PARD DOD OOD OD Halaman 10 Kontak Sayang (Kts) Dari: Pos PI Titi Kuning Buat: Wagino. Wah, selamat ya atas diwisudanya pas... Sabtu hari ini! Jangan lupa nyam-nyamnya ya? God bless you! From: Chandra Dewi/Ling U To: Everyone yang hobi koresponden. Layangkan aja surat kalian ke Jl.Seram no.28, P.Siantar-21111, phone (0622) 27649. Dear: Kak Pengasuh. Thanks atas dimuatnya "Kts" saya. From: Simon RK To KpSeng. Happy birthday on 13th December '97! Selamat merayakan pestanya di Brastagi, semoga acaranya sukses and happy forever, OK? To: Aseng All Star. Selamat bergabung dan selamat ber- happy di Brastagi. From: Mr.Top Secret To: Super Girl. Met ultah 16 Desember! Don't forget nyam- nyam dan srup-srup-nya ya? To: Ci...Luk....Ba... Kamu masih latah nggak? Gue harap sudah lancar ngomongnya, oke? Dari: 5758 Buat: 1278. Trims ya atas undangannya? Moga-moga saja saya bisa menghadiri acaranya. Sukses selalu! Salam buat semuanya, terutama anggota koor-nya yang kece-kece, oke?! From: Mr.Fussy Dentist To: Red Rose. Sayang sekali Anda tidak memperhatikan baik-baik data yang saya berikan! Salah satunya adalah info yang memang sedang Anda cari-cari! Menyesal nggak? Dari: Indra Supopo (Yogyakarta) Hallo, bagaimana Untuk: Megawaty (532293-Medan). kabarnya di Medan? Aku sangat rindu padamu.... Love: Metty at Lippo Dear: 1278. Gimana kabarnya sekarang? Baik kan? Love in Christ. To: Mr.Vampire. Kalau kamu datang ke Pos PI Labuhan, pasti saya kasih hadiahnya! From: Miss Cinderella To: YY at LG, Lama tak muncul di "Kts", lagi sibuk ya? To: Teris Ling. Udah agak sembuh belum? Wa selalu doain agar cepat sembuh. Love in Christ. From: Mr.Vampire To: 1278. Siapa yang menghilang? To: Metty at LL. Mana janjinya? From: Kungfu Boy To: Tango Lima. Udah tau belum siapa saya? To: Woman in Black (WIB). Boleh kenalan nggak? Sender: 911 Chandra Werrick To: Miss Cinderella. Kalo elu sebutkan markas elu di mana, pasti wa dapat jawabannya. To: Travis C. kabarnya? Humor elu di TRP bagus ya? Gimana From: Acek For: Cen Cen/Bintang Film (II-C). Setelah membaca "Kts" yang kamu kirimkan, hatiku jadi tersentuh. Baiklah kita akan memupuk kembali tali cinta yang telah terputus. From: Sailor Mars To: Adikim. First time I saw you I falled in love with you. You're very handsome. I'm waiting for your love.... From: Lenny J (HK) To: Marbun Ganis (Riau). Makan yang teratur ya? Sejauh ini belum pernah sakit 'kan? Bangun tidur jangan lupa sikat gigi ya? To: Jhonli, Syarianto en Andy Istanto plus Susanto. Happy Saturday night di garasi! Ha-ha...! Puisi-Puisi Hamid Panjaitan : Kumandang Proklamasi Republik Indonesia Tujuh belas delapan satu sembilan empat lima Telah menggema di angkasa andalas utara Menyentuh hasrat untuk bangkit dari sengsara Tebing Tinggi Deli Kota Cik mungil, Kota seniman Ya pelukis, ya pemusik, ya pesastra, ya pemanggung Dari suara bingung karena kekalahan Jepang Tersentak hiruk pikuk, garang mengaung Barisan pemuda membentuk diri dengan semangat Menghunus parang dan pedang, memanas Merampas senapan untuk menembak Merampas samurai untuk menebas Meraut bambu untuk penumbak TIGA BELAS DESEMBER 1945 DI TEBING TINGGI DELI Hari Kamis, 13 Desember satu sembilan empat lima Saat Ashar menjelang, bagai guntur menggelegar Di sekitar Tebing Tinggi hanya letusan dan dentuman yang terdengar Di seluruh pelosok kota, pria wanita gugur terkapar Dalam lobang perlindungan di lapangan kota dan kebun kelapa Mayat-mayat saling bertindih tanpa kepala Di kedangkalan Sungai Bahilang dan Sungai Padang Terdampar bangkai-bangkai telanjang Di rumah sakit Rambutan, Pimpinan Dokter Kumpulan Pane Berkaparan korban-korban peluru dan tusukan A Merintih-rintih tanpa obat kemanjuran Hari demi hari satu persatu berguguran Diriku salah satu yang terkapar karena peluru menembus di dada kanan Namun belum membawa sampai di ajal maut Yang selama hayat dikandung badan Aku masih mencari tahu dengan apa hidupku akan bertaut Cendikiawan, yang pejabat, yang pengusaha dan tokoh masyarakat Dengan aksi tentara Jepang telah terbantai Entah tersebut, entah tercatat Sebagai martir dalam pembela tanah air Dokter Kumpulan Pane Walau tak ingat lagi semua jati mereka Namun masih ku ingat mereka gugur untuk mereka Di ujung senapan di mata samurai Yang berusaha melumpuhkan semangat juang Kuucapkan syukur pada mereka, penghargaan pahlawan Seperti tersirat pada tubuh di Lapangan Merdeka Di tengah Kota Tebing Tinggi yang kian marak Dibangun untuk pusat kenangan akrab Kini, lima puluh dua tahun kemudian Dalam keheningan malam yang kelam Hanya do'a yang dapat kuucapkan Dalam kondisi jasad yang semakin melemah Ya Allah, dengarkanlah doaku Terimalah mereka di hadiratMu Berkahilah generasi-generasi yang saling berganti Semoga mereka bahagia mewarisi Kemerdekaan untuk nikmat dunia dan akhirat Bukan untuk murtad, munafik dan maksiat Amin BANK BANK AR G BANK GOOD D ADD DD odolod megmat mox.niel negnet NK 品备 3 LIKUIDASI BANK OLEH: SUHARTINI BANK D Jakarta 10 Desember 1997 ♡♡ Suhartini 1997