Tipe: Koran
Tanggal: 1997-04-01
Halaman: 04
Konten
Selasa, 1 April 1997 Penerbit Pemimpin Umum/Pendiri Wakil Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Wakil Pemimpin Perusahaan Managing Editor Sekretaris Redaksi Redaktur Anggota Redaksi Terbit Tarip Iklan Alamat Telepon Perwakilan Jakarta Perwakilan Banda Aceh SIUPP Dicetak Oleh : : 7 : 2 : analisa Yayasan SIKAP PRESS. Harta Susanto. Supandi Kusuma. H. Soffyan. H. Ali Soekardi. Joeli Salim. Paulus M. Tjukrono. P H. War Djamil. H. Amir Siregar, H. Kaharudin, H. Bahari Effendy, H. Naswan Effendi, Usman Alie, H. War Djamil, Mulyadi Franseda, H. Ismail Lubis, H. Basyir Ahzar, H. Azmi Majid (foto). M. Hatta Lubis, Mac. Reyadi MS, Budiman Tanjat, Buoy Harjo, A. Rivai Siregar, Hasan Basri Ns, Timbul O. Simarmata, Johan Jambak, Ismugiman, Idris Pasaribu, Agus Salim, M. Sulaiman, Ali Sati Nasution, Samil Chandra, M. Nur, Hermansyah, Aswadi, Faisal Fardede, Kwa Tjen Siung, Hendar Tusmin, Anthony Limtan, Seminggu 7 kali. Rp. 4.500,- per mm/kolom (umum). Rp. 3.000,- per mm/kolom (keluarga). Jalan Jend. A. Yani No. 35-43 Medan. Kotak Pos 1481. Telex No.: 51326 ANALIS IA. Fax: (061)-514031, Telegram: ANALISA MDN. Redaksi: 556655 (2 saluran)/511256. H. Harun Keuchik Leumiek Jalan Tgk. Cik Ditiro 106 Tel. (0651) - 23839. Fax: (0651) 23839. SK. Menpen No. 023/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1985. Tanggal 24 Desember 1985. P.T. KUMANGO Medan (Isi di luar tanggung jawab pencetak). Tajukrencana Tata Usaha: 554711 (3 saluran)/513554, Frans Tandun, Jln. K.H. Hasyim Ashari. No. 43-A Jak. Pusat Tel. 3446609/3844339/3453912 Fax.: (021)- 363388. Pendidikan Politik dan Keterbukaan PENJABARAN asas-asas demokrasi di tanah air makin me ningkat. Bersamaan dengan alam keterbukaan yang sejalan dengan suasana demokratis, ternyata dari penerapan tersebut juga timbul hal-hal yang bersifat negatif, karena sebagian ang- gota masyarakat belum mampu mengendalikan diri. Atau kemungkinan lain, ada pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja melahirkan tindakan negatif untuk merusak suasana demokratis itu. Akhir-akhir ini, suasana keterbukaan tersebut seolah-olah memberi peluang bagi orang-orang tertentu untuk bersikap negatif. Peluang yang mereka gunakan antara lain dengan menyulut hal-hal kecil pada setiap kesempatan sehingga me nimbulkan kerusuhan yang brutal. Telah beberapa kali peristiwa yang menyedihkan terjadi, yang umumnya dengan latar belakang yang hampir sama. Pada saat menjelang atau ketika berlangsungnya kampanye Pemilu 1997, bukan mustahil situasi semacam itu akan me ningkat. Menjelang dan dalam suasana kampanye, untuk me mancing suatu tindakan negatif, tergolong relatif lebih mudah. Suhu politik meningkat dan suhu tiap orang serta kelompok juga ikut meninggi, yang kesemuanya secara langsung atau tidak langsung ikut mempengaruhi kondisi politik di tanah air. Sejalan dengan derap pembangunan nasional, pembangunan di bidang politik juga menjadi kenyataan, termasuk tingkat kesadaran masyarakat dalam berpolitik. Artinya, kesadaran itu bukan hanya aktif dalam organisasi sosial politik (orsospol) melainkan pula dalam mengamati, sebagai simpatisan maupun selaku masyarakat yang mengikuti perkembangan politik. Ada keterkaitan antara situasi itu dengan pendidikan politik maupun tingkat kesadaran berpolitik masyarakat. Pengamat sosial dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dwi Purwoko mengatakan, semua pihak perlu memberikan pendidi kan politik yang santun kepada masyarakat dalam menyong song dilaksanakannya Pemilu 1997. Sehingga, masyarakat meng ikuti aturan kegiatan kampanye dengan sikap yang arif, etis, santun dan dewasa serta mengendalikan diri. Jika dikaitkan dengan pendapat pengamat dari LIPI tersebut, hal ini bermakna bahwa pendidikan politik memang harus dengan konsep yang jelas. Pendidikan politik yang ber- sifat kontekstual, justru akan melahirkan suatu kematangan dan kedewasaan pemikiran berpolitik di kalangan masyarakat. Sebaliknya, pendidikan politik tanpa konsep atau asal-asal ser- ta lebih banyak diserahkan kepada kondisi itu sendiri, justru akan menimbulkan hal-hal yang merugikan kepentingan bang sa dan negara. Hal ini hendaknya menjadi salah satu titik perhatian dari politisi di Indonesia. Kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 merupakan dambaan kita. Untuk itu, pendidikan politik yang santun memang sangat penting. Bukan hanya penting pada saat menjelang Pemilu 1997 melainkan pula untuk masa mendatang. Sebab, kondisi politik yang lebih baik, justru dapat memperkecil letupan-letupan se- jenis kerusuhan di tengah-tengah masyarakat. Jika kita menyadari arti penting dari pendidikan politik, dikaitkan dengan keterbukaan dan untuk mempertahankan stabilitas nasional dari sisi politik, ekonomi dan keamanan, kiranya pendidikan politik tidak boleh dilakukan secara insidentil. Surat Pembaca Tembang Persada Seharusnya Diperluas ADA satu acara yang sangat menarik hati saya, yaitu "Tem- bang Persada" di televisi Indosiar, setiap hari Kamis malam Jumat. Acara ini berisi lagu-lagu daerah dari berbagai daerah di Indonesia. Siaran ini sangat baik, bahkan penting, untuk tetap menghidup kan lagu-lagu daerah dari seluruh pelosok tanah air, dan dapat kem- bali dikenal dan digemari masya rakat luas, terutama generasi muda. Karena sekarang ini nampak nya generasi muda kita banyak terpengaruh oleh budaya asing, terutama dalam hal lagu dan film. Umumnya didominasi oleh buda ya Barat. Hal ini tidaklah salah, tetapi hendaknya budaya kita juga jangan sampai terlupakan. Karena Indonesia sesungguhnya memiliki kekayaan seni budaya yang cukup baik, dan dapat "dijual" ke luar negeri, jika dikemas dengan baik. Kembali halnya dengan Indo siar yang mempunyai acara "Tem- bang Persada", memang cukup baik. Tetapi sayangnya masih sangat terbatas, hanya, jika saya tak salah, dari empat daerah, yaitu Tapanuli dengan "Horas" nya (menurut hemat saya kurang klop jika dikatakan Sumut, tetapi salahsatu senibudaya dari Sumut, justru Sumut juga masih memiliki seni budaya lainnya), kemudian la gu-lagu daerah Minang, seterus nya dari Sunda, dan Indonesia Ti mur. Yang diharapkan, dan jika boleh disarankan, agar acara "Tembang Persada" ini diperluas lagi. Misalnya ada acara khusus seni budaya Melayu, sebab ca kupan budaya Melayu ini cukup luas. Selain dari Sumatera Utara (Medan), juga mencakup Riau, Bengkulu, Jambi, bahkan Kali mantan Barat, dan lain-lain. Bahkan di Medan jika ada per lombaan Bintang Radio (dan seka rang ditambah menjadi Bintang Radio dan Televisi) tetap ada diperlombakan jenis lagu Melayu, selain seriosa, hiburan/pop, dan keroncong. Memang di tingkat nasional tidak ada. Tetapi budaya (termasuk lagu) Melayu mem- punyai penggemar yang luas. Nama dan alamat harus jelas Sertakan Fotokopi KTP Bahkan belum lama ini ada sayembara lagu Melayu di Jambi, yang diikuti oleh berbagai daerah baik di Sumatera maupun Kali mantan. Jadi jelas, bahwa seni budaya Melayu cakupannya sa ngat luas. Konon pula jika di- ingat, bahwa ibu kandung Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Maka alangkah seronoknya "Tem- bang Persada" Indosiar itu dilengkapi pula dengan meng hadirkan lagu-lagu Melayu. Selain itu, jika mungkin apa salahnya lagu-lagu daerah lainnya juga turut memperkaya "Tembang Persada", misalnya dari Jawa, Bali, Maluku, bahkan mungkin juga irama Hawaian. Meskipun ini bukan termasuk yang dikate gorikan "lagu daerah", tetapi lagu-lagu yang dibawakan dengan irama Hawaian atau Irama Laut an Teduh yang biasanya banyak lagu-lagu Maluku, pasti cukup banyak penggemarnya. Ingat saja ketika Pak Hugeng (mantan Kapolri) dulu selalu muncul di TV dengan lagu-lagu tersebut, sangat banyak peng gemarnya, sehingga ada yang di-kaset-kan. Pendekkata, langkah yang telah ditempuh Indosiar dengan "tem- bang Persada"-nya, sebaiknya di perluas lagi. LILI CHRISTIANA Jalan Merdeka Pematang Siantar Dari Redaksi PARA penyumbang tulisan/artikel dimintakan. perhatiannya sebagai beri kut: 1. Panjang tulisan/artikel minimal empat dan mak simal tujuh halaman/folio diketik dengan spasi rang kap dan tidak timbal balik. 2. Bukan tindasan, serta bukan fotokopi. 3. Tidak atau belum dikirim kan ke media massa lain nya. 4. Pada akhir/ujung tulisan sebutkan identitas, profesi penulis serta alumnus dari mana. 5. Sertakan alamat terbaru yang jelas, dan jangan lupa sertakan fotokopi KTP yang masih berlaku. Urgensi Pengembangan SDM dalam Konsep GPDT-Martabe Ir.Satia Negara Lubis, MEc menampakkan hasilnya. SEKILAS GPDT-MARTABE SEJARAH pembangunan de- sa di Sumatera Utara secara ter- padu dan terarah dengan meng- himpun kekuatan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Ma- nusia (SDM) dan Modal secara mengejutkan dikibarkan oleh Gu- bernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar pada tanggal 1 November 1989 di desa Tanjung Ibus Se- canggang Kabupaten Langkat de ngan Konsep Gerakan Pemba- ngunan Desa Terpadu (GPDT) Marsipature Hutana Be (Marta satu akan menyebabkan ketimpa ngan di pihak lain. Lihatlah ba- gaimana pembangunan fisik yang meliputi kepada pembangunan sa rana dan prasarana dijadikan jembatan utama bagi pengemba- ngan non fisik seperti kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya tetapi sekaligus juga dapat hanya sebagai tontonan yang menarik bagi masyarakat di sekitarnya tanpa mampu mengambil peluang emas karena ketidakberdayaan SDMnya. GPDT Martabe yang dica- nangkan pada tanggal 1 Novem- ber 1989 merupakan satu gagasan yang mendahului konsep pembe- rantasan desa-desa miskin di In- donesia. Desa-desa yang mempu- nyai masalah khusus dalam pe- ngembangannya, desa-desa yang sedikit sekali memperoleh dam- pak pembangunan dan desa-desa yang mempunyai pendapatan per- kapita serta aksebilitas yang ren dah adalah sasaran khusus dari GPDT-MARTABE yang justeru baru akan dimulai secara Nasio- nal (selanjutnya muncul IDT). Awal konsep Martabe dica- nangkan penerimaan Provinsi Sumatera Utara adalah Rp. 275.287.639.000,00 (tahun 1989/1990). Lima tahun ber selang penerimaan Sumatera Utara mengalami peningkatan sebanyak 97,45% atau rata-rata 19.50% per tahun, yaitu Rp. 543.559.892.000,00 (tahun 1994/ 1995). Pengeluarannya pula pada priode yang sama sebanyak Rp. 208.674.244.000,00 atau 78.11% sebagai pengeluaran rutin dan Rp. 58.476.967.000,00 atau 21.99% untuk pengeluaran pem bangunan. Peningkatan total pe- ngeluaran setelah 5 tahun konsep GPDT Martabe adalah sebanyak 93.005%. Tetapi peningkatan pe ngeluaran ini telah mengurangkan pengeluaran pembangunan menca pai 3.86%, yaitu hanya 18.13% dari total pengeluaran untuk pem- bangunan di tahun 1994/1995 di- bandingkan 21.99% di tahun awal konsep MARTABE (1989/ 1990) (BPS, 1996). be). Pendapatan Domestik Regio- nal Bruto menurut harga ber laku pada tahun 1994 adalah sebanyak Rp. 21.677.368.000,87 dengan sektor unggulan indus tri (25.51%) dan pertanian (25.35%). Sedangkan menurut harga konstan PDRB pada tahun yang sama ada lah sebanyak Rp. 19.940.286.000,87 juga dengan sektor industri (23.97%) dan per- tanian (23.15%) sebagai sektor unggulan. Hal yang menarik ada- lah munculnya kekuatan sektor Hotel dan Pariwisata membaya- ngi dua sektor utama ini, yaitu 17.11% di tahun 1993 meningkat menjadi 18.78% tahun 1994. Gerakan ini diilhami oleh ada- nya ketimpangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan sehingga dirasakan perlu mem- bangun desa dengan motivasi dan sentuhan kemanusiaan yang ha- kekatnya setiap orang yang diden- dangkan dan dibesarkan di kam- pung kelahirannya akan mencin- tai dan merindukan kampung ha laman. Marsipature Hutana Be yang berarti membangun kampung ma sing-masing mendapat sambutan yang luar biasa. Di akhir tahun 1996 saja dana yang mengalir dari donatur asal Sumatera Utara men capai 1 trilyun lebih. Hal yang menakjubkan ini menjadi feno- mena yang menarik bagi provin- si lain, yaitu bagaimana Sumate- ra Utara akan mengejar keting- galannya dari provinsi yang telah dahulu melaju. Namun Martabe sebagai mo- del Gerakan Pembangunan Desa Tertinggi masih terus menggali untuk mengawinkan tiga kekuat an utamanya, yaitu SDA, SDM dan Modal. Meningkatkan parti- sipasi masyarakat terhadap mo- del ini memerlukan intervensi yang memakan waktu yang tidak cepat, apalagi kesiapan sumber daya manusia sebagai motor uta- ma itu sendiri masih memerlukan penajaman-penajaman yang ber- kesinambungan. Jika tidak maka benturan antara Sumber Daya Alam yang melimpah serta Mo- dal yang tersedia dengan faktor Sumber Daya Manusianya tidak dapat dihindarkan. POTENSI SUMUT Sumatera Utara terletak 1°-4°. Lintang Utara dan 98°-100° Bu- jur Timur dengan luas wilayahnya 71 680 Km2. Provinsi ini terbagi dalam 11 Kabupaten dan 6 Kota- madya dengan jumlah penduduk sebanyak 11 145 300 jiwa (tahun 1995) dengan laju pertumbuhan nya antara 1980-1995 rata-rata 2.03 persen. ulugenul in svaked INDONESIA memiliki ba- nyak etnis yang tersebar di berba- gai pulau, berjejer dari Sabang sampai Merauke. Etnis-etnis itu mempunyai bahasa daerah yang berbeda. Keanekaragaman baha- sa daerah merupakan inventaris kekayaan alam Indonesia yang urgen dilestarikan. Oleh sebab itu, orang tua, se- kolah dan tokoh adat sangat di- harapkan sekali perannya, yakni mewariskan bahasa daerah kepa- da generasi muda. Lantaran me- rekalah satu-satunya wahana yang dapat dijadikan jembatan yang mengantarkan eksistensi ba- hasa daerah tersebut kepada ge- nerasi mendatang. Jika kalangan yang disebutkan di atas bersikap masabodo atau- pun lupa untuk mewariskan ba- hasa daerah kepada generasi mu- da kini, keberadaan bahasa dae- rah bisa lenyap. Generasi muda ti dak akan mengenal dan memaha- mi bahasa daerahnya. SEJAK DINI Kemauan orang tua, sekolah dan tokoh adat mewariskan ba- hasa daerah harus dimulai sejak dini, sejak anak menjejakkan ka- kinya di bangku Sekolah Dasar. Mengapa demikian? Sebab pe- ngajaran bahasa daerah dapat di- katakan sulit. Jadi, bila pembe- lajaran bahasa daerah dilakukan sejak dini, selain pengajar mudah menyampaikan materi, anak (ge- nerasi muda) gampang pula me- nerima pelajaran. Suatu hal yang menggembira- kan, Provinsi Sumatera Utara berhasil mengurangi tingkat ke- miskinan penduduk. Pada tahun 1987 saja jumlah penduduk mis- kin sebanyak 1 924 448 jiwa de- ngan sebaran 18.81% di kota dan 21.67% di pedesaan. Empat ta- hun konsep Martabe dijalankan (1993) penduduk miskin berku- rang 592 817 jiwa dengan sebaran 11.72% di kota dan 12.70% di de- sa. Kegembiraan ini bukan saja didasarkan kepada kuantitatif se- mata tetapi sebaran penduduk miskin di pedesaan yang menca- pai penurunan 8.97% adalah hal yang benar-benar menggambar- kan bahwa konsep Gerakan Pem- bangunan Desa Terpadu mulai KAWASAN (territorial) laut- an, merupakan salah satu daya kehidupan bagi kepentingan selu- ruh penduduk bumi. Bukan ha- nya potensial sebagai sarana lalu- lintas antar pulau, malah skopnya menjangkau seluruh dunia inter- nasional pada negara-negara yang saling mempunyai hubungan da gang. short Lebih dari 80 persen pendu- duk dunia, baik dari negara- negara maju terlebih-lebih nega- ra-negara yang sedang berkem- bang, menkonsumsi ikan sebagai lauk makan nasi sehari-harinya. Berjenis-jenis ikan yang men- Alasan ini dirasakan tepat ka- rena kedua elemen ini berkohesi kuat sehingga kepincangan yang Mewariskan Bahasa Daerah Kepada Generasi Muda Oleh Pahrus Zaman Nasution Hal itu dimungkinkan daya tangkap dan nalar anak masih kuat, sehingga dapat dengan mu- dah menangkap setiap informasi yang masuk dan aplikasinya pun terealisasi dengan baik. Hal itu se- suai dengan pepatah lama, "be- lajar sewaktu kecil bagai menu- lis di atas batu, belajar setelah de- wasa bagai belajar di atas air". Selain itu, mereka yang belajar sejak dini mudah untuk diarah- kan dan tidak merasa malu meng- gunakan bahasa daerah, tapi ma- lah menjadi suatu nilai tambah bagi mereka dalam berkomunika- si. Lantaran dia dapat berbahasa yang lain, sehingga membuat po- sisinya di atas teman-temannya sebaya. Konteks itu memotivasi temannya pula untuk berbuat yang sama (belajar bahasa daerah). ANALISA Sedangkan generasi muda yang telah remaja dan dewasa terkesan malu belajar bahasa daerah, de- mikian pula menggunakannya se- bagai alat komunikasi. Namun demikian, bukan hal tersebut menjadi tembok yang dapat menghalangi pembelajaran baha- sa daerah kepada klasifikasi ge- nerasi dipaparkan. muda yang baru Sumber dana pembangunan Sumatera Utara yang berasal dari APBN-Inpres APBD Tingkat I dan II, Swadaya Masyarakat di- rasakan masih perlu ditambah, maka untuk menunjang model pembangunan Sumatera Utara ter sebut yang dikonotasikan pada f (SDA, SDM dan Modal) Guber- nur Sumatera Utara (Bapak Ra- ja Inal Siregar) menghimpun da- na yang berasal dari donatur- donatur mulai tingkat daerah hingga tingkat pusat, yang berasal dari Sumatera Utara. Pada sisi lain lautan tidak lu- put merupakan daerah pariwisata bahari, yang tidak kalah mena- Sedangkan jenis salem, teng- riknya dengan wisata daratan. giri, cakalang dan tuna diolah se- Keindahan gugusan pulau-pu- bagai ikan industri kalengan. Ne- launya dengan satwa dan pantai- gara matahari terbit (Jepang), nya, di dasar laut terdapat aneka pengimport ikan cakalang dan tu- jenis terumbu karang, terdapat ju na paling terbesar dari Indonesia. ga sejenis fauna dan flora laut, Akan tetapi sayangnya indus- rangka-rangka kapal yang tengge- tri perikanan maritim di Indone- lam puluhan bahkan ratusan ta- sia masih tergolong sangat ke hun mengandung harta-harta cil/rendah. yang tak ternilai harganya. Mungkin tidak disadari pula, bahwa laut merupakan penghasil industri perikanan maritim yang cukup besar. IKAN EKS INDONESIA daerah lautannya cukup luas, se- Territoriall Indonesia pada kitar 5,8 juta KM persegi. Perairan zona Ekonomic Eks- lusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta KM, perairan 3,1 juta KM, terri- torial 0,3 juta KM, perairan Nu- santara 2,8 juta KM persegi. Di dalam tulisan ini kita bu- kan ingin menonjolkan jasa-jasa seseorang, yang pernah memper- juangkan wilayah 12 mil dari pan- Konsep operasional GPDT Martabe itu sendiri bersendikan kepada lima sipaingot, yaitu Pa- hias Rohamu, Pahias Badanmu, Pahias Pakeanmu, Pahias Bagas- mu dan Pahias Alamanmu. Lima nasehat ini jika ditelusuri lebih fi- losofis telah mencakup aspek pem bangunan fisik dan non fisik yang ingin dituju. Berdasarkan ini pu- lalah konsep GPDT-MARTABE mewujudkan cita-citanya untuk membangun desa-desa di Sumate ra Utara yang masih tertinggal di bandingkan dengan perkotaan. URGENSI SDM DALAM MODEL GPDT-MARTABE Potensi Sumatera Utara yang menonjol serta sekilas konsep GPDT-MARTABE seperti yang diuraikan tersebut tentu memer- lukan satu strategi yang tepat untuk mengawinkannya. Model GPDT-MARTABE yang menga- rah kepada dua prinsip pemba- ngunan, yaitu pembangunan fisik dan non fisik harus terus dikaji ulang (Research and Develop ment). ra orang tua) yang mampu de- ngan baik berbahasa daerah, mu- lailah lewat meja makan atau sua- sana santai lainnya. Di saat makan bersama, perke- nalkanlah nama-nama benda yang ada di tempat tersebut de- ngan menggunakan bahasa dae- rah. Demikian pula halnya dalam suasana yang lain. Jelaskan nama benda yang ada di ruangan terse- but dengan menggunakan baha- sa daerah. Dalam lingkungan keluarga, pengajaran bahasa daerah ini tak perlu secara formal. Hal itu un- tuk menumbuhkan semangat anak dalam belajar bahasa dae- rah. Artinya mereka tidak dililit beban mental, sehingga pembela- jaran berlangsung secara tulus. Yang demikian itu akan lebih mu- dah dilaksanakan anak. PENERAPAN Bagaimana penerapan atau pelaksanaan pewarisan bahasa daerah tersebut? Bagi mereka (pa- Rusaknya Terumbu Mengganasnya Walaupun pembelajaran seca- ra informal, tapi pelaksanaannya harus berkesinambungan. Kalau hanya bersifat insidental dapat menyebabkan anak-anak lupa ter- hadap apa yang telah dipahami- nya dan barangkali dapat pula menurunkan motivasi anak. Setelah anak-anak dapat berba- hasa daerah, biarpun masih terbata-bata, usahakanlah dalam komunikasi sehari-hari di dalam keluarga menggunakan bahasa daerah. Kebiasaan itu akan men- jadi guru bagi anak untuk me- Oleh: Erripraba jadi idola tiap orang, seperti si tai ketika tahun 1963 - bukan 3 akap (putih, merah, kehitaman), mil berlaku saat itu." tongkol, gurapuh, bawal (putih Dalam perjuangan 12 mil wila dan hitam), sembilang, senangin, yah lautan Indonesia, kita tidak parei, kembung, udang kelong bisa melupakan jasa-jasa dari Ir. dan udang tiger, teri dan sampai RH. Djuanda, justru pula ketika kepada ikan yang dianggap teren- dah seperti kepala batu dan be lanak. itu menjabat sebagai Perdana Menteri, demikian juga Prof. Dr.Mochtar Kusumaatmadja SH LIM, Prof.Mr.St.Moenadjat Da- nusaputro. Luasnya kawasan laut Nusan- tara yang demikian besar dan me- ngandung berjenis-jenis ikan dan hasil laut lainnya, belum dapat di- katakan sebagai penghasil indus- tri perikanan maritim yang ung- gul, malah jatuh terkebelakang. Dilihat dari catatan Rapat Ker ja Nasional (Rakernas) bersa- ma-sama Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) hingga akhir Pe lita V, produksi perikanan kese- luruhan hanya mencapai 3,74 juta ton sedangkan penangkapan ber- jumlah sekitar 2,83 juta ton. Dalam garis besarnya dapat di kemukakan, bahwa ekspor hasil perikanan laut jenis tuna/caka- Konsekwensi logisnya adalah penekanan untuk membentuk dan memupuk sikap dikalangan kum- pulan sasaran agar mereka dapat sama-sama memahami dan meli- hat dengan jelas wawasan yang ingin dituju dan mempunyai ke- mungkinan untuk mencapai tar- get tersebut. Pembangunan Sumber Daya Manusia merupakan satu strate- gi terpenting. Tantangan masa de- pan bukan saja terletak pada me- lengkapi desa-desa dengan berma cam-macam fasilitas dan kemu- dahan pokok. Terpenting dari itu Semakin bergesernya mata pencaharian penduduk dari sek- tor pertanian ke sektor perdagang an dan jasa di tahun-tahun men datang mungkin tidak dapat di- hindarkan. Penyebabnya tentu ti- dak terlepas dari arah kebijakan justeru lebih ditekankan kepada pengembangan sumberdaya ma- kemampuan tindak balas dan pe- manfaatan ketersediaan itu sendi ri. nusia itu sendiri. angkatan kerja meningkat menja- di 4 811 298 jiwa dengan jumlah yang bekerja sebanyak 4 493 198 jiwa atau 93.38% dan yang men- cari kerja 6.68%. Tetapi yang be- kerja di sektor pertanian hanya 51.51% atau menurun 11.37%. Ini berarti telah terjadi konversi distribusi yang tajam antara sek- tor pertanian dan sektor perdaga ngan. a ITV. levar Tenaga kerja di sektor perda- gangan (26.38%) meningkat mere but pangsa pertanian sebanyak 7.52% dalam waktu 10 tahun Lima tahun konsep GPDT Martabe atau tahun 1995 jumlah Karang dan Trawl Mewujudkan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai ko- mersial dan kewirausahawanan, si kap nilai-nilai positif (berdikari, ulet bermotivasi tinggi dan tahan terhadap tantangan dan persaing an masa depan) adalah fundamen utama dan pertama sebelum ke- lengkapan lainnya diwujudkan (boleh dikonotasikan penyediaan fasilitas). Ketimpangan akan ter- jadi sekiranya di satu fihak pem- ping dan selanjutnya tanah-tanah bangunan prasarana dan sarana jauh meningkat sementara pene- rima (adaptor) pembangunan se- tempat masih terbatas pada pemi- kiran yang sempit tentang mak- na penyediaan fasilitas itu sendiri. Memerhatikan contoh berikut akan sedikit membuka maksud di atas. Sebelum konsep Martabe di- canangkan sebagai konsep Regio- nal yang ampuh, jumlah angkat an kerja di tahun 1985 sebanyak 3 463 363 jiwa. Diantara jumlah tersebut yang bekerja mencapai 3 394 159 atau 98% dan yang men- cari kerja hanya 2%. Distribusi yang bekerja tersebut pula ter- tumpuk pada sektor pertanian yai tu sebanyak 62.88% sisanya pa- da sektor perdagangan dan jasa serta sektor lain. terlantar semakin luas, sementa- ra itu pula sektor perdagangan akan membengkak yang mempe ngaruhi permintaan dan penawar an. Maka jika tidak segera dila kukan rekayasa sistim orientasi pertanian akan muncullah kesen- jangan yang semakin melebar. S nambah perbendaharaan kata-- kata dan meningkatkan kemam- puan bertutur secara bebas dan memakai bahasa daerah. (1985-1995). Fenomena ini men- jadi lebih menarik jika kita mem- perhatikan Provinsi kita tercinta ini masih mengunggulkan sektor pertanian sebagai sektor pendaki pendapatan regional. MUATAN LOKAL Dalam mewariskan bahasa daerah tak semata-mata dibeban- kan ke pundak para orang tua, akan tetapi peran sekolah harus pula melibatkan diri. Tentunya keikutsertaan sekolah dalam memberhasilkan pengajaran ba- hasa daerah, bukan dengan me- ngajak atau membiasakan siswa menggunakan bahasa daerah ke- tika berlangsung proses belajar mengajar. Bahasa pengantar di sekolah tetap bahasa Indonesia. Jadi, yang diharapkan dari se- kolah sebagai salah satu lembaga yang dapat mewariskan bahasa daerah, dalah dengan menerap- kan atau melaksanakan tuntutan GBPP (Garis-garis Besar Pedo- man Pendidikan) tahun 1994 agar sekolah membuat sendiri pela- jaran yang bermuatan lokal. Tu- juan pelaksanaan pelajaran ber- muatan lokal sudah pasti untuk mendekatkan/memperkenalkan siswa dengan budaya, potensi alam dan kemajuan daerahnya. Satu di antara pelajaran yang bermuatan lokal adalah bahasa daerah (bahasa daerah di mana sekolah tersebut berdomisili. Mi- salkan di Medan, maka pelajaran muatan lokalnya tentang bahasa daerah, dapat dipilih salah satu dari sejumlah etnis yang ada di lang hanya sekitar 14 persen, ikan hias, ikan kalengan dan kerupuk udang sekitar 12 persen, ikan laut campuran sama persentasenya de- ngan tuna/cakalang 14 persen. Nampak paling tinggi persentase- nya hanyalah udang sekitar 60 persen. Akan tetapi ekspor pada de- kade 1994 terdapat sekitar 520.000 ton, sedangkan pema- sukan devisa berjumlah 1.655 US dollar. Dalam suatu catatan pada Ko- misi APBN di DPR menunjuk- kan, bahwa potensi perikanan di Indonesia (laut maupun darat) mencapai 40 juta ton. Dalam ca- tatan tersebut dikemukakan pu- la lebih menyedihkan lagi, di ma- na potensi ekspor perikanan tidak begitu beragam. lebih rasional. Tingkah laku (be- havior) petani misalnya, tidak ter- lalu berlebihan jika digiring kepa- da ketergantungan kepada bu- daya teknologi adaptif bukan la- gi ditentukan oleh nilai kulturil semata. Masalahnya adalah kemana ki ta ingin menggiring penduduk da- lam menempati bidang-bidang pe kerjaan. Pertanian yang bersifat dualistik (antara tradisional dan komersial) dan selalu saja sebagai objek penderita adalah satu sebab rangsangan pergeseran itu. Sekiranya perancangan pe- ngembangan SDM mengarahkan kepada perkawinan sejati antara petani sebagai pelaku dan petani sebagai manejer maka hasil yang dicapai adalah petani yang ber- orientasi bisnis (agribisnis). Pembangunan konsep GPDT Martabe tentang pemberdayaan desa (f (SDA, MODAL, SDM) biasanya dijembatani oleh pemu- ka atau tokoh masyarakat sasar an. Namun menemukan satu pio- nir (boleh jadi tokoh masyarakat atau lain sebagainya) di desa sa- saran secara tepat mestilah dila- kukan secara cermat. Sebaliknya, perancangan pe- ngembangan SDM yang tidak me ngarah kepada agribisnis atau mungkin tanpa ada pengembang an SDM sama sekali maka akan menampakkan hasil dimana sek- tor pertanian akan semakin ram- Pionir tidak cukup hanya di anggap sebagai pemuka yang da- pat mempengaruhi masyarakat untuk melaksanakan satu kegiat an, tetapi kemampuan skil dan teknologi seorang pionir begitu dibutuhkan sehingga ianya akan lebih jeli memperhatikan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri, ba- rulah bottom-up planning wujud dengan efektif. Sebenarnya menempatkan ke- dudukan pengembangan SDM da lam model pembangunan GPDT Martabe patut disanjung. Angkat an kerja dan bukan angkatan ker- ja di SUMUT sudah selayaknya diberikan pengertian bahwa Alam (nature) bukanlah "great power of live", tetapi kekuatan utama atau "super power" terpenting adalah "know ledge", science and skill". Masyarakat baru (boleh petani, pedagang atau lainnya) harus menempatkan kemampuan berpikir pada tempat teratas yang Sumatera Utara). Dikarenakan banyak etnis sebagai contoh Su- matera Utara, pasti tak seluruh bahasa daerah yang ada di dae- rah itu diajarkan kepada siswa. Lantaran untuk merealisasikan- nya selain butuh dana, juga ha- rus didukung guru yang jempol. Dalam hal pemilihan bahasa daerah mana yang diajarkan di sekolah kita harus pula memper- hatikan jumlah siswa. Jika disua- tu sekolah mayoritas siswanya bersuku/etnis Mandailing, ya... pilihan dijatuhkan untuk menga- jarkan bahasa Tapanuli Selatan. Perlu dicatat, pengajaran baha- sa daerah sebagai pelajaran mu- atan lokal hanya urgen dilaksana kan di kota-kota besar saja, se- perti Medan, Jakarta, Surabaya. Hal itu menjadi fokus dikarena- kan kehidupan warga kota sudah terbius dengan modrenisasi, se- hingga lupa, bahkan ku- rang/tidak peduli dengan yang tradisional sebagai dasar adanya perubahan masa menjadi modrenisasi. Di samping itu mereka jarang dan mungkin tidak pernah mudik ke kampung halamannya, sehing- ga mereka benar-benar tak tahu bahasa daerahnya. Sedangkan di daerah (luar kota-kota besar), ka- takanlah seperti Tapanuli Selatan, Tanah Karo, tak perlu pelajaran muatan lokalnya tentang bahasa daerah. Lantaran siswa di sana sudah akrab dengan bahasa daerah me- reka, bahkan terkesan dalam ber- komunikasi kerap menggunakan bahasa daerah. Menurut kabar, di desa terpencil ada sekolah dasar hingga kelas tiga bahasa pengan- tarnya dalam proses belajar-me- di sepanjang pantai, terdapatlah kaum nelayan yang boleh dikata- kan hidupnya masih di bawah ga- ris kemiskinan. Meskipun kawasan laut seba- gai lahan yang tak pernah kering- keringnya dan habis setiap saat diambil ikannya, namun terdapat begitu banyak tantangan yang ha- rus dihadapi. Bukan hanya pukat- pukat harimau yang tetap meng- ganas, tetapi juga keadaan cuaca dan beban hutang kepada peng- usaha-pengusaha ikan. Sebelum melaut terlebih dahu- lu meminjam uang, yang kemu- dian dibayar dengan hasil tang- kapan ikan. Hampir setiap hari demikian keadaannya. Keberhasilan model GPDT- Martabe dapat diukur berapa be- sar masyarakat sasaran ikut ber- partisipasi pada perencanaan, pe- laksanaan sampai ke pengawasan dimaksud. Tidak dilibatkannya secara aktif masyarakat dalam proses pembangunan menyebab- kan masyarakat apatis dalam me- nanggapi setiap perencanaan pem bangunan. Yang sangat menyedihkan pa- ra nelayan yang hasil tangkapan- nya dari "nangkul" kepiting se- cara tradisionil. Jika nasib lagi mujur 10 buah alat tangkul selu- ruhnya berisi kepiting, maka su- ka citalah mereka, tapi jika nasib agak malang hanya dua tangkul saja yang berisi. Demikian juga para nelayan Terdapatlah beberapa negara yang usahanya hanya mencari ke- penerima ekspor ikan segar dari In rang di lumpur-lumpur sepanjang donesia seperti Filipina, Thailan, pantai ketika air laut surut (keba- Jepang dan Taiwan kemudian nyakan para wanita ibu rumah mengolah ikan eks Indonesia begi tangga atau anak-anak mereka). tu primanya, yang menghasilkan industri ikan pengelengan berni- lai tinggi. Pada sisi lain masih terdapat- nya konsumsi protein ikan perka- pita dan per-hari bagi penduduk DI BAWAH STANDARISASI secara menyeluruh di 14 daerah yang ada di Indonesia, menunjuk Sementara itu apabila dirinci antara penduduk pedesaan de- ngan kaum nelayan yang tinggal kan masih dibawah taraf standa- risasi. Sebagaimana terungkap Kendalanya adalah terperang- kapnya masyarakat desa kepada rasa rendah diri dan kurang ke- mampuan berprakarsa, karena itu perlu bagi pemerintah dan pionir (tokoh masyarakat) yang ditun- juk untuk mendorong dan mena- namkan rasa memiliki. Besar tidaknya partisipasi ma- syarakat itu pula dapat ditentu- kan oleh komposisi yang menim- bulkan persepsi terhadap objek yang dilihat. Di lain pihak persep- si itu sendiri dipengaruhi secara aktif oleh faktor-faktor pengala- man, proses belajar mengajar dan proses sosialisasi. Untuk itu da- lam konsep. GPDT-MARTABE perlu seorang pionir yang dapat mengubah persepsi masyarakat sa saran sehingga efeksi (evaluasi emosional) dan konasi (kesediaan bertindak) mengarah pada persep si positif yang dinamis - partisi pasi Halaman 4 Sejak tahun 1990-1995 misal- nya, jumlah peserta latihan di bi- dang pertanian lebih menonjol, yaitu 4040 jiwa dibandingkan Automotif (3180), teknik meka- nik (3220), listrik (2765), bangun an (2044) dan tata niaga dan per- hotelan (2704) tetapi yang beker- ja di sektor pertanian berkurang. Hasil latihan yang hendaknya te- rus dievaluasi secara kontinu. Be- rapa jumlah yang berhasil ditelur- kan serta berapa banyak pula yang masih belum mencapai sa- saran latihan apa-apa adalah pen- ting diketahui sebagai dasar un- tuk membentuk perencanaan se lanjutnya. Program latihan yang dica- nangkan dalam pengembangan SDM pada konsep MARTABE pula sudah saatnya memperhati- kan spesifikasi dan kualifikasi yang selektif. Menilai keberhasil an latihan tidak terletak kepada jumlah yang ikut dalam latihan, tetapi berapa banyak lahir tena- ga ahli yang menjadi inkubator pada masyarakat disekitarnya. ngajar menggunakan bahasa daerah. Oleh sebab itu, alangkal baiknya daerah yang semacam itu pelajaran muatan lokal di seko- lah diarahkan kepada bidang-bi- dang lain, seperti pertanian, peternakan.gimust sheasy == Banyaknya peserta latihan di bidang pertanian menandakan masih banyak masyarakat kita yang bergantung dari sektor per- tanian tetapi kurang pengetahuan tentang praktek pertanian itu sen- diri. Maka, Penekanan akan ke- pentingan teknologi pertanian, orientasi agribisnis dan agroindus tri sebaiknya lebih diutamakan, sehingga petani bukan saja me- ningkat produktivitasnya tetapi "berorientasi pasar" dan sekali- gus mendewasakan diri dalam konsep "industri maju pertanian tangguh", untuk mencapai hal tersebut diperlukan usaha seper- ti: Karena pelajaran bermuatan lokal sudah masuk katagori for- mal, maka pengajarannya tak sa- lah kalau diterapkan hanya pada sekolah lanjutan atas, SMU dan ran Sumatera) amat diperlukan duk di kelas satu. Dalam satu minggu pelajaran bahasa daerah ini cukup dua jam pelajaran (dua les). DAERAH 1. Sumatera Selatan 2. Irian Jaya 3. Sumatera Barat 4. DKI Jakarta KEPEDULIAN TOKOH ADAT Tokoh-tokoh adat, termasuk para pengelola lembaga kesenian daerah, seperti Hikma (Himpu- nan Keluarga Besar Mandailing), Pujakesuma (Putra Jawa Kelahir- an Sumatera) amat diperlukan kepeduliannya untuk memberha- silkan pewarisan bahasa daerah ini. Karena para tokoh adat seba- gai orang pintar (bukan dukun) yang telah memahami dengan ba- nyak apa dan bagaimana eksis- tensi bahasa daerahnya, diharap- kan dapat mencurahkan pengeta- huan yang dimilikinya. Jika para tokoh adat tutup ma- ta terhadap kelestarian bahasa daerah, cepat atau lambat baha- sa daerah akan lenyap dengan sendirinya. Untuk itu, para tokoh adat lewat lembaga kebudayaan urgenlah secara berkala mengge- lar semacam seminar tentang ba- hasa daerah, mengadakan perte- muan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa daerah dan secara berkala digelar pula pela- tihan bahasa daerah untuk rema- dalam tabel di bawah ini : Tabel Konsumsi dari 14 Daerah di Indonesia 5. Nusa Tenggara 6. Bengkulu 7. Jawa Barat 8. Lampung 9. Bali ● === • 8,6 Gram . 7,5 Gram • 7,3 Gram • 7,0 Gram 7,0 Gram • 6,7 Gram PERSENTASE • 6,4 Gram • 5,7 Gram • 5,0 Gram 1. Menanamkan etos kerja sek- tor industri, perdagangan dan pertanian secara mantap, ber- korelasi dan berkesinambu ngan. 10. Nusa Tenggara Timur 4,9 Gram 11. Jawa Timur 4,8 Gram • 3,2 Gram • 2,6 Gram • 1,6 Gram 12. Jawa Tengah 13. Timor Timur 14. DI Yogyakarta ==== Di lihat dari tabel di atas ma- ka dapat ditarik sebagai suatu ukuran, bahwa pada golongan penduduk berisiko tinggi kurang- nya energi, mengeluarkannya ma- sih di bawah taraf Rp 20.000, ter- kecuali untuk daerah DKI Jakarta (sebagai Ibukota RI) di bawah se- kitar Rp. 60.000.- 2. Pengorientasian budaya indus tri yang akan melanda kepelo- sok desa di tahun 2003-2020. Pemberdayaan SDM pada prinsipnya tertuang jelas dalam Lima Pahias dalam konsep Mar- tabe Pahias Rohamu diletakkan pada awal nasehat melambang- kan bahwa Roha adalah "inner force" untuk pembangunan yang mandiri. Kebersihan hati dituntut bukan saja ianya sebagai protek- si terhadap "social illnes" atau penyakit sosial tetapi menjadi alat ampuh menciptakan kondisi so- sial yang dinamis dan peka terha- dap setiap perubahan yang dilak- sanakan dalam konsep GPDT Martabe itu sendiri. Pembersihan inilah yang akan diiringkan oleh empat pahias lainnya. Akhirnya, kita tidak melihat satu ketimpang an dimana seorang kepala rumah tangga ngobrol dan duduk ber- main catur sementara sang ibu pergi ke ladang sambil menggen- dong anak. Mencapai pemberdayaan SDM memerlukan kerjasama yang effektif dari setiap kalangan. Peranan perguruan tinggi dengan Tridharmanya misalnya, adalah momentum yang tepat untuk me- (Bersambung ke hal 11) TINGGAL DUA JUTA HA Berdasarkan laporan dan ke- luhan-keluhan sebagian besar ma- syarakat, apalagi topik-topik be- rita di media cetak (suratkabar), sungguh banyak tantangan yang harus dihadapi di kawasan lautan Indonesia. Di samping merugikan pemerintah dan dampaknya juga ja. Pada acara adat, berikanlah kepercayaan kepada remaja un- tuk menjadi pembawa atau pe- mimpin acara. Manusia ABT 1101 KESIMPULAN SX51501 Dengan melaksanakan hal-hal yang telah diutarakan di atas, da- pat kita yakini, keberadaan baha- sa daerah akan terus lestari hing- ga ke generasi yang akan datang. Kelestarian itupun akan memben- tengi bahasa daerah dari pence- maran budaya/bahasa asing. Namun untuk sampai menjem- put keberhasilan, seperti yang te- lah dikatakan di atas, sangat di- butuhkan sekali kesediaan orang tua untuk melatih/mengajar anak-anaknya untuk dapat berba- hasa daerah. Orang tua selaku pendidik pertama bagi anak--- anaknya diharapkan dapat mere- alisasikan hal tersebut. Jika pen- didikan yang diberikan orang tua berhasil, maka hal itu akan terus bertahta dalam diri anak. Juga peran sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan para tokoh adat, sebagai jemba- tan pembelajaran bagi anak da- lam menguasai bahasa daerah sangatlah dibutuhkan. Lantaran lewat sekolah dan para tokoh adat diharapkan anak dapat benar-benar menguasai dan me- mahami bahasa daerah dengan baik, sebab berbagai teori dan aplikasi bahasa daerah hanya se- kolah/guru dan tokoh adatlah yang memahaminya. Oleh karena itu, sekolah dan tokoh adat harus benar benar ter- buka mengajarkan bahasa daerah kepada generasi Indonesia. Demi- kianlah ! terhadap para nelayan. Dari mulai pencurian-pencu- rian ikan yang dilakukan kapal- kapal asing, di mana kadang- kadang memakai bendera nelayan Indonesia, terutama di perairan Sulawesi. Belakangan ini (sekitar 1995- 1996) hasil ikan yang ditangkap kapal asing itu tidak kurang dari Rp 1,3 trilyun. Dan hal itu keru- gian pemerintah pada tiap tahun-- nya. Belum lagi pencurian-pencu- rian di daerah-daerah lain yang sarat dengan berjenis ikan. Memang sudah termasuk ba- nyak yang ditangkap oleh patroli Angkatan Laut Indonesia, namun bagaikan silih berganti saja yang datang seolah-olah tidak takut ditangkap. Nampak-nampaknya memang terhadap kepedulian kawasan laut oleh sementara instansi terkait lainnya kurang intensif - terke- cuali patroli ALRI - dan KOREM setempat. Di sinilah perlunya tanggap setiap saat, sehingga hasil-hasil laut aman dari pencurian dan gangguan lainnya, yang dapat menggelisahkan para nelayan. Ja- ngan hanya kepedulian itu sepin- tas lalu saja, terutama jika sese- waktu terdapat modus operandi yang salah di kawasan lautan. Buktinya mengapa dibiarkan begitu saja penebangan-pene- bangan hutan bakau (mangrove). Selain untuk bahan-bahan peru- (Bersambung ke hal 11)
