Tipe: Koran
Tanggal: 1997-03-01
Halaman: 12
Konten
Sabtu, 1 Maret 1997 TAMAN REMAJA & PELAJAR Remaja, antara Optimisme dan Pesimisme Oleh: James Aries Manusia harus mencari dan men- cari itu tidak ada henti-hentinya. Ilmu pengetahuan merupakan warisan yang penting yang disam- paikan oleh kelompok Aristoteles. Penemuan teknologi yang sema kin hari semakin canggih, merupa kan tanda bahwa manusia adalah mahluk mencari. misme berkepanjangan akan me nempel di benak Anda? Tentu tidak. Karena masih banyak kesempatan bagi kita untuk memilih yang terbaik dan sesuai dengan keinginan kita. ADA ungkapan yang mengata kan bahwa 'hidup tidak akan menghadiahkan sesuatu tanpa kerja keras'. Tentu semua orang tahu akan arti ungkapan ini. Per- putaran waktu yang tidak akan pernah berhenti dapat mengubah segalanya secara perlahan-lahan. Seperti roda pedati, kadang di atas kadang di bawah berputar terus mengikuti waktu. Hidup adalah sebuah drama. Setiap orang mendapat peran tertentu dan ia melakonkan peran- nya, lalu mati. Tragis? Kiranya ini bukan sebuah tragedi, karena ma nusia menerima kehidupan de ngan senang. Pada dasarnya orang senang menjalankan kehi dupan. Ada yang menjadi wartawan, ada yang menjadi pegawai negeri, ada yang menjadi tukang sapu, ada yang ketika masih kecil men- jadi tukang semir sepatu dan sesudah tua mungkin menjadi juragan, dan sebagainya. Orang terpuruk dalam sebuah "tugas". Ia harus melakukan sesuatu agar kehadirannya dapat diterima. Ia juga harus melakukan sesuatu un- tuk menunjukkan eksistensinya. Pengangguran bukanlah idaman setiap orang. Hidup menganggur hanya merupakan Sapa Pengasuh "anomali dari harapan dasar ma nusia dalam membangun hidup- nya. Kepahitan hidup seorang penganggur ialah bahwa ia tidak mampu selain menunjang kehi dupan sehari-hari tetapi juga menunjukkan keberadaannya. Peran dalam drama kehidupan yang dilakoni setiap orang menunjukkan, "aku adalah Soli darto," "aku seorang sutradara yang handal," "aku seorang bos yang hebat" Anehnya seorang penjahat be sar sekali pun tidak akan pernah mengatakan "aku penjahat besar" walaupun ia melakukan pencuri an atau perampokan. Ia merasa dalam hatinya bahwa itu bukan jalan yang benar. Jalan itu dilaluinya hanya karena terpaksa. Dari semua peranan yang dila kukan manusia, tujuannya hanya satu yakni kebahagiaan. Orang ingin mendapat kebahagiaan, dan tujuan akhir ialah kebahagiaan ke kal. MENERIMA DAN MENCARI Y adalah semu. Bagi Aristoteles, hidup kini adalahb saat untuk mencari kehidupan yang paling mendalam. Kita selalu menuju "ke atas" yakni ke tempat yang paling abadi. Tetapi kenyataan dasar yang tidak dapat ditolak manusia ialah bahwa pada awal kehidupan orang harus menerima ia dilahir kan. Ia tidak dapat menolak men jadi laki-laki atau perempuan. Ia juga tidak dapat menolak ia lahir di Kisaran atau Medan. Pada akhirnya ia juga tidak mampu menolak kematian. Kematian adalah "panggilan hidup" setiap orang. Ia tidak mempunyai opsi atau pilihan dalam berhadapan dengan fakta kematian. OPTIMISME DAN PESIMISME Aristoteles melihat manusia sebagai mahluk yang sibuk, se dangkan menurut Plato manusia adalah mahluk yang menerima. Dalam sikap menerima itu manu sia harus merenungkan kehidup annya yang paling mendalam. Ia harus mengakui bahwa di balik yang semu ini terdapat keabadian. Tetapi orang tidak perlu mencari, orang harus menerimanya dan mengadaptasikan diri. Manusia modern dikuasai oleh alur berpikir Aristoteles. Sikap menerima atau mencari dalam hidup dapat dilihat dalam sikap optimis atau pesimis pada setiap orang. Pada dasarnya tidak pernah ada orang yang optimis seratus persen dengan kehidupan nya. Tak seorang pun pula yang begitu pesimis sehingga tidak mampu melihat saat-saat cerah dari kehidupannya. Seorang muda mempunyai ci ta-cita yang tinggi. Ia optimis masa depannya cerah. Tetapi ketika ditanya mengenai biaya sekolah ia mulai pesimis. Ia mulai ragu-ragu apakah cita-citanya akan tercapai. Seorang mahasiswa yang pintar, orang tuanya kaya, Halo...! Sobat muda, kita bertemu lagi tepat pada hari pertama Maret ini. Baik-baik saja semuanya? Bagaimana kalian menjalani hari-harimu? Apakah lebih banyak senangnya? Atau malah lebih banyak suramnya-- kalau tak mau disebut susah? Tentu kalian pernah dengar cerita tentang dua orang napi yang setiap hari memandang ke luar lewat terali besi. Yang satu selalu memandang burung- burung di angkasa yang terbang bebas dan berharap suatu ketika dia juga begitu, sekeluar dari penjara. Sedangkan yang satu lagi selalu memandang lumpur yang kotor di halaman dengan lesu. Nah, termasuk golongan manakah kalian dalam memandang hidup ini? Coba simak tulisan James Aries ini. Buat Shandy Tan, terima kasih atas kiriman bukunya kepada kami. Semoga bermanfaat bagi kami. Salam kreatif! dalam hidupnya. Ia takut bahwa ada faktor X yang dapat mem- buat cita-citanya sirna. Seorang yang mengalami ke lumpuhan kaki, tidak perlu selalu pesimis. Ia masih mempunyai secercah optimisme karena ia masih mempunyai tangan untuk menulis dan bekerja. Seorang yang gagal mendapat masuk PTN, tidak perlu pesimis atau patah semangat. Karena masih ada kesempatan untuk yang kedua kali. Atau memilih PTS yang mungkin dapat mewujudkan cita- cita dan harapan yang lebih gemilang dari yang pernah dipikir kannya. Bagaimana dengan remaja yang putus cinta? Apakah pesi Hidup bukanlah sebuah alur yang datar, melainkan alur yang turun naik. Hidup harus dilihat sebagai alunan gelombang. SIALAN, kurang asem, sompret! Bret me- ngumpat sepuasnya. Ini pasti kerjaan si Gugun. Padahal sudah menjadi kebiasaan jika udah sele- sai pelajaran Bu Nora, maka si Gugun akan mem- bangunkannya. Tadi pas habis pelajarannya Bu Nora, perut si Gugun mules akibat kebanyakan jajan sate jengkol sewaktu jam istirahat, jadinya Gugun harus segera ke kamar kecil lantas kelupaan membangunkan Bret yang masih keenakan tidur. Emang yang salah sebenarnya Bret juga, siapa su- ruh tidur di kelas pada saat jam pelajaran ? Akhir nya tinggal Bret yang masih di kelas siang ini, sam- pai suara hujan yang deras membuatnya siuman da ri tidur yang nikmat. Murid yang lain udah pada pulang ke rumah, tinggal si Bret yang ketahan ama hujan. "TRY AND TRY AGAIN" Orang sering gagal menerima keberadaannya sendiri. Ia kadang- kadang berjuang di luar kemam- puannya atau melakukan hal yang tidak pantas karena mau men- capai keinginannya. Seorang pela- jar yang tidak mampu menerima diri antara lain sering melakukan kecurangan, misalnya dengan me- nyontek pekerjaan teman. Orang ingin hidup mewah, padahal ga- jinya kecil. Tapi, siapa tuh yang lari-lari di tengah hujan (seperti adegan film India aja), arahnya juga ke arah Bret yang masih berdiri di lorong sekolah- nya. Lihat punya lihat akhirnya mereka sampe ju- ga di samping Bret. Rupanya si Menik, cewek idam an yang sekelas dengan Bret, bersama dengan se- orang cewek lain yang nggak kalah manisnya de- ngan Menik. Bret pura-pura cuek aja, padahal jan- tungnya udah kedengaran detaknya menyaingi sua ra orkes keroncongan perutnya. Pas berdiri di sampingnya Menik nyanyi, "Ba Manusia sekarang sering mem bohongi dirinya sendiri hanya un- tuk menutupi kekurangannya. Me rasa malu dengan keadaannya yang biasa-biasa saja. Tragis? Ada lagi manusia yang melihat hidup ini dengan penuh pesimisme, atau "nrimo" saja apa adanya. Prinsip hidupnya, "saya bekerja keras, sama saja gunanya untuk saya. Saya hanya makan tiga kali sehari dan hidup ini diakhiri dengan kematian. Mengapa harus susah- susah bekerja.?" Sisi lain lagi, remaja masa kini lebih banyak pesimisnya dari pada optimisnya. Gagal sekali saja, sudah patah semangat untuk bangkit lagi. Ingat saja, kalau kit lagi. Try and try again. Terlalu tragis kalau remaja sekarang mau menerima keadaan begitu saja. Pastikan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Sebenarnya, hal yang menim- bulkan pesimisme paling dalam dan mendasar ialah bahwa hidup ini pendek dan tidak leluasa. Pesimisme yang mendalam dalam konteks seperti ini menimbulkan sikap egoisme dalam diri. DONGENG ANAK SEK Gerakan Anti Tawuran Oleh Frans X.I. Tetapi sebaliknya seorang yang optimis, bekerja dan bertingkah laku seolah-olah hidup ini seribu tahun lagi. Ia menumpuk kekaya an sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli dengan masalah orang lain. Optimisme ini adalah optimisme egoistis. Manusia tidak ingat sah...basah...basahhh..., un...ah...ahnn.... Bret langsung melotot. Gile! Rupanya Menik ra jin juga minum jamu, pantesan aja badannya te- tap singset. Tapi jangan vulgar gitu ahhh, nanti kena sorot. "Kenalin Bret, ini Romlah, anak es em u tu- juh yang di seberang sekolah kita. Romlah, ini Bret, teman sekelas gua yang ngocol itu," Menik memperkenalkan mereka. Bret cuman senyum aja sama Romlah. Di dunia ini emang cuman Menik aja yang jadi idola Bret, yang siang malam diim- pikannya, walaupun Bret enggak pernah tidur siang. "Ngapain lo kembali ke sekolah, Nik? Mana hujan-hujan begini, nanti sakit loh," Bret nun- jukin perhatiannya ke Menik. "Gua dan Romlah abis rapat OSIS di sekolah- nya. Kami màu nempel pengumuman. Rencana- nya sekolah kita bakalan ngadakan pertandingan tarik tambang ngelawan sekolah es em u tujuh yang di seberang itu hari Sabtu depan. Nih baca pengumumannya," tangan Menik yang halus me- nyodorkan selembar karton ke arah Bret. "Pengumuman, akan diadakan pertandingan tarik tambang antara sekolah kita dengan seko- lah es em u tujuh dalam rangka menyukseskan ge- rakan disiplin nasional dan gerakan anti tawuran. Pertandingan diadakan hari Sabtu sore di lapang bahwa hidupnya pendek. Manusia dengan demikian, perlu menerima sebagai mahluk yang terbatas, tetapi kehadirannya tetap abadi dalam solidaritasnya dengan orang lain. Karena itu ia tidak boleh pasif. Solidaritas yang diharapkan adalah solidaritas yang dinamis. Bagaimana dengan rekan muda yang selalu manis. Tentu mau menjadi remaja yang dina mis bukan pengemis. Jangan mau pesimis, menangis meratapi nasib yang terlalu kritis. Tragis? Tetapi jadilah remaja dinamis yang op- timis, idealis dan moralis. Rekan muda, di akhir tulisan ini saya ucapkan salam manis.! *** HUMOR IDOLA Benny: Tom, siapa idolamu? Tommy: Andy Lau. Benny: Ngomong-ngomong, kamu tuh ada persamaan dengan Andy Lau. Tommy: Ah... masa iya? (Penasaran) Gimana sih samanya? Benny: Sama-sama cowok! Emangnya kamu cewek?! Tommy: Kalau itu sih saya udah tahu! Kirain sama-sama tampan...! (Sanny, Medan) TERSENYUM TERUS... Suatu hari Sari menemani ibunya ke pasar untuk belanja. Sari: Ibu kenal dengan kakak yang berbaju merah itu? Ibu: Kenapa? Sari: Kok dari tadi dia tersenyum terus pada kita? Teman ibu ya? Ibu: Ah, ada-ada saja kamu, Sari. Dia 'kan sudah hilang ingatan dan sering mangkal di sini. Sari: Hah??? (Hasan Tina, Medan) ANALISA PULANG sekolah, Beatrix di- sodori sepucuk surat oleh ibunya. Sudah biasa, pasti dari penggemar cerpennya. Semuanya dikirim dari redaksi tempat cerpen Beatrix di- muat. Tentu dia senang meneri- manya. Kebanyakan memuji cer- pennya. Tapi Beatrix tidak suka kalau mereka memuji terlalu ber- lebihan. Ia ingin ada sedikit kri- tikan yang berarti. Setelah membuka sepatu, ia melihat satu persatu sampul surat itu. Ketika jatuh pada sebuah na- ma, Dion, ia terpaku. Ia tidak ingat lagi, sudah berapa kali Dion menulis surat. Sebenarnya Dion sekota dengannya bahkan rumah Dion boleh dibilang tidak berapa jauh dari sini. Tapi Dion tidak pernah mengetahuinya. Karyamu punya warna lain di- bandingkan pengarang cerpen yang lain. Dalam cerpenmu kamu selalu menampilkan cara pandang yang positif. Kamu seperti cukup menghayati sehingga cerita itu bi- sa menyentuh bagi yang memba- canya. Dan kamu juga telah men- jadi seorang cerpenis yang terke- nal meskipun usiamu cukup mu- da. Saya sangat ingin bisa mem- buat cerpen sepertimu. Itu surat Dion suatu kali. Ta- PESAN Tuan Jones bertengkar dengan isterinya. Untuk beberapa hari mereka tidak bicara satu sama lain. Suatu malam, ketika hendak pergi tidur Tuan Jones menulis suatu pesan pada selembar kertas kecil. Bunyinya adalah sebagai berikut: BU, BANGUNKAN BAPAK PUKUL 07.00 BESOK PAGI... dari Bapak". Keesokan harinya ketika Tuan Jones bangun, waktu sudah hampir pukul 08.00 pagi dan di meja terdapat selembar kertas bunyinya: yang "BANGUN PAK! SUDAH PUKUL 07.00... dari Ibu". (Wun En, Medan) ΚΟΡΙ Seorang nenek mengeluh tidak dapat tidur setiap malam kepada cucunya. Nenek: Cucuku, kalau nenek minum kopi tidak bisa tidur. Ari: Tentu dong, Nek! Mana ada orang yang tidur sambil minum kopi? Nenek: ??? (Erni S., Medan) Kontak Sayang Dari: ES di YES Tuk: Jenny, Sze-Sze, Susyana, Apin. Jhonny, David K. dan Ming An. Thanks berat atas bantuannya. Semoga P3MI s'lalu oke berat dan Tuhan memberkati pelayanan saudara-saudari sekalian. Dari: Anthony L. Jabat erat always buat Linda di Aksara, Lippo, Modern Bank. kiranya semuanya lancar-lancar saja. Buat Sylvia W, "dua biji" lesung pipit milikmu mau dijual berapa? Soalnya tak bosan-bosannya mata ini menatapnya, ck...ck...ck..... Tak lupa juga buat Fany di realestat. Bisnis rumah kali ini agak dingin, sedingin di Kutub Utara sana. Jadi apa boleh buat kalau Anda harus kerja untuk memanaskannya kembali bs conilat nemiado some Dari: WE di Medan Buat: Jenniwati, Pin Pin, Mery S.. Samil Chandra, KT. Siung Apa kabar semuanya? Salam kompak selalu! Eh, coba-coba tebak dulu deh, siapa saya sebenarnya?! Yang jawabannya benar bakal mendapat hadiah "tiket pesawat pulang-pergi Medan-Tanjung Morawa...." Nah, buruan deh! Sudah Kuduga Sejak Awal pi cukup membuat Beatrix berde- bar dan bangga. Tapi Beatrix cu- kup sadar, mungkin ini hanya pe- san gombal, jangan berge-er ria dulu. From: Secret-Admirer Especially for: Rudi Harianto di Methodist-2/ Deli Indah VIII no.146 Medan May I know your phone number, please...? Try your best to be a good drummer! I'll be there..... Dari: Siong Buat: Kok Khun di Katamso (kapan ngundangnya?). Erna di Panin G.Subroto, Shandy Tan, Mery S., Cornel S. di Hempelindo. Alwi di Porsea (tambah gemuk nggak?), Jen di TV Media, serta teman-teman lainnya. ✰✰✰ Thanks berat atas kiriman kartunya serta dukungan yang diberikan selama ini. Sukses selalu! Tuhan selalu memberkati! an sekolah kita. Pemenang berhak mendapatkan piala bergilir." Bret membaca pengumuman itu sampai habis. "Dan kita sudah menentukan bahwa tiap tim sekolah terdiri dari sepuluh anggota, untuk seko- lah kita ketua timnya gua percayain sama lo," Me- nik menyambung pembicaraan. Bret langsung aja bangga karena Menik menun juknya jadi ketua tim. Mukanya memerah, telinga nya merah, matanya juga merah (karena ngantuk tuh!). SIANG itu Bret, Gugun dan Bobin sedang ber- jalan menyusuri trotoar. Hari ini mereka ada acara makan siang yang agak eksklusif, yaitu di warung bakso Mas Kendro yang terkenal lezatnya itu. Kali ini giliran Gugun yang nraktir karena tadi siang Gugun nemuin duit yang tercecer di lorong seko- lah. Lumayan juga, cing! Semuanya tiga puluh re- bu. Begitu Gugun ngelapor ke Bret, langsung aja Bret nodong buat acara makan siang, padahal Gu- gun mau ngelapor ke Om Wisnu, Kepsek yang tren di itu. Sementara Bobin hanya sebagai obyek pe- lengkap penderita (maksudnya ikut makan gratis aja). "Tolong jus apelnya tiga, Mas Kendro," Bret langsung mesan minuman begitu menjejakkan ka- ki di warung. Memang namanya warung, tapi wa- rungnya Mas Kendro ini boleh dibilang eksklusif. Semunya ada, jus apel ada, jus anggur ada, bah- kan sampai jus wortel juga ada. "Sttt..lihat tuh siapa di depan," Bobin nun- juk ke depan dengan mulutnya yang rada dower. Bret mengalihkan pandangannya ke meja sebe- rang, oh...rupanya geng si Totok sedang makan juga di sini. Mereka semua ada tujuh orang, se- muanya anak es em u tujuh yang sekolahnya ber- Seberangan dengan sekolahnya Bret. Emang sela- ma ini antara mereka enggak pernah tawuran, ta- pi juga enggak pernah akrab. Kayaknya ada yang sedang hajatan dari mereka sehingga pesanannya lumayan banyak juga berserakan dimeja. Bret yang merasa harga dirinya tersinggung se- gera memesun lagi. "Mas Kendro, tolong bakso- nya lima mangkok, tidak pake saos, tidak pake sambel, juga tidak pake kolll..." Nah, kali ini Mas Kendro yang stress. Nih anak mau mesan makan an atau mau latihan nyanyi sih ? Tak lama kemudian ada seorang cewek me- langkah masuk ke warung. Pakaiannya seragam putih abu-abu juga, orangnya cantik, rambutnya panjang, pokoknya oke dah! Gugun yang radar- nya agak kuat, langsung ngeliat ke arah tuh ce- wek. Secara reflek kakinya nendang kaki Bret dan Bobin dari bawah meja. Bobin yang nampak makhluk manis ini langsung terpesona sampe gigit- gigit sendoknya, sedangkan Gugun yang genit lang sung ngambil sisir emaknya yang gede dan mulai menyisir rambutnya. Kalau Bret? Nah. Kalau Bret malahan diem sambil mikir keras. Sepertinya dia kenal dengan cewek satu ini, tapi di mana ya? Surat demi surat mengalir dengan lancarnya. Dan Dion pa- da surat terakhir ini ingin memin- ta alamat Beatrix dengan alasan ingin berteman lebih dekat. Tapi Beatrix selalu menolak memberi alamat rumahnya kepada Dion. Beatrix gadis pemalu dan ku- rang suka bergaul dengan teman baru. Teman yang bisa diajak bi- cara pun hanya satu, teman se- bangkunya yang bernama Friska. Beatrix setiap hari hanya di ru- mah. Kadang teman-teman nga- jak JJS ke plaza-plaza, selalu di- tolaknya. Di sekolah Beatrix juga jarang berbicara pada teman- teman sekelas terutama cowok. Apalagi sekarang tiba-tiba ada se- orang cowok yang hanya dikenal melalui surat ingin berkunjung ke rumahnya. Beatrix tidak keberat- an kalau Dion ingin berkunjung ke rumahnya. Tetapi ia selalu me- rasa bahwa Dion ingin berkun- jung ke rumahnya bukan hanya sekedar berteman tapi hanya ingin belajar membuat cerpen yang bagus dan berakhir dengan terkenal. Dengan penuh pertimbangan akhirnya Beatrix memberikan ala- matnya kepada Dion. Keputusan itu diberikan setelah mempertim- bangkan banyak hal. Selain itu, ia juga merasa penasaran dengan Dion, benarkah ia punya jiwa yang baik seperti yang sering ia ungkapkan dalam surat-suratnya. Ah! Sudah kuduga dari semu- la!, gumannya. (Nicole) Puisi & Puisi Puisi-puisi Ibrahim Sembiring M: LAKSANA MEMBACA RAMALAN CUACA menelusuri alur pikiranmu seperti mengikuti kisah-kisah misteri: ada saja yang sengaja tak diungkap ada saja yang tetap dibiarkan menjadi gelap menilai ucapanmu tak ubahnya laksana membaca ramalan cuaca : ada saja yang tercipta tanpa diduga; ya, seperti tangismu yang tiba-tiba menjelma menjadi tawa atau kemarahanmu yang mendadak berubah menjadi canda RINDU PADA IRAMA DANSA sejak purnama tak lagi mengunjungi halaman rumah aku jadi rindu pada dia, juga pada irama dansa yang pernah kucipta dengannya oh, purnama itu 1200 riti memang begitu lain: sehingga pijar mercury dan gemintang bintang tak mampu menggantikannya! ya, sebagaimana dia dan irama dansaku dengannya, yang belum bisa digantikan dengan yang lain ! "Hai Bret, lagi makan siang, ya? Bagaimana dengan tim tarik tambang kalian? Sudah siap be- lom?" apa Sudah tiga hari surat balasan itu dikirim, dan Beatrix mendu- ga pasti sudah sampai. Bila benar, berarti hari ini Dion akan datang ke rumahnya. Entah mengapa, Beatrix jadi berdebar-debar me- mikirkan hal ini. Tern yang diduganya benar. Sore ini dia dikejutkan oleh kehadiran seorang cowok cakep: Dion! Beatrix tidak menyangka secakep ini cowok yang bernama Dion. Setelah di- persilakan masuk, Beatrix jadi grogi dan salah tingkah. Untung- lah Dion ternyata pandai memba- wa suasana menjadi pembicaraan yang menyenangkan. seusai pertemuan di pesta rakyat kampus malam itu aku tiba-tiba membimbang Nah, kan bener! Bret bener-bener kenal cewek satu ini. Ini 'kan Romlah yang sekretaris OSIS di es em u tujuh itu. "Hai juga, kami ada acara makan siang nih. Kalau kamu, mau makan juga, ya?" Bret nyam- but senyum Romlah yang menawan. "Nggak ah..cuman mau lunasin utang makan bakso kemaren sama Mas Kendro. Sejak itu, Dion sering berkun- jung ke rumah Beatrix. Ternyata Dion memiliki wawasan yang luas sehingga enak diajak berdiskusi. Seperti tujuan semula, Dion lebih banyak bertanya tentang bagaima- na membuat cerpen yang baik. Beatrix pun memberitahukannya. setiba di ujung jalan pulang : mampukah irama pertemuan tadi menjadi gerimis awal bagi taman-taman puisiku yang tengah didera kemarau panjang? Bret kaget. Cantik-cantik rupanya Romlah ju- ga punya hobi ngutang. Bret berdiri, lalu melangkah ke arah Romlah ninggalin baksonya yang mulai dingin, juga ning- galan Gugun en Bobin yang mulai panas dingin lihat keakraban Bret dengan Romlah. Mereka ka- gak tahu kalo si Bret ini emang suka sok akrab. Padahal Bret cuman mau buat geng si Totok pa- nas aja. Setelah itu, Dion mengirim cerpennya ke sebuah majalah ter- kenal dan ternyata diterima. Sejak itu, dia rajin membuat cerpen dan mengirimnya ke beberapa majalah yang cukup terkenal dan hampir semuanya diterima. Para pemba- ca juga senang membaca hasil ka- ryanya, dan dia pun mulai terke- nal. Dan sejak itu pula, Dion ti- dak pernah ke rumah Beatrix la- gi. Sampai suatu saat Beatrix ba- ru tahu bahwa Dion telah pindah ke kota lain sudah hampir sebu- lan mengikuti tugas ayahnya. Beatrix tahu juga dari majalah, bukan dari Dion sendiri.. Gugun yang merasa diabaikan akhirnya de- ngan modal nekat ikut bergabung dengan Bret dan Romlah. "Hai, kenalin dong! Gua Gugun, sohib- nya Bret semenjak kecil. Boleh dong kalau gua ikut an nimbrung." "" SEUSAI PERTEMUAN PESTA Sudah banyak yang tahu bahwa si Gugun ini enggak tahu malu dan juga malu-maluin, maka- nya Bret segera menarik diri meninggalkan Gugun dan Romlah. "Romlah, malam ini ada acara enggak ?" Gu- gun melancarkan manuver. "Enggak. Emangnya kenapa?" "Kalo enggak ada acara, gua mau ngajak lo nonton layar tancep di lapangan dekat rumah gua." "Ihh.. sori lah yauw... Entar doi gua marah dong." Gugun gagal. Ia kembali ke bangkunya dengan senyum bangga (kan bener, si Gugun 'gak pernah merasa malu). "Bini orang, cing!" Gugun coba becanda. "Lo santronin juga..." Bret nyambut. Sesudah itu mereka melanjutkan acara makan yang tertunda sampai tiba-tiba... "Hei! Lain kali jangan coba-coba ganggu anak sekolahan kami lagi. Kalo enggak gua lipat-lipat lalu gua masukin ke laci lo nanti. Dasar buaya!" Tiba-tiba aja si Totok udah berdiri di samping Gu- gun, mencak-mencak sambil kakinya yang kiri di- naikkan ke atas kursi di samping Gugun hingga sepatunya yang trendi kelihatan. "Jangan gitu ah..., ngai juga pake," Gugun juga mengangkat kaki kirinya yang pakai sepatu yang sama dengan punyaan Totok. Medan, Oktober 1996 JAULIQ dr quilole. adis Ikut tari ini sangat mendu- kung bagi penampilannya di pang gung karena tari dan kompetisi jaka dan dara ini memang sama- sama harus dilihat oleh orang ba- nyak, bersemangat kepada penulis. Alumnus jurusan Tata Usaha SMEA Al-Washliyah ini pernah juara pertama Tari Kreasi Baru tahun 1992 yang diselenggarakan Medan, Oktober 1996 oleh Radio Citra Yudha, juara pertama folksong Himpunan Ke- luarga Mandailing (HIKMA) Su- matera Utara, dan Juara kedua untuk: Diah Puspita Sari Lomba Busana Muslim pada 1992 lalu. Irma Magdalena Dara manis kelahiran Tebing Tinggi, 27 Juli 1975 ini memang punya bakat tampil di depan orang banyak. Penampilan agak meyakinkan dan tingkahnya yang sedikit man- ja ini, menjadikan gadis Melayu berparas ayu ini didorong oleh orang tua dan abangnya untuk ikut berkompetisi dalam pemi- lihan jaka dan dara kota Medan pada Pekan Budaya Melayu 1993 lalu. Hasilnya, "Alhamdulillah sa- ya masuk pada deretan finalis pa- da kompetisi yang agak ketat itu", ungkap cewek berambut se- bahu ini. "Hei! Lain kali jangan coba-coba ganggu anak sekolahan kami lagi. Kalo enggak gua lipat-lipat lalu gua masukin ke laci lo nanti. Dasar buaya!" Tiba-tiba saja si Totok udah berdiri di samping Gugun, mencak-mencak sambil kakinya yang kiri dinaikkan ke atas kursi di samping Gugun hingga sepatunya yang trendi kelihatan. "Jangan gitu ah..., ngai juga pake," Gugun juga mengangkat kaki kirinya.... kinya yang hmm.... pass baunya. Anak ke-8 dari 10 bersauda- ra yang lahir dari pasangan Ba- pak Syahrum dan Ibu Baheram Lubis ini memang mempunyai ba- kat dalam seni, dan bakat terse- but dimantapkan dengan berga- bung dalam group Tari Kreasi Ba- ru Sanggar Widuri selama tiga tahun. Sebagai Dara Kotamadya Me- dan, Irma (begitu sapaan akrab- nya) dipercayakan sebagai pene- rima tamu pada event yang ber- sifat nasional, seperti pada hari Pers Nasional 1994 dan juga pa- da hari Pencanangan LKMD se-- Medan, 20 November 1996 Indonesia yang dipusatkan di Me- "Emangnya lo ini lurah sekolahan sana. Apa urusan lo sama kami?" Bret ikut ngerasin suara nya. *** Profil "Pokoknya gua enggak suka lihat temen lo yang bloon ini gangguin cewek sekolah kami!" To- tok makin semangat, apalagi habis ngeliat temen- nya yang enam orang sudah ikut berdiri. "Temen gua enggak bloon, nyatanya dia ma- sih bisa ngerayu cewek. Lo aja yang dungu, ba- rusan ngeliat orang ngerayu, udah mau nangis. Da- sar kadal!" Bret ngebelain Gugun yang cuman ngi- sap jempolnya. Gini-gini Bret orangnya setia ka- wan, dia nggak suka temennya dipanggil bloon, pa dahal memang si Gugun ini bloon! "Lo jangan ikut campur urusan! Mentang-men tang lo yang jadi ketua tim tarik tambang seko- lah lo! Awas kalian nanti, gua kumpulin orang- orang yang bakalan nyeret lo orang nanti di per- tandingan." Selain berbagai aktivitas ter- sebut, Irma juga senang berorga- nisasi. Organisasi yang pernah di- ikutinya adalah Gabungan Anak ia Melayu Indonesia dan FKPPI. "Kita buktikan sekarang juga kalau lo bera- ni," Bret yang udah panas ikut ngangkat kaki ki- rinya sampe sepatunya yang bolong keliatan (kaus kakinya yang barusan dicuci bulan lalu juga keli- hatan). Totok dan geng-nya bubar saat itu juga, bukannya takut ama Bret, tapi takut ama kaus ka- SEMENJAK bentrokan di warung itu, Bret ama temennya jadi cemas dan prihatin. Pantas-pan tas aja mereka prihatin kalau mikirin kenyataan bahwa geng-nya Totok rata-rata anggotanya berba dan gede dan berotot. Sedangkan Bret dan temen- temennya hanya ukuran kelas layang aja. Tapi ba- gaimanapun mereka tetap aja berusaha dengan la- tihan yang super ketat. Misalnya Bret, dia tiap pagi latihan nimba air sumur ke bak mandi, sampai- sampai adiknya dipaksa mandi dua kali supaya bak mandinya kosong lagi, jadi bisa buat latihan Bret lagi. Sedangkan Bobin tiap pagi sarapan te- lur ayam setengah matang, sampai ayamnya dipak sa bertelur tiap jam enam pagi supaya jadwal sa- rapan Bobin enggak terganggu. Sedangkan Gugun, tiap pagi dia minum obat kuat (lha...? Apa hu- bungannya dengan cabe? Dasar Gugun idiot!). Ta- pi selain semua latihan keras di atas, Bret juga su- dah nyusun rencana liciknya. Semua temen-temen (kecuali Menik tersayang) udah diberi tahu masa- lah rencananya supaya enggak ada yang buka raha sia. Halaman 10 Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba ju- ga. Dari hasil rapat OSIS diputuskan bahwa yang menjadi juri pada pertandingan ini adalah Pak Ronggur, guru Bahasa Indonesia yang molek itu. dan pada 1994 yang lalu, temasuk juga sewaktu Panglima ABRI Jen deral Faisal Tanjung. Pada event nasional itu, Irma ketika itu sempat bersalaman de- - ngan Presiden Soeharto dan bebe rapa menteri serta pejabat lain- nya. "Di situlah salah satu kenik- matan menjadi dara Kotamadya Medan ini", katanya dengan gem bira seraya mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kesempatan yang telah diberikan-Nya. Tentang tes apa saja yang di- lakukan pada kompetisi Jaka dan Dara ini, ia jelaskan bahwa tes tersebut ada beberapa macam se- perti kemampuan dalam Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Umum, Kepariwisataan dan tes IQ. "Semua kegiatan Irma ini ada lah berkat dorongan keras dari ibu dan abang saya yang memang mempunyai bakat yang sama se- perti Irma", kata dara hitam ma- nis yang bercita-cita menjadi pra- mugari atau sekretaris ini. "Ketika lulus SLTA dari se- kolahnya tahun 1993 lalu, Irma tak jadi ikut UMPTN karena si- buk-sibuk mengurus kompetisi Jaka dan Dara tersebut, kebe- tulan waktunya bersamaan pada waktu itu", demikian ungkap ga- dis yang kini tercatat sebagai ma- hasiswa Fakultas Hukum Univer- sitas Amir Hamzah stambuk 1994 ini. Di akhir bincang-bincang de- ngan penulis, gadis yang mudah senyum ini menitip pesan kepada teman-teman kawula muda lain- nya agar dapat mengisi waktunya dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. (Syukri) Biasanya Pak Ronggur selalu tepat waktu, tapi hari ini dia terlambat datang. Nafasnya masih ngos- ngosan sewaktu tiba di halaman sekolah. Katanya sih abis ngejar layangan yang putus. Begitu sampai Pak Ronggur langsung menyu- ruh peserta pertandingan berbaris lalu dihitung. Dia nggak perhatiin lagi pesertanya, yang penting jumlahnya pas aja. Di barisan kiri ada Bret, Gu- gun dan Bobin serta tujuh anggota lainnya yang tegap-tegap. Sedangkan di kanan ada Totok sa- ma temen-temennya yang memandang dengan he ran ke arah barisan tim si Bret. Bagaimana eng- gak heran, wong orang-orangnya si Bret yang tu- juh orang itu mukanya asing, serem, bodinya te gap-tegap semua. Bahkan seragamnya aja keke- cilan dan sempit-sempit. Sedangkan Bret senyum- senyum aja...optimis. Pas peluit dibunyikan Pak Ronggur, pertan- dingan langsung dimulai. Apa yang ditakutkan To- tok akhirnya benar-benar jadi kenyataan. Semua anak es em u tujuh terseret hingga jatuh babak be- lur. Kejutan! Bret dan temennya berteriak kegi- rangan. Pendukungnya sampe niup-niup trompet. Bahkan Pak Ronggur karena kelewat girang sampe meloncat-loncat di halaman sambil nyanyi, "Ole...ole...ole...ole." Terang aja si Totok dengan timnya pulang kembali ke sekolahnya dengan perasaan gundah gulana. Tinggallah sang pemenang ama pendu kungnya. Bret, Gugun dan Bobin segera menghampiri Menik yang saat itu lagi berdiri di samping Pak Ronggur. "Nik, mana pialanya? Katanya 'kan pemenang nya dapet piala," Gugun nanya dengan polos. "Waduh, sori yah. Dana untuk beli piala dari kas OSIS yang besarnya tiga puluh rebu terjatuh di lorong sekolah dan hilang. Enggak ketahuan sia- pa yang nemuin. Jadi pemberian hadiah dihapus- kan. Ya 'kan Pak Ronggur?" Menik memandang Pak Ronggur yang masih asyik cabut jenggotnya make dua uang gocap-an. "Ya....ya....yaaa...." Celetuk Pak Ronggur kayak yang di televisi itu. Wele, wele, wele.... rupanya tuh duit untuk beli piala. Padahal semuanya udah amblas dijajani. Bret lemes, Bobin lesu, sedangkan Gugun masih mikir-mikir (dasar bloon!). "Hei! Itu 'kan, Tukiman, tetangga gua yang narik beca. Nah itu lagi, itu 'kan si Ujang yang biasa suka nongkrong di lorong kampung gua. Kok bisa di sini? Kok bisa ikut lomba tarik tam- bang? Sejak kapan daftar jadi murid di sini?" Pak Ronggur nanya dengan bingung sehabis me- nyadari bahwa dia ternyata kenal dengan bebera- pa peserta tarik tambang dari tim sekolahnya. Tapi saat itu Bret sudah enggak di sana lagi, dia sedang nyari pinjaman duit buat ngebayar Tu- kiman adn peserta bayaran lainnya. Rencana awal- nya sih, piala hadiahnya nanti dijual dan duitnya buat bayar si Tukiman dan pemain bayaran lain- nya. Tapi, apa mau dikata....terpaksa ngutang....
