Tipe: Koran
Tanggal: 1980-11-24
Halaman: 07
Konten
80 e- an ik ra ng h, at ma g n g n n t n SENIN, 24 NOPEMBER 1980 DUNIA PENDIDIKAN Kerancuan Dalam Pemakaian Titel Akademis di Indonesia Pada dewasa ini kita mengenal berbagai macam titel dipakai orang di Indone- Dr. sia. Ada Drs. Dra. Ir. Mr. dr. Drh. Drg., BA., BSC., MA., MS., MSc., MPH., SH., SE., PhD., DR., dst.nya. Tampaklah betapa semrawut- nya pemakaian titel atau gelar di Indonesia ini. Ini disebab- kan karena tidak adanya peraturan yang mengatur pe- makaian titel akademis, jadi ada yang masih berpegang pada peraturan warisan Belan- da, ada yang mengimporr dari luar negeri (Amerika atau Eropa) dan ada yang sok mengindonesiakan. Sepanjang pengetahuan penulis, pada umumnya pen- didikan tingkat Universitas di Indonesia memakai sistem doktoral sebagai warisan dari Belanda. Pada sistem itu ada tingkat propadeuse, kandidat tanpa sekolah, maka titel Mr. Baru-baru ini masyarakat ibu kota dihebohkan kembali oleh peristiwa perkelahian antar pelajar SMA Negeri IX dan SMAN XI. Konon kabarnya selama sebelas bulan terakhir ini pada sekolah ter- sebut telah terjadi dua puluh sembilan kali perkelahian dan . mengakibatkan kerugian sekitar dua puluh lima juta rupiah. Kemudian beberapa hari setelah kejadian yang menimpa SMA Favorit itu disusul oleh perkelahian antara murid Sekolah Teknik DKI bersama murid Sekolah Teknik Bhayangkara Cilincing melawan murid SMP Pulogadung (SMP 114). Dan dalam waktu yang hampir bersamaan di kota Yogyakarta juga terjadi perkelahi- an massal antar murid SMPP Dan murid SPDMA milik salah satu yayasan swasta yang kebetulan sekolah tersebut berdekatan seperti halnya SMA IX & SAMA XI. Namun yang tersebut terakhir ini tidak diberitakan oleh media massa, kendati pun kejadian itu tidak dapat dipandang enteng. Dalam menanggapi berbagai peristiwa/kejadian perkelahian bebas seperti itu, banyak tanggap- an yang dilontarkan masyarakat. Ada yang mengusulkan agar kedua SMA yang berdekatan di Jakarta Selatan tersebut dipisahkan satu sama lain agar penyakit musuh bebuyutan yang sewaktu-waktu kambuh kembali itu tidak terjadi lagi. Khusus menyangkut kedua sekolah menengah atas, IX dan XI Jakarta ini dapat dipandang unik. Mengingat di awal tahun 1980 yang lalu masyarakat juga gempar lantaran perkelahian seperti yang terjadi baru-baru ini. Banyak pihak yang menjadi cemas begitu mendengar perkelahian antar sekolah, kecuali warga sekolah yang bersangkutan (pemerintah, guru, murid dan pegawai adminis- tratif yang langsung terganggu kegiatan proses belajar-mengajar- nya) para orang tua pun menjadi resah. Dan dalam suasana seperti itu lalu orang sadar bertanya kepada dirinya masing-masing, baik orang tua, anak yang ber- sangkutan, guru, pemerintah 14 mon-Pet Anac Peranan Guru Bimbingan Dalam Mengatasi Perkelahian Murid Oleh: Benni Matram memakai dan doktoral. Mahasiswa yang (Mester in de rechten) ada telah menyelesaikan tingkat yang mengganti dengan titel doktoral berhak titel doktorandus/doktoranda SH (Sarjana Hukum) tanpa dasar hukum/peraturan. (Drs./Dra.) yang berarti seba- gai calon doktor atau yang mempunyai hak untuk men- capai gelar/titel akademis yang tertinggi yaitu doktor (Dr). Jadi semuanya sarjana lulusan Universitas dari fakul- tas apa pun, titel akademis- nya adalah Drs./Dra. hanya saja beberapa fakultas meng- ganti dengan titel lain seperti fakultas hukum dengan Mr., fakultas teknik/teknologi dan pertanian dengan Ir. Selanjut- nya setelah berkenalan de- ngan negara yang berbahasa Inggris dan tahu bahwa setiap orang laki dewasa dapat bertitel Mr. (mister) ya) Kepala Kantor Wilayah P & K Propinsi Jawa Tengah Drs. Koetedjo, Selasa pekan lalu, meresmikan SMA Pemda Wirodeso, SMP Pemda Ke- dungwuni, SMP Pemda Do ro Kabupaten Pekalongan, menjadi SMA dan SMP Negeri. Menurut Drs. Koestedjo penegerian sekolah itu meru- pakan prestasi yang dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan dalam usahanya untuk mengejar perkembang- an pendidikan yang sangat ketinggalan dengan daerah- daerah tingkat II yang lain di propinsi Jawa-tengah.. Kabupaten Pekalongan adalah satu-satunya Kabu- paten yang belum mempu- nyai SMA Negeri, sebelum tahun 1979 diberi satu unit Kajen. SMA Negeri di Kemudian tahun ini tambah Oleh: M. Rusli Karim maupun masyarakat pada umum- nya mempertanyakan kembal pada dirinya masing-masing, faktor apakah gerangan yang menjadi penyebab perkelahian ter- sebut. Apakah perkelahian bebas merupakan sesuatu yang biasa bagi anak muda usia sekolah dan tak perlu diperhatikan oleh orang di luar yang bersangkutan. Untuk membiarkan begitu saja rasanya tidak tega, mengingat, kecuali kerugian material, juga menimbul- kan efek psikologis bagi terutama warga sekolah yang bersangkutan serta masyarakat di sekitarnya. Setelah sekolah olah raga dan sekolah guru ditingkat kan pendidikannya menjadi pendidikan Universiter, de- ngan sendirinya, sarjana lulus- annya juga bertitel Drs./Dra. Hal ini dianggap menurunkan nilai titel Drs./Dra., sehingga Drs. Ekonomi ada yang mengganti dengan SE. (Sarja- na Ekonomi). Dokter (dr), dokter hewan (Drh) dan dokter gigi (drg) sebenarnya adalah titel profesi dan tidak pernah disingkat menjadi dr., Drh. ataupun drg. Titel profesi harus ditulis lengkap dokter (arts), dokter hewan (dieren arts) dan dokte rgigi Sampai saat ini belum ditemukan jawaban yang jitu terhadap per- tanyaan menyangkut faktor penyebab tersebut. tua mengecewakan tuntutan phisik/biologis dan sosial anak, anak tersebut akan mencari di tempat lain, sebagai kompensasi dalam pemenuhan kebutuhan esensiil itu. Misalnya, anak yang butuh kasih sayang, tapi karena kesibukan orang tuanya lalu kasih sayang itu tak di temukannya di lingkungan keluarganya maka kasih sayang dengan jalan yang jangan heran jika anaknya mencari justru tidak diinginkan oleh orang tuanya. Di kota-kota besar seperti Jakarta di mana kesibukan sudah sedemikian rupa, suasana Sampai saat ini masih diper- tanyakan apakah perkelahian itu merupakan manifestasi dari kenakalan remaja di lingkungan sekolah atau bukan. Sebagai negara yang sedang membangun, melalui modernisasi, kecuali menimbulkan segi-segi positif dalam usaha meningkatkan tarap hidup masyarakat, pem- bangunan dan modernisasi mem- kekeluargaan tak seintim pada masyarakat desa. Masyarakat metropolitan yang ditandai oleh tidak memungkinkan orang untuk tingkat persaingan yang tinggi, tetap tinggal di rumah dalam waktu yang relatif panjang. Karena kesibukan pribadi, tak jarang tetangga di samping rumah sekali- pun tidak seberapa di kenal. Di samping mempertanyakan faktor penyebabnya, suatu hal yang tidak luput dari ingatan masyarakat, terutama ialah, apakah perkelahian seperti itu dapat diatasi? Dengan jalan apakah kiranya tindakan preventif dapat dilakukan? Dengan menempatkan pihak keamanan secara regular? Mengintensifkan pengawasan dari guru? Sering melakukan kontak dengan orang tua murid? Bahkan ada pula yang bawa risiko, yaitu terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya. Terjadi mobilitas, baik horizontal maupun vertikal. Bahkan tidak mustahil jika terjadi ketegangan atau bahkan gap-gap di dalam masyarakat. Kaum remaja pun tidak mungkin dapat mengelakkan diri dari proses transformasi dan pegeseran nilai-nilai tersebut. Per- Suasana seperti itu sudah diterima oleh masyarakat metropolitan Jakarta. Pada umumnya, anak usia sekolah dididik oleh nenek/kakek atau pembantu rumah tangga. Kesempatan berkomunikasi antara anakd dam orang tua mungkin berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Nah, dalam suasana yang membawa risiko, yaitu ter- jadinya kontradiksi antara nilai- nilai baru dan nilai-nilai yang telah dimiliki masyarakat. mempertanyakan, mungkinkah geseran nilai inilah kadang-kadang seperti itu orang tua tidak mungkin pengarah an/bimbingan yang intensif terhadap anaknya. Bisa dibayang- kan, jika orang tua pagi hari berangkat ke tempat kerja sementara sang anak lagi tidur, kemudian orang tua pulang sudah larut malam di mana anak telah tidur. Kesempatan berdialog, tatap muka secara intens mungkin di hari-hari libur. Konon, seperti diakui Gobel, untuk menemui orang tua di siang haripun si anak harus datang ke kantor ayahnya. Oleh karena itu tidak heran jika ada sementara pihak yang begitu sinis melihat kehidupan masya- rakat di tengah-tengah kota Sebagai remaja yang memiliki kecenderungan untuk meniru, perbenturan nilai dalam masya- rakat pun berpengaruh dan diikuti oleh kaum remaja-pelajar. Inilah antara lain yang perlu pula diperhatikan oleh para guru bahwa proses modernisasi tidak mustahil membawa pengaruhnegatif bagi remaja- pelajar. Seorang guru yang baik tidak mungkin melupakan masalah ini. Peranan orang tua. Mendidik anak tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan phisik/biologis anak. Kebutuhan psikologis dan sosial pun tidak dapat diabaikan. Sekali saja orang guru pembimbing dapat berperan dalam melakukan usaha preventif, mengingat salah satu tugas guru bimbingan adalah membantu murid-murid untuk memperoleh kepuasan pribadi dan dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat. Kenakalan remaja. Menurut para ahli, perkembang an jiwa kaum remaja/pemuda mengalami berbagai dorongan atau keinginan: untuk mencari sesuatu yang baru, dorongan untuk mendapatkan jawaban yang saksama dan kongkrit, dorongan untuk mencari rasa aman, perlindungan, dorongan untuk mendapatkan penghargaan dan perhatian secara khusus, dorongan untuk ikut ambil bagian, untuk berbuat suatu kegiatan, untuk 4 (Foto: Mrs) Rencana pembangunan SMA Negeri Wirodeso. Pembangunan baru mencapai separoh. Kelanjutannya a kan dibeayai dari APBD II Kab. Pekalongan, P dan K, dan sumbangan orangtua murid. berperan bersama teman-temannya dan dorongan untuk memberikan pertolongan kepada orang lain, lebih-lebih terhadap temannya sebagai manifestasi dari soli- daritasnya. Dalam menelaah perkelahian di sekolah-sekolah seperti yang baru- baru ini terjadi ada baiknya jika difahami secara saksama dorong- SMA - SMP Kab. Pekalongan dinegerikan PEKALONGAN: (Suara kar an-dorongan yang ada pada remaja-pemuda tersebut. (tandarts). Padahal dulu wak- titel Belanda zaman tu Antara Drs/Drs. lebih tinggi nilainya daripada dr/Drh/drg., karena yang bertitel dr/Drh/drg. itu bukanlah lulusan Universiter, tetapi hanya lulusan sekolah yang lebih mementingkan lain ketrampilan. NIAS yang menghasilkan dok ter jiwa ataupun NIVS yang menghasilkan dokter hewan pribumi. Yah, gara-gara tak disamakan dengan mau Drs/Dra olah-raga ataupun guru, dipakailah titel dr, Drh dan drg tanpa ada dasar hukum ataupun peraturannya sebagai titel akademis. Itu salah kaprah namanya. Ada beberapa dokter, en- tah sengaja atau tidak menulis titel profesi dr sebagai Dr di depan namanya, sehingga se- olah-olah telah mencapai titel akademis yang tertinggi, yaitu Dr (doktor). Akibatnya ada doktor yang tersinggung dan membedakan titel doktornya dengan menuliskannya seba- gai DR., yang sebenarnya tak ada dasar hukum/peraturan- nya. Titel akademis sarjana adalah juga Drs/Dra. dan bukan dr. Harus dibedakan antara titel akade- mis dan titel profesi. kedokteran Bila sarjana yang bertitel Drs/Dra atau yang sederajat seperti Ir atau Mr berhasil memperoleh titel Dr, biasa- nya hanya titel Dr-nya yang ditulis di depan namanya, seperti Drs. A, Dra. B, dan Ir. C masing-masing menjadi Dr, A, Dr. B, dan Dr. C, bukan menjadi Dr. Drs. A ataupun Dr. Ir. C. Kecuali dalam publikasi yang memerlukan riwayat pendidikan, dapat dideretkan semua titel yang telah diraihnya dan disebut- lagi satu SMA Negeri yang matan dan 298 desa, yang berlokasi di Wirodeso. Di berpenduduk 630.000 an jiwa Kabupaten Pekalongan ini ini, pada awal pelita II baru karena jumlah SD ada 570 mempunyai satu buah SMP buah. Tahun 1980 ini, Negeri, dan beberapa SLTP meluluskan 5329 anak. Swasta yang kurang ter Berarti untuk penampungan ke SLTP butuh 136 lokal; pada hal sekarang baru ada 69 lokal. Berarti untuk bisa menampung semuanya harus menyediakan 67 lokal lagi. Dari lulusan SD sejumlah tersebut baru bisa tertampung 50% ke SLTP. Belum lagi yang lulusan dari SLTP ke Tiap tahun- SLTA. "Bisa dibay ang kan nya Pemda Kabupaten Peka- bagaimana besarnya problem longan menganggarkan untuk pembangunan pendidikan Me- nengah dan Atas sekitar pelihara, SMA ataupun SLTA lain Negeri satupun belum ada. Mereka yang ingin meneruskan sekolahnya ter- paksa harus indekos ke kota lain. Sedikit demi sedikit, Pemda melakukan perintisan- perintisan atau pengadaan sarana sekolah. Pemda Kabupaten Peka- longan pada saat awal Pelita ke II," demikian Bupati Pekalongan Rp.30 juta tiap tahunnya. Karsono di Hasilnya sekarang sudah hadapan semua hadirin yang tercatat mempunyai 9 SMP menghadiri upacara pene- Negeri, 34 lainnya berstatus gerian SMA. Negeri Wirodeso, swasta, SMAnya 2 buah dan SMP lainnya. sudah Negeri, 2 buah lainnya Kabupaten Pekalongan swasta, demikian. Bupati yang mempunyai 16 keca- Karsono (MRS) Sistem bakalaureat ini meng- hasilkan sarjana muda dengan titel B.A. atau B. Sc. dan sebangsanya. Ditinjau dari lama dan beban studi, me- mang sepantasnyalah B.A. atau B.Sc. itu dianggap seting- kat dengan sarjana muda. Di luar negeri untuk berhak mencapai titel doktor (Ph.D), lulusan bakaluareat harus me- ngambil dulu titel master (M.A. atau M. Sc.). Sebenar- nya sarjana lulusan universitas di Indonesia yang bertitel Drs/Dra atau Ir bila belajar di luar negeri bisa langsung ambil program Ph. D. Sayang- ditandai oleh sikap yang agresif, nya karena perbedaan sistem rasa rendah diri, bandel, menentang, mengacau mencuri dan sebagainya. Tingkah laku yang kurang wajar itu bahkan mungkin menjadi 2811 perkelahian manakala anak yang bersangkutan bertemu dengan anak lain yang tidak mau diper- mainkannya. Dan bagi sekolah yang sudah terlanjur bersaing dan bermusuhan seperti antara kedua SMA di Jakarta Selata tersebut, api perkelahian itu mudah sekali disulut. Masalah sepele pun bisa jadi besar. pendidikan dan bahasa pe- ngantar, biasanya tidak bisa langsung, tetapi harus melalui qualifikasi atau paling tidak harus mengikuti program master terlebih dahulu. Kare- na itu mungkin saja ada sarjana yang pulang dari luar negeri lalu bertambah embel- embel di belakang namanya, seperti Drs. I, M.A' atau Ir. J, M. Sc., Ph.D., yang sebenar- nya bisa ditulis Dr. J saja. Ph. Di adalah singkatan dari Doctor of Phylosophy dan ditulis di belakang orang, tetapi biasa juga dipa- kai Dr. di depan namanya. The hiih nama Menurut Djumhur dan Surya ada sepuluh macam tugas guru bimbingan, Antara lain mengamati tingkah laku murid, mengadakan pertemuan dengan orang tua murid, baik secara individual maupun kelompok untuk mem- peroleh saling pengertian dalam pendidikan anak. Bersama guru bimbingan lainnya membantu memecahkan masalah-masalah anak didik dll. Berhubung dengan adanya stratifikasi pendidikan tinggi dan dipakainya sistem kredit di Indonesia, maka masalah titel akademis ini akan men- jadi lebih kacau bila tidak segera dibenahi ataupun diter- tibkan dengan undang-undang atau peraturan pemerintah sebagaimana mestinya. Sarja- na lulusan program S1 berda- sarkan lama dan beban tudi- disederajatkan dengan sarjana nya tidak bisa begitu saja lulusan sistem lama (dokto- ral), oleh karena itu mereka tidak bisa begitu saja me- makai titel Drs/Dra atau Ir. Lulusan program Sl kira-kira sederajat dengan lulusan ba- kalaureat (B. A. atau B. Sc.). Lulusan program S2 barulah bisa disamakan dengan sarja- na Drs/Dra atau Ir., oleh karena itu sebenarnya tidak- lah pada tempatnya bila sarjana dengan titel Drs/Dra atau Ir mengikuti pendidikan untuk memperoleh titel M.S. program S2 di Indonesia (Magister Sains). Sebenarnya mereka berhak dan bisa metropolitan. Wajar kiranya jika si akan tugasnya juga harus sadar S2 (doktor) sesuai dengan apa langsung mengikuti program anak tidak begitu memahami keinginan orang tuanya dalam menyekolahkan anaknya. Apalagi jika diingat bahwa lokasi sekolah di Jakarta begitu jauh dari rumah kediaman murid, ada yang sampai puluhan kilometer, tidak memungkinkan bagi orang tua untuk melihat dari dekat bagai- mana keadaan anaknya di sekolah. Salahkah orang tua?. Dilihat dari tugas-tugas guru bimbingan ini maka tidak ada salahnya jika masyarakat terlalu berharap kepada guru bimbingan untuk memecahkan masalah- masalah murid, baik secara pribadi maupun kelompok. Usaha yang paling baik tentu saja tindakan pencegahan sebelum terjadi peris- tiwa, yaitu dengan jalan memberi- kan pengertian dan memberikan kepercayaan diri kepada murid. Di kota-kota besar seperti di Jakarta memang partisipasi guru bimbing- an amat dituntut guna memecah- kan seribu satu masalah yang dihadapi anak didik. Tugas guru bimbingan di sekolah yang ter- dapat di kota besar jauh lebih berat. Ia menghadapi seribu satu macam tabiat dan tingkah laku anak didik yang cepat berubah karena mobilitas di kota jauh lebih besar dari pada di pelosok dan desa. Seorang guru bimbingan yang baik, kecuali patuh dan cinta yang tercantum dalam ijazah kesarjanaannya. kan guru-guru bahwa tugasnya itu berkenaan dengan anak orang banyak. 2601 Namun demikian, di samping harapan yang digantungkan Memperhatikan hal-hal ter kepada guru bimbingan diharap sebut diatas, kiranya stratifi- lain kasi pendidikan tinggi dapat memiliki komitment untuk dipakai sebagai dasar untuk menciptakan suasana tenteram menciptakan titel atau gelar dalam lingkungan sekolahnya. Di akademis yang baru yang samping itu, masyarakat, keluarga murni Indonesia dan yang dan orang tua harus menyadari diatur pemakaiannya dalam bahwa tanggung jawab mendidik suatu undang-undang atau anak tidak sepenuhnya hanya pada peraturan pemerintah yang guru di sekolah. Justru lingkungan baru, sehingga tercegahlah rumah tangga, keluarga dan msya- rakat di mana anak tersebut berada DROX Peranan guru bimbingan Menurut I. Djumhur dan Moh. Surya, ada tiga faktor yang menyebabkan dipandang perlu adanya bimbingan di sekolah. kekalutan dalam pemakaian Pertama latar belakang sosial- sangat menentukan bentuk sikap, ataupun pemberian titel aka- kultural. Perkembangan zaman demis itu. dan tingkah laku anak. Oleh menimbulkan perubahan dan karena itu sudah selayaknyalah! (Benni Matram). kemajuan. Dalam keadaan serba apabila beberapa waktu yang lalu berubah dan bertumbuh itu in- Menteri Pendidikan dan dividu dituntut untuk menyesuai- Kebudayaan Daoed Yoesoef kan diri. menghimbau orang tua agar ikut: Banyak segi yang menuntut mencurahkan perhatiannya kepada penyesuaian diri tersebut. Sekolah anaknya setiap hari secara paling diharapkan mampu membantu sedikit satu atau dua jam sehari. Ini anak didiknya dalam proses penye- dapat dimaklumi, karena hanya suaian diri tersebut. Bimbingan dengan kontak seperti itu orang tua diperlukan dalam membekali anak tahu perkembangan dan per- untuk menyesuaikan diri dengan tumbuhan anaknya. lingkungannya. Kedua, latar Namun, masalahnya mungkin belakang pendidikan. Pendidikan terbentur dalam mencari waktu yang begitu banyak masalah itu yang cocok sehingga percakapan memerlukan bantuan dari bim- terjadi secara komunikatif dan bingan agar dapat mempertemu- manusiawi, orang tua tidak kan antara kemampuan individu menunjukkan sikap sebagai in dan cita-cita serta situasi masya- terogator dan anak pun bersikap rakat. Masalah-masalah yang tak terbuka. Dari sini mungkin dapats dapat diselesaikan oleh guru biasa di cegah keresahan anak yang diharapkan dibantu oleh guru ditimbulkan oleh kekurangan kasih, bimbingan. Ketiga latar belakang sayang dari orang tuanya, psikologis. Bahwa manusia tidak perkembangan. Lebih-lebih anak mungkin menghindar dari proses usia sekolah perkembangan ter- sebut amat menonjol. Tempo perkembangan yang begitu cepat ditambah berbagai faktor lainnya hendaknya di pahami oleh guru bimbingan guna memberikan arah yang sesuai dengan periode perkembangan jiwanya tersebut. Seorang guru bimbingan hendak- nya memahami kebutuhan anak didiknya. Ujungpandang, (Suara Karya). Hasanuddin Universitas Ujungpandang saat ini merin- tis usaha membuka program' pendidikan Diploma Trans- migrasi kepada para motiva- transmigrasi. tor Malib bag Realisasi daripada pelaksanaan pendi- dikan itu kini hanya menunggu keputusan Dirjen Transmigrasi. absDemikian diungkapkan Rektor Unhas diwakili Pem- slud bantu Rektor Bidang Akade- KOMPLEKSITAS ketika mid dr. Hardjoeno, Dari halaman VI menutup Banataran Motiva- tor Transmigrasi, atas kerja Tentu yang paling berkepentingan sama Unhas - Departemen dengan buku macam begini adalah Transmigrasi yang berlang- orang-orang film seperti para sung sepuluh hari di Kampus produser, sutradara, para broker Unhas, dan berakhir tanggal 5 artis film, pengusaha bioskop, Nopember yang lalu. Pena- importir filim, anggota Badan, taran itu diikuti 25 peserta Sensor Fidan dan Bapfidad utusan dari Sulawesi Utara, daerah-daerah, termasuk para Tengah, Tenggara, dan tuan Anak didik dalam menyesuaikan mahasiswa akademi sinematografi rumah Sulawesi Selatan, diri dengan lingkungan dan masya- orang-orang dilingkungan Selama penataran dinyata- rakat perlu dituntun dan diarah- yang dalam kan keluar peserta kan, bukan dipaksa atau didikte. masing-masing perfilman nasional baik langsung terbaik kebutuhkan Jika seseorang mampu memenuhi atau tidak. Ch.B.Rember (Sulut), Ir. lingkungannya, tentu tidak akan sesuai Namun demikian tidak Ludia Pauntu (Sulsel), Drs. dengan ada jeleknya apabila masyarakat Abd. Gani menimbulkan penyimpangan atau Ismail (Sulsel), luas juga membacanya. Sebab Moh, Yunus Muhidin BA kelainan tingkah laku. Tidak dengan begitu mereka akan tahu (Sulteng), I.Nengah Konten demikian halnya jika anak yang dan dapat ikut memahami (Sulut), Syamsuddin bersangkutan gagal dalam kompleksitas problematika yang Batari B.Sc. dari Sulsel. Dari memenuhi tuntutan masyarakat dihadapi perfilman nasional seluruh peserta penataran dan lingkungannya maka akan ter- Sehingga dengan demikian bisa terdapat dua orang transmi- jadi maladjustment. Gejala-gejala diharapkan masyarakat luasi tingkah laku yang kurang wajar, maladjustment ditandai oleh khususnya para pecandu film gran teladan. yaitu kelainan tingkah laku yang produksi bangsa sendiri. (S.Djaja, tidak begitu saja mencemoh film] pada siswa-siswa sekolah biasanya Laksana). terlibat enam dan 1157 dan atau kan pula universitas tempat titel itu diberikan. Selanjut- nya perlu kiranya disebutkan disini bahwa gelar mahaguru, yaitu profesor (Prof.) biasa- nya diikuti oleh titel akade- mis dan bukan oleh titel profesi. Misalnya Prof. Dr. D, Próf! Drs. E dan Prof. Ir. F, tetapi bukan Prof. dr. G ataupun Prof. Drh. H., yang benar adalah Prof. Drs. G dan Prof. Drs, H. mal nid Sepanjang yang penulis ketahui sistem doktoral itu hanya ada di negeri Belanda dan Indonesia. Setelah mer- deka pergaulan lebih luas dan masuklah sistem bakalaureat. (12 Sesuai kebutuhan. Menurut td. Hardjoeno, program penduduk yang akan Diskusi Guru di Bogor : Menuju Bahasa Indonesia Maju Oleh: Drs. Deddy Roamer Ps. Bahasa Indonesia maju sebagai hasil perkembangannya sejak 1928, tidak terlep dari masyarakat Indonesia maju. Demikian antara lain dikemukakan Drs. S. Effendi dalam Diskusi Panel yang diseleng- garakan KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Kotamadya Bogor baru-baru ini. Ditambahkan bahwa titik berat pembinaan dan pengembangan bahasa adalah bahasa itu sendiri di satu pihak, dan para pemakainya di lain pihak. Berbicara sebagai panelis di hadapan puluhan Guru Bahasa Indonesia SLP/SLA di Bogor, S. Effendi mengemukakan bahwa para pemakai bahasa merupakan sasaran bagi pembinaan bahasa, agar mereka memiliki wawasan tentang bahasa, ketram- pilan berbahasa dan sikap positip terhadap bahasa negaranya yaitu Bahasa Indonesia. Sedangkan unsur-unsur bahasa (antara lain ejaan, kosakata, istilah dan tatabahasa), merupakan sasaran bagi pengembangan bahasa. as Dengan titik berat kedua hal tersebut (yaitu Bahasa Indonesia dan para pemakai- nya), pembinaan dan pengembangan baha- sa ditujukan pada Bahasa Indonesia maju yang tidak saja harus berhasil sebagai alat pemersatu dan kebanggaan, tetapi juga harus berhasil sebagai wahana ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. Menurut S. Effendi, hal tersebut belum sepenuhnya tercapai. Karena itu, inilah menurutnya yang harus menjadi sasaran bagi pembinaan dan pengembangan baha - sa yang tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain perkembangan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Peranan Sekolah. Dibandingkan dengan masyarakat, seko- lah lebih langsung peranannya dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. Hal itu jelas menempatkan Guru pada posisi paling penting. Karena itu, seorang Guru yang mengajarkan Bahasa Indonesia, di samping harus memiliki wawasan yang luas tentang seluk beluk Bahasa Indonesia (termasuk metoda pengajarannya), juga harus mempunyai ketrampilan berbahasa yang optimal, dan sikap positip terhadap Bahasa Indonesia, baik sikap batini, maupun perilaku sebagai perwujudan kongkret sikap batin itu. Menurut S. Effendi, Guru Bahasa Indonesia sudah jelas mempunyai sikap batin yang baik terhadap Bahasa Indonesia. Tapi sikap batin itu belum tentu ditunjang oleh perilaku berbahasa yang baik. Ini dapat dilihat dari banyaknya Guru Bahasa Indonesia yang tidak dapat menggunakan Bahasa Indonesia secara patut. Oleh karena itu, sangat beralasan kalau ia menghimbau agar Guru-guru Bahasa Indonesia: (a) Meningkatkan ketrampilannya berbaha Indonesia, (b) Memiliki sikap positi terhadap Bahasa Indonesia sebagai Guru dan warganegara yang baik, dan (c) wawasan Meningkatkan tentang seluk beluk Bahasa Indonesia. di Baturetno Semarang, (Suara Karya).- Lingkungan sekolah harus membuat "krasan"nya murid dan guru, sehingga proses belajar dan mengajar di lingkungan sekolah akan ber- jalan dengan baik. Harapan itu disampaikan oleh Kepala Dinas PD&K Jateng Drs. Karseno belum lama ini ketika mengunjungi SD-SD di Kecamatan Batu- retno Wonogiri. Diploma Transmigrasi dipersiapkan Unhas "Kalau SD-nya seperti ini ya mempri- hatinkan, ini harus dikapur, harus diperbaiki dan dihijau- kan. Dan ini pagar yang sudah rapuh ini diganti saja", kata- ketika meninjau SD Baturetno VI 4 Nop 1980, dengan didampingi Kepala nya SUARA KARYA - HALAMAN VII akan dibentuk itu nanti berlangsung minimal setahun, dan paling lama dua atau tiga tahun sesuai kebutuhan. Perserta pentitikan selain tenaga -tenaga motivator transmigrasi itu sendiri juga para lulusan SLTA yang berminat melibatkan diri ke dalam kegiatan memotivasi transmigrasi. an membaca untuk meningkatkan profesi keguruan. Ya, bukankah tanpa membaca tidak mungkin diperoleh ide-ide atau pikiran baru untuk meningkatkan profesi tersebut? Memantapkan Peranan Guru. Guru sebagai pemeran utama di sekolah, harus dimantapkan peranannya. Peranan tersebut, terutama diarahkan untuk mencapai tujuan pengajaran Bahasa Indonesia agar anak didik: (a) trampil menggunakan Bahasa Indonesia, (b) Mem punyai sikap positip terhadap Bahasa Indonesia, dan (c) Mempunyai pengetahu- an yang memadai tentang Bahasa Indone- sia. Akan tetapi, bukan soal mudah mengikuti himbauan S. Effendi itu. Banyak yang harus dipersiapkan oleh Guru-guru Bahasa Indonesia. Mereka harus selalu terangsang untuk mengikuti perkembangan -perkembangan baru melalui bacaan-bacaan bermutu. Padahal sudah bukan rahasia bahwa membaca bacaan bermutu adalah suatu hal yang langka. Hal tersebut, patut disayangkan mengingat pentingnya kegiat- Bantuan Perbaikan SD Hal di atas, adalah peranan Guru Bahasa Indonesia dalam aspek khusus, karena berhubungan dengan tugas mereka sehari- hari. Untuk itu, mereka harus secara potensial: (a) mengembangkan pengajaran Bahasa Indonesia, (b) mengembangkan dan menyadari masalah dalam pengajaran Bahasa Indonesia, dan (c) mengembangkan sikap positip anak didiknya terhadap Bahasa Indonesia. Di samping aspek khusus itu, Guru Bahasa Indonesia (sebagai golongan terpela- jar dan profesional), mempunyai peranan lain yang bersifat umum. Dalam aspek yang umum ini, mereka harus menjadi pelopor dalam (a) menggunakan Bahasa Indonesia sebaik-baiknya, (b) memiliki sikap positip terhadap Bahasa Indonesia, dan (c) mengembangkan sikap positip itu kepada lingkungannya. Dan dalam aspek ini, peranan Guru Bahasa Indonesia dapat diukur dengan pertanyaan-pertanyaan: Apakah mereka sudah menjadi pelopor dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebaik-baiknya dalam arti tidak banyak melakukan kesalahan dalam pemakaian- nya? Apakah mereka (yang tidak semuanya lulusan Jurusan Bahasa Indonesia) mem- punyai sikap positip terhadap Bahasa Indonesia? Apakah mereka (dengan variasi keahlian dan kualifikasinya) sudah me- ngembangkan sikap positiv itu kepada lingkungannya? Berdasarkan pengalaman dan pengamat- an, saya cenderung menjawab tidak untuk pertanyaan-pertanyaan di atas. Kecenderu- ngan ini, seperti ditulis dalam kertas kerja saya dalam Diskusi Panel itu ("'Dalam Menunjang Politik Perbahasaan Sejauh Mana Guru Bahasa Indonesia Dapat Berperan"), berdasarkan adanya prinsip siapa mau mengajarkan Bahasa Indonesia di kebanyakan sekolah tanpa melihat keahlian nya. Sadar akan hal tersebut, Guru Bahasa Indonesia sangat berat tugasnya. Tapi mereka harus menerima tugas ini sebagai suatu keb ggaan karena kepada merekalah kita serahkan generasi muda untuk menggali sifat-sifat positiv bahasa negara- nya yaitu Bahasa Indonesia. Tanpa hal tersebut, dan tanpa keterbukaannya pada perkembangan-perkembangan baru, seperti kebanyakan Guru Bahasa Indonesia kita dewasa ini), mereka hanya pembuat dosa yang tidak terampuni. Inilah yang sangat disayangkan. Padahal mereka tidak bisa membina anak didiknya tanpa mereka terlebih dahulu dibina sikap positivnya. Bagaimanapun ini harus disadari oleh setiap Guru Bahasa Indonesia, dan guru-guru mata pelajaran lain tentunya. Bogor 1980. Dansoskar Dinas PD&K Ja- BA. teng Saryono BBA, Kakan- Setelah berunding seben- dam Baturetno Soetarno BA, tar dengan Saryono BBA, Kakandep Wonogiri Drs. Soe- maka dihitunglah uang se- kamto. banyak Rp.100 ribu dan dibuatkan SPJ-nya, lalu diberi kan tanpa upacara-upacara an". Uang ini untuk perbaik- an, dari Bapak Gubernur Soepardjo Alhaj, yang sudah disyahkan oleh DPRD TK. I Jateng, untuk sektor pendidik an", kata Drs. Karseno men- jelaskan. Hari itu Kepala Dinas PD&K Jateng Drs. Karseno menyampaikan sumbangan pula untuk SD Watuagung I sebanyak Rp.500 ribu untuk perbaikan gedung SD yang ambruk karena angin. "Betul Pak, kami sudah mulai seadanya", kata Kepala SD Soekardi. Ia sebelumnya tidak tahu kalau sekolahnya akan ditinjau oleh Kepala Dinas PD&K Jateng. Genteng yang kabur kira- kira butuh uang berapa?", tanya Drs. Karseno. Yang ditanya tidak menjawab ha- nya menunduk sambil komat- kamit saja. "Kalau Rp.100 ribu cu- kup tidak?", tanya Drs. Karseno lagi. "Cukup Pak", sahut Ka- kancam Baturetno Soetarno Kepada para peserta penataran itu, Rektor minta agar tetap mengikat hubung- an dengan pelaksana penatar- an, dalam usaha meningkat- kan pengetahuan yang memereka telah peroleh. Kakanwil Transmigrasi Su- lawesi Selatan Andi Hasa- nuddin Oddang dalam sam- butan te ulisnya mengata- kan, di daerah transmigrasi masih terdapat masalah yang memprihatinkan yakni pro- duksi pertanian yang rendah, adanya bermacam-macam pe- Lihat halaman IX kol. 9 Musyawarahkan dulu. Pada kesempatan itu Ke- pala Dinas PD&K Jateng Drs. Karseno mengharapkan agar para Kepala Sekolah dan Guru, kalau ada apa-apa, jangan meninggalkan pimpin- an setempat. "Musyawarah- kan apa-apa yang sudah direncanakan dengan pimpin- an Kecamatan, yaitu Camat. Dan Ramil dan Dan Sek, serta pimpinan-pimpinan masyara- kat lainnya termasuk PGRI", katanya meminta. Kalau su- dah lengkap anda tidak akan di namai "pungli" sebab ada dasar hukumnya yaitu gotong royong untuk kepentingan bersama, katanya menambah kan. (Tin Soedarto). 767 (Foto: SK/Tins) Kadin PD&K Jateng, Drs. Karseno (X), Kakander Drs. Soekamto dan Kakancam Soetarno serta Saryono di pelataran SD Baturetno VI. Tampak genting dan situasi persekolahan lainnya menyedihkan.
