Tipe: Koran
Tanggal: 1980-11-24
Halaman: 10
Konten
Sebenarnya kemungkinan ke- naikan harga gula pasir sudah diduga sejak jauh-jauh hari. Di Jawa Timur sebagai pusat pergulaan Indonesia keadaan itu telah mulai menghangat pada bulan-bulan September dan SUARA KARYA - HALAMAN VIII Oktober lalu. Para pedagang yang banyak mengamati situasi tak menentu di Timur Tengah, terutama oleh kemelut Iran dan Irak serta dibelinya gula-gula Kuba oleh Rusia sebanyak lima juta ton, telah mulai berhitung- hitung bahwa harga gula terus menunjukkan tendensi menaik. Hal ini ditambah lagi dengan menurunnya produksi tanaman tebu dunia yang menurut pihak Bulog termasuk salah satu diantaaranya penyebab kenaikan harga gula. Sebab itu tak mengherankan andaikata lelang- lelang atau tender gula TRI yang diadakan PNP menjadi demikian memikat harganya. Dan sangat tepat rasanya kalau Jawa Timur kita ambil sebagai pokok penganalisaan ini, sebab kecuali sebagai pusat pergulaan, daerah ini juga dinyatakan sebagai satu-satunya yang paling berhasil melaksanakan program TRI (tebu rakyat intensifikasi), sejak dike- luarkannya Inpres 9 tahun 1975. Dari kenyataan-kenyataan di- atas, tentu saja sedikit menggem- birakan para petani tebu baik di Jawa Barat, Tengah dan Timur (program TRI hanya ada di Jawa). LEMBARAN BISNIS Harga lelang gula petani menjadi tinggi. Dengan demikian income petani menjadi bertambah. Hal ini sesuai dengan program peme rintah untuk lebih meningkatkan penghasilan petani tebu TRI. Disamping itu kalau dilihat pula produksi gula untuk Jawa Timur, setiap tahunnya memang menga- lami kenaikan. Perbandingan ini dapat kita lihat awal dimulainya program TRI ditahun peng- gilingan 1975 1976, dari luas areal tebu 66.654,6 hektar, produksi gulanya berjumlah 6.194.084 kwintal. Tahun 1977 terlihat lagi kenaikan. Dari areal seluas 73.917 hektar diperoleh produksi sebesar 6.772.572 kwintal. Tahun 1978 naik menjadi 89.297,6 hektar dengan produksi sebanyak 7.152.605 kwintal. Demikian pula untuk tahun 1979. Arealnya menjadi 101.194 hektar, produksi sudah berjumlah kwintal 8.104.546 (data-data menurut Kordinator TRI Jatim). Kuat dugaan bahwa jumlah ini akan meningkat terus pada tahun-tahun berikutnya. . KEISTIMEWAAN: . . Pesawat ini dirancang dengan sistim suara BBD ECHO, yang dapat diatur melalui volume Echo serta reproduksi suara yang Hi-Fi. Petani TRI dan Inpres 9 tahun 1975. Kelihatan sekali disini ke- gairahan yang besar dari petani TRI, yang mendapat angin baik dari pemerintah lewat Inpres 9. Banyak bantuan yang cukup memperingan petani seperti misalnya kredit lewat Bank pemerintah (BRI), hingga tanam- an tebu demikian merangsangnya. Daerah-daerah seperti Kediri, Madiun, Malang, Mojokerto dan Untuk Kabupaten Probolinggo misalnya, disini dilaksanakan dua sistem. Sistem pertama adalah lelang desa, untuk pembelian DO - DO milik petani, dengan mengikut sertakan Camat, KUD/ BUD dan Kepala Desa sehingga jauh kemungkinan para pedagang akan mempermainkan harga DO petani ini. Sistem kedua diadakan di pabrik. Hal ini hanya untuk gula pemerintah (hak BRI yang berjumlah 60 prosen tersebut, setelah dikenakan pemotongan hutang petani yang lebih dimantapkan dalam SK Mentan Barang yang mungkin anda butuhkan Portable Cassette Recorder sistem BBD ECHO NATIONAL PORTABLE CASSETTE RECORDER National portable cassette recorder sistim BBD ECHO model RG-80 adalah produksi baru P.T. National Gobel tahun 1980, Dirancang secara mutakhir dengan berbagai keperluan, selain alat hiburan cassette dapat dicampur- kan dengan suara dari Mic. ataupun gitar listrik untuk pesta-pesta maupun ruang rapat, demi kepuasan konsumen pema- kai barang-barang National ber- mutu. Serba guna, selain alat hiburan dari cassette juga efisien pemakaiannya pada pesta- pesta perayaan atau di dalam rapat. Dalam segi pembayaran hu- tang piutang ini dapat kita lihat contoh ini. Misalnya dalam satu hektarnya petani TRI mempero- leh 10 kwintal. Kemudian oleh BRI dan Pabrik Gula lalu diperinci hutang-hutang petani selama ini. Dan ternyata yang oleh petani diperoleh bersih adalah 60 prosennya. Sedangkan yang 40 prosennya adalah gula pemerintah. Petani-petani TRI tersebut tidak langsung meng- ambil gulanya. Mereka menerima- nya dalam bentuk DO (delivery Di Sulut: order), sementara gula mereka masih tetap tersimpan digudang pabrik menanti lakunya DO tersebut pada para pedagang. Akan halnya gula pemerintah yang perjumlah 60 prosen oleh pihak PNP ini dilelang dengan mengundang para pedagang untuk membelinya. Dan memang tiap daerah di Jawa Timur, agak berlainan sistem pelaksanaan penjualan gula pemerintah ini. Suara cassette dapat dicampur- kan dengan suara dari tanaman Ngawi, petaninya menjadi tebu minded. Bahkan Inspektorat PNP/PTP Jawa Timur, pagi-pagi telah menyebutkan bahwa tebu akan menggeser padi sebagai tanaman pokok utama nantinya. Para petani peserta TRI tidak lagi memikirkan masa tunggu tebu yang lamanya 13 bulan tersebut. Semua pembiayaan, mulai dari menggarap, biaya tunggu, biaya hidup, pemupukan dan lain-lain sudah merupakan satu paket kredit tanpa bunga dari peme- rintah dalam hal ini BRI. Semua perhitungan hutang piutang antara petani dan pemerintah ini diperhitungkan pada waktu petani panen tebu. Dan waktu itu petani menerima hasilnya dalam bentuk gula. Pemerintah tinggal memo- tongnya saja, berapa kwintal yang menjadi bersih milik petani dan berapa kwintal yang menjadi milik pemerintah. Mic./Gitar listrik. Dilengkapi tone-control dan volume Mic./Gitar listrik. Kenaikan harga gula dilihat dari sisi lain * Auto-Stop, cassette recorder akan berhenti secara otomatis setelah sampai pada akhir putaran pita. SPESIFIKASI: -Sumber tenaga Output suara National No. 003/SK/Men tan/Bimas/1980, tentang penentuan hak petani). Para pedagang diundang oleh BRI dan PNP untuk membeli gula hak BRI tersebut. Sebelumnya para pedagang ini dikenakan tiga persyaratan untuk dapat meng- ikuti lelang pemerintah tersebut. Persyaratan ini antara lain adalah jaminan BRI sebesar Rp. 1.000,- dengan perkwintal, dikalikan jumlah gula yang dilelangkan. KELENGKAPAN: Mic, Earphone, DC cord, Pita demonstrasi, Buku petunjuk dan Kartu jaminan (+ Alamat servis). (R-O).- LINCOLN CL.201. BEDECHO MEKANK BO Model: RQ-80. : AC.110V/220V (50Hz/60Hz). Dc.12V aki. : 5Watt maks. -Input line: Mic. (-62dB,imp.200ohm-1K Ohm) atau Gitar Listrik. -Frekwensi respons : 50 Hz-10.000Hz, : 4.8cm/detik (1 7/8ipd). -Sistim track : 2 track mono untuk merekam dan menyuarakan. -Kecepatan pita -Lama merekam/menyuarakan -Speaker : 1 jam dengan pita C-60. : 018cm/4ohm p.m. dynamic double cone type. : 330 (L) x 500 (Tg) x 240 (Tbl). - Ukuran pesawat (dl. mm) -Berat bersih : 7.7 Kg. Industri kebutuhan rumah tangga T.V. berwarna Lincoln Televisi berwarna Lincoln komponen asal Jepang mulai dengan jenis ukuran layar 20 inci, assembling dalam negeri dari memasuki Indonesia tipe Linsoln GL 201. pasaran Membersihkan kelapa untuk seterusnya diproses produksi menjadi tepung kelapa. punya peluang untuk berkembang Sulawesi Utara dengan letak dari jauh pusat geografis perekonomian Indonesia di pulau Jawa mempunyai tantangan yang tidak jauh berbeda dengan daerah lain diluar Jawa untuk mengem- bangkan industri di wilayah itu. satu Masalah penting yang per- tama kali menjadi pertimbangan calon penanam modal industri untuk mengembangkan usahanya di Sulawesi Utara adalah pemasaran produknya. Pemasar- an untuk wilayah Sulawesi Utara sendiri sangat terbatas. Jumlah penduduk di propinsi ini hanya sekitar 2 juta jiwa atau sama dalam 7 daerah tingkat II dengan diantaranya, kabupaten merupakan kepulauan yaitu Kabupaten Talaud. Sangihe Daerah-daerah tingkat II lainnya yang terletak di semenanjung pulau Sulawesi bagian Utara, tidak semuanya dapat dihubungi melalui jalan darat. itu duduk Jakarta. Jumlah penduduk Hal-hal tersebut secara tidak langsung, mengarahkan jenis industri yang tumbuh di Sulawesi Utara tidak sepenuhnya mempro- dengan sepertiga jumlah penyeksikan pemasaran produknya untuk mengisi kebutuhan masya- rakat Sulawesi Utara sendiri. Industri-industri skala besar umumnya memperhitungkan po- tensi untuk Maluku pasaran bagian utara sebagian Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. yang tidak besar itu tersebar Pontensi pasaran di daerah- daerah tersebut juga tidak mudah menggalinya. Selain juga agak terbatas, industri-industri di Sulawesi Utara sangat ketat disaingi oleh industri-industri dari Sulawesi Selatan serta dari pulau Jawa. -INPRES No. 9 th 1975 gairahkan petani TRI Tipe berbentuk portable ini dilengkapi dengan stabilisator tegangan arus listrik, sehingga penggunaan tegangan 110 Volt pesawat tetap bekerja dengan baik walau tegangan listrik turun sampai 70 V atau naik sampai 150 V atau dengan penggunaan 220 V pesawat tetap bekerja baik walau tegangan turun sampai 140 V atau naik sampai 300 V. Kemudian mereka juga harus membayar jaminan Pabrik Gula sebesar Rp. 3.700,- perkwintalnya dikalikan dengan jumlah gula yang dilelangkan (sama dengan Pemakaian daya listrik tipe ini tidak melebihi 90 Watt dan pada rangkaian pemilihan saluran dilengkapi dengan AFT switch (Automatic Fine Tuning) untuk menepatkan frekwensi saluran siaran. Rangkaian eletronik Lincoln GL 201 adalah gabungan dari penggunaan transistor dan IC (Integrated Circuit) 100%, mere- produksi warna yang wajar. Sedangkan persyaratan adalah hak petani, BRI). terakhir yaitu selisih harga lelang dengan harga asset pemerintah (sebesar Rp.26.800,-), dikalikan dengan (FOTO: SK/ Agustianto. Oleh: Agustianto Industri untuk proyeksi pemasaran ekspor agaknya masih terlalu besar hambatannya. Walau secara geografis, propinsi ini berdekatan dengan Filipina tetapi hubungan angkutan secara teratur sampai sekarang belum ada.um Industri besar yang mampu melakukan ekspor dari Sulawesi Utara hanya berupa industri pengolahan bahan pertanian dan pengolahan hasil laut. onadi Industr pengolahan hasil pertanian yang mampu mengeks por produknya adalah industri pembuatan tepung kelapa. Ke- mampuan ini dimungkinkan karena bahan baku berupa kelapa segar banyak tersedia di Sulawesi Utara, Juga karena pabrik berada di tengah-tengah daerah penghasil kelapa, pembiayaan untuk penga- daan bahan baku relatip tidak besar. Pengolahan kelapa menjadi tepung kelapa baru terdapat satu pabrik yakni diusahakan oleh PT. Tina Desdicated Coconut (Poleko Grup) Produknya 100% diekspor dengan negara tujuan Eropah Barat. m gay Dan jumlah gula yang dilelang. resmilah gula tersebut menjadi mi- lik pedagang secara administrasi. Menarik memang bagi petani lelang gula hak BRI ini, sebab sudah jelas para pedagang akan bersaing untuk meninggikan harga. Pengaruhnya sudah jelas mem- bias pada gula petani yang kini sudah berbentuk DO. Kecuali itu para petanipun masih mempero- leh uang yang didapat dari persyaratan ketiga tersebut. Selisih harga lelang dengan asset pemerintah dan masih dikalikan lagi dengan jumlah gula yang dilelang, ini merupakan bagian petani yang langsung disalurkan pabrik gula lewat ketua kelompok tani masing-masing, kendati bukan gula hak mereka. Disinilah petani diuntungkan oleh peme- rintah memalui lelang gula pemerintah tersebut. Sistem yang ditrapkan di Probolinggo ini akan dijadikan proyek percontohan untuk Jawa Timur pada masa mendatang. Yang telah mengikuti sistem ini adalah Kabupaten Madiun, sedangkan daerah-daerah lainnya masih mamakai sistem penyatuan lelang. Seluruh gula yang ada di pabrik, yaitu gula petani dan gula hasil potongan hutang petani (hak BRI), dilelang menjadi satu, dengan diatur oleh Lihat halaman IX kol. 4 WARTAWAN SUARA KARYA baiknya prospek itu sehingga belum lama PT. Deho beroperasi, investor dari Australia merencana- kan untuk mengusahakan industri yang sama juga di Sulawesi Utara. Dua perusahaan industri besar yang memproyeksikan pemasaran- nya untuk seluruhnya ke luar negeri dari Sulawesi Utara ini juga tidak dapat melepaskan ketergan- tungannya dengan fasilitas di pulau Jawa. Dari pelabuhan samudra Bitung, Sulawesi Utara, barang-barang yang akan diekspor tidak dapat langsung dikapalkan untuk tujuan luar negeri. Barang-barang tersebut harus dikapalkan ke Jakarta dahulu baru kemudian dikapalkan lagi ke negara tujuan. Hal-hal tersebut menambah beban biaya yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap kemampuannya bersaing di pasaran internasional. Mengapa tidak langsung dikapalkan dari pelabuhan Bitung ke negara tujuan?. Pertanyaan ini pada mulanya memang menjadi masa- lah oleh para pengusaha industri tersebut. Tetapi setelah dilakukan kalkulasi biaya angkutan, mereka umumnya memandang bahwa pengapalan melalui trans-ship pelabuhan Jakarta masih lebih murah di bandingkan kalau mereka langsung mengusahakan pengapalan dari pelabuhan Bi- tung. Pengalaman dan kalkulasi para industriawan Sulawesi Utara menunjukkan hasil bahwa penga- palan barang ekspor langsung dari pelabuhan Bitung ke luar negeri jauh lebih tinggi biayanya. Faktor-faktor yang menambah beban biaya itu, mereka tak mau menyebutkan, karena takut menyinggung pihak lain. Industri besar lain yang dapat berkembang dengan baik walau tidak memproyeksikan pemasaran produknya ke luar negeri, adalah industri yang berhubungan de- ngan hasil pertanian dan industri yang produknya mengisi kebutuh- an lokal sebagai pengganti barang yang sebelumnya didatangkan dari pulau Jawa. kecil pembuatan kereta pengangkut hasil pertanian di Leilem, Tomohon dan industri Industri yang berhubungan pembuatan perabot rumah tangga dengan hasil pertanian di Sulawesi di Toliang Oki, Tondano, dapat Utara paling menonjol adalah terus berkembang karena pema- industri minyak saran produk pengolahan goreng. Industri ini berkembang meningkat. baik karena bahan baku kelapa banyak terdapat di Sulawesi mereka juga Utara. Di samping itu industri lain yang memproyeksikan pema- sarannya kepasaran luar negeri adalah Industri pengolahan hasil laut, Industri ini baru berdiri, mengolah pengalengan ikan cakalang (tongkol) dan pemasar- annya seluruhnya untuk ekspor. Ikan Cakalang memang banyak terdapat di perairan Indonesia Timur bagian Utara. PT. Dehol yang mengolah industri ini berkeyakinan bahwa prospeki dijadikan minyak goreng. Dan pemasaran ikan cakalang untuk ke Cara kedua adalah dengan luar negeri sangat baik. Demikian goreng setengah jadi (crude oil). Industri dengan cara pengolah- an kedua tersebut umumnya berskala lebih besar dari industri yang melakukan pengolahan dengan cara pertama. Industri pengolahan kelapa segar produknya dipasarkan langsung ke daerah-daerah di Sulawesi Utara. Masyarakat disana lebih menyukai minyak goreng yang diolah langsung dari kelapa segar, karena ada aroma dan rasa khas. Pengusaha industri minyak goreng kelapa segar tidak banyak menghadapi masalah, pemasaran dan memperoleh kelapa tidak pernah dialami kesulitan. die Produk pengolahan kopra berupa crude oil lebih banyak dikirim ke pulau Jawa untuk diolah lagi menjadi minyak goreng siap pakai. Industri ini umumnya berskala besar bahkan seperti PT. Inimex Intra melengkapinya dengan 3 buah kapal tanker untuk pengiriman ke Jawa. Di samping industri pengolah- an bahan pertanian, kesempatan berkembang industri lainnya adalah berupa industri yang produknya langsung dipakai sebagai kebutuhan rumah tangga. Industri ini antara lain industri Kasur Busa, industri tegel dan industri seng.Jenis industri ini mempunyai peluang berkembang di Sulawesi Utara, karena, produk yang sama bila didatangkan dari Jawa harganya di Sulut jauh lebih mahal dari apabila dibuat di Sulut sendiri. Selisih harga itu dapat mencapai 30%. Demikian pun produk-produk industri di Sulut semacam itu masih ketat tersaingi oleh produk dari Industri di Sulawesi Selatan (ujung Pandang). Selain mereka bersaing di pasaran Sulawesi Utara di kepulauan Maluku Utara pun mereka masih ketat di imbangi. Industri kecil. Industri kecil di Sulawesi Utara cukup berkembang, paling menonjol diantara jenis-jenis industri kecil itu adalah yang produknya berhubungan langsung dengan pertanian. Industri Pengolahan kelapa untuk produk minyak goreng terbagi dalam dua cara pengolahan. Cara pertama adalah dengan mengolah kelapa segar untuk langsung rasakan berat karena sejalan Bahan baku kayu yang umumnya merupakan bahan baku utama mereka, di perhitungkan sejak sebelum Kenop 15 sampai sekarang, harganya telah mening- kat lebih dari 200%. Kenaikan bahan baku ini tidak mereka dengan itu permintaan akan produk industri kecil itu juga mengolah kopra menjadi minyak terus meningkat. (FOTO: SK/ Agustianto. Mengupas kelapa pada salah satu industri besar yang dikerjakan tanpa bantuan mesin. JAWA TENGAH MADIUN KETERANGAN: PNP XX 1.PG, SOEDHONO 2.PG PURWODADI 3.PG.REJOSARI 4.PG. KANIGORO 5.PG. PAGOTTAN PNP XXI: 6.PG. LESTARI 7.PG MERICAN 8.PG PESANTREN 9.PG.NGADIREJO 10.PG/MOJOPANGGUNG KEDIRI B LOKASI PABRIK2 GULA DI JAWA TIMUR TRENGGALEK PNP XXII: 11.PG KRIAN 12.PG. WATUTULIS 13.PG. TULANGAN 14.PG KREMBOONG 15.PGGEMPOLKEREP 16.PG JOMBANG BARU 17.PG CUKIR PENGANTAR: Baru2 ini, Marthen Menang- koda mengadakan perjalanan ke pulau Buton, meninjau lokasi tambang Aspal milik negara. Laporan hasil pe- ninjauannya, hasil wawancara yang dilakukan dengan ber- bagai pihak, di rangkumkan kembali oleh wartawan SK, Ch, R. Tumangger. Selamat mengikuti. SEJAK Pelita dimulai berbagai sektor pembangunan mengalami kemajuan yang pesat termasuk pembangunan jalan dan jembatan. Sektor pembangunan jalan dan jembatan menggunakan berbagai bahan baku baik yang impor maupun dari dalam negeri, antara lain aspal. Dalam pelaksanaan rehabilitasi dan pembangunan baru jalan dan jembatan banyak menggunakan aspal impor (aspal minyak), sementara tambang aspal yang ada di Pulau Buton seolah-olah tak mau diperdulikan. Pulau Buton penghasil utama aspal di tanah air ini terletak di wilayah Propinsi Sulawesi Tengga- ra. Lokasi tambangnya sendiri berada di daerah Banabungi 48 km dari Bau-bau, ibukota Kabu- paten Buton. Di kota ini terdapat kantor dan base camp Perusahaan Aspal Negara (PAN) lengkap dengan berbagai fasilitas, seperti angkutan darat, kereta listrik pengangkut aspal dari daerah MINGGU yang lalu di Jakarta telah diselenggarakan sidang SGATAR yang ke-10, yang pembukaannya dilakukan oleh Menteri Keuangan RI Prof. Dr. Ali Wardhana. Uraian tentang SGATAR dapat diikuti tulisan di Harian ini Senen 17 November 1980. KRIAN * MOJOKERTO OMBANG Pelaksanaan operasio- nalnya diserahkan kepada Direk- torat Jenderal Pajak. Artinya, wewenang menetapkan kebijak- sanaan dibidang penetapan pajak serta tata cara pemungutannya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pajak dengan Inspeksi Ipedanya. Sedangkan penagihan- nya dilakukan oleh Aparatur Pemerintah Daerah tingkat II. DASAR HUKUM DAN PERKEM- BANGANNYA: Dasar hukum daripada berla- kunya pemungutan Ipeda, pada mulanya adalah Undang Undang NO: 11 P.P. (Peraturan Pemerin- tah) Tahun 1969 jo Undang undang No. 1 Tahun 1961 tentang Pajak Hasil Bumi. Sasaran daripada Undang-undang NO:11 P.P. Tahun 1969 adalah untuk pengenaan pajak atas tanah tanah yang dikuasai oleh hukum adat, sedangkan tanah-tanah lainnya dikenakan Verponding dan Ver- ponding Indonesia. 11 Dengan adanya Undang-un- dang Pokok Agraria sebagaimana diundangkan melalui Undang undang No: 5 Tahun 1960, di Indonesia tidak ada lagi beranekaragam status tanah, sehingga Verponding dan Ver- ponding Indonesia kehilangan obyeknya, karena semua hak dikonversi ke dalam hak milik Indonesia. Keadaan yang demi- kian menimbulkan adanya rasa PNP XXIV: 18.PG KEDAWUNG 19.PG WONOLANGAN 20.PG GENDING 21.PG. PAJARAKAN 22.PG JATIROTO 23.PG SEMBORO 30 MALANG SURABAYA SIDOARJO Mau dibawa kemana Perusahaan Aspal Buton? -Angkutan,suatu problema yg perlu ditangani secara khusus Oleh: B. Boediono SENIN, 24 NOPEMBER 1980 luran Pembangunan Daerah (IPEDA) PROBOLINGGO LUMAJANG PNP XXV: 24.PG.ASEMBAGUS 25.PG.PANJI 26.PG. OLEAN 27.PGWRINGINANOM 28.PG. DE MAAS 29.PG. PRAJEKKAN Kuasa Direksi PAN yang berkedudukan di Banabungi, Ir. Laode Tamim kepada penulis mengatakan baru2 ini, kini pihak PAN memiliki 19 konsesi gunung aspal, yang jumlah cadangan batu dan pasir aspal diperkirakan sekitar 25 juta ton. Di Kabungka (Konsesi V) seluas 10 ribu Ha memiliki cadangan 4 juta ton aspal sedangkan lokasi Kabung- ka yang kini sedang digarap dapat menghasilkan 1,6 juta ton. Lokasi Kabungka ini berbatu lembek, karena itu dapat dijangkau oleh peralatan yang sederhana yang kini masih dimiliki oleh PAN Buton. Sedangkan lokasi lainnya telah dilakukan percobaan untuk digarap, akan tetapi terbentur karena peralatan yang tersedia sudah tidak mampu menerobos- nya. Sehingga daerah-daerah yang masih perawan yang medannya berbatu tetapi kaya aspal sulit untuk digarap. Lokasi Kabungka ini dahulu merupakan sebuah gunung, kini telah berubah menjadi suatu danau dengan kedalaman 15 meter dan luasnya sekitar 304 HA': 280 ribu ton aspal tertumpuk. Daerah Banabungi yang ter- letak di pinggir pantai, tempat aspal membukit pada malam hari cukup terang, bagaikan sebuah kota yang ramai, tempat kantor atas penambangan ke pelabuhan Bana- produksi/pengelolaan aspal Bu- bungi yang jaraknya sekitar 8 km. Dari Kabungka aspal hasil Buton itu siap diangkut ke daerah2 yang membutuhkannya. ton. Di salah satu sisi kota ini berderet rumah2 karyawan PAN. Pemandangan di pantai Bana bungi ini cukup asyik. Tumpukan aspal yang menggunung hampir lenyap ditelan pasir, karena terlalu lama tak diangkut-angkut. Hal ini disebabkan kurangnya permintaan dan kurang lancarnya pengangkutan laut. Gunung aspal di pelabuhan Banabungi itu mencapai jumlah 280 ribu ton, dan setiap hari bertambah terus, sehingga pada suatu waktu nan ti kota pelabuhan ini dikhawatirkan akan terkepung oleh tumpukan aspal. 10 Dalam mencapai rangka keadilan dibidang perpajakan atas tanah, lahirlah Keputusan Presi- dium Kabinet Ampera NO: 87/U/Kep/4/1967 tanggal Sidang SGATAR tahun ini April 1967 yang membekukan membahas 4 topik, satu Verponding dan Verponding diantaranya adalah tentang perpa- Indonesia serta mengalihkan men- jakan atas tanah. Bahkan topik ini jadi obyek pemungutan Ipeda. merupakan topik yang pertama. Di Indonesia, pajak atas tanah Sebagaimana dikemukakan di- atas, sejak lahirnya Undang- antara lain Iuran Pembangunan undang NO: 11 P.P. Tahun 1959, Daerah (IPEDA), dimana jenis jenis pajak atas tanah tersebut pajak ini pengelolaannya diserah- kan kepada Pamerintah Pusat, belum dikenal dengan Ipeda, hal dalam ini melainkan Pajak Hasil Bumi. Departemen Namun, nama Ipeda tersebut Keuangan, timbul melalui Surat Keputusan Menteri Iuran Negara No: PMPPU 1-1-3 tanggal 1 November 1965. SUBYEK, OBYEK DAN DASAR PERHITUNGAN: Seperti halnya dengan jenis- jenis Pajak Langsung lainnya, Ipeda juga mengenal subyek, obyek dan dasar perhitungan. ketidak adilan, karena hanya tanah-tanah yang dikuasai oleh hukum adat terhutang pajak, sedangkan lainnya bebas. PABRIK GULA SWASTA: 30.PG KEBON AGUNG 31.PG BANDI 32.PG KREBET BARU 33.PG. REJOAGUNG Subyek Ipeda meliputi orang, badan serta badan hukum yang memperoleh manfaat tanah dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai. Tanah dan bangunan dimaksudkan sebagaimana ditun- juk sebagai obyek Ipeda. Dengan demikian subyek Ipeda adalah siapa saja yang pada kenyataan- nya menguasai obyek Ipeda, yang berarti pula dapat sebagai pemilik, penyewa, pemakai serta pemegang hak seperti hak pengusahaan hutan, hak penambangan (konsesi pertambangan). Obyek Ipeda adalah semua tanah dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai serta diambil man- faatnya sesuai dengan pasal 16 Undang-undang Pokok Agraria, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No:5 Tahun 1960, yaitu meliputi: 1. Ilak milik; 2. 1lak guna bangunan; 3. Ilak guna usaha; 4. Hak pakai; 5. Ilak sewa; 6. Hak membuka tanah; 7. Ilak memungut hasil hutan; 8. Ilak-hak lain yang akan ditetap- kan dengan undang-undang; 9. Hak-hak air dan ruang BESUKE 0 BANYUWANGI an Menurut Kepala Bagian Pro- duksi PAN Buton, Ir. Tjeppi Tjumarman BE, ia kini kebingung- an menampung aspal yang terus mengalir dari pusat produksi. Dalam beberapa bulan saja peng- angkutan laut dan permintaan tersendat, maka PAN terpaksa mencari lokasi penampungan baru juga disekitar pelabuhan dengan catatan harus mengeluarkan biaya sebagai pengganti kerugian atas tanah. Dan hal itu katanya sudah dilaporkan kepada Dirut PAN di Jakarta. Dari tahun 1977-1979 produk- si PAN berkisar antara 90 ribu ton sampai dengan 150 ribu ton pertahun, namun yang bisa di- angkut sesuai dengan permintaan hanya berkisar antara 30 sampai 60 ribu ton, sehingga sisa ditambah produksi harian terus Lihat halaman IX kol. 5 angkasa, seperti hak guna air, hak pemeliharaan dan penangkapan Ikan, hak guna ruang angkasa dan seterusnya. Dengan bertitik tolak pada sifat kegunaan serta lokasi, obyek Ipeda tersebut dibagi dalam sektor-sektor, yaitu: 1. sektor Perkotaan; 2. sektor Pedesaan; 3. sektor Perkebunan; 4. sektor Kehutanan; 5. sektor Pertambangan. Untuk dapat menghitung besarnya Ipeda yang terhutang, perlu diketahui tentang dasar perhitungannya. suatu Dasar perhitungan daripada Ipeda adalah "nilai hasil bumi", pengertian yang mirip dengan "nilai Verponding". Besarnya nilai hasil bumi adalah sebagai berikut: 1. untuk tanah-tanah yang menghasilkan, seperti tanah sawah, perkebunan karet, teh, kopi dan seterusnya adalah hasil bersih satu tahun; 2. untuk tanah-tanah peka- rangan, seperti tanah peru- mahan, tanah untuk usaha, adalah harga sewa setahun yang dapat di peroleh dari harga jual tanah termasuk bangunannya yang berada diatasnya. Setelah diketahui dasar perhi- tungan daripada Ipeda dapat dihitung besarnya bebas pajak dengan memperhatikan tarip yang berlaku. Besarnya tarip Ipeda yang diterapkan dalam menghitung besarnya beban Ipeda adalah 5% (lima persen) dari nilai hasil bumi, yang berarti Ipeda menerapkan tarip sebanding. Meskipun demi- kian, dalam rangka memper- mudah cara menghitung besarnya Ipeda demi dapat di kuasai oleh wajib pajak sehingga diperoleh kepastian hukum sekaligus sebagai peningkatan pelayanan, untuk menghitung besarnya Ipeda Perkotaan disusun suatu tarip sekian rupiah permeter dengan dibedakan menurut kelas, tipe bangunan dan daerahnya. Susun- tarip ini adalah hasil perhitungan dengan memperhati- kan dasar perhitungan serta tarip sebagai mana dikemukakan diatas. Dengan demikian, wajib pajak dapat menghitung pajaknya sendiri yang semestinya terhutang dengan memperhatikan tabel tarip yang ditempelkan di pintu-pintu utama pada Kantor Inspeksi Ipeda atau Kantor Dinas Luar Ipeda. Mudah-mudahan minggu de- pan dapat diuraikan cara menghitung Ipeda, khususnya Ipeda Perkotaan. SENIN Ког Pan K k S mela sebag keku kete: hada huku Polr mam seba bert yan ting anta den pen an sesu Un itu dit ting nya per der рег ma lam Bri dit rer ko ka ko se Ja m M M ny an ko m ka pi da Si se p di sa ya m k d m a m d d d P k II 0 d m S b P a t P n d t b t C
