Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1990-09-16
Halaman: 05

Konten


SEPTEMBER 1990 N I lu beli TAS!! ngkapan ya telah reli Asia STERNA belakang, IT MI! TSUBISHI BADI D. Box 11 073-81222 ng OP 34608 Color Rendition Chart C. 182 MINGGU, 16 SEPTEMBER 1990 engan bersiul kecil A- nik menuruni tangga di lantai dua penerbitan Koran Bali Post. Wajahnya keli- hatan sangat cerah, kayaknya dia senang sekali. Rupanya ha- ri ini dia mengambil honor yang pertama dari cerita yang dikirim ke Oleh Agus Kurniawan urung Pipit Bangkap itu masuk per. Mendengar cerita pak Ah. Sambil tersen koran tersebut. rumah. sang di dahan pohon Jambu di belakang Bulu- bulunya berwarna coklat, di- hiasi garis putih di sekitar sayap. Yudi gembira sekali mengelus-elusnya. Burung Pipit D Dulu, setiap kali burung- burung Pipit terbang di dahan pohon Jambu untuk mencari Ulat, Yudi selalu mengharap kan untuk dapat memiliki. A- palagi bila mendengar cicitnya yang manja, ingin rasanya dia ikut terbang mengejar mere- ka. Setelah diajari membuat per- angkap burung oleh teman- nya, harapan itu menjadi ke- nyataan. Tidak sampai satu minggu perangkap yang dipa- sang di dahan pohon Jambu di belakang rumah, memberi see- kor burung Pipit padanya. Yudi memeliharanya dalam sangkar yang dia pinjam dari teman. Makanannya dia ambil- kan nasi. Minumannya dia tempatkan pada kaleng kecil. Tak henti-hentinya Yudi mengagumi kelincahan bu- rungnya yang meloncat-loncat dalam sangkar. Sesekali mulut Yudi mengeluarkan bunyi se- perti burung untuk meman- cing burung Pipitnya berki- cau. Tapi kekaguman Yudi tidak berumur panjang. Setelah tiga hari, dia sudah enggan untuk duduk di depan sangkar. Pada- hal biasanya sampai satu jam lebih. Kini memberi makan pun dia terlambat. Burung Pipit itu jadi tidak lincah lagi geraknya, seperti pertama kali dimasukkan da- lam sangkar. Tubuhnya kurus dan jarang bergerak. Matanya redup seperti sedang sakit. Sedang Yudi larut dengan permainan barunya. Main kejar-kejaran dengan teman- teman atau memancing ikan hingga sore hari. ... Pagi itu di kelas Yudi sedang ada pelajaran agama. Pak Ah- mad, guru agama berdiri di muka kelas sambil memegang buku. "Anak-anak, oleh Tuhan kita dilarang menyiksa binatang. Karena binatang itu mempu- nyai nyawa seperti kita, jadi ju- ga merasakan sakit bila disik- şa. Dan Tuhan akan membalas siapa saja yang dalam hidup- nya suka menyiksa binatang yang tak berdosa. Atas kuasa Tuhan, di neraka nanti, binatang-binatang itu akan ganti menyiksa orang-orang yang berlaku kejam terhadap- nya. Untuk itu, biarkanlah binatang-binatang hidup be- bas. Mereka tak akan me- nyakiti bila kalian tidak me- nyakitinya terlebih dahulu." Mendengar penjelasan Pak ingat pada Burung Pipitnya yang selama ini tidak dia hiraukan. "Bagaimana bila memelihara burung dalam sangkar Pak ?" Ayah yang melihatnya me- nangis menghampiri." Ma'af- kan ayah Yudi. Burungmu ter- paksa ayah lepas agar tidak memati kelaparan." tanyanya. "Sama saja. Memasukkan burung dalam sangkar sama dengan memenjarakan, meng- ikat kebebasannya. Kalian mungkin akan senang mende- ngar kicauannya. Sebenarnya itu bukan kicauan, tapi rintih- an sedih karena harus berpi- sah dengan anak-anaknya. Kalian mau hidup sendiri tan- pa di dampingi ibu kalian?" "Tidak..." semua murid men- jawab dengan serentak. "Anak-anak burung juga de- mikian. Mereka sedih sekali di- tinggal oleh induknya yang kalian tangkap. Apalagi anak- anak burung yang belum bisa mencari makan sendiri, akan menangis karena kelaparan, sampai akhirnya mati dengan perut kosong. Petualangan Zulfikar MENCARI KAKEK Matanya berkaca-kaca, mem- bayangkan induk burung yang dia pelihara dalam sang- kar. "Tentunya anak-anak bu- rung itu sekarang mencicit cicit kelaparan, atau mungkin sudah mati dengan perut ko- song", pikir Yudi. Dan induk burung itu sudah lama tidak día hiraukan. Bagaimana seandainya kucing-kucingnya membuka sangkar dan mener- kam burung pipitnya? Pikiran Yudi sudah tidak tertuju lagi pada pelajaran. Nasib burung Pipitnya memenuhi bayangan nya. Hatinya gundah, ingin cepat-cepat dia tinggalkan ke- las dan pulang ke rumah, mele- paskan burung Pipitnya. Ke- gunaan itu semakin menjadi i ngat, sangkar burung itu dile- takkan dekat dinding rumah yang mudah dijangkau Ku- cing. mengenakkan mereka. Zu yg berjalan terseret-seret begitu a- syik memandangi hal yang be- lum pernah dilihatnya itu. Suatu kali sepatu yang dipa- kainya terbenam dalam ge- nangan air. Yudi pulang sekolah dengan tergesa-gesa. Tasnya masih di punggung sewaktu berlari ke belakang rumah, menuju sangkar burungnya. "Kalau jalan pasang matamu baik-baik, Zulfikar!" bentak Lora. Ternyata kekhawatirannya menjadi kenyataan. Sangkar itu pintunya terbuka. Dan Bu- rung Pipitnya sudah tidak ke- lihatan ujudnya. Tinggal tem- pat makan dan minum burung yang terlihat kering karena kemarin tidak dia ganti. Tubuh Yudi lemas. Matanya sembab oleh air mata saat membayangkan tubuh burung pipit disayat cakar-cakar ku- cing. Bayangan anak-anak bu- rung yang mencicit kelaparan sampai akhirnya mati dengan perut kosong juga sangat me- nyiksa perasaannya. Di bawah sangkar burung, Yudi terisak- isak. "Jadi... jadi Burung Pipit itu telah ayah lepas ?" teriak Yudi dengan gembira sambil meme- luk erat kaki ayahnya. Ambulu, 2 Juli 1990 Agus Kurniawan JI. Olah Raga 1/04 Ambulu Jember-Jawa Timur 68172 luar dari gedung yang berada di jalan Kepundung itu. Tidak lupa dia menghadiahkan se- nyum yang super manis buat Satpam yang bertugas di dep- an. Biasa tuh, kalau senang, Suka bagi-bagi senyum, persis kayak artis. Aku mengenal Anik sejak kecil. Kami memang berte- tangga dekat dan kebetulan u- murnya Anik sama denganku. Anik ini orangnya periang se- kali. Suka bergaul, suka ngo- mong ceplas-ceplos sehingga kadang-kadang orang menjadi cepat tersinggung, padahal hatinya sangat baik dan satu sifat yang kukagumi darinya adalah dia selalu mengerjakan sesuatu dengan sungguh- sungguh dan selalu ingin ber- hasil. Makanya tidak menghe- rankan hampir setiap tahun dia selalu masuk "tiga besar" di kelasnya. Seperti siang ini, tanpa ba-bi- bu alias permisi dia nyelonong ke kamarku. "Ya, ampun. Jam segini ma- sih tidur. Dasar badak, nanti pipi kamu yang tembem tam- bah tembem lo!. Ayo bangun, aku dapat rejeki nih", katanya sambil memukulku dengan guling. "Sirik amat sih. Ini kan hari libur. Siang-siang sudah ribut, dasar burung cucakrawa. Re- jeki apaan, paling-paling cuma dapat jatah coklat dari mbak Yeni", sahutku dengan kesal. "Hai dengar Yunani eh maaf, Yuni Sri Rahayu. Hari ini, a- kan kutraktir kamu dan Mbak Yeni. Cepat ganti baju dan kita cabut", lagaknya seperti boss. "Waduh, mimpi apa aku se- malam. Kok ada rejeki tiba- tiba," kataku sambil bergegas bangun. RIE muat di Bali Post dan aku sudah "Lumayan Yun, Ceritaku di mengambil honornya tadi pa gi. Kasih dong aku selamat", katanya sambil menaikkan le- her bajunya. "Ck-ck-ck, yang senang. Berapa dapatnya?" tanyaku sambil merapikan tempat ti- dur. an sudah seperti orang dewasa saja. Bayangkan, untuk beli sebatang pensil saja, mereka lebih sreg untuk membelinya di swalayan. Ha... ha... ha...." lah sebuah surat. "Petualanganmu yang perta- ma Zulfikar, adalah menyerah- kan amplop ini nanti. Mudah kan?" kata Bram sambil menja- "Aku tak setuju dengan ting- lankan kembali mobil setelah kah mereka itu. Semestinya, lampu lalulintas berwarna hi- sedari kecil para orang tua jau. Zu mengangguk. Dalam mesti memperkenalkan mere- hatinya dia memaki tugas ka dengan lingkungan keasli yang diberikan Boss untuknya an mereka. Jangan cuma hari ini. Masak sih tugasnya mengenal benda-benda mo- cuma sebagai pengantar su- dern yang sanggup mengela- rat? Apa nggak ada tugas yang bui hati nurani, sehingga me- lebih berat dan sesuai untuk reka enggan menengok ling- nya? Semula Zu menduga ka- kungan kumuh yang disuguh- lau tugas-tugasnya nanti sa- kan oleh pasar-pasar rakyat se ngat berat baginya, tapi... ka- Oleh Bahrun Hambali perti ini!" komentar Lora sinis. lau cuma sebagai pengantar Zu yang mendengar pembi- surat sih anak TK pun bisa. Zu caraan mereka cuma diam sa menghela nafasnya kuat-kuat ja. Sepatu putih yang dikena- untuk menghilangkan keke- engan perasaan berat, a-kannya terasa semakin berat cewaan hatinya. disetiap ayunan. Warna- nyapun sudah agak kecoklat- an oleh rendaman air tadi. "Kita beli ikan, Bram?" Gustra mengharapkan agar "Bole. Tapi kita tanya dulu nantinya dapat kembali memi- Zulfikar. Barangkali dia alergi liki foto tersebut, meskipun dia menyadari jika nantinya polisi pada ikan laut." "Kamu suka ikan laut, Zu? pasti akan 'mengoperasi foto itu untuk mengetahui sesuatu Eh, kamu tidak alergi kan de- yang terselip di dalamnya. Dan ngan ikan laut!?" tanya Lora. (28) Dkhirnya Gustra merela- kan foto diri kak Frans dise- rahkan ke markas kepolisian untuk diselidiki. Dalam hati Tidak. Zu malah senang ma- itu artinya harapan menjadi kan siang nanti lauknya ikan tongkol. Mbok Luh Sudi pasti bisa membuatkan abon tong- kol atau cakalang." sangat tipis! "Waduh, yang bersemangat kalau ditraktir, pakai basa- basi segala. Lumayan deh, buat tiga piring gado-gado dan tiga "Kenapa, Zu? Takut?" "Ahh, enggak. Rasanya kok lama sekali kita sampai di tem- pat tujuan? Saya sudah nggak sabaran lagi nih!" "Sebentar lagi kita akan sam- pai, Zu!" Setelah membeloki beberapa persimpangan, akhirnya mo- bil yang dikemudikan Bram berhenti di bawah pohon aka- sia. Bram dan Lora berpan- dangan sebentar, lalu kedua- nya mengangguk kecil. "Nah, Zu, sekarang tugasmu mengantarkan bingkisan ini. Kamu masuk ke jalan di depan itu, lalu cari gang VII. Kalau hat tertidur nyenyak meski- tawar-menawar dengan seo- gang itu dan cari nomor 14. pun posisi tidurnya tidak rang pedagang ikan laut, dan Nah, kamu serahkan bingkis- berikutnya mereka sudah terli- hat kembali ke tempat parkir mobil. "Saya sangat mengerti, kak "Ke mana kita sekarang?" ta- nya Zu setelah mobil berjalan memasuki jalan Sulawesi. "Bertugas kembali!" "Menyerahkan bingkisan Bram!" ini, Zu!" tambah Bram. Mobil "Nah, kalau begitu, kamu berhenti karena lampu lalulin- sudah boleh petualanganmu, Zu!" Lora membukakan pintu "Mungkin dia belum pernah tas sedang berwarna merah. masuk pasar seperti ini, Lora. Bram memperlihatkan sebuah mobil, lalu dia membantu Zu Di Jakarta gengsi anak ingus- amplop yang nampaknya ada mengenakan tas punggung- 8 Ketekunan Anik aay Bali Post POS ANAK- ANAK Oleh Nyoman Handayani gelas es teler," sahut Anik de- Jelek-jelek begini, aku ini artis ngan bangganya. serba bisa lho". "Okay, sukses deh, jangan bangga dulu dong. Aku kok ja- dicuriga," kataku sambil kehe- ranan. "Curiga apaan?" balasnya nya. Benar deh, mirip betul sambil memelototkan mata- kayak ikan mas koki. Setahuku, kan cuma mbak Yeni saja yang senang tulis menulis, bahkan karangannya sering dimuat. Kamu kan cu- ma jadi pembaca yang setia. Jangan-jangan itu hasil karya mbak Yeni yang kamu kirim", tuduhku pada Anik. Sambil berkacak pinggang Anik berkata, "Tuduhan lebih kejam dari pembunuhan, Yun. dua memberi jari-jarinya yang runcing seperti duri landak itu dengan warna yang indah. Yang ketiga membasahi ta- Puteri-puteri itu mula-mula terkejut melihat pengemis itu. Tapi kemudian menjadi marah Pasar Badung tidak seramai Zu tidak melihat bagaimana pagi tadi. Agak siangan seperti kedua orang yang mengajak ini para pembeli sudah agak berkurang. Dan para peda-nya itu tersenyum simpul. Se gang pun sudah ada yang terli. saat kemudian Lora sudah sudah kamu temui, masuki rang lebih limapuluhan meter, nya. "Ini bingkisannya, Zulfikar. Hati-hatilah. Nah, selamat ber- tugas!" Zu mengangguk sesaat. De- ngan langkah santai dia me- nyeberang jalan untuk ke- mudian memasuki jalan yang telah ditunjukkan Bram tadi. Sebentar saja dia sudah meng- hilang di belokan jalan itu. "Astaga, Bram. Lihat laki- laki itu, rasanya aku sudah melihatnya sejak kita turun di pasar tadi. Wah, wah, celaka kita. Dia mengikuti ke mana Zulfikar pergi. Aduuhh....." "Tenang, Lora. Mungkin dia cuma penduduk sekitar kom- pleks perumahan ini. Ahh, ka- mu terlalu berburuk sangka!" hibur Bram. Tapi dia juga agak was-was kalau sekiranya sangkaan Lora itu benar ada- nya. Bukanlah sesuatu hal yang mustahil jika laki-laki itu adalah salah seorang anggota "Topeng Hitam" atau malah dia adalah... intel kepolisian! "Ada apa lagi, Lora?" tanya Bram yang heran melihat Lora yang sering melihat ke bela- kang. "Coba kamu perhatikan laki- laki yang berjalan di belakang dua gadis berseragam SMA itu, Bram. Nampaknya dia sangat mencurigakan !" Bram meng- ikuti kata-kata Lora. Di bela- kang mereka, dalam jarak ku- terlihat seorang laki-laki berja- ket hitam berjalan persis di be- lakang dua gadis berseragam an ini pada orang yang mem- bukakan pintu di rumah itu. SMA. Kalau orang itu tanya, bilang "Siang terik begini pakai ja- pi bingkisan ini. Ngerti kan, bahwa ada orang yang meniti- ket. Apa tidak kegerahan Zu?" dia!?" Bali Post Dongeng Ketika kami menoleh sekeli- ling, barulah kami sadar, se- mua orang memandang kami. Aku menendang kaki si Anik, demikian bila si Anik menen- Puteri Tercantik Dengan girang iapun turun dang kakiku, lalu kami saling menendang dan tersenyum ke- cil. Kamipun makan tanpa ba- melihat mbak Yeni marah. nyak bicara lagi. Takut lho, Setiba di rumah, aku mere- bersih. ahulu kala ada seorang bungaan, sehingga harum se- rang putera. Raja itu sudah sa- mengetuk pintu gerbang itu. ngat tua dan dirasakannya Melihat gagahnya pakaian ta- merbak baunya, Hanya tangan bahwa ia tidak akan lama lagi mu yang datang itu maka ser- puteri yang bungsulah tak di- gutnya yang palsu itu dan de- nung dalam kamar dan berpi- bisa hidup. Raja itu sangat dadu pengawalpun segera bergi apa-apa, sederhana dan sayang pada puteranya dipanggilnyalah yang bernama pangeran Has- an, lalu beliau berkata, "Puter- aku, barangkali aku tak lama lagi hidup. Oleh karena itu ca- rilah seorang puteri yang baik budi sebagai teman hidupmu, sehingga nanti jika engkau menggantikan aku menaiki tahta kerajaan, ada seorang permaisuri yang bijaksana du- duk di sampingmu membantu Aku Hasan diiringi menghadap ra- ja yang tinggal di istana itu. Sangat tertarik hati raja se- telah didengarnya maksud Pa- ngeran Hasan datang berkun- jung adalah untuk meminang puterinya, iapun bersuka hati dan disuruhnya memanggil keempat puteri-puterinya. Se- telah berhias terlebih dulu, ma- ka putri-putri itupun datang menghadap ayahnya. ngan tercengang puteri-puteri kir. Aku harus bisa dan berpi itu melihat Pangeran Hasan ketekunan si Anik. Anik yang Pangeran itu ragu-ragu, sa- berdiri di hadapan mereka. Pa- terkenal suka banyak omong ma eloknya puteri-puteri itu ngeran Hasan berkata, "Bukan dan nakal tetapi mampu untuk dilihatnya. Siapakah dari tangan yang putih seperti ga- menunjukkan prestasinya de- keempatnya yang harus dipi- ding, bukan jari-jari laksana ngan ketekunannya. Kenapa lihnya menjadi bakal istrinya? duri landak, bukan tangan aku tidak? Kemudian iapun mengundur- yang semerbak baunya, me- kan diri. Ia hendak berpikir, lainkan tangan yang diulur- mencoba untuk menuliskan mencari akal bagaimana da- kan menolong yang miskin, i- pengalamanku ditraktir oleh tangan seindah- pat mengetahui siapakah dari tulah Anik dalam bentuk cerita. puteri-puteri itu yang layak indahnya,' Kemudian puteri yang bung- dah kuhabiskan. Ini adalah Wah, berapa kertas yang su- menjadi permaisuri. Keesokan harinya Pangeran su itupun dibawa Pangeran kertas yang terakhir aku am- Hasan kembali ke istana, tapi Hasan ke rumah orang tuanya bil, moga-moga jadi deh. Nanti bukan dengan pakaian yang dan ketika ia menggantikan cerita ini akan kukirimkan ke indah-indah melainkan me- ayahnya naik tahta kerajaan, Beliani puteri yang baik budi itupun nyamar seorang duduk di sampingnya sebagai Pakaiannya peminta-minta. compang-camping dan di permaisuri yang bijaksana.*** dagunya dilekatkan janggut palsu. Dari jauh sudah dilihat- nya puteri-puteri itu bermain- main di taman. Didekatinya taman itu dan diulurkannya tangannya di celah-celah pintu meminta sedekah. engkau." sebagai Dan rajapun berkata kepada Sedih hati Pangeran Hasan Pangeran Hasan, "Pilihlah, mendengar perkataan ayah- siapakah yang engkau sukai?" itu, tapi sangat Hasan tak da- taat pada orang tuanya maka pat lagi berkata-kata, ia terpu- iapun bersembah sujud me- kau melihat kecantikan puteri- minta berkat dari ayahnya se- puteri itu. belum berangkat mencari pu- Tak tahu ia siapa yang akan teri yang baik budi itu. dipilihnya. Tapi yang lebih Setelah tiga hari tiga malam mengagumkan lagi adalah ta- dalam perjalanan, maka sam- ngan puteri-puteri itu. Belum pailah ia pada suatu istana pernah dilihatnya tangan see- yang terletak di tengah-tengah lok itu. Yang sulung selalu me- taman yang indah. Dan di da- lindungi tangannya dari sinar lam taman itu ia melihat empat matahari, sehingga halus dan puteri yang elok-elok rupanya putih seperti gading. Yang ke- "Astaga. Bukankah itu anak buah letnan Guritmo?" Secepat kilat Bram menghi- dupkan mesin mobil lalu mela- rikannya dengan cepat. (Bersambung). "Aduh yang marah. Gimana tuh ceritanya sampai dimuat. Bagaimana resep anda sehing- ga menjadi seorang peng- arang", tanyaku berlagak se- perti seorang wartawati. "Itu sih gampang, semua pe- kerjaan sebelum dikerjakan memang terasa berat. Tetapi, setelah dicoba dan dicoba lagi so pasti deh akan berhasil". "Wah, nasehat yang kuno. Terus bagaimana lanjutan- nya", kataku dengan tak sa- bar. Yuni, Anik cepat dong. Kap- an nih kita berangkat?" teriak mbak Yeni dari luar. "Nah lo, Ibu asrama sudah ti- dan memanggil pengawal su- paya pengemis itu diusir dari situ. Kecuali puteri yang bung- su. Sangat kasihan dia melihat peminta-minta itu seraya ber- kata dengan suara yang ma- nis, "Inilah pak, belilah ma- kanan dan kalau uang itu ha- bis, datanglah kemari nanti a- Tapi sekonyong-konyong pengemis itu membuka jang- ● dak sabaran lagi, cepat dong. Nanti kena semprot lagi. Ce- ritanya nanti saja", kata si A- nik. Diceritakan oleh : Wiwid S Jl Kecubung 74 Denpasar "Sip-lah" jawabku sambil lari ke kamar mandi. Ketika gado- gado dan es teler terhidang di hadapan kami, mulailah Anik bercerita. "Ketika liburan sudah berjal- an seminggu, aku mulai bos- an. Kita kan tidak mempunyai rencana apa-apa dalam liburan ini. Jadi cuma makan dan tidur saja kerjaku. Ketika iseng- iseng kubuka kamar mbak Ye- ni, banyak kulihat naskah ceri- ta anak-anak". "Jadi kamu yang mengobrak-abrik meja belajar- ku. Pantesan saja, kertas- kertas berserakan dimana- mana," sahut mbak Yeni sam- bil minum es telernya. "Maaf deh tuan putri, hamba mengaku bersalah", gaya si A- nik sambil memelas. "Lanjutnya gimana nik", selaku. "Akhirnya aku membaca ter- us. Aku berpikir, kenapa aku nggak mencoba untuk mem- buatnya. Aku mencoba me- nuangkan segala yang kuala- mi sehari-hari ke dalam bentuk cerita. Aku mula-mula putus asa lalu...... ● "Kamu ambil salah satu ka- rya mbak Yeni. Lalu kamu ki- rim dan dimuat", sahutku. "Mulai lagi, aku belum sele- sai cerita jangan dipotong, ne- nek bawel", teriak Anik. "Aku diajak kemari mau di- traktir atau cuma menonton pertengkaran kalian", bentak mbak Yeni. "Dua-duanya" sahut kami hampir bersamaan. Kulihat mbak Yeni cuma menggeleng- gelengkan kepala melihat tingkah kami. Setelah tenang Anik melan- jutkan ceritanya. "Setelah aku beberapa kali gagal. Rasanya kok sulit sekali, tetapi aku ti- dak putus asa. Lalu aku berta- nya ama mbak Yeni dan mas Adi; gimana caranya bikin ce- rita yang bagus. Akhirnya se- perti yang kamu lihat, aku ber- hasil. Betul kan mbak?", tanya Anik kepada mbak Yeni. "Ehm", sahut mbak Yeni pendek. "Kok jawabannya gitu sih, Bilang dong, betul atau be- nar" pinta si Anik. "Betul sekali tuan putri. Eh, dengar nih burung-burung pi- pit centil. Kalau makan, ma- kan saja dulu, ceritanya bela- kangan. Jangan bikin mbak malu. Norak sekali kalian ini. Ributnya minta ampun, lihat tuh, orang-orang semuanya memandang kita. Tidak sopan tahu", kata mbak Yeni dengan ketus. Moga-moga dimuat dan apabi- la sudah dimuat honornyapun akan kubagi bersama Anik. Doakan ya, kalau dimuat tentu kalian akan baca kisahku. (Buat Adik Erni, Anita Gita salam manis) Nyoman Handayani Jln. Sakura Gg. V/10A Denpasar Setiap penabung mendapat hadiah merata di akhir itu tahun sesuai dengan saldo dan lamanya pengendapan. . Deposito dengan bunga yang menarik. Petugas- petugas kami siap antar jemput semua ta- bungan dan deposito kealamat anda. BS Tabungan dengan suku bunga yang bervariasi: 1. Pengendapan Rp. 1.000.000,-bunga 1,2% perbulan = 14,4% per tahun. 2. Pengendapan Rp. 3.000.000,-bunga 1,25% per bulan = 15% per tahun. 3. Pengendapan Rp. 5.000.000,-keatas bunga 1,3% per bulan = 15,6% per tahun. Pinjaman dengan proses yang cepat, sesuai dengan teknis perbankan. BUAH HATI RUBRIK "Buah Hati Berhadiah" ini terbuka 4. Bagi mereka yang fotonya dimuat, akan untuk semua Pembaca Bali Post, Kirimkan foto bayi atau anak-anak Anda ke Redaksi dengan syarat-syarat sbb : 1. Bayi atau anak berumur 3 bulan 8.d. 15 bulan. mendapat 1 (satu) paket bubur bayi SUN, Untuk pengirim yang tinggal di Denpa- sar, paket hadiah dapat diambil lang- sung di Kantor Redaksi Bali Post. Se- dangkan untuk yang di luar Denpasar, hadiah akan dikirim. M.A.I. Bank Pasar SARI SEDANA Jl. Diponogoro No. 228 Tel.: 24025, 32173,35308 Sanglah-Denpasar • Mencicilkan sepeda motor dari segala jenis dan tipe dengan uang muka yang ringan, bunga yang rendah dan jangka waktu yang panjang. Silahkan hubungi kami Direksi MILIK MONUMEN PERS NASIONAL Halaman 5 2. Lengkapi dengan data, nama, alamat, umur, dan komentar secukupnya. 3. Kirim ke Redaksi Bali Post, Jalan Kepun- dung 67A Denpasar 80232, lengkap de- ngan potongan kupon Buah Hati. Adik yang cakep ini bernama Wayan Eka Putra Yuliawan. Lahir 1 Juli 1989, alamat rumah Jln. Pulau Seram 1/31 Denpasar. Be- sar nanti cita-cita pingin jadi sarjana Sastra Inggris nunut jejak kakek tercintanya. TR Ni Luh Raka Apsari, demikianlah nama adik manis ini. Lahir 7 Februari 1990 dan cita-cita besar nanti pingin jadi orang yang berguna bagi masyarakat. Alamat rumah Br. Cemenggaon Desa Celuk Sukawati, Gia nyar. Buat keluarga di rumah salam sejah- tra selalu. Haloo.....teman-teman! Aku pingin ke- nalan. Nama saya Ni Putu Wahyu Pradnya- ni, atau panggil saya Jenny. Saya lahir di Desa Pengastulan-Buleleng, tanggal 4 Fe- bruari 1984, tapi alamat sekarang di Puskes- mas Abian Timbul Denpasar. Sekolah saya di SD No. 28 Pemecutan baru klas I. Waktu Hari Kanak-Kanak Nasional baru-baru ini, Jenny juara I lomba senam se Kotif Denpasar. Cita- cita? Ingin jadi dokter seperti Oom! Tumbuh Sehat Ceria Ⓡ s.u.n Bubur Susu Penuh Gizi 5. Redaksi juga masih tetap menerima dan memberi kesempatan kepada bayi atau anak-anak Balita. Anda Tunggu Di Rumah. Kami Datang. Hallo sobat.... kenalan yuk. Nama saya: Ka dek Yulita Lestari Dewi. Panggilan sehari- hari Yulik. Umur Yulik sekarang 1 tahun tepatnya lahir: Tanggal 3 Juli 1989. Alamat Lingkungan Robon Kelurahan Bitera Gía- nyar. Titip salam buat Gung Niang dan Gung Kak di Jeroan Beng semoga sehat- sehat. AN Adik cakep yang katanya punya hobi baca koran bernama Kornelius I Wayan Aria Ya- sa. Lahir 6 Juni 1989 dan besar nanti bercita- cita pingin jadi kuli tinta. Alamat rumah As- rama Yang Batu K2/3 RT I Denpasar. "Salam hormat buat Om Jro Putu di Tabanan", kilah- nya rada tertawa ha..aha...... Hallo teman-teman seluruh Persada Nusan- tara. Kenalkan nama saya Dewi Anggreni. Lahir 8 Februari 1986. Cita-cita ingin jadi Penyanyi Rock. Alamat Jln. Setiaki Gang Taman No. 1, Denpasar. Salam buat teman- teman di TK. Bhuana Sari, selamat Hari Minggu. MANFAAT KUPON GIZI YANG "BUAH HATI" No. 4 LENGKAP HOND $ Astrea C 1044 2cm