Tipe: Koran
Tanggal: 1994-03-20
Halaman: 06
Konten
2cm HALAMAN 6 Anjing Cerpen R. Toto Sugiharto GERIMIS mengucuri tanah kampung Paman. Udara dingin serasa menusuki jantung ketika saya menaiki jalan kampung yang mengonggok di sisi bukit. Matahari sudah tak nampak lagi di kaki langit barat, Kampung Paman suram dan kelabu, se- perti kerbau raksasa yang mem- beku karena udara dingin. Pelan-pelan saya menembusi kabut yang mulai menebal di se- panjang jalan. Tiba-tiba saya ter- antuk sebuah tiang yang me- mancang di tepi jalan. Agaknya saya telah terhuyung miring ke kiri. Tetapi yang mengagetkan, secara serentak sekawanan kele- lawar berkepakan tidak jauh dari tempat berdiri saya. Saya hampir terjerembab karena ngeri. Sementara deru mobil sudah sama sekali tak terdengar. Lo- long anjing mulai menggetarkan udara. Kini, lengkap sudah se- mua kengerian. Lolong dan salak anjing bersahutan, seolah-olah mereka telah sama-sama berse- pakat hendak merontokkan jan- tung saya. Tak ada orang satu pun. Te- tapi, ada yang benar-benar mem- buat saya pucat dan tegang. See- kor anjing, seperti dibawa oleh sebuah keajaiban, sudah meng- hadang perjalanan saya. Kedua matanya tajam dan liar, seperti ada rasa benci dan mengejek. An- Jadi, saya memang terjatuh dan pingsan. Sudah berapa lama? Juga, di mana anjing besar yang menghadang saya? "Apakah Mas Kirdjo tidak me- lihat anjing besar?" tanya saya li- rih, hampir tak terdengar. "Dia tidak menceritakannya kepada kami," sahut Paman. "Kami", yang dimaksud Paman ialah Bibi, Asti, Budi, dan Paman sendiri. Paman menyodorkan segelas susu panas. Saya menerimanya dan meneguknya setetes- setetes. "Mas Tirta mesti lebih hati- hati selama di kampung ini. "Bibi menyela dari belakang pung- gung Paman. Saya mengangguk pelan. "Yang jelas, dua anak gadis su- dah jadi kurban anjing liar itu," papar Paman mulai membuka cerita. "Ya, Budi pernah cerita dalam suratnya. Itulah yang membuat saya tertarik ke sini. Saya akan menuliskannya." "Anehnya, setiap siang anjing- anjing kampung tidak kelihatan liar dan ganas. Mereka bahkan kelihatan lemah dan kurang ma- kan. Mereka jadi liar setelah hari mulai gelap. Barangkali ada se- macam pemimpinnya yang menggerakkan mereka menjadi ganas," tambah Paman. MAR 'Bisa jadi kabar itu memang benar. Sayang, dokter puskes- Bali Post sindirnya dengan muka lucu. "Kalau anjingnya manis se- perti Asti, ya nggak bisa bikin pingsan," balas saya kemudian. "Mas Tirta kok di kamar saja? Temani Asti nonton teve, yuuk!" ajak Asti menarik-narik tangan saya, "Budi sok jago. Dia keluar rame-rame bareng temannya. Rasakan kalau jadi mangsa an- jing, ya Mas!" bibir Asti masih nyeroscos. Gonggongan dan lolongan an- jing semakin mengeras dan me- nyeramkan. Jantung saya mulai berdekatakan. Asti mencengke- ram lengan saya kuat-kuat. Televisi sedang menyiarkan sebuah proyek pembenihan ikan tawar ketika sebuah makhluk hi- tam dan berat menerjang kaca jendela rumah Paman. Kami ter- geragap dan gemetaran. Kaca jendela sudah berhamburan di lantai. Anjing hitam itu tidak terluka sedikit pun. Lidahnya menjulur-julur. Matanya liar dan tajam. Ekornya yang kecil dan licin mengibas-ibas ke kiri- kanan. Asti memekik-mekik berulang kali. Meski seluruh badan geme- taran, saya tetap berusaha te- nang untuk mencari jalan lolos atau membela diri dari se- rangan. Saya berdoa dalam hati. "Sembunyi di tempat aman. Jangan keluar sebelum mende- ngar saya memanggilmu," saya berbisik di samping Asti. Asti bergegas masuk ke se- buah kamar dan menguncinya dari dalam. Kini, di depan saya, anjing hi- tam berbulu licin memancarkan kemarahan yang luar biasa. Se- perti dari jenis doberman. Mon- panjang congnya yang pangkal lengan kanan saya. Bangku kayu sudah lepas dari tangan. Sekali lagi, moncongnya menyobek lengan kiri saya. Te- tapi, tiba-tiba ia meraung seperti mengaduh kesakitan. Kemudian ia melompat ke luar melalui pe- cahan kaca jendela yang diter- jangnya. Malang, tubuhnya ter tusuk pecahan kaca yang run- cing menganga. Tubuhnya tertahan di bingkai jendela. Te- tapi, ia berhasil meronta dan me- lepaskan diri dari pukulan Asti kesekian kalinya. yang Terhuyung-huyung ia berlari menembus kepekaan malam. Masih dengan gugup-gagap, Asti berlari mengambil kain pembalut untuk kedua lengan saya yang terluka. Televisi ma- sih menyala. Selesai merawat luka saya, Asti kemudian tertatih-tatih memasuki kamar ayahnya. *** LOLONGAN-LOLONGAN panjang masih terdengar. Saya bertekad tetap berjaga-jaga sam- pai pagi tiba. Jam dinding di kamar tamu belum menunjukkan waktu te- ngah malam ketika dari pintu terdengar ketukan-ketukan ke- ras dan gaduh. Beberapa kepala menyembul dari kaca jendela yang hancur diterjang anjing. "Mas Tirta! Buka pintu, Maas!" teriak Budi berkali-kali. Saya tergeragap dari kantuk. Bergegas saya menghampiri pintu dan menyambut mereka. "Astaga! Budi tertatih-tatih memondong Bibi. Kami memba- wanya ke kamar Asti. Asti terbangun oleh kega- duhan teman-teman Budi. "Budi? Kenapa, Budi?! Ibu? mana ayah, Budi?!" mulut Asti menceracau berkali-kali. Bibi sudah dibaringkan di ran- Minggu Pon, 20 Maret 1994 RESENSI BUKU Mempertanyakan Ide Modernitas PROBLEM Judul Buku: Problem Filsafat Modern dan Dekonstruksi Pengarang : Tommy F. Awuy Pengantar Toeti Heraty Noerhadi Penerbit FILSAFAT MODEREN riskan" yang mendorong lahir- DEKONSTRUKSI Kata P DAN Tout Herry Noorbal SEJAUH yang bisa ditangkap mengenai arus perkembangan pemikiran filsafat Barat, ide pos- tmodern agaknya menempati po- kian : Lembaga Studi Filsafat, 1993, 154 Hlm. Toeti Heraty Noerhadi yang nya pemikiran-pemikiran desen- mengantarkan buku ini, me tralistik dan pluralisme budaya, mang melihat adanya semacam Respon terhadap situasi yang de- gairah berfilsafat: "Gairah itu mikian itu, lalu melahirkan masih nampak segar sekaligus karya-karya postmodern, yang menyejukkan", tulisnya. Apa tidak saja menjangkau bidang yang menarik dan segar dari filsafat, namun juga sosiologi ulasan yang mempertanyakan dan seni. Tidak jarang pula ide modernitas lewat gagasan de- karya-karya penggagas postmo- konstruksi? Apalagi, dekons- dern melepas kritiknya yang ta- truksi itu sendiri telah muncul jam terhadap "keterbelahan" lebih 30 tahun silam. Kecuali te- lah menelanjangi keterlambatan wajah modernitas dimaksud. Di Indonesia, sejak perte- kita dalam menyerap ide postmo- ngahan 1993, pembicaraan- dern, sekaligus meluruskan pembicaraan lepas mengenai bahwa dekonstruksi bukanlah postmodern mulai mengemuka. suatu "destruksi". Dalam keterbelahan moderni- Barangkali untuk mengenal le- bih jauh trend pemikiran kon- tas, pembicaraan tentang manu- temporer, maka sebuah buku sia selalu menjadi urgen dan ak- yang mengulas mengenai feno- tual. Pertanyaan yang menggeli mena postmodern menjadi demi- tik diajukan adalah "Setelah penting, apalagi Tuhan, apakah manusia sudah sisi yang strategis, sekurangnya pembicaraan-pembicaraan yang mati" (hlm. 1--33), berlanjut untuk mengaktualisasikan visi muncul selama ini lebih bersifat pada ulasan "Problem Ego- intelektual dalam upaya "me- fragmentaris dan lepas-lepas. Cogito" (hlm. 34--62), "Ilmu minggirkan" budaya "henego- Buku ini pun menjadi satu- Pengetahuan dan Realitas Kon- nik" atau paradigma moder- satunya dan yang pertama temporer" (hlm 63--90), "Dekons- nisme yang telah lama mendomi- mengenai postmodern dengan truksi Terhadap Sejarah Mo- nasi pemikiran dunia filsafat mengambil kata kunci dekons- dern" (hlm. 91--123), dan "Femi- dan ilmu pengetahuan. truksi --meskipun sebenarnya ia nisme: Di Persimpangan Jalan?" Dengan kekuatan ide "per- bukan merupakan ulasan yang (hlm. 124--149). tumbuhannya" memang telah utuh dan tuntas. Kelima esai tersebut, walau- terbukti menghasilkan berbagai pun belum sepenuhnya meng- kemajuan dalam bidang eko- angkat problematik filsafat Ba- nomi dan teknologi, modernisme "Buku ini merupakan hasil rat kontemporer yang menjadi pun berhasil menentukan per- dari studi lebih lanjut, setelah to- dasar pijakan untuk membong- tumbuhan ekonomi dan kesejah- kami perkenalkan di jurnal Fil- modernitas, ternyata masih ber- teraan sampai ke tingkat yang safat Nomor 1, Tahun 1991," tu- kutat pada masalah konsep ma- maksimal. Akan tetapi, lis pengarangnya pada pendahu- nusia dalam filsafat, merumus- pemikiran-pemikiran filsafat luan. Dengan menunjuk tulisan kan hakikat kebenaran, dan ge- yang muncul kemudian dan yang tersebut, barangkali juga rakan feminisme. Di samping lebih komprehensif segera mene- tulisan-tulisan yang lain dan de- itu, pembaca diperkenalkan ke- mukan ketimpangan yang ter- ngan rajin disebarkan Tommy F. pada tokoh-tokoh, seperti Michel jadi pada struktur perekonomian Awuy di berbagai media massa, Foulcault, Derrida, Lyotard dan internasional, di antaranya se- maka ia merasa tidak perlu lagi Richard Routy, yang pandangan- makin jauhnya jarak antara ne- menerangkan mengenai postmo- pandangan mereka memang gara miskin dan kaya, berikut dern, sehingga gagasan postmo- mempertanyakan kembali ide menginventarisasikan sejumlah dern itu sendiri baru tertangkap modernitas. Tidak heran jika efek modernisasi; keterbelahan sebagai "hantu' yang tidak per- nama-nama tokoh itu akan mun- wajah modernitas. nah jelas juntrungnya. Jangan cul hampir dalam setiap pemba- Dalam pada itu, modernisasi heran, jika buku ini pun tidak ba- hasan suatu topik. telah menjadi semacam "situasi nyak mengulas ide postmodern. (Bersambung ke Hal. 10, kol. 7) Tak Jelas jing berbulu merah coklat itu hutan. Apakah tidak mungkin, mas tidak bisa memerinci dan sekali lagi Paman menimpali se- mengendus-endus penuh natsu Oh, ibu! Kenapa, Ibu?! Ayah? Di adaban manusia ke tingkat per- pik tentang postmodernisme, kat struktur mendasar wacana "Kampung ini berada di tepi anjing hutan yang mengendali mendengus-dengus, mengge- ram, kemudian menjulur- kan anjing-anjing kampung julurkan lidahnya. menjadi ganas, Paman?" Saya terpaksa berhenti. Saya pikir, doa-doa yang meluncur dari mulut sudah batal ketika mulai saya rasakan air kencing mengucur dari dalam celana saya. Hangat dan seperti bermi- nyak. Tetapi, semua itu hanya bisa saya rasakan sekejab, ka- rena setelah itu saya terjatuh. *** SAYA terbangun di rumah Paman. Selimut yang menutupi tubuh saya menjadi basah. Agak- nya saya terkencing lagi di atas ranjang. "Mas Kirdjo yang biasa meng- antar susu, menemukan kamu pingsan di jalan," kata Paman menyambut kesadaran saya. "Ya, tentu itu salah satu ke- mungkinan. Kami sendiri ber- usaha lunak pada mereka. Se- lama ini tak ada di antara kami yang menyakiti dan membunuh mereka. Hanya saja, sekarang setiap warga yang memiliki an- jing wajib mengurung anjingnya sebelum hari petang. Untuk pencegahan." "Kemarin ada laporan, seo- rang lagi diserang di ujung jalan masuk hutan. Tangan dan bahu- nya koyak. Sekarang ia masih demam," sekali lagi bibi menam- bahkan cerita Paman. "Tidak! maksudku, kabar itu belum tentu benar. Bisa saja ia terluka karena dianiaya kawan- nya," timpal Paman seperti ber- maksud membantah cerita Bibi. memastikan keterangan meng- enai jenis luka korban," tambah Bibi menandaskan. "Tapi, bagaimana dengan dua anak gadis yang bisa dipastikan mati karena serangan anjing?!" saya menyela. Kebetulan ada tiga saksi mata yang tahu. Keterangan me- reka di bawah sumpah di depan pengurus desa," papar Paman selanjutnya, "Untuk itulah, ku- harap kita tetap waspada. Budi dan Asti selalu bawa pisau setiap ke luar rumah." Saya menarik nafas. Tak ter- asa, malam sudah semakin ke- lam. Sayup-sayup kami mende- ngar lolongan-lolongan yang me- milukan. Tak berapa lama kemudian salak dan gonggongan mulai terdengar. Makin lama se- makin gaduh dan mengerikan. go- "Setelah kelelahan, ngongan itu akan mereda. Ha- nya lolongan-lolongan dari ke- jauhan yang masih terdengar," raya meninggalkan kamar. "Sudah siap nulis?" desis Bibi hampir tak terdengar. Saya menyeringai malu. Paman dan Bibi meninggal- kan saya sendiri, "Ngantar Bi- bimu ke tetangga yang kena mu- sibah", sahut Paman kemudian. Seperti mendapat kekuatan baru, saya meloncat dari ranjang dan meloncat ke bangku siap me- nulis. Saya mulai merekonstruk sikan ingatan sejak turun dari colt hingga terduduk di bangku malam ini. Tetapi tiba-tiba saya dikejutkan oleh sebuah "gong- gongan" di pintu. "Guk-guk-guuk!" Asti "meng- gonggong" dan memasuki ka- mar. "Selamat malam, Mas Tirta!" sapanya dengan ramah. "Aduuuh, Asti bikin kaget. Si- lakan masuk," sambut saya. "Kalau anjing beneran, Mas Tirta sudah pingsan lagi, dong," Dari Dunia Pewayangan Memandang dengan Dua Kacamata SETELAH Rsi Bhisma meng- akhiri wejangannya, Yudhis- thira bersembah: "Menghadapi ulah abdi dan nayakapraja yang tidak berpe- gang teguh kepada bretyasa- sana, upaya apa yang dapat di- tempuh selaras dengan ajaran niti, Kakiang?" "Jawaban yang tepat untuk mengantisipasi sifat dan per- ilaku para abdi, nayakapraja yang suka memfitnah, mengadu domba, menangguk di air yang keruh, demi vested dan kepen- tingan pribadi serta kelompok masing-masing, seorang raja atau pemimpin harus memegang swagunaning prabhu dengan te- guh, konsekwen dan konsisten, sehingga tidak terumbang- ambing oleh berbagai intrik dan goals buruk para abdi dan naya- kapraja yang luncas dengan bre tyasasana," jawab Rsi Bhisma. "Apa saja sumber-sumber sas- tra yang mengungkap dan mem- berikan tuntunan tentang swa- gunaning prabhu yang harus di- miliki dan dikuasai oleh seorang raja atau pemimpin pada umum- nya Kakiang Rsi?" tanya Arjuna. "Konsep dan tuntunan ini da- pat diketemukan pada naskah bagian akhir Slokantara, yang disebut Ambek Nawasanga. Yang mengungkap dan membe- rikan tuntunan agar seorang raja atau pemimpin pada umum- nya menjadi sempurna dan rahayu. Kalau kepemimpinan seorang raja telah dapat mencapai ke- sempurnaan dan kerahayon, itu berarti pula nagara mwang ka- wula, akan dapat mencapai ke- sempurnaan dan kerahayon hi- dup dan kehidupan pada negara yang dipimpin oleh raja yang bersangkutan," jawab Rsi Bhisma. Lanjut tambahnya: "Nihan ambek Nawasanga ngaranya, marapwan sira sid dha rahayu, terjemahan bebas- nya; Inilah ambek Nawasanga (sembilan sifat-sifat utama) yang menyebakan saudara men- Bali Post/NOS Sangut adalah figur abdi yang konsekwen berpihak dan berpijak kepada dharma. capai kesempurnaan. Perincian- nya adalah andrayuga, gunab- hiksama, sadhuniragraha, wi- nang memfitnah, mengadu domba, memiliki vested dan goals untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, seorang raja, harus memiliki sifat pembe- rani, mahir berkata-kata dan memiliki kemampuan berkomu- nikasi kepada semua pihak, dan patut tekun dan sungguh- sungguh mewujudkan dan men- capai kebenaran niti, (kebenaran politik kenegaraan", kata Arjuna. umat manusia, dapat mengerti terombang-ambing oleh berba- gerak aspirasi kawula (masyara- gai permasalahan yang mungkin kat bawah) dan hidup tenang, timbul, atau untuk menghadapi damai serta penuh kebahagiaan. setiap sifat dan perilaku para Sadhugraha, artinya seorang abdi dan nayakapraja, yang se- raja atau pemimpin harus memi- liki sifat-sifat bijaksana dan sa- tyawadu, setia kepada istri, atau sebaliknya satyenglaki, setia ke- pada suami, sehingga rumah tangga sang pemimpin rukun, damai dan bahagia, yang men- jadi panutan para abdi, nayaka praja dan kawulanya. Dan yang masih memiliki korelasi dan kontekstual dengan konsep ini, seorang raja atau pemimpin ti- dak boleh pilih kasih kepada para abdi, nayakapraja dan ka- wulanya, atau tidak boleh memi- liki sifat iri hati, syirik dan dengki kepada sesama manu- sia," ungkap Rsi Bhisma. "Yang dimaksud dengan seo- rang raja atau pemimpin harus memiliki sifat widagdhapra sanna, dalam swagunaning prabhu?", tanya Nakula dan Sa- hadewa berbarengan. adalah seorang raja atau pemim- "Widagdhaprasanna, artinya pin yang lainnya, tidak pernah "Itulah namanya seorang raja atau pemimpin yang mampu menggelar kepemimpinan wiro- tasadharana, satu butir lagi sifat utama seorang raja dalam ambek Nawasanga. Tambahan lagi se- belum memberikan keputusan terhadap sesuatu masalah, agar keputusan adil dan bijak, patut dilihat dengan dua kaca mata yang seimbang. Di samping ha- atau Trinetrabrata, dengan se- rus mempedomani Brahmabrata lalu berpijak kepada adagium d'a gd haprasanna, memperhatikan kata-kata yang Tripramana dan Trikalasa- wirolasadharana, krtarajahita, tidak layak atau kata-kata yang maya. Pada waktu mengambil tyagoprasanna, suralaksana, pada permukaannya penuh de- keputusan berdasarkan tripra dan surapratyayana. Dari ke- ngan madu, tetapi di baliknya mana, seorang raja harus sembilan sifat-sifat utama Swa- penuh dengan racun yang meng- gunaning Prabhu yang perlu dihancurkan. Atau dengan kata gelar untuk menghadapi sifat- lain, seorang raja harus bijak sifat dan perilaku abdi, menanggapi kata-kata, laporan nayakapraja yang luncas dengan para abdinya yang penuh dengan bretyasasana, adalah gunabhik- hasutan-hasutan dan fitnah, sama, sadhuniragraha dan atau intrik untuk kepentingan- widagdhaprasanna. kepentingan pribadi dan "Apa maknanya itu Kakiang kelompoknya. Rsi, mohon dijelaskan itu agar Menghadapi segala permasa- Bhimasena. aku mengerti," pinta lahan yang timbul pada suatu ketika, seorang raja tidak boleh rang raja atau pemimpin memi- kan, apalagi dendam. Seorang "Gunabhiksama, artinya, seo- berkesal hati, saling menyalah- liki sifat-sifat bijaksana, dan ce- raja harus selalu berbudi ikhlas, pat mengerti dengan maksud riang gembira dalam penampil dan tujuan atasan (bagi pem- annya," ungkap Rsi Bhisma. bantu raja). Dan seorang raja ha- rus cepat mengerti setelah mene- cucunda menjadi sadar dan "Betul Kakiang Rsi, sekarang liti segala kesusahan, (ba- mengerti. Agar raja atau pemim- wahan), cinta kepada sesama pin yang lainnya tidak WUNGA BHUMI HAR (35) dan kebencian. Sejenak saya tergeragap ke- tika melihat anjing itu melom- pat, menerjang saya. Saya me- lompat ke samping dan bergu- jang. Beliau terbangun dan ling menyambar bangku kecil. bibir Bang, "Anjing. Duaa..." Tapi ternyata, anjing itu berhasil Bibi mendesis-desis. Tu- menyobek jaket dan sisi kanan buhnya mengejang pelan kemu- dada saya. Panas dan menyengat dian terkulai di ranjang. rasanya! Tak ada detak di jantung. Wa- Anjing itu kembali menerjang jah beliau pucat. Bibi telah wa- dengan sebuah lompatan pan- fat. Lehernya memar, dagunya jang dan perkasa. Saya berusaha lecet, dan lambungnya meng- menepis serangan itu dengan anga. Lukanya seperti dirobek bangku kayu. Anjing itu gagal oleh pisau atau semacam benda mencabik-cabik leher dan wajah runcing dan tajam. saya. Lehernya terdongak oleh sentakan bangku. Dagunya le- cet. Ia bertambah ganas dan bernafsu. Saya mencoba tetap tenang. Sekali lagi ia merangsek ke depan. Saya terjerembab. Dalam kecepatan sambaran petir, mon- congnya berhasil menyobek Bhimasena. Saya kembali ke kamar depan. Di pintu, Paman tersandar lesu. Baju beliau robek. Beberapa ca- karan memanjang di sekujur tu- buh beliau. Sebuah belati masih digenggam kuat di tangan be- liau. Ilusi Masa Posmodernisme : Dari Saminisme ke Posmodernisme : Emmanuel Subangun : CRI Alocita dan Pustaka Pelaiar, Yogyakarta, cetakan pertama, Januari 1994 : 178 Halaman Judul buku Yogyakarta, Januari 1994 Penulis Penerbit pinan yang berdasarkan tripra- usaha dalam hidup dan kehidup- mana dan trikalasamaya, kita annya tetap berpijak kepada Halaman akan mudah menjatuhkan vonis dharma yang lempeng. Yang pa- atau keputusan, bahwa I Sangut tut diteladani oleh siapa pun, adalah tipe manusia yang ngan- demi tetap tegaknya dharma da- KETIKA eufemisme politik deg ruwang dan nyungjung sa- lam hidup dan kehidupan. De- kita mulai berkurang, dan sei- tru. Demikian pula halnya ngan mempedomani sebelum ring dengan itu dihembuskan- paman Nararya Widura, men- mengambil keputusan dengan nya isu keterbukaan (perlu di- diang Yuyutsu," tambah dua kaca mata yang seimbang ingat, bahwa keterbukaan bu- itulah seorang raja atau pemim- kanlah kebebasan), maka "Betul yayi Bhimasena. Me- pin pada umumnya, tiak akan sejumlah ilmuwan sosial dan me- mang I Sangut sebagai abdi da- terjebak oleh berbagai intrik, fit- dia massa, perlahan-lahan, ber- lem sejak kita masih remaja, se- nah, adu-domba, yang dapat me- suara terhadap realitas lalu berpihak kepada kita. I Sa- rusak kepemimpinan seorang masyarakat-rakyat. Berlanjut ngut selalu tidak setuju kepada raja. "Ndi nggwanya sang ala, sepak terjang mendiang Duryod- ayu", konsep dan tuntunan ini hana, Dussasana, Adipati Kärna pula yang patut dipegang oleh dan Paman Nararya Sakuni, seorang raja sebelum mengambil yang selalu luncas dari dharma. keputusan, agar keputusannya Sehingga kalau kita kurang bi- tetap selaras dengan niti, logic jaksana menilai sifat dan perila- dengan konsep kepemimpinan kunya, kita akan segera memvo- yang bersumber dari ambek Na- nis I Sangut sebagai figur bretya wasanga maupun Astabrata dan (abdi, pembantu) yang satata sumber-sumber ajaran kepe- ngandeg ruwang, nyungjung mimpinan yang lainnya, seperti satru. Nitisastra dan Slokantara," ung- kap Dharmawangsa membenar- kan opini Bhimasena. Tetapi kalau kita simpulkan penilaian yang bijak dengan menggunakan dua kaca mata yang seimbang, I Sangut adalah tipe manusia yang selalu ber- Nobel Dua kenyataan yang tak jelas realitasnya dan bagaikan angin semilir datangnya dalam kehi- dupan kita. Tapi, melalui Emma- nuel Subangun, realitas itu di- kritik dan 'ditolak'. Menarik dan mengejutkan. EMMANUEL SUBANGUN DAR: Samini Smer KE POSMODERNISME HAXITREOVER Beberapa tinjauan yang me- narik dan mengejutkan adalah terhadap utang luar negeri. pula pada sekuen pembangunan Kemurah-hatian pinjaman luar makro serta tindak lanjut setiap negeri (investasi) tumbuh subur kebijakan yang diputuskan oleh dari upaya pihak negara kaya kan, "Kita tidak berada dalam pemerintah. Dalam hal ini, (pemberi utang) untuk menye- masa postmodern, tetapi seka- tentu, tak bisa dipisahkan pada hatkan neraca pembayarannya dar mulai melihat bahwa struk- posisi negara yang demokratis. sendiri yang terganggu biaya mi- tur budaya dan masyarakat yang Demokratisasi kita, bukanlah nyak (hal 128). Ditambahkan, dimimpikan dan dicoba diraih demokrasi liberal. Demokrasi ti- akibatnya adalah negara miskin itu tidak lain dari ilusi" (hal pada masyarakat rakyat dalam pada pengusaha TNC, hal 128). dak dilihat dari posisi kekuatan yang berhutang "bertekuk lutut" 158-159). mengambil keputusan. Tapi, se- Dari hal-hal yang membaha- Posisi yang goyah dari masya- giakan dalam kehadiran buku mua kekuatan itu ada di tangan rakat, pemerintah dan negara. ini, ada pula yang perlu ditelaah pemegang kekuasaan tunggal, Sebuah kebenaran yang barang- kembali. Buku yang mempunyai pemerintah. Hal ini tak dapat di- kali sedikit membuat kita tidak kurang sembilan belas ta- pungkiri dan sangat nyata dalam geleng-geleng kepala. Disebut- bel dalam bab IV dan V, menjadi praktek-praktek demokrasi kan bahwa ".... dalam sebuah tak berarti sebagai data analis. ●Ngurah Oka Supartha yang sedang kita selenggarakan. kultur patrimonial, di manakah Tabel sebagai hiasan dan bah- Dalam situasi inilah, lahir se- letak garis pemisah antar "ne- kan untuk penguat pernyataan buah buku yang memberikan gara" dan "keluarga", antara ja- pun masih perlu dipertanyakan (Sambungan Halaman 5) tinjauan -- (bukan analisa) -- batan pemerintah dan sikap ke- kembali. atau semacam report terhadap pemilihan yang bersifat indivi- Di samping itu, kata-kata dari warga sekitarnya. Akhirnya kepada para ilmuwan yang di- gejala dan perilaku pemba- dual?" (hal 131). asing masih mengganggu bagi izin pabriknya dicabut pemerin- anggap berjasa di beberapa ca- ngunan yang aktual. Seperti di- Dalam paragraf berikutnya, para pembaca buku ini. Pembaca tah Swedia. Nobel tidak putus bang ilmu pengetahuan. Semula, katakan pada pengantar, dan "Ketika "negara" berutang pada buku ini bukanlah kalangan pe- asa. Ia melakukan eksperimen, hadiah Nobel hanya diberikan memberi kesan kuat pada buku sebuah bank TNC, maka adalah neliti saja dan bukan pula untuk menyempurnakan dinamit te- pada lima cabang ilmu yaitu ini adalah bahwa "ilmu merupa- tak terlalu sukar kalau "pejabat" kalangan terbatas. Buku ini ber- muan sebelumnya. Dinamit te- ilmu alam, kimia, fisiologi atau kan sebuah permainan, dengan negara itu menyisihkan utang guna untuk melihat aspek mem- muan Nobel waktu itu diguna- kedokteran, sastra dan perda- kias sebagai permainan catur". negara itu dalam rekening priba- bangun bagi siapa saja yang kan untuk meledakkan tebing- maian. Tahun 1968 ada hadiah Benarkah? dinya di bank yang sama" (hal ingin mengetahui sejumlah per- tebing saat membuat jalan atau keenam yakni di bidang pengeta- Dalam permainan catur, ada 131). Di sisi lainnya adalah masalahan yang kini sedang kita membuat terowongan. Pokok- huan ekonomi yang diprakarsai aturan yang harus dipenuhi oleh "Cara kerja dalam proyek peneli- hadapi. Sehingga, penerjemahan nya, untuk tujuan-tujuan damai. Bank Sentral Swedia. dua belah pihak. Pemegang bi- tian kita" (bab I). "Arah mata kembali (hanya ada satu para- mampu berlogika dan memiliki Bukan seperti tahun-tahun ber- Nobel meninggal tanggal 10 dak hitam dan putih, serta se- angin ilmu sosial" (bab II), "Sek- graf kata asing yang diterjemah- kebijakan berdasarkan desa, ikutnya, banyak disalahguna- Desember 1896. Untuk meng- jumlah perannya masing- tor informal dan kemiskinan" kan) perlu, apalagi kata asing itu kala, patra. Sedangkan berda- kan. Bahkan sampai memusnah- enang jasanya, hadiah Nobel di- masing. Dalam praktek pemba- (bab III dan IV), dan "Negara dan merupakan subjek pembicaraan sarkan trikalasamaya, harus kan peradaban umat manusia. berikan kepada yang berhak se- ngunan kita sekarang, perusahaan raksasa" (bab V). yang dipentingkan. memiliki logika dan kebijakan tiap tahun yakni setiap tanggal pemegang bidak hitam dan putih Satu lagi, bahwa penggunaan atita, wartamana dan anagata. Dermawan 10 Desember di Oslo, Norwegia. itu tak berbeda. Jadi, dapat dika- Ilusi huruf miring dan tanda petik me- Demikian yang dimaksud de- Tahun 1889 Nobel menemu- Siapa menyangka, kalau pemim- takan bahwa situasi ilmu kita se- Dalam menanggapi postmo- miliki filosofinya sendiri. Dalam ngan kebijakan seorang raja kan mesin dengan asap yang sa- pin Kongres Nasional Afrika karang belumlah merupakan dernisme (bab VI dan VII), Em- buku ini tak terhitung kata ber- atau pemimpin yang mampu ngat sedikit. Ia berhasil meya- (ANC) Nelson Mandela dan Pre- permainan catur. Tapi, menon- manuel Subangun termasuk cetak miring dan bertanda petik. mengambil keputusan berdasar- kinkan pemerintah bahwa pa- siden Afrika Selatan Fredrick de ton permainan dan pertan- kalangan yang menyangsikan Dapat disebutkan misalnya, kan konsep dan tuntunan tripra- briknya kali ini sangat aman. Pa- Klerk yang sebelumnya sempat dingan catur. tinjauan atau cara pandang itu. kata (ditulis sesuai aslinya) "ne- Buku ini terdiri dari tujuh bab Bagi Emmanuel Subangun, Pos- gara, nasib, menampung, sum- mana dan trikalasamaya, dalam briknya memang mampu bang- berseteru, akhirnya secara ber- brata," ungkap Rsi Bhisma. brahmabrata atau Trinetra- kit lagi, dan ia menjadi orang sama menerima hadiah Nobel bi yang masing-masing babnya ti- tmodernisme belum memasuki bangan, bantuan, pasar, meng- kaya, sekaligus dermawan. Da- dang perdamaian tahun 1993 dak mesti harus memiliki hu- wilayah kehidupan pemikiran di ikat, petunjuk jalan, penjaga seperti halnya I Sangut, kalau bahkan sebagian besar kekaya- apartheid. "Cocok sekali itu Kakiang Rsi, lam surat wasiatnya, ia menghi- atas perannya menghapus bungan yang kuat. Tapi ada re- Indonesia. Disebutkan, ".... per- aturan main, pusat, terbuka, lasi dari masing-masing bab un- spektif yang ditawarkan oleh atau pemerintah". Tanda petik Siapa menyusul? Mudah- tuk kita kurang bijaksana menilai si- annya, yaitu sekitar 32 juta menceritakan kepada teori komunikasi maupun pos- dan cetak miring ini, bukanlah kan patut melihat dengan dua lembaga Nobel. fat dan perilakunya, berdasar- krona Swedia guna mendirikan mudahan nanti putra-putri In- pembaca terhadap sejumlah ke- tmodernisme juga masih terlalu kata asing dan bersifat ambigu donesia ada yang mampu meraih nyataan yang harus dihadapi se- "jauh" dari kompleksitas kehi- dalam konteks kalimatnya, Se- hadiah bergengsi itu. Mungkin karang ini. Kenyataan itu adalah dupan kita di Indonesia" (hal hingga sedikit membingungkan saja. (Komang Budaarsa). era "Saminis dan posmodernis". 157). Dalam bagian lain disebut- pembaca. (Autar Abdillah) "Ah, siapa lagi? Harini yang melirik-lirik pada Wunga." Sa- menjadi bintang adalah dia, si lah seorang kini nyeletuk. Made pahlawan." Lekeh kini yang merona. Lalu se- gera membela diri. "Kau juga!" terkiki-kikik. "Hihi, hi "Kau juga!" yang lain menu- ding lainnya. China yang saat ini menjadi Su- bandar Buleleng itu. Banyak hal yang perlu dipelajarinya. Ia benar-benar ingin tahu rahasia keberhasilan Liu Chan Lo. "Kau harus berlatih lebih dari dahulu. Berlatih di laut. Jangan sampai kau tidak menguasai laut. "Hamba, Yang Mulia." "Juga Beberapa orang lain- nya! Kalian harus siap. Laki atau perempuan. Semua harus siap!" "Hamba, Yang Mulia. "Kita mau supaya Nusantara tahu. Bahwa Bali pernah mela- wan Inggris. Suatu armada be- "Ha... kau jatuh hati rupa- nya." Made Lekeh memancing. Walau hati sendiri jadi berdebar diliputi oleh rasa cemburu. "Kau juga." Balas Mardini sambil cemberut. Pipinya me- Sementara Wunga Bhumi rona karena merasa tersindir. sama sekali tidak mengerti "Gadis mana yang tidak ingin di- bahwa dirinya telah diperbin- persuntingnya?" lagi ia membela cangkan sedemikian rupa. Yang diri, sebelum Made Lekeh menja- terpenting baginya harus segera wab. "Orangnya tampan, ram- menyelesaikan semua pelajaran butnya ikal, matanya menyala, atau latihan. Memang ia tahu kepalanya cerah.." bahwa ia kurang pintar ber- Yang lain serentak tertawa. enang. Juga masalah-masalah "Seribu sanjungan.. huh!" laut. Ia tidak pernah tahu bahwa "Dasar!" laut yang sehari-hari selalu ge- "Cinta buta!" muruh dengan gelombang dan Macam-macam lagi. Tapi ti- ombak raksasa itu kadang ber- dak membuat hati Nyoman Mar- henti dan menjadi hening sama dini marah. Ia sendiri ikut ter- sekali. Keadaan yang oleh para tawa. Tapi hati Made Lekeh se- pelaut dinamakan "Mati Laut benarnya mendidih. Walau Karena semua yang berada di kaca mata yang seimbang, atau Lembaga ini kemudian sam- dengan menalarkan kepemim- pai sekarang memberi hadiah memang dilakukan secara diam- dan masuk alam maut yang sa- "Satria Bali, Ya! Setiap satria diam oleh para pengusaha peng- ngat menyakitkan. Barangkali di Bali memang dilahirkan un- iriman budak ke negeri manca, saja ia telah mampu mengalah- tuk berperang. Karena itu tidak Tapi ia tidak akan mampu me- kan perasaan takut. Tidak! Bu- layak jika kalian takut pada pe- "Hyang Widiwasa! Wunga apa nyeret Wunga Bhumi ke tempat kan itu yang terpikir dalam hati- perangan." Kembali semua dilin- maksudmu?" Adipati Agung ter- pembuangan Nusa Penida atau nya. Bukankah ini kesempatan das oleh pandangan mata Adi- sentak. Apakah kau tidak tahu pun hukuman apa pun. Sebab untuk mencari Elrado di Banyu- pati Agung Gusti Nyoman bahwa keberangkatan budak- baru saja Wunga dikukuhkan se- wangi? Karena menurut Jelantik. budak ke negeri seberang itu me- bagai salah seorang pahlawan Nyoman Ranggie yang telah di- Banyak hal yang menyenang- rupakan salah satu darma me- yang berjasa di medan tempur jumpainya beberapa waktu sete- kan bagi Wunga Bhumi dikirim reka buat negeri? Apa yang bisa Jembrana. Itu keputusan Sri lah ia merasa sembuh benar di ke Banyuwangi. Di samping ke- dikerjakan sudra untuk berbakti Maha Prabu sendiri. Siapa ber- Negara, Swarni selamat sampai pentingan pribadi untuk men- pada negerinya? Dengan merela- ani membantah Gusti Gde Ngu- di rumah Elrado. Dan telah ber- jumpai kekasih yang selalu kan diri dikirim ke negeri asing rah Karangasem di Buleleng ini? sua dengan ibunya. Mungkin menghias mimpinya itu, ia su- untuk bekerja, mereka menda- Semua orang sepertinya titip saja mereka akan membeli loji dah lama mendengar cerita ke- tangkan kepeng bagi negeri." nyawa padanya. Jika Sri Prabu sendiri dengan bekal yang di- pahlawanan Wong Agung Wilis. "Sudah begitu miskinkah negeri memerintahkan pada seseorang bawa ibunya dan menjual Alangkah bahagia hati ini, an- ini sehingga harus mendapatkan untuk mati sekali pun, orang ha- barang-barang dagangan Wunga daikan bisa bersemuka dengan sar yang pernah menaklukkan uang dengan cara menjual putra- rus mau. Bhumi. Entah, benar atau tidak pahlawan kawula Blambangan Kompeni Belanda itu!" putrinya ke negeri manca seba- "Wunga! Hentikan kata- keterangan Ranggie itu, tapi yang perkasa itu. Peperangan "Hamba Yang mulia." sahut me- gai budak? Atau memang kera- katamu itu! Tidakkah kau me- Wunga memang ingin mendapat mana yang menyamai kehe- reka berbareng. jaan Buleleng dan Bali ini sudah nyayang nyawa sendiri?" kesempatan menyeberang ke batan perang Blambangan? Da- Mereka mengundurkan diri tidak lagi mampu menghargai "Baiklah, Yang Mulia. Tapi ja- Banyuwangi. Tapi disimpannya lam waktu tidak ada satu tahun dari ruangan itu melewati berba- dirinya sendiri? Dan nanti akan ngan dianggap kebungkaman keinginan itu rapat-rapat. La- lebih tiga ribu Kompeni Belanda gai pintu yang terpencar. Me terdengar di warung-warung ne- mulut hamba kali ini berarti tihan yang diberikan padanya mati seperti anjing kurap? Dan mang demikian selalu dilakukan geri manca sana, atau tiap keru- hamba takut pada kematian." adalah menyimpan rahasia de- memakan korban bukan hanya oleh para telik sandi itu. Made ditutupinya dengan senyuman. laut akan berhenti total. Semua munan orang di negeri manca, "Yal ya!" Adipati Agung duduk ngan serapat mungkin. Dan ia prajurit-prajurit Belanda. Tapi Lekeh berjalan bersama bebe- Tapi bukankah pemuda itu be- jung, perahu layar, atau kapal- seandainya mereka mencari bu kembali. "Kami semua tahu. Se- berusaha menyatukan dirinya juga perwira yang berpangkat rapa temannya. Tentu sambil lum ingin kawin? Atau memang kapal lainnya juga ikut berhenti dak yang penurut jujur Balilah perti semua kawula tahu, bahwa dengan peran yang diberikan mayoor. Bukankah itu itu per- bercakap-cakap. Tertawa-tawa tidak niat untuk itu? Pemuda dan membuang sauh kendati di tempatnya. Jika mereka mem- kau pernah mengalahkan kema- padanya. nah terjadi sebelumnya? kecil, hampir di sepanjang per- yang masih malu-malu, walau tengah-tengah samudra lepas. butuhkan skebek, Balilah tem- tian. Justru karena itu kami "Itulah sebabnya kalian kami jalanan mereka pulang ke patnya. Negeri yang hijau ini te- membutuhkanmu untuk menye- panggil ke sini. Ada tugas maha lah menjelma menjadi gudang berang ke Banyuwangi. Kita penting untuk kalian semua. Ne- budak dan skebek!" akan menggempur Banyuwangi geri ini harus berupaya sekeras "Hyang Widiwasa!" Adipati dan merebutnya dari tangan mungkin, untuk membebaskan Agung terlonjak dari duduknya. Inggris." saudara-saudara kita orang Baru kali ini ia melihat orang se- Blambangan. Belanda telah berani itu bicara di hadapannya. Setiap orang menjadi saling menguburkan kebudayaan dan Apakah Wunga Bhumi tidak pandang dengan sebelahnya. kejayaan negeri itu. Kita seka- tahu bahwa ia juga menerima ba- Baik yang di kiri maupun kanan- rang mempunyai kesempatan gian keuntungan dari hasil pen- nya. Cuma Wunga Bhumi yang untuk membebaskan saudara- jualan budak-budak itu? Dan tak menoleh atau pun berge- saudara kita." Copyright Bali Post memang tidak tahu. Karena itu ming. Ia telah pernah menderita Kembali semua saling lirik. PUTU PRABA DARANA asrama. bulu-bulu kumisnya sudah mu- "Sanggup kau Wunga?" lai tumbuh. Sekali pun tidak te- "Adakah kata lain yang bisa "Barangkali tak ada pria Bali bal. Mungkin saja jika terlalu te- hamba utarakan, jika Sri Maha setampan dia." Nyoman Mardini bal bahkan tidak bagus. Tidak Prabu memang berniat begitu?" nyeletuk di tengah pembicaraan sesuai, karena tubuhnya yang ti- "Baiklan! Kau mesti bersiap. mereka. Tentu Made Lekeh tahu dak gempal. Atau boleh dikata- Kau akan diajar berbahasa siapa yang dimaksud oleh tem- kan cuma semampai saja. Tapi China oleh Liu Chan Lo, sebagai annya itu. Tapi ia pura-pura ber- justru itu memang yang pantas kelengkapan dalam menjalan- tanya lagi. bagi Wunga Bhumi. Dan mem- kan tugasmu." "Siapa dia? Maka kau tiba- buat para wanita yang bersua de- "Hamba Yang Mulia..." Ini tiba berkata seperti itu?" Teman ngan tergila-gila secara diam- pun kesempatan pikirnya. Su- lainnya pun ikut memandang diam. dah lama aku ingin dekat dengan pada Nyoman Mardini. "Tapi tadi kulihat Made Lekeh Minggu Pon, 20 Maret 1994 Cakil dari Bumi Meke pung Bali B ATAS NAMA SENI DINAMIKA pergolakan ber- apresiasi dikalangan para se- kesenian buk niman muda di tanah air, dalam tiwa sederh tanda kutip merupakan angin. se- Kesigapan pa gar kesinambungan seni budaya tang menye kan penawar Bermunculannya nusantara. Pemaham kelompok-kelompok pekerja tea- katagorikan ter dan sejenisnya, dalam kurun yang memb waktu yang singkat telah mampu menunjukkan angka pertumbuhan secara teori tetapi dalam memuaskan. Trobosan yang ditampakkan seni akan m sebagai lonjakan kreativitas, se- sirkulasi kes cara tidak langsung akan banyak seimbangan berperan membantu membuka ca- enai keabsa krawala wawasan dalam membe- menjadi lata rikan aksi-aksi. Terdorong kei- makan, seb ke dalam pe nginan memberikan takaran jati diri bagi masyarakat dan pemba- seterusnya. Berbandi ngunan, setidaknya greget tengah dilampiaskan tidak sekadar kein- seni lukis, dahan kata. Mengejawantahkan dan tradisi Sri Jayantini HUJAN, AIR, akan dihad matika berk ding sepulu gejolak sos memungkin timbangan KEHAD Goes A SELUR DAN DINGIN HUJAN semakin bersema- ngat menumpahkan karunianya, entah mendung yang terlalu te- bal, atau karena apa. Atau menjadi h mungkin karena keinginan sia- Bila kau ti sia tanpa wujud berbunga ha- pangan, ag rapan. Aku dan engkau masih meniti tan dalam kesendirian, sembari me- nikmati dingin yang masih ter- sisa antara hujan. Aku dan eng mengawal kau begitu yakin bahwa esok kan musin akan membagikan sedikit ha- waktu dar di sela-sela mendung, di ruas pem rapan ngan sese karena ka tengah-tengah perang tak berke- ngah seper Terjago sudahan, dan di antara kobaran api tak berpusat. Tapi kenapa be- kau yakin gitu sempit kesempatan berbe- pada wak nah bagi kehadiran kita. Mung kan hemp kin kita tak akan pernah bisa di- sukmamu terima oleh kenyataan, karena ke dalam yang kita bawa hanya mimpi. kata. Ka suatu wak Ah, tak apa. Aku ternyata me- mang lebih suka begini, dari kan jejak Kehadi pada dia yang suka berpura- pura. Menyelimuti cinta dengan kum seutu kemesraan yang dalam. Aku sa- lanjang, ngat letih mencari pengabdian simpanga berbaur keyakinan, aku sungguh Malam h kesaksia Malam tambah gelap tanpa musim. Kekinia cahaya bulan. Kelam merayapi relung sukmaku yang telah ter- mulaan, s enggut sosok ketiadamampuan. jang yang Aku menyesal telah kehilangan duri. Wal kata untuk melukiskan keingin- batas wak anku yang jauh dari kenyataan. ada kesem Biarlah ini begini, seperti aku medi kepe juga ikhlas menerima gurat seba- Aku baga gai waris hidupku pada duniawi. aku tatah Toh nanti tak ada tempatku pu- saksian to Malam lang kecuali ke tempat abadi mi- lik kita semua. Aku terpagut oleh menjadi ragu. masa kecil, begitu ingin aku pu- kembali m lang segalanya. Tentang fantasi simpanga diri yang amat menyejukkan. Ta- lah kerin ngan itulah yang telah menun- lampaul tunku menuju kedewasaan. An- yang teral tara hujan, air dan dingin mem- perjalana bisikkan lautku menuju kan jauh samudra lepas. Aku tiba-tiba kita disen jadi orang yang paling malang di dilabuhka dunia. Mengapa kita dilahirkan kita perbi untuk bermimpi. Ah. (Jan, 93). pitu. (Car ●Cakil Sudut Lingsus Ta KEGELISAHAN MENGERTIKAH engkau dengan kegelisa tarmu? Atau, mau mengertikah engkau akan k Sudah wajar bila engkau tak (mau) mengerti serta mengapa di luar tembok itu mengungkur atakan wajar, melihat apa yang terjadi di depan buat hanya untuk mendapatkan suara yang le betapa bahagianya engkau menjadi penonton b untuk ditonton. Engkau merasakan dirimu men ling baik di jagat ini, hanya sekilas melirik lantas keagungan. Sedangkan yang kautonton, bet dangan matamu itu. Satu sisi merasakan ken satu sisi lain merasakan siksaan. Apa yang me janjian untuk mendapatkan pelindung yang me kah daun nyiur teranyam, atau kabut yang n songan saat? Dan aku belum siap untuk menjadi gentong, s kanakku dulu. Aku tidak mungkin menampung atas sana dan menyimpannya dengan rapi ag menguap. Carilah tempat yang lebih dari gentor celah yang banyak untuk merembeskan sesua banyak lubang untuk jalannya penguapan. Ge nyayat derita bertangkai jumlahnya, lebat nian tak pernah lupa mendapatkan suguhan, perwuj satu padu. Pun aku tak sanggup menjadi air m hulu mencuri hilir. Air memang tidak pernah dic lupa, air itu juga disuling, disaring, dimasak, di Aku tak siap menerima kehadiran renik-renik d Bukannya aku tak mau mencari cahaya lurus m namun aku tak ingin mengadu jiwa dengan ke lahir dengan disapa oleh kedua orang tuaku, yang bijak, Anakku." Kalau malam sudah habis, belum juga ak sangka mengalir dari bibir dan hatimu. Cukupka kau menari menanam biji kecurigaan? Terlalu bila hanya jadi talang pencacian. Sungguh mer nya diartikan jadi ada hanya karena keikhlasan u secara keseluruhan mendapatkan makna yang berada di garis tengah? Aku cuma menunggu waktu sambil berma anak. Dengan mereka aku belajar bernyanyi ter ngan mereka aku mencabuti semak hari-hari in yang tidak indah? Dan siapa yang mulanya me aneka rupa? aku dan mereka tidak menghitun hari. Kegembiraan kami juga untuk membakar berujung tidak berpangkal. Hanya datang men pergi dengan borok menganga. MENUNDUK BARU petang ini kurasakan nikmatnya menu mataku kupejamkan rapat-rapat. Hujan patah-p but, bahu dan tanganku; semakin melembutka Kesejukan air hujan bermuara di hatiku. Sayup nyian orang-orang yang memperjuangkan nasit menikmati hidup di bawah batas ketentuan laya muara di hatiku menyungging senyum, kusamp lui asap harum yang memancar dari jiwa sebata Aku mencari sesuatu yang dapat menjamin Masa lalu dan masa kini, aku ingin menaruhnya selaput pelepah kelapa. Pada permukaan kanva sejauh dan sedalam mana takwa yang kupunya dengan takwa lahir, dan satu sisi yang lainnya ku secara batin, dengan harapan takwa lahirku dan pingan secara damai dan selaras. Mimpi ini bu sisku lirih. Mereka berkata bahwa mereka dapat hidup h dalkan idealisme. Kalau aku bagaimana? Dapa Di sini aku bermonolog. Sebenamya aku ingin s dengan Dia. Ibaratnya seorang yang bermata r kan menatap bintang di siang hari penuh. Aku b kan tidak akan pernah, memperoleh kesempa tidak untuk masa yang kulalui hingga kini. Tum mendongengku. Apa yang melintas pada pikira dialog yang kulakukan dengan-Nya. Daripada hampaan, tidak lebih buruk bila kubawa donge menyepuh mimpi-mimpiku sepanjang lelapku. Bukan. Bukan kesiangan apa yang kini kulaku apa yang menjadi batas-batas waktu yang men tarannya. Lebih tidak akan peduli lagi bila ada ya jaan, kemalaman, kediniharian atau apalah lag dalam hal ini memang sangat aku butuhkan. M lain ketidakacuhan itu sangat kuperlukan. Sisi la ada. Apa yang akan jatuh menimpaku atas sika kepada yang tak atau kurang suka. Relatif sifatn berapa. Wah. Aku lupa, bahwa yang memberi nilai orang-orang yang ada di sekitarku. Aku menca masih perlu sentuhan-sentuhan. Di sana aku aka nyian alam desa. Setiap hari aku menyemai sua bukan suaraku. Aku tak ingin mencemari suara mana kalau seandainya mereka itu kerabat se menyatu dengan mereka. Tidak ada jurang penc nembus deru debu disemilirkan oleh kabut yan penuh keriangan. Hai, sampaikan salamku kepa gal di sebuah desa kecil di kaki gunung. Kau ajaki sini bersama kita. Color Rendition Chart 4cm
