Tipe: Koran
Tanggal: 1994-03-25
Halaman: 07
Konten
umat Pon, 25 Maret 1994 Havelange's Bid The 78-year-old Havelange, who has been FIFA's president since 1974, has been under pres- sure since December when he barred Pele from participating in the draw for the World Cup in Las Vegas. Pele had accused Brazilian Football Confederation Presi- dent Ricardo Teixeira, Havela- nge's son-in-law, of corruption. Leaders of FIFA's continental federations were in Tunis this week for the CAF Congress at which Havelange made the ope- ning address but did not refer to the election. Havelange said in an inter view with the French sports daily L'Equipe published on Tuesday that he would run for another term of office and that if he was elected he would stay in charge of FIFA until his planned retire. ment in 1998. (Reuter). Sydney- Olympic champion swimmer Kieren Perkins has launched a court battle against the sport's major sponsor in Australia in a dispute over his appearance in a newspaper advertisement. Perkins, who broke the 1500 metres world record in winning the gold medal in Barcelona two years ago, filed a writ against te- lecommunications giant Telecom on Wednesday at Brisbane's Su- preme Court, a court official said on Thursday. (Reuter). Bali Post/Rtr. ennis player Jim Courier (L) sha- -shan Ali at the Indian Prime Rao's New Delhi residence on vis Cup world group first round urier will play against Ali in the ingan E SUPER BARU TERAGA Kerwetse Mesin Ande 3505, 238506 YAMAMA 2 Jl. Kartini 35, MADE FERRY ,JI. Udayana 1 Blahbatuh, OTOR, JI. Pahlawan 32. NEGARA: C. 557 Jumat Pon, 25 Maret 1994 Harian untuk Umum Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila Terbit Sejak 16 Agustus 1948 Tajuk Rencana Efisiensi dan Kebutuhan Dana Pembangunan ADALAH menarik pertanyaan yang dilontarkan Wakil Presiden Bank Dunia, Gautam S. Kaji, dalam pertemuan dengan enam menteri hari Senin (21/3) di Bappenas. Dalam pertemuan itu Presiden Bank Dunia mempertanyakan swastanisasi yang dilaku- kan pemerintah Indonesia, apakah untuk mencapai efisiensi atau sekadar untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan. Kebutuhan dana pembangunan meningkat ter- utama untuk menopang laju pertumbuhan sekitar tu- juh persen per tahun. Namun kejadian belakangan ini menunjukkan keadaan yang kurang menggembi- rakan, Harga minyak di pasar internasional merosot hingga mencapai angka 13 dolar AS per barel jauh di bawah harga patokan yang diprediksikan dalam RAPBN. Ekspor nonmigas selama tahun 1993 ter- nyata juga tidak menunjukkan kenaikan. Bersamaan itu, dalam 12 bulan terakhir ini mata uang yen Jepang mengalami apresiasi sampai 15 persen terhadap dolar AS. Menurut Menko Ekku dan Wasbang Saleh Afiff, pinjaman luar negeri Indone- sia saat ini tercatat sebesar 90 milyar dolar AS, yang terdiri atas 40 persen utang swasta, 20 persen utang jangka pendek kurang dari satu tahun, dan sisanya 40 persen merupakan pinjaman pemerintah. Dari 90 milyar dolar AS itu, 40 persennya dalam bentuk mata uang yen. Dengan adanya apresiasi yen sebesar 15 persen itu, utang luar negeri Indonesia bisa mem- bengkak dengan tiga milyar dolar AS. Atas dasar itu pemerintah Indonesia berniat memperketat dan mengurangi pinjaman luar negeri, baik berupa pin- jaman komersial, bantuan kredit murah jangka pan- jang 25 tahun dari CGI (Consultative Group on Indo- nesia), maupun bantuan kredit ekspor berjangka waktu 10 tahun yang bunganya sekitar 6-7 persen. Mengingat kondisi yang cenderung kurang meng- gembirakan tersebut peranan sektor sektor swasta memang wajar diharapkan semakin membesar un- tuk menyokong kebutuhan dana pembangunan. Peranan yang terlalu disentralisasikan di tangan pe- merintah (termasuk BUMN) selama ini ternyata be- lum mampu menggerakkan perekonomian secara dinamis. Kontrol yang berlebihan memang tidak baik, ka- rena dapat menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Di samping menumbuhkan empirium birokrasi yang menghambat gerak ekonomi, over regulation juga membuka peluang bagi oknum birokrat yang gemar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Akan tetapi kebebasan tanpa batas juga bisa membawa celaka. Yang kecil-kecil dan lemah bakal tergusur. Kalau penyebabnya faktor inefisiensi mungkin bisa diterima. Akan tetapi kalau yang ter- jadi adalah kolaborasi antara pengusaha dan peng- uasa demi keuntungan suatu industri oligopolistik, hal ini jelas tidak dapat dibenarkan. Dalam hal sema- cam itu peranan regulasi masih tetap diperlukan, ter- utama untuk melindungi kepentingan mayoritas pe- laku ekonomi yang masih lemah dan belum siap bertarung. Deregulasi jelas berbeda dengan liberalisasi atau swastanisasi yang mengeliminasi sekecil mungkin atau bahkan meniadakan sama sekali peranan pe- merintah dalam mengatur aktivitas ekonomi. Sistem ekonomi yang mengandalkan semata-mata meka- nisme pasar bebas boleh dikatakan sudah mati seki- tar tahun 1930-an ketika sistem ini gagal mengatasi pengangguran dan depresi besar dunia. Yang tampaknya cocok di Indonesia bukanlah swastanisasi seperti liberalisasi, melainkan deregu- lasi. Ibarat memangkas rumput, deregulasi ber- usaha mengurangi kuasa yang terlanjur berlebihan dan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi. Deregulasi dalam arti memberikan peranan yang lebih besar kepada sektor swasta untuk tujuan menghimpun dana pembangunan mungkin bisa di- maklumi untuk jangka pendek. Namun untuk jangka panjang tujuan deregulasi mestinya diperluas, bu- kan sekadar untuk menghimpun dana pemba- ngunan tetapi terlebih-lebih untuk meningkatkan efi- sien perekonomian nasional. Untuk menunjang tujuan tersebut sudah saatnya membenahi iklim perekonomian agar faktor-faktor yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi di sisi pro- duksi (supply side) mulai dihilangkan. Tanpa upaya simultan ini deregulasi tidak akan mampu berbicara banyak dalam membenahi perekonomian nasional. Di sisi itu peranan pemerintah tetap diperlukan se- bagai pengawas yang jujur dan adil. Menjaga Netralitas Departemen Agama PEMIKIRAN mengenai kerja sama antarpenga- nut umat beragama muncul dari tesis berikut. Agama hidup di tengah masyarakat. Dengan demi- kian agama merupakan denyut kehidupan masyara- kat. Jika demikian, agama juga wajib memberikan perhatian kepada kehidupan masyarakat, entah ma- syarakat itu bernama lingkungan, daerah, wilayah, atau bangsa dan negara. Tesis yang kedua, yang juga berangkat dari tesis pertama itu, mengandaikan bahwa jika sasaran per- hatian agama adalah lingkungan, daerah, wilayah, atau bangsa dan negara yang sama, mengapa per- hatian dan kepedulian setiap agama saling dihadap- kan atau dipertentangkan. Paling sedikit muncul pe- mikiran, carilah aspek-aspek persamaan untuk memperbesar daya sinergik yang berlipat-ganda manfaatnya, efektif serta efisien. Agaknya juga telah muncul kesadaran bahwa su- dah saatnya orang tidak perlu lagi dapat menyentuh hal-hal mendasar yang menjadi tonggak eksistensi suatu agama menurut keyakinan para pemeluknya. Menyentuh wilayah-wilayah yang merupakan sub- stansi mendasar itu dapat memercikkan api perbe- daan yang pada gilirannya dapat membesar dan menghalangi jalan menuju kerukunan, atau ma- lahan merusaknya sama sekali. Aspek agama me- rupakan salah satu unsur primordial yang mudah meletupkan keresahan bahkan benturan sosial. Dalam suatu masyarakat yang majemuk, perbedaan-perbedaan tidak bisa lain daripada suatu kondisi di mana unsur yang satu dapat menjadi sum- ber meletupnya unsur lain apabila tidak ada kendali, baik secara internal maupun eksternal. Kendali in- ternal dibahasakan dalam ajaran dan aturan agama, serta sikap dan pandangan umat agama itu sendiri. Oleh karena dalam setiap agama, pada akhirnya ada kecenderungan mementingkan jalur-jalur hi- rarki dalam pengambilan keputusan, berbentuk tek- nis operasional sekalipun, maka peranan pemuka- pemuka dan petinggi agama menjadi relevan dibica- rakan. Forum bagi mereka mengutarakan sikap dan pandangannya hampir tak terbatas karena di mana- mana kita senantiasa dihadapkan pada kehidupan yang mempunyai warna dasar keagamaan itu. De- ngan demikian mereka dapat berbicara di mana saja, tidak terbatas pada prasarana atau sarana upacara atau ibadah. -Kendali eksternal menurut jalan pikiran kita mesti- nya merupakan sebuah lembaga yang suprastruktu- ral sifatnya, yang berada di atas semua kepentingan yang berbeda dalam masyarakat majemuk. Hingga sekarang kita masih tetap memandang Departemen Agama merupakan lembaga yang bersifat seperti itu, menjadi sebuah lembaga yang memberikan jalan keluar jika terjadi benturan kepentingan antar- pemeluk umat beragama, meredakan gejolak yang berlatar agama, dan seterusnya. Memberi pelay- anan atau pembinaan. Pemikiran ini kita angkat karena ada kecende- rungan atau gejala bahwa Departemen Agama, en- tah pada tingkat teritori atau jajaran terendah hingga di jajaran tertinggi, dianggap sebagai milik kelompok yang mayoritas penduduknya menganut agama ter- tentu. Dengan demikian, menurut asumsi ini, lem- baga yang merupakan aparat pemerintah tersebut, harus memperjuangkan kepentingan mayoritas penduduk beragama tertentu dalam wilayah tersebut. Padahal, seperti telah kita sebutkan, lembaga yang dapat menjadi pengendali menajamnya perbe- daan adalah lembaga yang suprastruktural sifatnya, yang berada di atas semua kepentingan yang ber- beda dalam struktur suatu masyarakat. Kata-kata kita ini mempertegas keinginan Presiden Soeharto yang diungkapkan ketika membuka rapat kerja De- partemen Agama di Istana Negara, Selasa (22/3). Menurut Presiden Soeharto, sesuai kedudukan dan fungsinya seluruh jajaran Departemen Agama hendaknya menghindari keterlibatan mereka dalam masalah-masalah intern keagamaan masing- masing umat beragama, baik yang berkenaan de- Ingan pemahaman, penafsiran, maupun peng- alaman ajaran agama. Hal itu merupakan hak oto- nom masing-masing umat beragama. Masalah perbedaan dan benturan kepentingan ti- dak selamanya terjadi pada jajaran eksternal, antara agama yang satu dengan lain. Dalam banyak kasus dapat saja muncul perbedaan pandangan dan ke- pentingan dalam diri penganut sesama agama. Oleh karena secara internal tidak terselesaikan, masalah- nya diangkat ke tingkat yang lebih tinggi. Celakanya, yang memiliki keterampilan pendekatan yang lebih unggul akan memanfaatkan kelebihannya itu se- hingga lembaga yang seharusnya bersifat netral dan bijaksana cenderung berpihak. Bangkitnya spiritualitas dan semangat keaga- maan akhir-akhir ini merupakan suatu pertanda po- sitif bahwa agama telah didudukkan kembali dalam posisinya sebagai lembaga yang mendekatkan ma- nusia kepada Tuhan. Dunia yang semakin sekular karena daya pengaruh materialisme kini dibelokkan kembali menuju dasar dan asas yang benar (back to basic). Sudah barang tentu kebangkitan kembali sema- ngat keagamaan ini, baik di jajaran internal maupun eksternal, akan berpengaruh besar terhadap hubungan-hubungan yang tercipta secara struktural maupun fungsional. Kearifan dan ketajaman meng- identifikasi duduk persoalan merupakan syarat bagi mereka yang menduduki posisi pada suprastruktur. Boleh jadi perangkat aparat di posisi ini harus mengambil sikap, misalnya berpihak pada kebe- naran, tetapi kebenaran itu sendiri menjadi relatif apabila dihadapkan pada kondisi yang rawan. Arif dan bijaksana walaupun dapat dianggap sebagai ti- dak berprinsip tetapi itulah tugas lembaga yang ber- diri di atas segala kepentingan. Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan Fotokopi Identitas Bali Post Masa Tinggal Landas Pelaksanaan Konstitusi SEBENTAR lagi kita akan memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua (PJPT-II) atau dengan kata lain kita akan memasuki tahap tinggal landas. Dalam PJPT-I keberhasilan yang menonjol adalah pembangunan di bidang eko- nomi. Secara kualitatif taraf hidup rakyat Indonesia meningkat, meskipun secara kuantitatif belum terwujud pemerataan. Sudah banyak pengorbanan rintah yang dianggap menyim- yang diberikan bangsa untuk pang. Di DPR angin demokrasi menyukseskan PJPT-I. Banyak ini dibawakan para anggotanya pengamat yang beranggapan yang mendapat sebutan "voka- bahwa keberhasilan pemba- lis" yang berasal dari semua ngunan ekonomi tidak diiringi fraksi. pembangunan di bidang politik. Bagaimana seyogyanya kita Pembangunan politik jauh ter- memandang perkembangan ter- tinggal dan para pejuang demo- sebut? Jika kita pandang secara krasi harus puas terhibur de- negatif, misalnya dengan kaca ngan kata-kata demi "stabilitas", mata "security" yang berlebihan, "pembangunan" atau "pemerin- dengan mudah kita akan berang tahan yang kuat", maka pemba- ngunan bidang politik terpaksa di-"korban"-kan untuk semen- tara, apa boleh buat! Tetapi sam- pai kapan? Pada zaman keterbukaan dan era globalisasi sekarang yang bersamaan dengan era tinggal landas yang bakal kita masuki tersebut, kiranya kita perlu me- renungkan sejenak apakah pem- bangunan dalam era ini juga akan mencakup pembangunan di bidang politik, selain pemba- ngunan ekonomi yang tetap me- rupakan prioritas? Ini meng- ingat bahwa konstitusi kita (UUD-1945) mengamanatkan secara tersirat bahwa pemba- ngunan untuk mencerdaskan ke- hidupan bangsa yang harus kita laksanakan tidak hanya satu dua sektor, melainkan banyak sektor yang sedapat mungkin harus berjalan bersama-sama. Dengan kata lain, secara ideal bukan hanya bidang ekonomi melulu yang perlu "tinggal lan- das", namun banyak sektor lain termasuk (terutama) bidang po- litik pun kita perlu tinggal lan- das pula. Jadi, dalam perjuangan melaksanakan konstitusi secara menyeluruh kita pun perlu juga melakukan "tinggal landas". Situasi sudah Berubah Dalam beberapa tahun ter- akhir ini situasi sudah berubah. Perang dingin usai dengan run- tuhnya komunisme di Barat. Na- mun para pemimpin negara Ba- rat membuat "musuh-musuh" baru sebagai faktor yang harus dihadapi, Musuh-musuh yang dimaksud adalah pelanggaran terhadap HAM, demokrasi dan pencemaran lingkungan hidup. Negara-negara berkembang, ter- masuk Indonesia merupakan sa- lah satu negara yang terciprat "getah" karena dituduh melaku- kan pelanggaran HAM, juga di- sorot kehidupan demokrasi dan penanganan lingkungan hidupnya. Sementara itu situasi dalam negeri juga mengalami per- ubahan. Angin demokrasi mulai berhembus baik karena faktor dalam negeri (menggelindingnya keterbukaan) dan pengaruh dari luar sebagaimana telah terurai- kan tadi. Di masyarakat ditandai cukup banyak demonstrasi ma- hasiswa untuk memprotes suatu kejadian atau kebijakan peme- gapan bahwa kejadian-kejadian tadi seperti halnya demonstrasi demonstrasi mahasiswa adalah merupakan kegiatan-kegiatan yang mengganggu stabilitas dan perlu diusut siapa gerangan yang mendalangi kegiatan yang "norak" tersebut. Tetapi jika kita memandang dengan kacamata positif, maka dengan bijak kita dapat melakukan penilaian bahwa kejadian-kejadian di ne- geri kita dalam tahun-tahun ter- akhir ini tak lain merupakan proses pematangan kehidupan demokrasi itu sendiri. Sebenarnya secara awam pun kita dapat menelusuri perkem- bangan yang melatarbelakangi kejadian-kejadian tersebut. Su- dah 25 tahun kita bersusah payah berusaha untuk mening- katkan taraf hidup rakyat. Ha- silnya, bermunculannya go- longan menengah baru yang ter- pelajar dalam lapisan masyarakat kita. Adalah wajar, jika kebutuhan hidup sudah ter- penuhi, pendidikan meningkat, pelbagai media massa mereka ikuti setiap hari, kesadaran poli- tik mereka akan meningkat pula. Mereka akhirnya gampang peka terhadap kejadian- kejadian yang mereka anggap pincang dalam masyarakat atau yang lebih luas lagi dalam kehi- dupan bernegara ini. Anak-anak mereka yang juga menikmati pe- ningkatan hidup dengan sema- kin mampunya golongan mene- ngah baru tersebut mengirim anak-anak ke jenjang pendidi- kan paling tinggi (universitas). Mahasiswa-mahasiswa yang di- lahirkan golongan menengah ini merupakan kelompok yang mu- dah dikobarkan emosinya guna melakukan aksi-aksi turun ke jalan guna memprotes kepin- cangan dalam masyarakat. Selain itu, bukankah telah bertahun-tahun kita menyeleng- garakan Penataran P-4 dan di- perkirakan jumlah pesertanya sudah berjuta-juta orang. Dari Penataran P-4 tersebut bukan- kah secara langsung atau tidak langsung juga ditumbuhkan jiwa demokrasi mereka? Melalui ka- camata positif kejadian-kejadian mutakhir di tanah air kita terse- but, dengan mudah kita dapat beranggapan bahwa kesemua- nya itu merupakan buah dari pembangunan kita juga, yakni peningkatan taraf hidup dan juga Penataran P-4. rena jika kehidupan demokrasi semakin ditingkatkan, partisi- pasi rakyat akan meningkat pula. Rakyat akan mendapat ke- leluasaan untuk mengontrol se- tiap langkah pembangunan yang dilancarkan dan dengan demi- kian rakyat akan tumbuh kesa- darannya untuk ikut memiliki pembangunan itu sendiri, bukan lagi sebagai objek seperti selama Oleh karena itu kita justru pa- ini terjadi, melainkan juga seba- tut bersyukur jika di antara ma- gai subjek pembangunan. Tiada- hasiswa kita masih ada yang ber- nya lagi konflik ideologi ani menyuarakan hati nurani ra- antarkekuatan-kekuatan sosial- kyat. Jika dalam suatu negara politik di negeri ini, merupakan kelompok terpelajar apalagi ma- salah satu faktor penting bagi hasiswanya tidak lagi mema- para petinggi di puncak republik hami aspirasi rakyat, bagaimana ini untuk membuka "kran" de- jadinya masa depan kepemim- mokrasi lebih longgar. pinan bangsa dan negara yang bersangkutan kelak? Bukankah kelompok mahasiswa merupa- kan sumber utama pemimpin bagaimana kita menempatkan bangsa yang akan datang? Oleh Pramudito Mengelola Konflik Masalahnya sekarang adalah perbedaan atau pertentangan pendapat dalam alam Demo- krasi Pancasila? Apakah orang atau pihak yang berbeda atau bertentangan pendapat dengan pemerintah akan dikategorikan sebagai "kontra revolusi" seperti pada zaman orla atau "anti- pembangunan" pada zaman orba ini? berikan iklim yang baik guna membiarkan argumen-argumen yang saling berbeda itu untuk sa- ling mengasah hingga tercapai akan semakin cepat menuju ke kebenaran, bangsa Indonesia kedewasaan dalam kehidupan demokrasinya. Memahami dengan Jiwa Besar Tinggal Landas yang Paralel Penataran P-4 yang kita ada- kan belasan tahun terakhir sebe- narnya tak lain berusaha untuk lebih memahami secara mantap Memang bagaimana pun ri- konstitusi kita. Namun yang tak kurang pentingnya adalah ba- siko konflik dalam alam demo- gaimana pelaksanaan dari hasil krasi pasti ada. Pasti akan tum- penataran tersebut dalam prak- buh lebih banyak perbedaan tek sehari-hari kehidupan ber- pandangan dalam masyarakat konstitusi kita. Jika ingin tetap atas masalah-masalah nasional berpandangan jauh ke depan yang penting. Namun itu adalah maka kita harus peka terhadap hal yang wajar. Jika kita meni- perkembangan situasi baik da- tikberatkan "security approach" lam maupun luar negeri. Jika da- secara berlebihan dalam mena- lam alam globalisasi sekarang ngani konflik tersebut, itu arti- ini kita tetap bersikap tertutup, nya kita kembali melangkah ke fanatik buta terhadap konsti- belakang. Namun jika kita tusi, tidak peka terhadap per- mengelola konflik dengan mem- kembangan seperti keterbu- kaan, demokrasi, masalah HAM dan sebagainya, kehidupan ber- konstitusi kita akan pincang jal- annya. Kepincangan ini dapat kita gambarkan jika para pe- mimpin atau petinggi negara ha- nya pandai menganjurkan ra- kyat agar rakyat patuh pada konstitusi, tetapi dalam praktek sehari-hari tanpa disadari ba- nyak kebijakan atau langkah Dalam era tinggal landas nanti mereka yang melanggar konsti- adalah penting bagi bangsa Indo- tusi. Jika para pemimpin bangsa nesia untuk juga "tinggal lan- tidak menyadari bahwa rakyat das" dalam pemahaman dan pe- Indonesia bukanlah rakyat yang laksanaan konstitusinya. Kebe- bodoh yang dapat diperlakukan saran jiwa dan dada yang lapang sewenang-wenang, keadaan adalah amat penting untuk me- yang demikian itu adalah bagai- mahami dan melaksanakan apa- kan membendung aliran sungai apa yang tersurat dan tersirat yang sewaktu-waktu dapat pe- dalam konstitusi tersebut. Kata- cah. Jika kita tidak hati-hati kata "kerakyatan yang dipimpin atau salah langkah memasuki oleh hikmat kebijaksanaan da- era tinggal landas, hasil pemba- lam permusyawaratan/ ngunan yang telah kita hasilkan perwakilan" sebenarnya secara selama bertahun-tahun justru tersirat mengamanatkan pada akan mengganggu kelancaran kita bahwa tidak tepat sebutan musuh negara yang ditujukan pelaksanaan PJPT-II nanti. Kiranya situasi sekarang su- kepada warganegara yang ber- dah cukup mantap agar dalam beda atau bertentangan penda- era tinggal landas nanti kita me- pat dengan pemerintahnya. lakukan pembangunan berbagai bidang secara paralel, khusus- nya pembangunan bidang eko- nomi yang paralel dengan pem- bangunan bidang politik, di mana aspirasi rakyat lebih di- perhatikan. Pembangunan bi- dang politik justru akan menun- jang pembangunan ekonomi, ka- Tujuan jangka panjang untuk menjadikan Indonesia sebagai negara industri dengan meng- abaikan demokrasi dan HAM adalah tidak sejalan dengan ke- hidupan berkonstitusi itu sen- diri, sebagaimana diamanatkan para pendiri republik yang me- nyusun konstitusi tersebut. Anatomi Kemiskinan dan Pemecahannya KETIKA masalah kemiskinan merebak menjadi isu nasional, dan Presiden Soeharto menegaskan agar semua pihak memecahkan masalah tersebut dengan sungguh-sungguh, yang pertama kali terlintas dalam benak masyarakat adalah kaum yang tidak memiliki atau kurang memiliki harta benda sehingga hidup dalam kondisi jauh dari sejahtera. Te- gasnya, kemiskinan yang dibayangkan oleh kaum awam adalah kemiskinan ekonomis, dan secara tradisional lazimnya diatasi dengan cara yang sederhana yaitu dengan sedekah kaum berpunya. Pengentasan kemiskinan de- mampu memecahkan masalah miskinan natural, budaya ngan cara bersedekah atau se- secara fundamental dan ini ter- kemiskinan. cara keren dinamakan "tindakan bukti hingga sekarang masih tér- Namun dari semua teori dan charitas" sebenarnya sudah dapat kemiskinan di masyarakat konsepsi tersebut terdapat satu menjadi tradisi di masyarakat kita. Oleh karenanya yang patut kesamaan kesimpulan yakni, ke- yang tumbuh sebagai bagian dipersoalkan adalah Apa sebe- miskinan sama dengan "kurang dari ajaran agama. Tindnakan narnya yang dinamakan kemis- memiliki" atau "tidak mempu- ini bahkan selama PJP-I sempat kinan, apa akar penyebabnya, nyai" yang bisa ditinjau dari ber- berkembang menjadi mode de- dan bagaimana bagai aspek. Jika kondisi seperti ini dikaitkan dengan implikasi Oleh Paulus Isk.Londo dan Amperawati ngan kemasan kegiatan bakti so- memecahkannya? sial dan acapkali identik dengan kegiatan pembagian beras, super mie, baju bekas, pengobatan gra- tis dan lain sebagainya. nerima kenyataan ini sebagai satu kewajaran sebab semua itu dianggap sudah menjadi suratan kemiskinan ini lebih dominan takdir yang sulit ditolak. Akar karena ketidakpunyaan. 2. Kemiskinan kualitatif, yaitu kemiskinan yang terjadi dan di- sertai "perasaan penderitaan" dalam hati kaum miskin sebab kemiskinan yang mereka alami dianggap terjadi sebagai akibat mereka kehilangan sesuatu yang seharusnya dimiliki karena di- rampas orang lain. Oleh karena terhadap kenyataan di dalam ba- nya, ada semacam penolakan tin kaum miskin. Jika pada kemiskinan kuanti- tatif orang miskin cenderung pasrah sebab sudah dianggap se- bagai kenyataan natural, pada kemiskinan kualitatif kaum mis- kin cenderung berontak karena dianggap sebagai akibat dari ke- tidakadilan sosial yang menimpa mereka. Akar kemiskinan di sini adalah faktor "kehilangan ka- rena diambil oleh orang lain. Kolom HALAMAN 7 Doa Bersama Dalam Unjuk Rasa GENCARNYA aksi unjuk lam terang "Allah". Dalam doa rasa yang diwarnai "doa ber- pula orang lain dilihat secara sama" oleh para mahasiswa baru sebagai makhluk isti- akhir-akhir ini menyita perha- mewa yang dicintai "Allah". tian kita. Pertanyaan, "apa di Jika demikian, yang perlu di- balik itu?", bukan lagi merupa- cermati ialah dihindarinya kan suatu hal yang baru. ambisi pribadi yang berbaur Sebagaimana kita alami dengan dalil-dalil luhur kea- dan banyak dipersoalkan, gamaan, yang pada gilirannya orang melihat aksi semacam menjadikan agama sebagai itu tidak lebih daripada suatu payung dari ambisi tersebut. tindakan paradoksal. Di satu pihak, menyebut aksi unjuk rasa selalu terkandung mak- sud antara lain, aktif bergerak, menerobos masuk, tampak langsung. Di pihak lain, de- ngan doa dimaksud lebih ke- pada gerak ke dalam (batin) di mana manusia berkontak de- ngan "Allah" (atau sebutan apa saja sesuai dengan agama kepercayaan masing-masing). Unsur penting dalam hal ini ialah penyerahan diri. Suatu penyerahan diri total dan yang dilakukan dalam ketenangan dan kekhusukan. Bahwa orang bisa membedakannya dan menganggapnya sebagai suatu tindakan yang paradoksal, ini- lah yang ingin kita lihat lebih jauh. Tidak untuk kepentingan analisis, tetapi hanya ingin me- lihat adanya kenyataan doa bersama dalam aksi unjuk rasa. Mohandas Karamchand Gandhi, seorang tokoh nasio- nalis India, pernah mengalami hal serupa ketika ia harus ber- hadapan dengan gejolak dan kekerasan zaman yang dilaku- kan penjajah. Sampai ia me- rasa perlu menterjemahkan si- kap dan perjuangannya dalam apa yang disebutnya "Ahimsa". Menurutnya, Ahimsa (Sans- krit; HAN artinya keinginan untuk membunuh dan A arti- nya tidak) atau dalam bahasa populer "perjuangan tanpa ke- kerasan", tidak mungkin ber- jalan dan berhasil baik jikalau tidak disertai iman akan "Al- lah" yang ditandai dengan ke- butuhan akan doa atau semba- hyang. Gandhi pernah berkata; "tidaklah cukup mentaati Ahimsa dalam perbuatan saja." Harus lebih dari itu. Ma- lah sampai dikatakan sebagai radikal; "tidak berpikir yang bukan-bukan, tidak menjelek- kan, tidak menyakiti walau da- lam hati". Setiap aksi unjuk rasa harus menyentuh aspek ini. Tanpa kekerasan tidaklah sama dengan tanpa perla- wanan yang lahir dari sikap pengecut. Tanpa kekerasan jus- tru mengandaikan kemam- puan untuk berjuang tanpa rasa takut. Yang harus dihan- curkan adalah kejahatan, keti- dakadilan dan penindasan. Prinsip tanpa kekerasan mem- punyai dimensi teologis dalam arti manusia yang berjuang tanpa kekerasan harus hidup dalam iman akan "Allah". Ma- nusia tidak bisa begitu saja mengandalkan kekuatan pada sarana-sarana dari luar me- lainkan kekuatan dari dalam, yaitu imannya akan "Allah". Untuk itu kebutuhan akan doa niscaya perlu. Kekuatan dari dalam harus dicari dan dite- mukan dalam komunikasi doa atau sembahyang. Setiap aksi unjuk rasa, mau tidak mau memproklamasikan bahwa seluruh pemahaman yang dapat diambil dari pada- nya, makna yang terdalam adalah persoalan "keadilan". Sanubari manusia mendam- bakan nilai-nilai keadilan. Oleh karena itu manusia me- rasa amat sensitif terhadap se- gala sesuatu yang berlawanan dengan hal itu. Dilandasi tu- juan tersebut, manusia lalu memandang perlu mewarnai dan menandainya dengan doa atau sembahyang. Dengan doa, suatu aksi unjuk rasa meng- abarkan bahwa apa yang di- perjuangkan bukanlah sesuatu yang sepele; dilandasi ambisi pribadi yang dicampurbaur kan dengan dalil-dalil luhur keagamaan. Makna yang de- mikian harus menonjol. Ini me- rupakan salah satu nilai dasar kemanusiaan yang tidak lain adalah manifestasi religiositas manusia, yang tidak boleh di- kaburkan oleh apa pun. Jika kita kembali pada si- Menurut bahasa agama, doa nyalemen kita, maka kita boleh dilihat sebagai ekspresi dari menyebut bahwa aksi unjuk kesadaran religius. Ekspresi rasa yang ditandai doa ber- ini akibat dari relasi dengan sama seyogyanya dicermati se- "Allah" yang diwadahi dalam bagai suatu bahasa per- suatu agama atau keper- juangan dari manusia yang cayaan. Dalam dan dengan masih dan tetap percaya ke- doa, manusia menyatakan se- pada "Allah" bagi semua cara intens kehendak dan per- makhluk dan mempunyai cinta juangannya. Dalam doa manu- yang seimbang kepada manu- sia melihat diri dan apa yang sia lainnya. ingin diperjuangkannya da- ●Hengky L.Pr. Oleh karenanya, akar penye- proses terjadinya kemiskinan bab kemiskinan dan dimensi si- dan pemiskinan dalam struktur fat kemiskinan senantiasa ber- sosial yang timpang tidak terba- kembang paralel dengan proses tas pada bentuk hubungan eko- perkembangan peradaban ma- nomi yang eksploitatif tetapi nusia. Proses inilah yang dina- juga pada hubungan politik yang makan "gelombang-gelombang dominatif dan hubungan sosial kemiskinan dan pemiskinan" yang diskriminatif. Oleh karenanya dalam diri yang menghempas silih berganti dalam perkembangan sejarah kaum miskin terakumulasi ber- bagai bentuk kemiskinan, uta- kemanusiaan kita. kinan yang pertama adalah ke- tik, dan ekonomi. Untuk meng- Deburan gelombang kemis- manya kemiskinan sosial, poli- miskinan natural yang timbul entaskan kemiskinan yang akibat kondisi alamiah seperti bersifat struktural ini, yang di- kegersangan tanah, keterisola- perlukan adalah reformasi sosial sian wilayah, bawaan manusia- agar tersedia peluang bagi kaum nya sejak lahir, dan lain miskin untuk memperbaiki taraf kehidupannya. Problem kemis- sebagainya. Dimensi keterbatasannya kinan struktural sempat men- yang lebih menonjol pada aspek jadi fokus sorotan masyarakat pemenuhan keperluan hidup dalam dekade 1970-an, karena -- menyebabkan sifat kemiskinan demikian menurut para pakar -- ekonomis. Artinya, orang yang dak hanya ditemukan pada ini lebih bersifat kemiskinan kondisi yang sama ternyata ti- dianggap miskin adalah mereka bangsa-bangsa yang terjajah yang kurang memiliki faktor atau masih menganut sistem feo- ekonomi bagi kesejahteraan hi- dal, tetapi juga di negara-negara dupnya. Untuk mengentaskan yang sudah merdeka. Setelah dikaji, ternyata yang kemiskinan ini diperlukan tin- dakan kepedulian kaum berpu- menjadi penyebabnya adalah ke- nya untuk membantu kaum mis- salahan teknis pelaksanaan kin, seraya berupaya meningkat- pembangunan yang tanpa disa- kan potensi kaum miskiin yang dari telah mengabaikan prinsip terbatas itu agar bisa hidup lebih pemerataan pendapatan se- hingga menimbulkan berbagai mandiri. Gelombang kemiskinan yang ketimpangan, baik bersifat verti- menghempas kemudian adalah kal maupun bersifat horizontal. "kemiskinan struktural" yang Indikasi ketimpangan tersebut bersumber pada ketimpangan antara lain ditandai adanya sistem sosial sehingga menye- kantong-kantong kemiskinan di kiran seperti ini masih dominan Tampaknya titik tolak pemi- mewarnai konsep pengentasan Kemiskinan, sosialnya, kemiskinan sebenar- dari Berbagai Aspek nya hanya memiliki dua sifat im- kemiskinan pada tingkat skala Menyusul pernyataan Presi- plikatif yang karena reaksi atau nasional. Program Inpres Desa den yang menjadikan program sikap responsif kaum miskin ter- Tertinggal, subsidi bagi koperasi pengentasan kemiskinan men- hadap kenyataan yang mereka Dasar Pemecahannya dan pengusaha kecil, imbauan jadi gerakan nasional, banyak alami yaitu: Kemiskinan sebenarnya bu- kepada konglomerat agar mau pakar terdorong untuk mengkaji 1. Kemiskinan kuantitatif, yaitu kan masalah Indonesia semata, menghibahkan sebagian saham- masalah itu dari berbagai sudut kemiskinan yang bisa ditemu- tetapi merupakan problem ke- nya kepada koperasi dan lain se- dan dimensi. Bermunculanlah kan di mana saja dan terkait erat manusiaan yang hakiki dan seja- bagainya, pada dasarnya menyi- berbagai teori dan istilah ten- dengan ketidaksamaan natural gat. Artinya, pergulatan hidup ratkan keharusan bersedekah tang kemiskinan di berbagai fo- seperti kondisi fisik manusia- manusia sepanjang sejarah dan dalam kapasitas nasional. Na- rum diskusi dan seminar, seperti nya, keadaan alam lingkungan di berbagai tempat pada haki- terpenuhi. mun, bentuk pemecahan kemis- kemiskinan absolut, garis kemis- atau sebab-sebab alamiah yang katnya merupakan pergulatan kinan seperti itu, ternyata tidak kinan, kemiskinan relatif, ke- lain. Kaum miskin lazimnya me- melawan kemiskinan itu. RCTI Ada tetapi di Bima Disadap Sebagai warga yang acara di RCTI sedikit kecewa memerlukan informasi- atas terganggunya siaran atau informasi segar dan hiburan- kasarnya siaran yang ke Bima hiburan yang konstruktif, keha- maupun di Kabupaten Dompu diran siaran RCTI di NTB dan disadap oknum-oknum tertentu. Bima khususnya, yang dapat di- Sadapan tersebut khususnya tangkap melalui parabola, patut pada siaran-siaran film Layar Emas atau pada film-film yang mendapat acungan jempol. Namun, akhir-akhir ini, khu- digemari anak-anak. susnya anggota keluarga kami yang setia mengikuti acara- Menurut hemat saya hal itu Rp 1.428.000 untuk Pura Reksa Wira di Bengkalis Riau Bali Post menerima titipan sumbangan dana punia untuk Pura Raksa Wira Bengkalis di Riau dari: Ngurah Oka, Jl. Patih Jelantik 4 A Dps Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 581.000 Rp 10.000 Rp 1.418.000 Rp 1.428.000 Rp 50.000 juga cukup merugikan pihak untuk Pura Bukit Amerta di Banyuwangi sponsor yang telah membayar iklannya secara mahal. Harus- Bali Post menerima titipan sumbangan dana punia untuk Pura Mohon Perhatian kah Bima dan Dompu yang ma- Bukit Amerta di Banyuwangi dari: Pemda Tabanan syarakatnya mengharapkan hi- Koperasi Alpha Sigma, Jl. Raya Kuta buran segar dikecewakan? No. 105 Kuta Mengingat pentingnya sarana Mudah-mudahan dengan surat Jumlah penerimaan sebelumnya transportasi yang ada di Desa pembaca ini, oknum-oknum Jumlah penerimaan seluruhnya Kebonpadangan, Kecamatan Pu- yang bertanggung jawab dalam puan, Kabupaten Tabanan, di pengacauan tersebut dapat mana seringnya kendaraan- menghentikan aktivitasnya. kendaraan angkutan umum se- Perlu Penjelasan "Kalender Bali" Kalender merupakan Hari Raya Galungannya (Buda der Bali" cukup banyak (tetapi petunjuk/pengingat untuk mela- Wuku Dungulan) masih tercetak jangan lupa hari libur bagi umat kukan suatu kegiatan pada merah. Dalam hati saya berpikir lain pun relatif banyak). tanggal-tanggal tertentu, apa- dan mulai khawatir, jangan- Sebagai bangsa Indonesia ten- lagi kalau kegiatan itu akan dila- jangan pada tahun-tahun yang tunya saya juga seperti warga kukan pada waktu yang relatif akan datang semua tanggal ke- lainnya ingin maju. Apakah de- lama seperti Hari Raya Ga- giatan hari-hari besar Hindu ter- ngan adanya libur pada hari-hari lungan, Kuningan, Nyepi. Mung- cetak dengan warna hitam (ke- besar Hindu terdahulu kita tidak kin tidak terlalu berlebihan ka- cuali Hari Raya Nyepi) dan lebih bisa maju atau mengabaikan lau dikatakan "Kalender Bali" parah lagi jika berlanjut secara kegiatan-kegiatan formal merupakan kalender terlengkap perlahan tercetak hitam tanpa lainnya? di dunia. disertai lingkaran merah, yang Sebagai umat Hindu tentunya Beberapa tahun yang lalu ke- berarti walaupun hari besar bagi kita jangan lupa dengan ajaran tika saya melihat tanggal ke- umat Hindu untuk melakukan kita, di mana kita tidak hanya giatan Hari Raya Galungan dan "yadnya" kemenangan dharma melakukan pekerjaan mengejar Kuningan pada "Kalender Bali" atas adharma tidak libur dan te- kesenangan duniawi, tetapi juga saya agak terkejut. Karena pada tap melakukan kegiatan rutin di seimbang dengan kebutuhan ro- perti truk, colt penumpang ang- hari-hari besar bagi umat Hindu kantor, di sekolah atau tempat- hani, menjaga keseimbangan kutan umum yang melewati tersebut dan beberapa hari raya tempat formal lainnya. Ternyata alam, seperti disebutkan dalam Desa Kebonpadangan. Sarana lainnya biasanya tercetak de- kekhawatiran saya yang per- konsep "Tri Hitakarana". transportasi yang ada di desa ngan warna merah (berarti hari tama benar, di mana sekarang Sekarang, bagaimana mung- kami adalah satu-satunya sa- tersebut libur dan khusus bagi pada Hari Raya Galungan (Buda kin kita dapat melakukan ke- rana penghubung dari desa ke umat Hindu agar dapat melaku- Wuku Dungulan) juga sudah ter- giatan "yadnya" besar dengan kota atau sebaliknya. kan kegiatan keagamaan/adat cetak hitam. khusuk tanpa harus memikir- dengan khusuk tanpa harus me- Mungkin ada pendapat bahwa kan kegiatan formal lainnya apa- mikirkan pekerjaan lain), tetapi di Bali (karena kegiatan- bila tidak memiliki waktu yang sejak beberapa tahun lalu, hari- kegiatan adatnya) terlalu ba khusus? Bukankah munafik na hari tersebut tercetak dengan nyak libur, sehingga hari libur manya kalau kita melakukan warna hitam dan diberi ling- ini perlu dikurangi. Memang karan merah, kecuali pada Rabu, jumlah hari libur dalam "Kalen (Bersambung ke Hal.9, Kol. 4) (Bersambung ke Hal.9, Kol. 6) Anggota Redaksi: Denpasar: Made Sugendra, Sri Hartini, Ida Bagus Geriawan, Nengah Srianti, Bali Post Wayan Suja Adnyana, Wayan Wirya, Wayan Suana, Dwi Yani, Komang Suarsana, Djarot Supra- jitno, Ema Sukarelawanto, Daniel Fajri, Nyoman Sutiawan, Legawa Partha, Gianyar: IB. Alit Sumertha, Bangli: Nikson, Semarapura: Made Sueca, Singaraja: Made Tirthayasa, Putu Mangku, Amlapura: Wayan Sudarsana, Tabanan: Gst. Alit Purnatha, Negara: Eddy Asri, Jakarta: Muslimin Hamzah, Suhendra Us- maya, Bambang Hermawan, Sahrudi, Surabaya: Edy Poerwanto, NTB: Agus Talino, Iszul Kairi, Ryanto, Ruslan Efendi, NTT: Hilarius Laba, Wartawan Foto: IGN. Arya Putra, Djoko Moelyono. Melihat keadaan jalan yang ada sekarang ini dari Bangsing menuju ke Kebonpadangan su- dah dalam keadaan rusak berat, saya sangat prihatin dengan ku- Setlap artikel atau tulisan yang dikirim ke Redaksi hendaknya ditik dengan dua spasi (spasi rangkap). Halim Perdana Kusuma Jl. Tongkol No. 4 Sebelah Barat Kompleks Pasar Raya Bima Terima Kasih Saudara Komang Rp 826.000 Rp 531.000 Rp 581.000 untuk Pura Adya Dharma di Salatiga Rp 50.000 Bali Post menerima titipan sumbangan dana punia untuk Pura Adya Dharma di Salatiga dari: Komang Bagus Wiryawan Duarsa, Diponegoro 173-175 Dps Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 3.148.400 Rp 776.000 Rp 826.000 Melalui rubrik ini, saya ingin untuk Pura Hulun Danu Batur di Songan menyampaikan rasa terima ka- sih yang amat sangat kepada saudara "Komang" di Sanglah Kintamani, Bangli Rp 150.000 Rp 19.400 Rp 6.450 Bali Post menerima titipan sumbangan dana punia untuk Pura yang telah dengan berbaik hati Hulun Danu Batur di Songan Kintamani Bangli dari: mengembalikan SIM C beserta Orang Tua Murid SMP Negeri 10 Dps surat-surat lainnya ke alamat Keluarga Besar SMP Negeri 10 Dps sbb: saya lewat pos. Saya tidak dapat berterima Kelas 1A SMPN 10 Denpasar kasih secara langsung kepada Kelas 1B SMPN 10 Denpasar Saudara Komang selain lewat Kelas 1C SMPN 10 Denpasar rubrik ini, karena saya tidak Kelas 1D SMPN 10 Denpasar tahu alamat Saudara Komang Kelas 1E SMPN 10 Denpasar Kelas 2A SMPN 10 Denpasar secara jelas. Kelas 2B SMPN 10 Denpasar Kelas 2C SMPN 10 Denpasar Kelas 2D SMPN 10 Denpasar Made Ernita Kurniawati Jl. Mertha Jaya Gg. III/18 Denpasar. Rp 13.500 Rp 11.600 Rp 7.600 Rp 4.800 Rp 5.000 Rp 8.200 Rp 6.000 (Bersambung ke Hal.9, Kol. 4) babkan sebagian warga masya- perkotaan, adanya kesenjangan rakat menjadi miskin walaupun antara daerah kaya dan daerah faktor dukungan alamiah miskin atau antara sektor basah dengan sektor kering. Realitas ini mendorong per- Dalam skala makro (global) ketimpangan sistem sosial ini di- timbangan perlu adanya res- tandai adanya penjajahan (impe- trukturisasi ekonomi, demokra- rialisme & kolonialisme), dan da- tisasi politik, otonomisasi dae- lam tingkat mikro ditandai ada- rah, serta nasionalisme dalam nya sistem sosial yang pergaulan internasional. Ken- feodalistik, yang mendorong ter- dati kedua gelombang kemis- jadinya pelapisan kasta dalam kinan tadi sesungguhnya telah tatanan masyarakat. membawa penderitaan bagi Dimensi kehilangan dalam ke- kaum miskin, namun hempasan miskinan struktural tidak terba- tas pada aspek ekonomi sebab (Bersambung ke Hal.10, Kol.8) Catatan Kata pengamat ekonomi, Sjahrir, banyak konglomerat yang mematikan kegiatan swasta lainnya yang sebenarnya telah eksis atau secara potensial memiliki kesempatan untuk berproduksi. Tampak kekhawatiran terhadap monopoli dan oligopo- li. Kakanwil Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Ke- cil, Soemardi Widodo mengatakan, banyak koperasi belum bisa wujudkan demokrasi ekonomi. -Lebih-lebih tantangan sebagai soko guru ekonomi Indo- nesia. Tertutup peluang Bali menjadi pelaksana turnamen sepak bola internasional Piala Kemerdekaan VII karena terbentur kapasi- tas Stadion Ngurah Rai yang terlalu kecil. Harap saja tidak kecil hati menghadapi peluang masa depan. Bang Podjok Color Rendition Chart 2cm 4cm
