Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-11-20
Halaman: 06

Konten


2cm HALAMAN 6 Tarian Terakhir Cerpen Agus Sedana KAMU adalah gadis yang pandai menari. Mungkin kare- na itu kamu biarkan rambutmu di desa ini yang tidak meng- enalmu. Hampir setiap acara resmi kamu selalu diundang dah cukup membuktikan ke- mahiranmu menari. TIN MAR 94 lah pementasan kamu dan seo- rang temanmu akan melewati jalan itu untuk pulang. Dan di jalan utama desa itulah aku se- lalu menanti langkahmu lewat. Aku duduk di warung ping- menerangi jalan sekitar. Kamu sering tersenyum setelah meli- hatku memandangmu dari wa- rung itu. lah besar. Sudah seperti kehi- langan pamor keluarga. Kare- na alasan itu bapak merasa ha- rus memecat penjaga sapi yang dianggapnya tidak becus. Say- angnya, penjaga sapi saat itu adalah bapakmu. Bagi bapakku, pemecatan itu tidak berpengaruh apa-apa. Namun, pemecatan itu sangat berpengaruh kepada penjaga sapinya. Bukan lagi masalah sapi yang hilang, tetapi ini ma- salah kepercayaan. Tidak seo- rang pun yang mau mempe- kerjakan bapakmu lagi. Se- dangkan ia hanya menggan- tungkan hidup sebagai buruh tani. Berat rasanya kehilangan kepercayaan. Apalagi angapan bahwa bapakmulah pencuri- nya, begitu kuat. Mungkin lan- taran itu bapakmu akhirnya bunuh diri. Bali Post bertambah setelah tahu kamu sudah duduk di sebelahku. Minggu Pon, 20 November 1994 RESENSI BUKU Menghayati Sejumlah Nilai Tebal nganku tak pernah lepas meli- hatmu menari. Tapi kini tidak Kamu tersenyum kecil. Aku kipas yang menghias ta- tidak tahu harus berbuat apa nganmu, melainkan keris. Ka- Judul saat itu. Kamu sendiri seperti mu menari begitu dekat de- Karya ingin menyampaikan sesuatu. ngan penonton. Ketika posisi- Penerbit Aku menunggu kamu bicara. mu tepat di depan bapakku Tetapi, suara itu tidak keluar yang duduk di depan, cepat- juga. Kelihatan sekali kamu cepat kau tusukkan kerismu di ragu-ragu. dadanya. Bapak tidak dapat Sebenarnya ingin sekali ku- berbuat banyak. Bagaimana sampaikan kagumku pun keris telah tertancap, De- padanya. Dari dulu niat itu su- ngan sedikit mengerang kesa- dah ada, tapi untuk me- kitan, bapak terjatuh ke lantai nyatakannya teramat sulit. Se- berlumuran darah. Bapakku sulit menusuk jarum ke tangan mati tertikam. sendiri. rasa Semua orang yang hadir ma- Cukup lama kita saling di- lam itu tersentak. Mereka se- am. Sampai akhirnya kuputus- mua bergerak menangkapmu. kan untuk mulai bicara. Jan- Pesta yang semula meriah tungku sedikit berdebar. Suara menjadi gaduh tidak karuan. dari mulutku keluar tanpa ragu Masih sempat kulihat kamu lagi. Kuungkapkan semua per- menangis histeris. Aku sendiri asaanku padamu. Kembali ka- cuma bisa terkejut dan berdiri. Kita sama-sama masih kecil mu tersenyum ketika aku ber- Aku sama sekali tidak me- waktu itu. Terlalu kecil untuk henti bicara. Kamu mengambil nyangka jika di balik senyum mengerti semuanya. Setelah kipas yang terselip di pinggang- tarianmu, kamu berniat mem- dan menyerahkannya bunuh bapak. kejadian itu, kita dan teman mu yang lain masih bermain bersa- padaku. Kipas cendana yang Anehnya, aku tidak pernah ma. Sampai akhirya kamu dan berbau harum. Tanpa banyak merasa membencimu. Seakan- ibumu meninggalkan desa ini tanya aku menerimanya, mes- akan aku menganggap peni- dalam waktu yang cukup lama. kipun aku tidak tahu apa mak- kaman itu sebagai sesuatu yang Pada saat kembali dua tahun sudnya. Kamu masih terse- wajar. Mungkin ini pengaruh lalu, kamu sudah banyak ber- nyum saat berdiri dan mening- perasaanku padamu. Barang ubah. Datang sendiri tanpa ibu galkan aku duduk sendiri. Aku perhatikan tempat ini yang katanya masih bekerja di kota. Tinggal bersama paman sudah hampir dipenuhi orang yang juga seorang guru tari. Sebagian dari mereka berdiri Tetapi, tanpa bimbingannya karena tempat duduk terbatas. kamu sudah tampil sebagai pe- Sahabatku bergegas merebut nari yang mungkin lebih mahir kursi yang masih kosong di se- darinya. belahku. Tarianmu sedikit banyak te- "Apa yang Sari berikan?" lah berpengaruh padaku. Se- tanyanya cepat. jak pertama, aku sangat terpe- Aku menunjukkan kipas sona menyaksikannya. Sehing- cendana dalam genggaman ta- nyaksikannya lagi. : Bali Berjuang : Nyoman S. Pendit NYOMAN S. PENDIT BALI BERJUANG : Gunung Agung - Jakarta : XIX + 397 TAHUN 3000 nanti, seorang rah Rai mengadakan long calon bupati bisa jadi ditanya march ke Gunung Agung 1 Ju- siapa nama nenek moyangnya. ni 1946, semangat juang mere- Apakah leluhurnya pernah ka tidak pupus oleh berbagai berjasa membangun republik macam penderitaan. Setelah atau sebaliknya sebagai peng- beberapa kali bertempur, khianat. Atau hanya sekadar pasukan sangat letih. Sebagai- rakyat biasa, pahlawan tidak, mana dituturkan dalam halam- pengkhianat pun tidak. Dan si an 184, pasukan Ngurah Rai ini calon bupati bisa jadi menja- menderita kelaparan dan ke- wab, nenek moyangnya adalah hausan di leher Gunung A- Pahlawan Gusti Ngurah Rai a- gung. "Jangankan makan, mi- tau Mayor Gusti, Putu Wisnu, num saja mereka tidak. Ja- atau Made Widjakusuma atau ngankan ada air, semak belu- mungkin Gusti Konolan. Me- kar pun tidak hidup di leher reka menyebutkan itu dengan Gunung Agung ini," tulis Pen- mantap dan dengan bangga da- dit. pat menujukkan dokumen a- Selanjutnya Nyoman S. Pen- tau paling tidak catatan yang dit (lahir 26 Juli 1927 di Taban- meyakinkan. Mereka mampu an) yang juga terlibat langsung menyebut nama nenek moy- dalam perjuangan itu menutur- angnya dengan jelas tentu ber- kan, "Dingin, lapar dan haus kat adanya buku sejarah yang makin terasa, sedangkan air rapi, akurat dan tidak disangsi untuk diminum tidak ada, se- kan kebenarannya. suatu pun tidak ada yang bisa Buku ini juga mengungkap, ku sejarah betapa pun kecil- gung yang tandus ini tidak ber- sastra dalam mengobarkan se- Itulah sebabnya, sebuah bu- dimakan. Leher Gunung A- betapa besar pengaruh karya. binatang melata pun tidak ada. mana termuat dalam halaman nya, sepanjang dapat member- penghuni. Seekor unggas atau mangat perjuangan. Sebagai- kan sangat tinggi nilainya. Seandainya cicak atau semut 8, Pendit menulis, bahwa Epos Mungkin tak jauh beda dengan ada, jadilah untuk dikrumus!" Mahabharata dan Ramayana benda purbakala, semakin tua Tentang kemurahan Tuhan, sangat membantu pemuda- usianya, semakin tinggi pula antara lain bisa dilihat ketika pemuda dalam menjelaskan kali kamu sudah tidak tahan la- gi menyimpan dendam terha-ikan informasi yang benar, a- dap bapak. Menjelang tengah malam, setelah mengurus kejadian itu aku baru bisa menemuimu di pos polisi desa. Kamu terdu- duk di kursi terkurung terali besi. nilainya. ma rakjat hanja menghendaki lenjapnya Belanda dari poelau Bali atau kami sanggoep dan" berdjandji bertempoer teroes sampai jita2 kita tertjapai" (hal. 199 dan 203). *** Dan buku Bali Berjuang pesawat-pesawat udara Nica arti kebangsaan kepada ra- "Maaf," katamu di sela isak yang disusun Nyoman S. Pen- menyerbu Induk Pasukan di kyat. Apalagi, kisah yang ter- Leher Gunung Agung itu. Da- dapat dalam dua epos besar dit, meskipun diterbitkan per- lam kondisi yang menderita itu, sudah lama menjadi milik tangis yang masih tersisa. Tidak ada yang perlu di- tama kali tahun 1954, selalu itu, Nica memuntahkan peluru rakyat. maafkan. Kamu tidak pernah layak disimak, lebih-lebih keti- dan granat dari langit. Menu- Yang juga sangat berjasa ka kita memperingati Hari rut logika, dalam keadaan membakar semangat pejuang tetap panjang seperti dulu. Se- untuk menari. Bagiku itu su- gir jalan. Lampu petromaknya ga, aku selalu ingin me- nganku. Sahabatku terkesima. membunuh bapakku. Kamu Pahlawan. Soalnya adalah, bu payah begitu, apalagi persen- yakni bahasa dan aksara Bali: Sekarang aku sadar kalau su- Tapi ia heran melihatku yang cuma membunuh dendam yang ku itu menyimpan informasi jataan sangat minim, Nica yang Itu terlihat dalam poster karya tiap menari, rambutmu penuh dengan bunga. Tidak heran ji- ka seorang sahabatku pernah berkelakar, berapa banyak bu- nga yang ada di rambutmu? Ia pernah mencoba menghitung- nya ketika kamu menari. Dan hitungan itu tidak pernah sele- sai. Sahabatku pun mengaju- kan pertanyaan yang sama ke- padaku. Terus terang saja aku tidak tahu. Tetapi, satu hal yang pasti ialah bunga cuma ada satu di panggung itu. Keti- ka ini kukatakan kepada saha- masih biasa saja. "Kamu tahu artinya jika seo- rang penari menyerahkan ki- Kelihatannya kami sudah rencanakan syukuran atas pa pas tarinya kepada orang Yah, bagaimana pun aku tidak tetapi harus dihayati. Catatan saja menumpas pasukan Pak dibuat 1945 dan dijadikan ilus- terlalu dekat. Tetapi, sesung- guhnya kami sangat jarang bi- cara. Kalau kuhitung, baru tiga kali aku bicara langsung de- ngannya. Pembicaraan kami pun berlangsung kaku. Aneh, tapi memang demikianlah kea- daannya. lain?" tanya sahabatku lagi. Aku menggeleng. "Itu artinya ia telah me- orang itu." mu. Malam itu, setelah berjan Sering aku merasa sedih jika mendengar suara gamelan me- rendah. Aku sadar tarianmu hampir usai. Ketika langkah- mu keluar panggung, aku sela- lu berharap agar aku dapat me- lihatmu menari lagi. Tetapi, sedihku cuma berla- ku sesaat. Karena mata ini me- lihatmu keluar arena dengan mengenakan pakaian biasa. Ji- ka sudah begitu, tak seorang Semoga saja kekakuan itu ti- pun mengira bahwa yang me- dak ada hubungannya dengan batku, ia cuma garuk-garuk ke- nari tadi adalah kamu. Tanpa cerita di masa lalu. Hampir se- pala. Sepertinya ia tidak meng- busana tari kamu tampak biasa mua orang di desa ini tahu ceri- erti atau akan menganggapku saja. Terlalu biasa malah. Se- ta itu. Bapakku orang terpan- sepi, tapi sebentar lagi orang pembuka akan tampil. Orang "Dendam" tidak menjadi ju- mempertahankan kemerdeka- dara itu kembali dan pasukan nama-nama jalan, banjar, dsb. sudah tidak sehat lagi. Ah, biar hingga orang-orang lebih se- dang. Sawahnya amat luas. Ba- ring mengabaikanmu. Namun, nyak orang yang bekerja pada- Harus diakui bahwa tarian- kesederhanaan dan biasamu- nya, termasuk juga bapakmu. Kejadiannya berawal dari mu sangat mengagumkan. Itu lah yang membuatku begitu ge- menurutku. Sepertinya semua lisah. Selalu saja ingin berte- hilangnya dua ekor sapi ke- orang di desa ini akan sependa- mu. sayangan bapak. Kalau dulu, pat denganku. Siapa sih orang kehilangan sapi adalah masa- saja. Biasanya, pada malam sete- Dari "Malam Pesona Tafenpah" dah dua bulan lebih tarianmu tidak muncul. Bapak yang me- nen padinya kemarin, kupaksa untuk mengundangmu menari. Bapak setuju saja. Baginya se- makin meriah acara itu, maka gengsi di mata teman sejawat-nyerahkan nyawanya kepada nya tidak akan turun. Di sore menjelang petang ini Aku tertegun. Tapi kemudi- semuanya masih berjalan lan- an aku curiga, kalau-kalau sa- car. Aku dan sahabatku duduk habatku ini cuma berolok- di deret ketiga dari empat deret olok. Rasa curigaku memudar bangku yang dibuat setengah setelah suara gamelan mulai lingkaran. Tempat ini masih mengalun. Sebentar lagi tarian desa akan mulai berdatangan. orang yang hadir bertepuk ta- Saat itu aku merasa ada o- ngan dan bersorak. Biasanya rang yang duduk di sebelah setelah tarian pembuka kamu kiriku. Sahabatku berdehem tampil. Sementara waktu pada ma- Buat seorang penari dari Am- Denpasar, 23 Juli 1994 kecil, kemudian bergegas per- gi. Aku agak terkejut dengan lam itu berjalan terus. Sampai kelakuannya. Rasa terkejut itu tiba giliranmu menari. Panda- penan ada padamu." Kamu sedikit heran mende- sejarah dan sejumlah nilai yang sedang geram dan "gila" bisa pelukis Wayan Ngendon yang tidak hanya patut diketahui, ngar kata yang kulontarkan. Rai dengan mudah. trasi kulit buku ini. Bunyinya, akan menaruh dendam pada- peristiwa yang memang benar- "Tetapi Walhasil, syukurlah!" "Trusang masyat cening, meme benar terjadi tentu tak bisa tulis Pendit. "Tuhan Yang Ma- ngastityang" (Teruskan ber- ji untuk menjaga kipas cend- berubah oleh perjalanan sang haesa, Hyang Widhi Wasa, tempur anakku, ibu mendoa- anamu baik-baik, aku melang waktu. Berbagai peristiwa rupanya mengetahui keadaan kan). Lantaran bahasa dan ak- kah pulang. Dalam perjalanan yang melahirkan sejumlah nilai mereka dan memberi sara Bali itu terbukti ampuh aku berdoa agar bapak mau kepahlawan itu juga tidak akan perlindungan-Nya. Tiba-tiba membakar semangat pejuang, memaafkanmu dan tidak ada lekang oleh dinamika zaman. saja kabut tebal dan dingin tu- maka mungkin itu pula sebab- Sebagai sebuah nilai, ia tetap run merendah menyelubungi nya, bahasa dan aksara Bali di- lagi dendam antara kita. Kugenggam kipas pember- abadi dan patut diwarisi. Ada- gung, sehingga pesawat- kurikulum SD sampai SMA di ianmu erat-erat. Semoga saja pun nilai itu antara lain: sema- puncak dan leher Gunung A- jadikan muatan lokal dalam malam ini bukanlah malam ter- ngat berjuang, tahan pende- pesawat udara Nica tidak dapat daerah ini. Dan apakah lantar- akhir kamu menari. Semoga korban tanpa pamrih demi tebal ini. Pesawat-pesawat u- ritaan, berjiwa besar, rela ber- lagi melihat menembusi kabut an itu pula Gubernur Bali "mengintruksikan" agar dul tarianmu yang terakhir. juga ditulis dengan aksara Ba- li? Bisa jadi begitu. Terutama dari segi makna a- taupun nilai, kalimat yang di- buat Wayan Ngendon itu tentu saja tetap relevan pada setiap zaman dalam rangka menem- puh cita-cita. (Wayan Supartha) murahan Tuhan. *** an, selalu percaya kepada ke- Nica di darat tidak lagi melan- jutkan kepungan mereka." Semangat dan kebesaran ji- wa pejuang, antara lain tercer- Contoh yang menunjukkan min dalam surat Ngurah Rai semangat dan tahannya pende- kepada Toean Overste Ter- ritaan, yakni ketika Induk meulen di Denpasar. Dalam Pasukan MBU DPRI di bawah suratnya itu, Ngurah Rai anta- pimpinan Letkol I Gusti Ngu- ra lain menulis, "Saja atas na- Budaya TTU yang Terdampar di Bali Pelaja HIT NEKAF MESE MAANSAOF MESE Que quise tooned abs #sq alug diesM JBIC Bali Post/edo beken-nya, Kabupaten Kefa- Pulau Dewata, muda-mudi Ke- menanu, memiliki dua nuansa fa telah mencoba me- makna yang sama kuatnya ter- nyumbangkan sesuatu bagi ne- hadap upaya pelestarian nilai-geri leluhurnya atau Propinsi nilai budaya daerah. Paling ti- NTT umumnya. dak, nuansa pertama adalah bahwa lewat berbagai atraksi mikian, menampilkan atraksi seni budaya dari daerah lain di Bali, boleh dipahami sebagai upaya mengembangkan jaring- an promosi. Hanya saja ada sa- tu catatan penting yang mesti- nya tidak terabaikan, yakni se- berapa besar tingkat interaksi antara pemilik budaya, dalam hal ini budaya TTU dan konsu- men yang menikmati keindah- an khasanah budaya yang di- tampilkan. Jawaban atas masalah inilah yang akan sangat menentukan seberapa besar kontribusi pe- mentasan seni tersebut terha- dap upaya melambungkan ke- masyuran daerah asalnya. Da- lam perspektif ini, akan sangat disesalkan bila kepentingan kedua komponen ini tidak ter- jembatani. Nuansa lain tentu saja me- rupakan upaya menebus rindu, yakni rindu yang lama terpen- dam dalam sanubari warga Ke- du dan tari Gong, niat itupun mulai bersinar. Walaupun de- ngan penampilannya yang ser- ba tanggung, yang tidak lain hanya mau menjelaskan bahwa perhatian Pemda TTU terha- dap aspek promosi seperti ini sungguh tidak memadai. Kronis, Kritis Memang sepertinya ada ge- jala yang demikian kronis me- nimpa upaya pelestarian nilai- nilai keindahan budaya di NTT umumnya. Propinsi ini sesung- guhnya memiliki "seribu satu aset budaya yang sangat tidak kalah dengan aset budaya lain- nya. Apalagi kalau mau me- nyoal tenunan asli daerah. Be- gitu rupa corak tenunan daerah ada di sana. Seperti juga di Ke- fa ada tenunan Buna (sarung dari wilayah Hisana) yang la- zimnya digunakan sebagai bah- an dasar busana adat daerah ini. Persis seperti kata pepatah, fa. Maka lewat pementasan ingin hati memeluk gunung, tersebut, Kabupaten TTU, a- apa daya ngan tak sampai. tau "si Bumi Cendana" seolah- Demikianlah nasib dari sarung olah terjerat dalam ingatan ra- Buna ini. Ia bukan saja tidak TAFENPAH- Penampilan grup vokal dalam acara "Malam Pesona Tafenpah". tusan warganya yang kini me- dikenal orang, lebih dari itu, rantau ke Bali. Namun, apalah hampir ditinggal pemiliknya DI MANA bumi dipijak, di memenuhi pelataran pang- arti sebuah perjalanan nostal- sendiri. Mengapa? Ternyata situ langit dijunjung. Pepatah gung, membawakan tari-tarian gia, bila tak sedikit pun makna kemasyuran kayu Cendana tak melayu ini terasa demikian khas daerah TTU, lagu-lagu terpateri di sana. Yang ideal a- tertandingi, seperti juga dae- menggema dan memenuhi daerah serta pergelaran busana dalah, "Sekali merengkuh rah NTT fain, misalnya Songke sudut-sudut aula RRI Denpa- pengantin daerah, dalam se- dayung, dua tiga pulau terlam dari Manggarai, kurang mam sar, di Jalan Melati. Ini terjadi buah acara "Malam Pesona paui" ketika puluhan pemuda dan Tafenpah." Maka tak pelak lagi, lewat Tampilnya para muda dari seni budaya seperti seni tari, rah yang begitu lama menjadi lenggang gemulai dara-dara pelajar Denpasar, asal Kabu- Peter Timor Tengah Utara Kabupaten TTU, atau yang le- seni suara dan seni bertenun, daerah terdepan dalam pemba- manis Bumi Cendana, yang NTT, sampai kapan ini akan (TTU), NTT, silih berganti bih dikenal dengan nama yang ditampilkan di jantung ngunan pariwisata. Dengan de- teruntai dalam gerakan tari Bi- berlangsung? (edo) Siapa tidak kenal Bali, dae- Kumpulkan Segera !! pu menyaingi popularitas Fara- nus Komodonya. Catatan kritis untuk warga nggak mau bilang-bilang." Tini Bud," kata Tono. "Rasanya kembali sambil membawa tiga perkiraan kamu benar, tadi gelas susu coklat hangat. Mere- ka hanya diam sambil menik- mati susu coklat. "Lebih baik tidur dulu, Dod," saran Tini. (Sambungan Hal. 5) rin? Kita-kita sampai bingung mencari." "Apa yang aneh, Din?" sela Totok. saya seperti mendengar suara Maafkan saya, Di. Kemas: rin saya iseng meninggalkan orang merintih kesakitan di ba- wah." Budi dan Dodi meng- kalian. Tiba-tiba saya terper- angguk. Tono mencari jalan osok di jalan setapak itu. Saya turun. Dia tampak cekatan ka- tidak sadarkan diri. Namun a- nehnya." rena anggota club pecinta a- "Mana mungkin saya bisa is- lam. Tak lama kemudian Tono tirahat saat seperti ini." kembali sambil memapah Di- "Ya, sudah. Besok kita ber- na. Dina tampak luka-luka. Ti- unding lagi. Saya mau tidur du- ga anak dengan gesit menyiap- lu," kata Totok sambil bang- kan tandu. Kemudian mereka kit. Dodi, Ina dan Tini ikut kembali ke kemah. Dua jam lebih. Dina masih bangkit. Mereka masuk ke kemahnya dirawat oleh anak-anak per- masing-masing. empuan. Sementara di luar ke- mah, Dodi, Totok dan yang lain asyik bercakap-cakap. Esok pagi, semua anak su- dah kembali segar. Selesai sa- rapan pagi, semua berkumpul. Dodi memberi petunjuk sebe- lum mereka kembali mencari Dina. Kemudian mereka mulai mencari. "Saya jadi cemas, Di." "Saya juga, In. Berdoa saja kata Dodi. Baru saja Dodi se- semoga dia baik kondisinya," lesai bicara begitu, Budi yang berjalan paling depan me- manggilnya. Di! Cepat!" Dodi melangkah "Di!" panggil Budi. "Sini, "Di, untuk Dina tidak pa- rah." "Ya. Saya bersyukur, Tok," kata Dodi sambil tersenyum. Totok menepuk bahu Dodi dan ikut tersenyum. Kemudian Ina keluar dari kemah. kat bahu. "Bagaimana, In?" Ina ang- "Mungkin ini cuma khayal- an saya saja. Tapi saya merasa diajak pergi seseorang. Ke- mudian saya melihat sesuatu. Ya, suatu yang ada pada diri saya. Sifat saya. Ternyata sela- ma ini saya sering membuat sa- kit hati kalian. Semua karena sifat saya yang suka memen- tingkan diri sendiri. Saya sadar dan saya menyesal sekali. Apa kalian masih mau memaafkan saya?" "Kamu ini kok aneh, Din. Tentu saja kita maafkan," kata Ina sambil tersenyum. kan senang melihat perubahan "Iya, Din. Teman-teman a- kamu," sambung Totok. Dina memandang ke arah Tono. "Ton, maafkan saya, ya! "Tenang saja," hibur Ina. "Panasnya sudah turun. Seka- rang dia sudah siuman. Oh, ya, dan yang lain di kemah." Dodi kang, mulai sekarang saya a Di! Dia mau bicara sama kamu Saya sudah sering membang- "Iya, Din. Sudah saya maaf- kan. cepat menghampiri Budi. bangkit dari duduknya diikuti kan menuruti perintah kamu." 'Ada apa?" yang lain. Kemah tempat Dina "Di semak-semak ini banyak beristirahat disingkap tirainya. sobekan kain. Dan, lihat! Dina menyambut Dodi dan Semak-semak di bawahnya se; teman-teman dengan senyum. Dodi melihat ke arah yang di- perti habis tertimpa sesuatu.' "Hai, Din!" tunjukkan Budi. Memang be- nar apa yang dikatakan Budi. "Maksudmu. Dina tergelin- cir ke bawah?" "Mungkin saja." "Biar saya yang turun, "Nah, sekarang kalian se- mua keluar. Biarkan Dina ber- istirahat dulu," kata Tini. Se- mua melangkah ke luar ke- "Hai, Di! Hai, teman- mah. Dina menatap teman- teman," Dina berusaha bang- temannya yang baik dengan se- kit, tapi Tini mencegah. "Jangan duduk dulu, Din!" nyum. kata Tini. "Nanti kamu lebih I Gusti Ngurah Parthama sakit." Dina cuma diam. Jl. Insinyur Ida Bagus Oka 21 "Din, kamu ke mana kema- Denpasar 80232 3 NOVEMBER 1994 31 MARET 1995 - STROOK / KITIR BELANJA ANDA mulai hari ini setiap Pembelanjaan Rp 5000,- di NDA akan mendapatkan 1 POINT BUNGA BERHADIAH (PBB NDA) PASARAYA YANG BISA ANDA TUKAR DENGAN HADIAH PENGAMBILAN HADIAH MULAI 1 DESEMBER 1994 Minggu Pon, 20 November 1994 Edisi Pc alangan Ка A Persaka Catatan Budaya Minggu In FENOMENA ALAM D DAN SILAT SELAIN menulis puisi saya juga bel tergabung dalam Silat Nasional Indone pribadi hubungan dalam proses kreatif m abungan erat dengan silat yang saya p seorang teman melontarkan pertanyaan bahwasannya tidak mungkin saya akan b di mana yang satu merupakan kutub per yang lain penuh dinamika suasana lebih Pertanyaan teman saya itu bisa saya m silat adalah kekerasan (hardware), dan (software). Mengacu hal atau persoalan jam istilah Plato "Jiwa manusia dihan tubuh, dengan demikian pemecahan s jangan dicari di dunia sini, melainkan bersifat rohani, murni". Orang boleh berpendapat belajar ilm an fisik, sakti mandraguna, melindungi tersebut memang bagian dari belajar lebih ke dalam lagi tentang silat itu se alam bathin, pencerahan bathin, penga fenomena alam yang tersirat dan ters saya banyak merenung dengan hakikat Fenomena alam adalah salah satu un dari jurus-jurus silat yang saya pelajari kan: daun melayang membuat saya ter jo (Alm), selaku pencipta silat itu send pikiran beliau sudah dihinggapi oleh ni Bunga sepasang, putri berhias, putri ter kan unsur fenomena alam. Dan dalam gerakan-gerakannya saya gerakan puisi yang unsur pokok poro nyak nilai rasa bathin yang diteruska banyak orang-orang yang belajar sila yang digerakkan itu sendiri dibanding terobsesi lewat bathinnya. Oleh karena itu sering terjadi sala teman saya. Bahwasannya teman saya rak dengan otot-otot yang keras dan ju gerak yang sempurna. Saya berbalik bu rasan otot dan kekerasan kulit itu sem kelemasan dan kelenturan tubuh, lem purnaan juga. Suatu ketika saya terke berkali-kali memainkan daun melayan pikir pesilat putri itu sudah melakoni itu sendiri. Di depan mata saya kemba daun berhamburan dan melayang-laya Dengan demikian kedalaman silat hakikat puisi-puisi saya. Oleh karena i saya jarang berpikir tentang kekera aneh-aneh seperti teman saya yang dengan kepalanya, satu tumpuk ge ngannya. Saya hanya berpikir bahwa benda bagian daripada suasana alam yang benda itu akan hancur dengan sendiri bathin, seperti saya menggali puisi da Gde Pudana PUKAT POS BALI SIAPA pula penangkap kata dan ra catatan bunga dan buah mantra yang Gelora angin demikian sampai, kerap setiap gerbang hati. Bulan sempurna berhembus menyapu halaman Pura. S huniku disucikan. Bersetia di bumi lel rah purba, bukanlah sekadar memasul nama. Menangkap kilatan cahayanya Lintas hitam, bayang kecemasan, ba hidup kreasi gebyar tetabuh gamelan. ma sang pengabdi, yang memungkin HANY INI CC B SUZUKI HASSENDA INOKUH€ BBC EMBA club EXTRA WEAR NDA PASARAYA C.3091 Color Rendition Chart INDOMOSA PT. UNITED JL. IMAM BON TELP. (0361) 2 FAX (0361) 22 4cm