Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-11-27
Halaman: 07

Konten


ggu Kliwon, 27 November 1994 saya Aji?" saya bertanya. Suara pula saya tersengal. upan Inilah gamelan yang asli. me- Dan mereka adalah para pena- buh yang asli pula. Bukan am- alian pasnya seperti yang di Balai Banjar itu. kaget "Saya tak mengerti," saya a ini. mengeluh putus asa. Dewi me- aku megang pergelangan tangan muda saya dengan erat dan keras. rang "Perhatikanlah baik-baik. mena- Kalian akan mengenal mere- tidak ka". Saya berusaha memicingkan njut- mata dan memeras seluruh man-, daya ingat dan pengelihatan 2. saya. Satu persatu dalam ca- ni a- haya putih yang cemerlang itu, enari wajah-wajah mereka saya per- gas- hatikan. Astaga. Saya tak mengenal mereka sama sekali. ada Tubuh-tubuh itu telah begitu a se- tua dan rentanya. Kulit mereka telah begitu keriput dengan rambut bagai kapas. Mata me- se-reka semua memandang saya gan dan Dewi. Mata-mata itu bersi- nar lembut, namun bagai nyala hi- lilin menyentuh ulu hati saya. "Sekarang menarilah!" O- nta- rang tua itu meninggalkan saya tak dan Dewi. Dia menuju tempat ke- gamelan yang masih kosong me- Sang tu- sang itu. Lalu suara gamelan itu tik-mengalun. Membawa saya dan De- Dewi ke dalam gerakan- gerakan ringan di seluruh bagi- an tubuh kami tanpa dapat ka- dah mi kuasai. Kami bergerak ba- ang gai angin. Bagai taufan. Bagai un- eng- um hujan. Bagai ombak, Guntur: Daun jatuh. Air di kali. Bunga- bunga hutan tertiup angin. ilah Rumput diterpa embun. Gu- eng nung disapu awan, Camar ter- bang di atas samudera tanpa te- gan pi. Kami terbuai. Kami tak mengerti. Kami tak benar- benar faham. ang- ya. ter- Dan perlahan-lahan tubuh- tu- tubuh para penabuh yang tua- De- tua itu berubah. Samar, la- tuk aya lu... astaga! Tubuh-tubuh tan itu kini ditumbuhi lumut. Di- tumbuhi jamur-jamur. Wajah- an- wajah mereka, tangan-tangan ub. mereka, kaki dan rambut me- cami ter- reka. Ya. Mereka ditumbuhi lumut dan jamur-jamur. Ha- kat nya mata mereka yang masih gan na- nyalang bercahaya meman- dang kami. Mata-mata itu ba- be- gai lilin menyala, menyentuh ing- tubuh saya dan Dewi. Panas elan dan menjalar sampai ke dasar ling dada. Lalu membakar kami. Dan Dan, dalam api itu kami terus pe- menari. Ratu Negara, 1992 s di Jepang Daca Bali dan digemari di Jepang. - la Profesor Yama Siro, setiap ta- gog hun mengirim siswanya untuk 1985 belajar kesenian di Bali, seper- kali- ti menari, menabuh, dan melu- minat kis. Kini jejaknya itu diikuti o- Bali, yang juga setiap tahun meng- ber- belajar Jegog di Suar Agung. Bali leh Profesor Fujitami, pimpin- di- an Nagoya Musik College, kan irim mahasiswa dan dosennya arap Di Jepang, kesenian tidak ber- stu- kegiatan di kampus. ke- dari sifat komersial, hanya untuk (Ade) Minggu Kliwon, 27 November 1994 KOMPRO SOLO-RUN'95 POSBUD REAL SOLO RUN'95 Bali Post sajak sajak minggu ini. I Wayan Arthawa BUKIT GUMANG solitude malam Betapa sepi guguran malam paling sunyi sepercik sinar bintang I Wayan Suartha Riyanto Rabbah melesat pada irama nafasku DONGENG SENDIRI Jika ada kegelisahan seperti orang lain rasa maka semakin mengeras-meluas tak pernah milikku kutemukan padahal sekian malam sudah sesekali mengigau dalam kelelahan penyiasatan tetap saja berserak mengurung disisi-sisi terus melayang siapa kira begitu mengerikan dan jika ada tangis menggumpal dan langit tiba-tiba tak tahan melihat rebah sudah lapar membentang angin semesta membantu menyimpan maka laparpun berserak tak sejumputpun pernah kutemukan ada lagi yang mau berangkat? kelap kelip macam apa ini tertawa-tawa sendiri menyumpah upah kesetiaan melapangkan kesetiaan mencicipi lapar hanya untuk sendiri. Saidul Anam DI PUCUK CEMARA SUARA ada suara dari sunyi berabad mimpi suara ah.... berkata dengan diam pelan-pelan menuju sampai yang terlepas suara ah..... tanpa asal suara datang dari kosong melayari kosong gumam suara bukan dari pita suara igau aneh di pucuk cemara pikiran aku berdiri menyaksikan kau menari tanpa henti dengan cekatan mengemas angka-angka yang membusuk dalam mimpi dan janji dengan bungkus-bungkus menggiurkan sampai liur berdesakan memenuhi piring dan gelas ideologi dijual murah dengan nyanyian discount yang bergema ke sunyi rumah ibadah para pembeli mulai birahi berbondong membeli keraguan indah tak mengenal bahasa antri sembari mengibarkan topeng kecantikan dan kemewahan fana yang perkasa aku masih terpesona menatap gerakan itu tangan-tangan mencakari tanah menggali kubur bagi diri sendiri. POS BUD SOLO-RUN'94 KONTEMPLASI I Oleh Putu Arya Tirtawirya tapi bukan raungan tengah malam ia membangunkanku I Putu Sudjana VIGNET SANDYAKALA sesudah laut pasang gemuruh debur ombak siapa mendengar jerit sunyi pada pasir pantai seorang nelayan terlena memandang bulan pucat Sutardi Hardjosudarmo KERETA seperti kereta pada mulanya kita berangkat tua mengikuti rel-rel dan kehidupan : tikungan dan tanjakan seperti kereta pada akhirnya kita berhenti juga sebuah stasiun yang teramat tua : entah di mana Stop Press !! ayam tertidur di lumbung hutan berkereta kesedihan tembang parau di tebing-tebing merajut cinta abadiku (dewa-dewa melakukan pengembaraan spiritual di pantai-pantai hingga larut malam) Mereka datang di sambut tangis bumi para pemuja bergulingan debu berhamburan betapa sunyi hati paling beku aku menyelam ke jiwaku sendiri kupeluk kekasihku jiwa paling jernih menikamkan tombak bermantram di pusat mata air kekuatan air cinta muncrat kekasihku masuk ke dalamnya semadi paling sunyi senyum kekasihku Nanoq da Kansas ENTAH MILIK SIAPA HARI ESOK entah milik siapa hari esok jembatan itu koyak sebelum usai penyeberangan tunas-tunas abad, pohon-pohon hayat menuju kedewasaan dan nuraninya dalam subuh kita cemaskan nasib anak-anak sejarah hingga garis ketujuh, bilangan ke-sekian saat jaga kita berhitung jarahan hari ini dan pesta akhir pekan sambil menciptakan musuh di setiap langkah dengan kesadaran penuh dan tuntas dan surat-surat dari ibu kota menuntut penyelesaian tiap detik begitu tergesanya keputusan sebuah agenda di balik laci meja aku terkesima; wahai Sayang IB Gde Parwita SAAT PETUALANGAN II Kemana angin menyeberangkan perahu perahu saat laut surut mencumbu pepohonan menulis kenangan diantara kepak camar camar pulang ke sarang isyarat langit lukisan kekasih lelap dalam perjalanan waktu Pada kesunyian semesta tiada yang kuasa kutangkap bulan pucat mimpi mimpi bersarang di dasar hati Dewa Putu Sahadewa SURABAYA SEHARI Hak sepatu timpang berderak sepanjang plaza tanpa ekskalator mesti tetap berjalan. Ini Surabaya dan kau telah tiba bocah mencari kawan bermain segitiga, kubus atau atrium kaca meloncat ke sana kemari bis kota yang susah, jalanan yang payah gagal menangkap makna dua puluh empat jam terlampau singkat Belum lagi berjanji kenalan sehari sahabat-sahabat baru yang mesti dijamu mari rujak cingur di bawah tugu dikecap lampu kota berpeluh debu Surabayamu sayang bayangmu selinap gagal menangkap makna adakah Engkau targetkan sebuah proyek dalam kehidupan? entah milik siapa hari esok atau akan adakah yang menerima hari esok? kita lupa hal ini pada saat kita memikirkan dan berpura-pura menyelamatkannya Sutardi Hardjosudarmo BERKACA PADA DAUN berkaca pada daun menghitung-hitung setiap warna pohon-pohon meranggas dan tua berkaca pada daun menghikmati kejatuhannya dalam warna yang rahasia SOLO-RUN'94 POSBUD buat cerpen/novel. Atas dasar semata. Mesti dilengkapi de- inilah lantas timbul karya ngan intelektualisme. Seniman kitsch dan hiburan/populer/ itu pada hakiatnya seorang in- komersil. telektual. Kejujuran membuat mengarang toh banyak sastra- Memahami aneka jenis ilmu- Dalam sejarah karangan dirinya mampu berendahhati. wan yang kerja rangkap meng- pengetahuan membuat dirinya hadirkan karya kitsch maupun berani berdiskusi. Keberanian tasnya. Apa dia mengulang a- taukah menemukan yang baru. Apa dia melaksanakan keju- juran berkarya ataukah ber- buat palsu: sekadar main-main SASTRA itu penaka ma- atau melacur jadi tukang yang tauang. Timbal balik. Bagian komersial. yang satu adalah puisi. Satunya Apa kerja mengulang itu sa- lagi prosa. Dengan matauang lah? Tentu. Mengingat seni itu orang belanja. Beli materi. De- ngan sastra orang pun belanja. suatu penggalian terus mene- Memang hal tersebut wajar. Beli konsumsi rohani. Atau rus menemu yang lebih baru Absah. Kita katakan salah, ka- membayar keingintahuan apa sesuai tuntutan kerja kreatif. rena omongan mengacu ke du- yang ditulis oleh Bila tidak begitu maka disebut nia seni. Jadi seniman itu tak seorang sastrawan tertentu. Sejauh ma- kerja pertukangan. Tukang gampang. Tidak cukup seka- contoh. Novel-novelnya sela- nakah perkembangan kreativi- membuat sajak. Tukang mem- dar mengandalkan bakat alam ma ini dapat kita pecah tiga. komersial? itu muncrat dari situasi dan kondisi percaya diri. Dan ke- rendahhatian membuat dirinya terbuka menerima kritik. Motinggo Busye sebagai ●Widiyazid Soethama TARI REJANG Ikatkan rambut hitamKu bunga cempaka disela-selanya Gemulai hatimu, keheningan air suci perlahan menjemput kedatanganku Mari bersenandung, wahai Dewa-Dewi! Wangi kemenyan dibawah bulan purnama Cahaya emas pada mataMu, kelembutan irama, jemari yang bergetar dalam ketulusan doa-doa. Mari Dewa-Dewi, diantara irama yang merayu putih kuning selendang hatiMu bersama malam, kutinggalkan bayang-bayang nafsu dunia, kenikmatan yang fana Kita menari, menari dalam genggaman tanganku! Jamal T. Suryanata Setangkai Anggur yang bernyanyi di lengang malam kecuali mata asing kelelawar sebab itulah tulang-tulang kehilangan wanginya sebelum mencapai debu bulan demikianlah pucuk-pucuk berguguran cuma tinggal setangkai musim kalaupun nanti engkau kubayangkan sebagai bingkai dari pohonan yang layu tidurlah, pejamkan risaumu dan bawa serta duka itu pada nyanyi televisi kita telah menjadi anggur pendendam setelah meja makan pun sunyi dari cinta mari, tidurkan duka kita pada nyanyi televisi sampai musim pun berganti Kita seyogianya jeli mengklasi- fikasi buah karyanya yang me- limpahruah tersebut. Mana fiksi yang bernilai sastra, mana yang komersial alias hasil per- yang kitsch dan mana pula tukangan. Di tanah air, seo- rang pengarang yang cuma bersastra-sastra tok meniscaya bakal mampus -- dalam peng- ertian moratmarit keuangan rumahtangganya. Bangsa In- doensia belum memiliki bu- daya menikmati karya sastra. Masih sebatas menyenangi bacaan hiburan dan komik! Kwalitas bangsa masih teramat jauh dari kecenderungan ber- kontemplasi, upaya perenung- an intens. Dengan kata lain, kesusastraan di tanah air ibarat keberadaan suku pedalaman. Terpencil. Abdul Wachid BS: ODE BAGI BURUNG KONTEMPLASI II PUISI adalah...... Andaika- ta suatu kepastian mewarnai jawabannya maka muncullah kredo. Tidak sedikit penyair yang tetap gelisah memperta- nyakan apa sebenarnya puisi a- tau sajak-sajak. Kegelisahan kreatif. Kita tak heran pabila Sitor Situmorang dalam perte- ngahan karir tempo hari, minta hulu saban dia menyampaikan pada H.B. Jassin agar memba- kar sajak-sajaknya yang terda- puisinya terbaru. Burung yang kau lepas itu Mendadak melepas bulu-bulunya di udara Matahari kota besar ini meranggasnya Hingga ia jatuh ke tanah dan debu Apalagi yang kau harap dari bekas kepaknya Di antara orang ramai yang tak pernah kembali Di trotoar, ke pasar, ke ceruk kegelapan Tak memanggili ayat-ayat yang dikicaunya dulu Burung yang kau lepas itu Kini bersimbah darah, dan mandi debu Orang sunyi mengenali yakni hatimu Yang tak lagi memanggili dirinya sendiri Di trotoar sepi, jalanan waktu Amien Wangsitalaja OPNAME KANAK KANAK tak apa apa bukankah dulu kita sering melakukan itu mengubur tubuh dengan pasir sungai amboi kematian menjadi indah sebatas khayalan wajah yang disisakan tak terbenam untuk saksi ritus yang sebenarnya tak seram jika kau akhirnya sempat berjanji tak mengingat-ingat lagi pesta pora ini kain kebaya tersingkap ah tak apa-apa, seperti dulu kudekap engkau meski tetap rahasia bagi zakaria asal mula persembahan piring berdenting di kamar maria HALAMAN 7 AJANG 15 Grup Teater LDS Unud 28 Nov- 4 Des 1994 Edisi Pos 11 Desember'94 .PSK Paya Srombotan Klungkung Sindu Putra TEMPAT PENGALENGAN IKAN ke dalam akuarium kayu ini perahu aluminiumku berlabuh melewati pesta sungkawa bunga bunga jahe yang tumbuh dalam rumah kaca membelit lubang telinga bergelayut bulan pucat terbawa padamu bersibaku muka tidurlah mualim di batu tua yang kena kutuk waktu ombak itu kamarmu berselimut embun benda benda mati dengan beberapa gantang tuak manis jalalah roh puisi hujan asam tumbuh dalam televisi menekuk punggungku warna garis api dan lekuk ozon di garis edar satelit bumi menganga mulut kakus menerima setubuh semesta kucium bau tubuhmu bau platina warna yang aku tak pernah petik dari bunga bunga yang berdering dalam telepon bahasa pohon pohon kepada hujan sapa yang pecah di genting rumah : "pahlawan tak dikenal bagaimana kubaca kau dalam peradaban jika sejarah tak mencatat namamu sehingga hanya kutulis dalam sajakku sebagai sengau dari sebuah zikir panjang..." radigma. Atas dasar inilah ter- jawab: mengapa ada kalangan pembaca yang cenderung men- cari penyair tertentu yang jadi idolanya. Membaca sajak- sajanya dalam bingkai menen- teramkan jiwa. Sang sajak yang dibacanya berstatus sub- jek. Dan sewaktu membaca, membatasi diri: membaca puisi Dan sikap pencipta yang tidak dia samasekali tidak berinter- transparan. Dan gembleng diri menipu dirinya sendiri me- pretasi tetapi dia berasosiasi. dulu dalam soal apresiasi biar rupakan sang kejujuran. Tak Asosiasi pada pengalaman diri lenyap predikat "awam"-- ke- ada seniman yang jadi snob. sendiri. Dia menyadari betapa mudian barulah membaca Snobisme yang menggelincir- pihak penyair bakal menolong sajak-sajak prismatis. Bukan- kan seseorang untuk bertindak nya dengan simbol & metafor kah jadi seniman (Sastrawan) tak jujur. Baik disadari mau- -- menolong mengungkapkan itu tidak gampang? Begitu pula pun tidak. Tahu sedikit tapi su- sesuatu yang oleh dirinya seba- memang amat sukar jadi seo- dah merasa pintar dinamai gai orang awan teramat sulit rang pembaca karya seni. Ka- snob, seorang snobis. mencari kata-kata. rya seni sastra itu kompleks. Tidak ada sajak yang diklasi- Perihal macam ini secara te- Beraneka aliran pencipta me- fikasi puisi gelap dalam kesu- nyair merupakan pembuka dan bunga elok bermekaran di si- kan gelap. Penamaan kisa jak sastraan. Puisi prismatis itu pat dipaparkan oleh penyair A- latarinya, indetik dengan tam- merika Carlk Sandburg: "Pe- an bunga: bermacam-macam bersifat remang-remang, Bu- KONTEMPLASI III penutup pintu kamar penuh ra- tu..... hasia di mana pembaca ber- upaya melongok sejenak..." Mengapa orang-orang awam umumnya keblinger pada membaca puisi jenis yang pris- Puisi itu tak ubahnya gam- baran pergulatan sang penyair yang berusaha merobohkan kekononan. Dengan tegar me- reka, para penyair, meraih pa- radigma. Mendobrak konvensi matis? atau dogma demi lancar aliran/ Salah mereka sendiri. Tahu arus pemikiran diri sendiri. Pa- diri masih awam, seyogianya LEO Tolstoi bilang karya se- ni yang bagus ditopang tiga pi- lar kokoh yakni bentuk, isi dan kejujuran. Gaya penyajian me- rupakan sang bentuk. Sajian itu sendiri merupakan sang isi. lap cocok bagi sajak-sajak curian/plagiat. Pun cocok di- cantel pada "sajak-sajak" yang tidak karuan juntrungannya, a- kibat kebodohan si pembuat. Beluam punya wawasan ma- tang seputar teori sastra, seja- rah sastra maupun dunia kritik (Bersambung ke Hal 11, kol 4) ung di Jepang. Bali Post/Ist nomena ada syarakat dunia. ta, Dimulai dengan Pameran se- Karya Tradisional Seniman U- ha- bud yang baru saja dibuka, Bali melanjutkan fungsinya sebagai ki- Museum Puri Lukisan akan gan salah satu pilar kegiatan seni di se- Bali. Ini akan didukung oleh up perhatian dan bantuan peme- katrintah, yang tentu saja memili- hi- ki pemahaman yang sama. na- MAH MASA DEPAN (Yuliarsa) COTTAGES AJA-DENPASAR BARAT -36/100-45/125 KAN GREEN VILLA -KUTA -36/150-45/150 KPR-BTN Pemasaran JAH WAHANA broto 99X/8 Telp. (0361) 262147 Denpasar 00032 C 3403 HANYA SUZUKI CARRY MENYEDIAKAN DUA-DUANYA! INI CC BESAR (1300 CC) SUZUKI CARRY 1.3 FUTURA Apapun keinginan Anda untuk sebuah minibus ideal, Suzuki menyediakannya untuk Anda. Bila Anda menghendaki kendaraan ideal yang ekonomis, tersedia satu-satunya minibus 1000 cc Suzuki Super Carry Extra. - Bila Anda menghendaki minibus gaya mutakhir dengan eksterior gaya futuristik, interior yang jauh lebih lapang, tersedia minibus dengan tenaga mesin 1300 cc-Suzuki Carry 1.3 Futura. Apapun pilihan Anda pada minibus Suzuki, Anda akan memperoleh minibus yang tangguh bertahun- tahun, mudah perawatannya, irit bahan bakar, dan banyak lagi. Hubungi segera dealer Suzuki di kota Anda ! SUZUKI CARRY 1.3 FUTURA Mesin 1300 cc, lebih awet, lebih bertenaga Eksterior gaya futuristik Interior jauh lebih lapang Dashboard dengan desain baru Transmisi 5 Speed SUZUKI SUPER CARRY EXTRA Mesin 1000 cc, tangguh bertahun-tahun Manis Modelnya, lincah geraknya • Selengkap sedan Irit bahan bakar Resale-value tinggi INI CC KECIL (1000 CC) SUZUKI SUPER CARRY EXTRA CLUB VAN FUTURN SUZUKI IKUTI UNDIAN BERHADIAH 18 SUZUKI FUTURA MINIBUS REAL VAN SETIAP PEMBELIAN KENDARAAN SUZUKI TYPE APAPUN, DARI TANGGAL 18 SEPTEMBER-18 DESEMBER 1994 EXTRA SUZUKI INDOMOBIL PT. UNITED INDOBALI JL. IMAM BONJOL NO 417 DENPASAR - BAL! TELP. (0361) 228779, 262435 (Hunting) FAX (0361) 229007 SUZUKI PERMAI, JI. Veteran 68 Telp. 223618, 225267, 227298 Denpasar INDAH MOTOR, J. Dr. Sutomo 95, Tlp. 435348 Denpasar BISMA PUJA SAKTI MOTOR, J. HOS Cokroaminoto 98 Tip. 420143, 420144 Denpasar CAKRA MOTOR, J. AA Gede Ngurah 1-5 TLP. 31290, 25292 Cakranegara, Lombok UD. LANCAR JAYA, Jin Yos Sudarso Telp. 21241, 21428, 22596 Sumbawa Besar UD CAY CONG, J. Sriwijaya 11 Tlp. 21394, 32694 Kupang TIFLOS ABADI MOTOR, J. Sumbawa 5 Tlp. 22609 Kupang S Gunakan Selalu Sabuk Pengaman Untuk Keamanan Anda SUZUKI Personal Best C2517 2cm Color Rendition Chart 4cm