Tipe: Koran
Tanggal: 1995-01-11
Halaman: 08
Konten
HALAMAN 8 Banten, Sistem Pewarisannya Lemah Nilai Filosofis *Membeli tidak Apa, asal Kuat Pemahaman Makna Banten, bagian dari kehidupan beragama umat Hindhu di Bali. Mpu, melalui ketajaman batinnya mampu mengetahui bahwa di du- nia ini akan terjadi perubahan za- man (yuga) yakni Kertha Yuga, Tretha Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga. Pada zaman-zaman ini terjadi pergeseran-pergeseran tata nilai. "Dan beliau menyadari bah- wa tatwa sangat sulit dipelajari, sehingga diberikanlah upakara yadnya (banten), sebagai jalan lain beragama." diri dari pekerjaan karena alasan akan membuat banten, padahal kemudian membeli." Lebih lanjut Mas Putera men- gatakan, sekarang yang harus diantisipasi adalah, ketertarikan umat yang begitu besar untuk melakukan persembahyangan ini harus diperkuat dengan falsafah. Kondisi ini diperburuk oleh adanya keengganan di kalangan mereka yang bisa membuat bant- en, namun tidak mempelajari Yang perlu dan mendesak kini, makna di balik banten yang menurut Mas Putera, harus ditan- dibuatnya. Menurut Sri Mpu Re- amkan pengertian nista, madya kanandha, banyak umat yang pan- dan utama dalam berupacara, dai membuat banten, tetapi tidak karena kini soal waktu, tenaga dan mau tahu makna banten tersebut. uang begitu diperhitungkan. "Perkara apa maknanya dan apa "Penjelasan mengenai nista, pula fungsinya mereka tidak mau madya dan utama ini amat mende- tahu, yang penting ia sudah bisa sak sifatnya." membuat, selesai. Tidak Memberatkan Akibatnya sistem pembuatan Dominasi banten (upakara) banten diwariskan dengan cara praktis, kurang diikuti oleh pema- dalam pelaksanaan upacara umat haman makna. Banten dipahami Hindu di Bali menyebabkan tim- kurang lebih sekadar dekorasi atau bulnya kesan, Agama Hindu san- aksesoris. Sebenarnya, menurut gat memberatkan. Sesungguhnya Sri Mpu Rekanandha, sebagai kata Sri Mpu, dalam beryadnya umat Hindu yang baik seharusn- sudah ada tingkatannya. "Leluhur ya umat belajar membuat banten kita telah memberi kemudahan diiringi dengan pemahaman mak- dengan beberapa alternatif dalam na. "Kalau tidak mengerti bert- melaksanakan yadnya. Kalau anyalah pada sang sulinggih atau tidak bisa melaksanakan yang be- orang yang wikan. Apa makna tet- sar bisa yang menengah atau yang andingan yang kita buat, dan apa kecil, sesuai tingkatan beryadnya, fungsinya," ujarnya. Pemahaman yakni nista/kanista (alit), madya mulai dari proses pembuatan (ban- (menengah), 'dan utama (besar)." ten) ini, tambah Sri Mpu, akan membuat pikiran kita sejak awal sudah terfokus pada bhakti kepa- da Sang Hyang Widhi. "Nah, inilah yang perlu disadari umat," katanya. Lagi pula, katanya, dengan banten yang besar belum tentu akan mengubah karma seseorang. "Apakah dengan banten besar seseorang akan menjadi baik atau mendapat sorga kelak? Belum ten- Sedangkan Mas Putera menya- tu," ujar Sri Mpu, sambil mencon- takan, pewarisan keterampilan tohkan, misalnya dalam upacara membuat banten ini, memang ngaben atau sawa prateka, sesung- harus segera dicari jalan keluar guhnya yang utama adalah swas- yang cocok dengan kondisi ta gni yang banten pokoknya ad- sekarang. "Dan harus diingatkan, alah saji, bubuh pirata, panjang di samping membuat banten itu ilang, nasi angkep, dius kameliki, bagian dari yoga, sebetulnya juga ketipat pesor, ditambah tirta pen- bisa dijadikan pencegah stres," gentas dan tirta penembak. Kemu- ujarnya sambil memberi alasan, dian kalau banten pokok tersebut karena dalam majejahitan atau ditambah dengan suci, maka up- matanding, ada suatu kondisi di acara ngeben itu tergolong pada mana seseorang bisa merasa ten- tingkatan nista. Kalau ditambah tram dan tenang. "Ibaratnya ada pregembal akan disebut madya, tempat melampiaskan uneg- dan jika ditambah bebangkit akan uneg. Terkait dengan majejahitan ini, reringgitan yang menggunakan janur, misalnya, harus tetap diper- tahankan. Sedang untuk taledan, kan bisa diganti, misalnya dengan Bali Post/Dok piring, bokor. "Modifikasi perlu tetapi jangan sampai merusak prinsip inti dari makna banten itu," katanya. BALI POST BIASBE Banten, BANTEN identik dengan wanita. Kapan saja ada upacara, pasti- lah ada banten dan wanita menjadi tokoh utama di sana. Ia menyiap- kan banten dengan rasa khusyuk. Seorang wanita Bali sesungguhnya adalah seorang pewaris keterampilan dalam hal membuat banten. Keahlian membuat reringgitan pada janur, kemudian menyusul pula lipatan simetris. Itu warisan, Nilai artistik orang Bali menjadi warisan turun-temurun di situ. Tak semua wanita di masa kini beruntung sebagai pewaris. Oleh karena itu, kini tak semua wanita Bali, juga ibu muda Bali, bisa mem- buat banten. Banyak hal penyebabnya. Misalnya sejak remaja hubun- gan dengan tradisi membuat banten telah renggang. Ini juga akibat dari para ibu, sebagai generasi pewaris keterampilan, kurang aktif. Setiap memerlukan banten, misalnya, ia selalu mencari ke pasar, kare- na banten juga bisa dibeli di pasar, bahkan kini pasar swalayan di Denpasar juga menyediakan banten. Wanita Bali dan pasar menjadi demikian akrab. Ketika banyak ibu muda Bali (Hindu) melakukan peranan baru di luar rumah, se- bagai pekerja di kantor misalnya, ia tak punya banyak kesempatan membuat banten. Ia diburu waktu. Ia tak lagi mengatur waktunya sendiri, tetapi diatur oleh waktu. Untuk mencari wanita atau ibu muda Bali yang hanya punya waktu satu atau dua jam sehari sebagai waktu luang, tak sulit sekarang ini. Lalu keputusan apa yang dibuat, jika mereka harus menyiapkan banten pada hari tertentu? Mereka menyerbu ke pasar. Pasar, sasaran yang bisa menolong mereka agar menjawab masalah rumah tangga dalam hal menyiapkan banten. Di sini, pewarisan keterampilan dalam hal membuat banten, membuat reringgitan pada janur, tak tersam- Rabu Kliwon, 11 Januari 1995 Wanita dan Swe bung. Ada yang tak dilanjutkan, yaki tradisi/keterampilan yang ar- tistik itu. Jangan alahkan, jika misalnya serang ibu sempat melongok ke pasar swalaan untuk membeli kebutuhan rumah tangga, seperti ma- kanan, sekäigus untuk mencari cadang sari. Dengan wajah belum begitu penal sepulang dari kerja, dengan bibir merah bergincu ken- tal, melengang ke pasar swalayan Memarkir mobilnya yang me- wah, lenyap li dalam kerumunan, kemudian nongol di dagang canang sari. Hari itu tiba-tiba ia ingat, melaat ke kalender dan ada tanda bulatan mera. Berarti hari itu Pumama Canang sai, wanita Bali dan swalayan adalah satu lintasan jalan kehidupan. Soerti halnya agama, manusia dan modernisasi. Bagaim- ana manusia nemanfaatkan keadaan di sana, sehingga ia bisa tetap hidup seimbang, begitulah gaya hidup masa kini jika melihat wanita tadi. Seimbang dalam pengertian, kebutuhan rohani seperti tanggung jawab agama can panggilannya dapa dilakukan. Pasar swalayan hanya bentuk modem dari pasar umumnya. Pasar seperti di manapun, selalu menawarkan kemungkinan untuk mem- buat orang merisa senang hidup. Bahkan pasar dewasa ini seperti memanjakan kosumen. Di dalam sinasi itu. pasar pintar membaca peluang, maka anang sari dan banten lainnya gampang didapat di pasar. Bahkan juga gampang didapat di sebuah pasar swalayan. Supermarket lekat artinya dengan modernisasi. Orang-orang pun merasaan modenisasi di segala sektor. Tak terkecuali dalam hidup beragama, orang ebih memakai akal bagaimana hidup beragama se- cara sehat lalu hidup di akhirat selamat dan hidup di dunia tak telan- tar. Ketika w upacara selal waktu menca pikiran berag sampai pada na, sementar ada bentuk p nemui jalan Hal sema tanggung ja pihak yang Sebagian ora tergencet wa gan adatnya. di kantor, ke cet di tengah demikian ku muncul bela rubahan pad Wanita B gan tradision Kini banten belinya. Do banten diga belum jauh Ketaatan Ritual namun kurang Mem ""Titik Rawan" Pelestarian Bu Harian Bali Post menggelar diskusi panel bertema "Menja- zaman kerajaan di Bali dikoodi- ga Kelestarian Budaya Bali, Melaksanakan Pembangunan Ber- nasikan oleh raja dan pendetase- wawasan Budaya", dikaitkan dengan terbitnya buku "Dinami- cara paralel. ka Masyarakat dan Kebudayaan Bali", editor I Gde Pitana. Se- bagai pengantar diskusi Rabu 11 Januari 1995, kami turunkan tulisan I Ketut Wiana. Nampaknya, raja dan pendeta melakukan kerja sama yang anat baik dalam membina kehidupan budaya Agama Hindu di Bali, den- gan selalu berpegang pada konsep penerapan Agama Hindu seperti disebutkan dalam kitab Manawa Dharmasastra di atas. gan kemampuan dan persepsinya masing-masing. Hal ini pulalah yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan yang cukup rumit dalam adat istiadat Bali. Kemudian, sejak zaman ke- merdekaan lahir Parisada Hindu Dharma (PHDI) sebagai majelis untuk mengambil fungsi koordi- disebut utama atau mewangun. "Jadi, dalam beryadnya itu kita jangan terlalu terfokus kepa- da tingkatan yadnya, namun se- SUMBER ajaran Agama Hin- an juga manusia memiliki daya suaikanlah dengan kemampuan, du adalah Weda yang merupakan mampu yang berbeda-beda. Hal yang mana akan diambil, agar jan- "sabda Brahma" atau Wahyu Tu- inilah yang menyebabkan pener- gan sampai karena tidak punya han Yang Maha Kuasa. Inti Weda apan ajaran Hindu berbeda sesuai Setelah zaman penjajahan, ko- uang banyak, lalu batal melaku- adalah Sanatana Dharma atau ke- dengan keadaan lima unsur per- rdinasi raja dan pendeta hilang. kan upacara, batal ngaben atau benaran abadi. Kebenaran abadi timbangan tersebut di atas. Ini Akibatnya, tiap-tiap desa adat dan adalah perwujudan dari bhuana mereka memilih membeli," membayar rna (utang) kepada or- ini disebut juga "Satya Dharma". pula yang menyebabkan wajah setiap pendeta mengembangkan Hindu di Bali identik dengan banten. Hampir setiap alit dan bhuana agung. "Oleh ujarnya. angtua, misalnya," katanya, sam- Kebenaran abadi itulah yang luar dari budaya Hindu tidak sama agama sendiri-sendiri, sesuai den- upacara yang dilakukan masyarakat Hindu Bali tidak pernah karena merupakan perwujudan Menurut Nyonya I Gusti Tidak Semata-mata Banten bil menyatakan perlunya melurus- harus diterapkan dalam kehidupan atau seragam. lepas dari banten, sehingga banten jadi dominan dalam bhakti kepada Ida Sang Hyang Agung Mas Putera, harus diakui Lalu apakah wujud bakti ke- kan anggapan semacam ini. ini. Penerapan Satya Dharma atau Namun meskipun bentuk lu- Hal senada juga dinyatakan Ida Sanatana Dharma itu ditujukan amnya tidak sama, tetapi hakikat melaksanakan yadnya. Kecenderungan yang terjadi kemudi- Widhi, semestinya yang menger- secara jujur sebagai suatu kelema- pada Sang Hyang Widhi itu sema- an, dominasi banten (upakara) ini begitu kuat, sehingga jakan banten tersebut adalah umat han. "Dalam kaitannya dengan ta-mata lewat banten? Menurut Bhujangga Rsi Somia. Dalam kepada tiga sasaran yaitu pada diri nya tetap sama, yaitu berdasarkan bukannya tidak mungkin akan menutupi makna filosofis di yang melaksanakan upakara. banten, kita harus menyadari Rekanandha, tidak. Sebab, sesuai beryadnya, kata Ida Rsi, hendakn- sendiri atau Swartha, pada orang Tattwa Weda. Bentuk luar dari Alangkah baiknya kita bisa mem- kekurangan dalam diri kita sendi- dengan apa yang termaktub dalam ya disesuaikan dengan kemam- lain yaitu Para Artha dan dituju Agama Hindu di Bali pun amat balik upakara. Kondisi timpang ini tidak boleh terjadi, sebab buat banten, mengetahui makna ri. Di satu sisi telah banyak adan- Bhagawadgita, sekecil apa pun puan. Jangan beranggapan bery- kan pada Tuhan yang disebut Para berbeda dengan bentuk Agama akan bisa menggiring umat Hindu pada kesalahan arah filosofisnya, dan langsung mem- ya penyuluhan-penyuluhan aga- yang dipersembahkan oleh manu- adnya itu memberatkan. Sesung- ma Artha. Jadi dharma harus Hindu di luar Bali, meskipun se- beragama. Namun di sisi lain, tradisi membuat banten telah persembahkan. Inilah yang uta- ma, cemarah maupun diskusi. sia kepada Tuhan, jika didasarkan guhnya tidak ada yang berat. Tu- dipergunakan untuk memperbai- mua berdasarkan Weda. Tetapi sebetulnya masih ada yang dengan ketulusan hati akan diter- han tidak pernah memberatkan ki kualitas diri sendiri secara in- Sifat khas dari Agama Hindu nasi yang pernah hilang itu. PHDI menjadikan Hindu di Bali amat indah, artistik dan puitik. Di ma," katanya. ima-Nya. Sebaliknya, jika manu- umat-Nya. Banten kan ada tingka- dividual, dan untuk mengabdi ke- ini patut dipahami terlebih dahu- pada hakikatnya sudah banyak samping memberi dampak ekonomi, karena ternyata prosesi Namun, menurut Sri Empu belum tersentuh." pula, akhir-akhir ini ada Sebagai contoh, ujarnya, apa sia mempersembahkan banten tannya (nista, madya, utama). Ini Agama Hindu di Bali juga laris dijual. Apa sesungguhnya kecenderungan umat, demi alasan yang dibutuhkan umat dalam begitu megah dan lengkap tanpa memungkinkan umat memilih pada sesama, baik manusia mau- lu dalam rangka membahas bu- mengambil peranan koordinasi pun makhluk hidup lainnya. daya Bali yang pada hakikatnya ini, namun karena banyaknya per- makna filosofis di balik banten? Bagaimana agar dominasi praktis membeli banten. Mereka keseharian yang berkaitan dengan dibarengi hati yang ikhlas, tidak pelaksanaan upacara. Kalau tidak Pengamalan dharma yang tert- merupakan perwujudan dari Aga- masalahan, nampaknya masih banten tak membuat keberagamaan kita pincang alias lemah menggunakan jasa tukang banten religi, belum terjamah. Misalnya akan ada artinya. mampu mengambil yang madya inggi ditujukan untuk memuja atau ma Hindu sendiri. Tanpa ita, kita banyak hal yang belum terselesai- makna filosofis? Divisi Agama Bali Post menurunkan dalam urusan yadnya. umat dalam kesehariannya mem- "Terkait dengan yang tersurat atau utama, ambilah yang nista. berbhakti pada Tuhan. Tujuan akan kehilangan jejak dalam me- kan. Hambatan yang cukup berat pemikiran Ida Sri Mpu Jaya Rekanandha dari Griya Kayumas "Kecenderungan ini membuat buat segehan, canang sari, dan dalam sastra agama "banten ab- Tidak usah malu," ujarnya seraya pengamalan dharma inilah yang nelusuri budaya Bali. Karenanya, dihadapi adalah keberadaan umat Denpasar, Ida Bhujangga Rsi Somia dari Griya Madya mereka (umat Hindu) seolah-olah sebagainya, tetapi kerap belum ale alah dening banten adulang. menambahkan, memang selama merupakan tujuan tertinggi. Kare- hakikat daripada pembinaan bu Hindu yang demikian taat pada Santika Sempidi serta I Gusti Agung Mas Putera. I Made tergantung pada sulinggih atau mengerti maksud dan tujuannya Banten adulang alah dening ini warga seolah-olah berlomba na itu disebut Parama Artha. Agar daya Bali harus merupakan dia kegiatan-kegiatan ritual agama tukang banten," ujar Sri Mpu. membuat semua itu. Sebab tujuan manah suci nirmala" (banten untuk membuat upacara yang be- tujuan dharma itu berhasil, maka log antara Tattwa Agama Hindu namun kurang memahami tattwa. Sudiana, I Made Subrata dan Cok Sawitri merangkumnya Ketergantungan ini, tambahnya, banten itu, menurutnya, tidak sepenuh bale yang tanpa dilanda- sar, namun tidak mengetahui apa dalam Manawa Dharmasastra VII, dengan bentuk budaya Bali yang Di sinilah titik rawan" dari pem- dalam laporan ini. Baca juga pengalaman menarik Ida diciptakan oleh umat sendiri. cuma untuk persembahan pada si kesucian hati, kalah oleh bant- maknanya dan malu memilih 10 ditentukan lima dasar pertim- sedang berlangsung. binaan budaya Bali untuk menca- Pedanda Istri Mas dalam tulisan lainnya. "Kalau kondisinya sudah demiki- batara-batara saja. Seperti tersir- en satu dulang yang dipersembah- tingkatan nista. "Setelah beryad- bangan untuk mengamalkan dhar- Budaya Bali pai cita-cita pelestarian. an jangan hanya menyalahkan tu- at dalam kalimat Aku adalah kan dengan ketulusan dan kesu- nya, mereka mempunyai utang. ma agar tujuannya mencapai suk- Agama sebagai hal yang supra- Kalau tattwa Agama Hindu kang banten atau griya (suling- Engkau, Engkau adalah Aku' cian hati). Ini keliru." ses (Dharma Sidhyartha). Lima empiris bukanlah budaya, karena dapat dipegang teguh sebagai gih). Coba saja umat mau mem- "Yang kita persembahkan adalah Menurut Sri Mpu, banten ini Sedangkan menurut Sri Mpu dasar pertimbangan tersebut ad- ia adalah sabda Tuhan atau sabda dasar untuk menjaga kelestarian buat sendiri dan tidak membeli, ketulusan dan keikhlasan, yang terkait dengan keberadaan Hindu Rekanandha, "Ketiga tingkatan alah, Iksa, Sakti, Desa, Kala dan Brahma. Namun, empiris agama budaya Bali, maka aspek negatif praktis tidak ada orang yang akan dinikmati secara gaib. Sedangkan di Bali yang tidak sama persis itu hendaknya jangan diartikan Tattwa. melahirkan budaya agama. Hasil dari pengaruh globalisasi tidak menjual banten. Sebenarnya, kita untuk 'aku' kita kenal di Bali isti- dengan Hindu di tanah asalnya, secara vertikal (atas, tengah dan Iksa artinya pandangan atau karya manusia dalam menerapkan pelu ditakuti. Bertahannya bu- sendirilah yang sering dihinggapi lah nyurud (prasadam)." India yang tidak mengenal bant- bawah). Tetapi artikanlah horizon- cita-cita seseorang, Sakti artinya sabda Tuhan itulah yang menjadi daya Bali yang landasannya dile- Sebetulnya, menurut dia, orang en. "Banten yang diwariskan le- tal, sebab pada dasarnya semua kemampuan desa artinya tempat, budaya agama. Demikian pula taktan dari zaman Dang Hyang penyakit koh, tidak mau belajar, hanya ingin yang serba praktis." membeli baten itu tidak apa-apa. luhur kita merupakan budaya Hin- tingkatan itu tidak ada yang jelek; Kala artinya waktu dan Tattwa halnya dengan budaya Bali yang Markandya, Mpu Kuturan, Dang ya bersama rombongan pertama tatwa, susila, dan upacara. Akibatnya, kata Sri Mpu, umat "Itu adalah urusan 'Aku dan En- du di Bali, yang diperkenalkan semuanya utama," ungkap Sri artinya hakikat kebenaran. Jadi pada hakikatnya merupakan pen- Hyang Dwijendra, disebabkan tidak bisa membuat sekaligus gkau, orang lain tidak boleh oleh Mpu Lutuk sebagai sarana Mpu. Ia menambahkan, nista da- penerapan dharma haruslah dise- gamalan secara sadar dari ajaran penataan budaya Bali yang benar- alah yang sangat mendominasi tidak makna mempersoalkan, apalagi menan- mewujudkan bhakti ke hadapan pat lagi dibagi menjadi tiga suaikan dengan lima dasar pertim- Agama Hindu oleh orang-orang benar berdasarkan konsep-konsep kehidupan beragama di Bali. Up- (filosofis) banten tersebut. Tetapi, yakan. Itu sebetulnya amat priba- Yang Widhi Wasa/ Tuhan Yang tingkatan: nistaning nista, nistan- bangan yang disebutkan dalam Bali. dasar Agama Hindu, ing madya, dan nistaning utama. kitab Manawa Dharmasastra itu. Berdasarkan hasil-hasil pene- acara tidak akan pernah lepas den- ia tidak sepenuhnya menyalahkan di sifatnya. Urusan diri dengan Maha Esa," katanya. Halikat penataan budaya Bali Markandya menjalankan apa yang gan yadnya upakara (banten)." umat, karena disadari atau tidak, Tuhannya. Apalagi bagi yang si- Itu sebabnya sulinggih dalam Madya dibagi menjadi madyaning Dalam kitab Wrhaspati Tattwa litian para ilmuwan, kebudayaan sebaga penerapan Agama Hindu diperintahkan-Nya lewat "sab- Banten, tambahnya, merupa- perubahan tatanan dan nilai sos- buk bekerja. Itu dapat dibenarkan, muput yadnya tidak ada meng- nista, madyaning madya, madya- penerapan ajaran kerohanian itu orang Bali sebelum masuknya melipui usaha pemeliharaan da", yakni mendem pedagingan kan perwujudan bhakti umat Hin- ial umatlah yang menyebabkan sebab dalam Hindu toh dikenal gunakan bahasa Sansekerta, teta- ning utama. Demikian juga disesuaikan dengan desa-kala- Agama Hindu memang sudah alam, pemeliharaan rasa kebersa- pancadatu yang diambil dari lima du kepada Sang Hyang Widhi. mereka memilih jalan singkat. mendahulukan kepentingan pi menggunakan bahasa Bali atau tingkatan utama, dibagi lagi men- patra. Patra di sini bukanlah be- cukup maju. Kedatangan Agama maan, ketahanan diri secara indi- unsur kekuatan alam, -emas, Dalam pelaksanaannya, upakara "Karena kesibukan, akhirnya umum. Tetapi jangan meliburkan Jawa Kuno. Mpu Lutuk, kata Sri jadi utamaning nista, utamaning rarti keadaan. Patra artinya batas Hindu yang bersifat luwes itu vidual can pemujaan kepada le- madya, dan utamaning utama. " TRADISI banten dalam ke- perak, perunggu, tembaga, dan ti- beragamaan umat Hindu di Bali, mah. "Pancadatu yang dipendam menurut Ida Sri Mpu Jaya Re- melalui kekuatan batin ini diberi- kanandha, tidak bisa dilepaskan kan pangurip. dari kedatangan Rsi Markandya ke Umat Hindu, kata Mpu Re- Bali. Gagasan mabanten itu ber- kanandha, menghayati agamanya mula dari musibah yang dialamin- melalui tiga kerangka dasar, yaitu sehingga sebagian besar mening- "Dalam pelaksanaannya, upacar- bongan ini baru berhasil, karena gal. Pada kedatangan kedua rom- sebelum mendiami jagat Bali, Rsi SEORANG indolog berke- bangsaan Jerman, Prof. Dr. Max Muller pernah melontarkan state- men yang begitu jujur terhadap memahami Menuju Pembebasan Mistik terbatas, bahwa intelektualitas tak mampu menyamakan diri dengan kesadaran spiritual tertinggi. Maka jalan terpenting bagi Upan- Bentuk Dasar Menurut Ida Bhujangga Rsi Somia, bentuk dasar dari banten pemikiran filsafat India. Muller awam untuk memasuki filsafat ia lebih mencintai suaminya, lalu tunggal kitab otoritas. Dua buku ishad sadhana spiritual atau pem- adalah peras dan daksina. Peras mampuan, sedangkan daksina lengkap dan apresiatif tentang suki gua gelap. Namun kali ini pengetahuan mistik yang dapat Bhagavadgita. Yang pertama ad- kan. 4cm saya menanyakan pada diri sendi- ri, dari sumber tulisan manakah *** kemampuan seeorang. Ibarat ge- menyebabkan orang Bali yang luhur dan Tuhan sebagai unsur ter- las, setiap gelas memiliki daya sudah memiliki persepsi budaya tinggi Hal ini tercermin dalam tampung yang berbeda sesuai den- cukup maju, mudah meneriman- Sad Kerti sebagai konsep dasar gan besar kecilnya gelas. Demiki- ya. Pembinaan budaya Bali pada pembangunan Bali di masa lam- yang telah menulis dengan India tak ubahnya seperti mema- memanggil dan mengajarinya. yang lain adalah Brahmasutras dan bebasan mistik lewat nonkemele- artinya prasida, yang berarti ke- "Membumikan" Etika Hindu Upanishad, antara lain berkata, Diwakar tidak membetot pikiran menghancurkan semua ketidak- alah penjumlahan ungkapan-un- Upanishad-upanishad percaya melambangkan keneh, hati yang SEPANJANG yang dapat itas bangsa (yang kerap dengan atau tilak melakukan bermacam- "Jika saya bertanya, di bawah lan- kita dengan doktrin filsafat yang tahuan dan membukakan jalan gkapan bijak dan pembahasan ten- pada kesinambungan ketimbang tulus. Sehingga, makna dari peras git manakah pikiran manusia te- begitu rumit. Ia mencoba menyed- bagi kebahagiaan abadi. tang filsafat Upanishad, dan yang kehidupan setelah kematian fisik. daksina itu adalah perwujudan hati diketahui, etika Hindu adalah mudah diterjemahkan "dharma maçan perbuatan dengan senga- lah merenungkan masalah- erhanakan studi Upanishad ke Berpikir tentang filsafat India kedua dikonotasikan sebagai susu Ia tidak mengemukakan argumen- tulus yang dipersembahkan kepa- sistem nilai berlapis-lapis. Ia han- bangsa", padahal secara substan- ja atau tidak sengaja berdasarkan masalah terbesar dalam kehidupan dalam bentuk yang paling mu- tanpa Upanishad-upanishad ad- yang diperah dari sapi, di mana argumen apa pun bagi keper- da Ida Hyang Widhi. "Peras dak- ya mungkin dipahami, apabila pu- sial antara dharma dan etika san- perilaiannya dan keputusan yang ini secara sangat mendalam, dan ngkin ia penuhi bagi pembaca bi- alah berpikir tentang Injil tanpa sapi sebagai Upanishad, tulis Di- cayaan itu. Ketika Nachiketa ber- sina ini kemudian ditambahkan sat sistem sebagai lapisan ter- gat berbeda). Bahkan moralitas diambilnya. Apakah keputusan telah menemukan jawaban yang asa yang tidak tertarik membaca kotbah dan gunung, demikian tu- wakar. tanya kepada Yama (Dewa Kema- dengan biakaonan, prayascita, dalam sekaligus inti ajaran (Aga- profesi (yang dalam Agama Hin- saat ini telah bertumpu pada kaid- pantas diperhatikan mengenai be- perdebatan-perdebatan. Inilah lis Diwakar. Suatu hal yang pent- tian), apakah jiwa hidup setelah durmanggala, pangualapan, dapet- ma Hindu) dipahami secara diale- du disebut "Etika Catur Warna"; ah moralitas? Hanya pelakunya berapa masalah terbesar tersebut, sebabnya Diwakar lebih memilih ing, Upanishad-upanishad adalah kematian, Yama menjawab bahwa an soroan. Semuanya itu mempu- ktis. Pemahaman tentang suatu bukan kasta, seperti kode etik ju- yaig tahu berdasarkan pilihannya. Ketika orang bertanya tentang bahkan oleh mereka yang telah menulis dalam bentuk cerita, kitab filsafat India tertua, dan or- UPANISHAD pada pokoknya dewa-dewa pun tidak tahu misteri nyai makna. Prayascita bertujuan lapisan etik secara praksis, atau malistik, etika kedokteran, dll.) Kaidah-kaidah yang mewil- apakah keputusan yang diambil te- mempelajari Plato dan Kant, saya anekdot atau dialog daripada ang yang ingin mempelajarinya berhubungan dengan inti filsafat ini. Tetapi ia tetap menyatakan, membersihkan, durmanggala un- berdiri sendiri, lebih diartikan se- disarankan harus ke India. Jika dalam bentuk esai atau desertasi. harus memahami mereka. Upan- kadar tertinggi dan dengan kehidu- jiwa hidup terus. Bahkan tidak tuk menghilangkan leteh, cacad," bagai kaidah. Karena sebagai ayahi moralitas Hindu adalah pe- laherdasarkan pada kaidah moral- kaidah, maka pelanggaran atasn- nalaran atas pengetahuan duniawi itas-demi melihat banyak ken- ishad adalah sumbu filsafat India. pan spiritual. Ia juga menyentuh hanya hidup, tetapi lahir kembali ujarnya. Lebih jauh Ida Bhujangga ya adalah amoral, sedangkan per- (awidya; ilmu etika, dll.), yang di- yatan suatu keputusan didasarkan Kitab ini mengandung banyak be- masalah-masalah pokok, tetapi ke dunia ini dalam berbagai wu- kita yang hampir secara khusus DARI dimensi bahasa, Upan- nih dari bentuk filsafat, seperti tidak pernah dibuka dengan ura- jud menurut karmanya atau tinda- mengungkapkan, dalam pelaksan- ilaku yang bertumpu pada kaidah jabarkan lagi menjadi Subha Kar- kepentingan sepihak-maka saat dibesarkan dalam pikiran orang ishad mengandung dua pengertian. Samkhya, Yoga dan sebagainya. ian-uraian tersebut. Maka dari itu kan sebelumnya. Maka Upanishad aan upacara tak lepas dari Tri itu dianggap tindakan etis atau ma (perbuatan buruk). Dalam rin- itula kita menyangsikan etika se- cian yang lebih renik, dapat dise- cara bologis, Dalam konteks inilah Yahudi, dapat memperoleh dasar- Upanishad berarti "duduk dekat". Aliran-aliran terpisah yang kita temukan pikiran-pikiran yang menganjurkan etos mistik agar ter- Manggalaning Yadnya, yakni sang bermoral. dasar perbaikan yang amat diper- Hal ini mempunyai konotasi pen- dikembangkan belakangan tak menyimpang seperti dilahirkan bebas dari roda kelahiran. Inilah pemuput (sulinggih), sang yaja- Moralitas (kadang disebut butkan Sad Ripu, Sad Tatayi, Sap- pengantian etika dengan susila di- lukan untuk membuat kehidupan gajaran yang diberikan ketika bisa diragukan asalnya. Upanishad dalam khayalan kosmologi, yang oleh filsafat Upanishad dis- mana (si pemilik hajat), dan tu- tata susila Hindu"), baik bagi ta Timira, Tri Kaya Parisudha, dll. anggip kurang paradigmatik. rohani lebih sempurna, lebih duduk di dekat seorang guru. Up- adalah pembicaraan akhir tentang metafisika, psikologi, reinkarnasi ebut sebagai Moksa. kang banten, yang dibantu tukang Prof. Dr. IB. Mantra maupun Sri Dengan catatan, apa yang disebut Sebat hanya akan meneguhkan menyeluruh, lebih universal, bah- anishad juga berarti "penghancu- Weda, maka juga disebut Wedan- dan etika. Tetapi tekanan utama Upanishad tidak hanya sebagai olah mancagra dan pengayah yang Swami Sivananda (dalam "All perilaku baik atau buruk, hanya sikap yang bisa mengukur perilaku kan lebih merupakan hidup yang ran total". Kata ini mempunyai ta, yang berarti filsafat yang ada adalah pengetahuan spiritual dan contoh-contoh terbaik dalam fil- bertugas mencari perlengkapan About Hindusm"), adalah ilmu tergantung pada kaidah yang se- salah an benar, berdasarkan suatu cara praksis mudah diketahui se- norma hukum yang berlaku, na- sungguh-sungguh manusiawi, bu- makna konotatif, yakni nasihat pada akhir Weda. kehidupan yang akan membawa safat yang baik. Tetapi juga con- upakara. Ketiga unsur tersebut tentang perilaku. Susila adalah pelajaran tentang cara umum, namun belum tentu mun seara teologis telah "kadalu- kan untuk hidup sekarang saja, yang mampu menghancurkan Periode Upanishad itu sendiri seseorang ke luar lingkaran kela- toh-contoh sastra yang baik, wa- harus ada dan ketiganya mendap- tetapi juga untuk hidup abadi dan ketidaktahuan atau kebodohan. oleh Hopkins (1971) diperkirakan hiran dan kematian menuju keba- laupun tidak pernah disebut se- at sesantun (sesari). Imbalan itu apa yang benar dan atau yang baik diketahui dielektikanya dengan arsa". Ajakah suatu norma bisa di- anggap kadaluarsa? Tentu saja bisa. yang telah diubah, sekali lagi, saya Kedua makna tersebut mem- jauh sebelum abad ke-5 SM, teta- hagiaan abadi (ananda). Mereka bagai karya sastra. Beberapa wajib diberikan oleh pemilik di dalam perilaku. Bagi mereka, pusat sistem, yakni dharma. Bagi yang memahami etika Tidak ada suatu norma budaya harus menuju India." beri gambaran cukup bagus. Yang pi jelas setelah zaman Weda, kira- menelentangkan tekanan-tekanan wacana dalam Mundaka, Katha, hajat. "Sesari yang diberikan itu susila adalah jalan' manusia agar Agaknya pengakuan jujur Max pertama, ajaran guru yang akrab kira abad ke-10 SM. Ajaran Up- tertinggi pada kebenaran sebagai Taittruya, Chandogya dan rha- pah pinari sanga, dibagi menjadi berkelakuan baik terhadap sesa- Hindu dalam anggapan serupa yang mampu bertahan melampaui Muller atas pemikiran filsafat In- pada pengikut setianya. Makna anishad yang juga disebut Arany- dasar semua etika. Menurutnya, daranyaka adalah karya-karya sembilan bagian. Tiga bagian un- ma. Karena itu ia mengandung dengan susila, berarti pemahaman segala zaran. Lebih agi, apa yang disebut dia, juga menjadi obsesi bagi se- kedua memberi pengetahuan spir- aka (ajaran dari hutan) muncul satya adalah kebenaran yang tak klasik dalam kesucian. Keindah- tuk sulinggih, tiga bagian untuk prinsip-prinsip sistematis yang akan berhenti pada dua hal, yakni orang Diwakar untuk menulis itual untuk menghancurkan semua sebagai tanggapan tradisi Weda terkalahkan. an dan musik dari porsi-porsi di tukang banten dan kelompoknya, akan memberi pedoman bagaim- yang berhubungan dengan norma, pusat sisten (dharma) kurang di- kembali intisari filsafat Upanishad bentuk ketidaktahuan yang mem- yang kurang memperhatikan kon- Filsafat Upanishad sepenuhnya mana Yama menguji Machiketa, tiga bagian lagi kembali kepada ana seseorang atau masyarakat kaidah dan menerangkan bahwa pahami secra dikodrati. Dharma norma ini baik dan wajar, dan adalah suau mata rantai yang ke dalam retorika yang mudah di- belenggu kita pada dunia materi- sepsi Atma, tetapi sarat dengan didominasi oleh emansipasi jiwa di mana guru suci menyampaikan pemilik hajat. Jadi, sesantun itu bertindak dan berperilaku. Apabila etika Hindu dipahami menunjukkan sikap terhadap nor- akan menat perilaku manusia pahami. Dari bukunya "Upan- al. ritus-ritus korban. Maka Upan- individual dari belenggu ketidak- pesan atau ajaran pada pengikut- tidak semuanya menjadi milik ishad in Story And Dialogue" (di- Kedua makna ini sama-sama ishadlah yang memelopori pemiki- tahuan dan keterbatasan. Ia pada nya, di mana Yajnavalkya me- sang sulinggih. Kalau ada suling- secara praksis, semisal ditempat- ma dan menegaskan bahwa han- Hindu, sedan kan akal budi mem- indonesiakan oleh Drs. IB. Pt. mendapat tempat dalam ajaran- ran kontemplatif dalam Agama pokoknya berkaitan dengan pen- manggil Maitreyi dalam rangka gih yang demikian, wah itu sera- kan dalam lapisan luar atau mak- ya manusia yang mampu menye- berikan pertinbangan etika. Apa- Suamba: "Upanishad dalam Cer- ajaran Yajnavalkya kepada Mai- Hindu. capaian pengetahuan nyata untuk bujukan cinta kasih, adalah hal kah namanya," katanya, sembari ro, maka istilah etika di sini dapat suaikan perbuatannya dengan nor- bila akal bud telah diberi wa- ita dan Dialog") diakui mengan- treyi yang merupakan sebuah Up- Upanishad telah dikenal sejak mencapai kebahagiaan tak terba- yang bernilai tinggi dari sudut ke- menambahkan, tugas hakiki sul- ditempatkan setingkat dengan mo- ma yang ada, perintah (ajaran) wasan lebih progresif, semisal kaidah yang mengatur hubungan tarkan pembaca pada pemahaman anishad nyata, Maitreyi menolak zaman dulu, sebagai otoritas dasar tas. Segala sesuatu yang lain di- susastraan. Inilah yang kita sebut inggih hanyalah memuja Sang ralitas. Lalu, muncul istilah etika Agama Hindu. Persoalannya menjadi sulit dan manusia dengaralam, yang sema- mendasar ke dalam filsafat India tawaran kekayaan dan kehidupan filsafat India. Ia memiliki tempat ikat mengelilingi tujuan yang be- sebagai sastra pembebasan. Hyang Widhi, memohon agar du- keluarga atau moralitas keluarga (Hindu). duniawi yang diberikan suaminya pertama dalam apa yang disebut sar ini, Barangkali ada penekan- nia dan alam sekitarnya selamat, (etika grhasta"), moralitas kompleks, sebab manusia dalam ta-mata merefleksikan spirit diri masyarakat (etika sosial), moral- hidupnya, setiap hari melakukan dari zaman agrais, kelak berpin- Pemahaman bagi seorang Yajnavalkya, yang menyebabkan sebagai Prasthana Trayi, atau tri an pada kemampuan manusia yang I Wayan Westa tidak untuk diri-sendiri. pau, dan sesungguhnya masih hingga amat relevan dengan tuntut pembangunan dewasa ini. bisa be dalam Tiga Aktivitas Budaya penuh Para Resi Hindu yang menata menuj dan membina kehidupan budaya sa. Bali di masa lampau melakukan Pel tiga aktivitas untuk menjaga ke- dilaku lestarian dan dinamika budaya antara Bali. Ketiga aktivitas itu mencak- sebaga up pertahanan, pengembangan budaya dan pengkayaan budaya, dengan budaya landasan dikotomi rwa bhineda. Kenya Mpu Kuturan tidak meng- berlang gunakan dikotomi kedaerahan. pada k Tidak mempersoalkan asal usul hal-ha budaya yang datang ke Bali. Bu- bertent daya luar dihadapi dengan konsep hendal rwa bhineda, yaitu baik buruk, jernih, benar salah, cocok dan tidak co- keikhla cok, pantas dan tidak pantas, wa- dan pe jar dan tidak wajar, tepat dan tidak njang tepat. Unsur luar boleh masuk twany asalkan benar, baik, cocok, pan- gang, tas, wajar dan memang sudah te- anjang pat. Maka budaya dari unsur luar Per unsur yang memperkaya budaya buday pemba Kalau sampai unsur luar lebih nilai- dominan, berarti tidak cocok, sendir tidak pantas, tidak wajar dan tidak vertika tepat. Ini pasti ditolak, karena Per bertentangan dengan konsep rwa daya a bhineda. Karena kebijaksanaan justru para resi dan raja di masa lampau daya s itulah, budaya Bali dapat meny- pemba erap unsur luar dengan damai dan ulah y harmonis. Misalnya sastra memaj kakawin yang amat digemari di sosial Bali sebagai media budaya lahir sampa batin, bahasanya menggunakan kehidu bahasa Jawa Kuna, nama-nama bersam wiramanya berasal dari India dan pai me ceritanya pun bersumber dari In- Yang N dia. Tetapi penampilannya tetap didominasi budaya Bali. budaya itu pasti dapat diterima menjadi Bali. Per Di Dewasa ini berkembang sikap mendo yang begitu fanatik pada budaya ual, m Bali dengan wawasan sempit, se- memel hingga menabukan unsur-unsur kan pe luar dengan dikotomi kedaerahan seperti anti-Barat, anti-India, anti- kan da unsur-unsur luar Bali. Sikap inilah na yan yang dapat merusak budaya Bali, dari p dan akan menyebabkan budaya yang Bali menjadi budaya yang teriso- adat. lasi, beku dan akan semakin jauh Per dari tattwa Agama Hindu sebagai hendak akar pokoknya. Syukur sikap sempit itu belum ana di banyak mendapat pendukung, se- ingrat han tuj dah ke zaman industrial, mau tung se tidak mau bersentuhan dengan yang b teknologi dan etika profesi. Dis- perilak harmonisasi antara etika dan akal juk dar budi menimbulkan perusakan ri deng alam, demi kepentingan sepihak. Sen Kecuali wahyu yang harus di- baik-b terima secara ortodoksi ke alam menjad iman, norma-norma sosial dan situasi budaya bisa saja berubah. Karena dalam Jala ia diterima dalam konteks situa- metafis sional yang lain. Di sini kentara tik. Ap sekali bahwa kita sedang membu- nar" k tuhkan spiritualitas baru yang se- akal bu suai dengan perkembangan pe- jika tar nalaran. Mahamani kesusilaan maham dalam konteks religiositas, akan terasa sekali bahwa sekurangnya inilah kita terpaksa berhitung soal baik kekhav dan buruk, yang cenderung dikot- bahasa omis dan paradoksal. Hitungan ini dan pro keras dilakukan, terutama setelah lebih p suatu perbuatan dilaksanakan or- tikanya ang lain. Padahal jika mau berhi- perilak Umat Hindu di beberapa daerah masih Anda untuk membangun pura dan sarana ibadah. Pura Luhur Tanah Lot, Desa Beraban paten/Daerah Tingkat II Tabanan, memerlu untuk pelaksanaan upacara Karya Agung 14 Juni 1995, serta untuk pembangunan dana tersebut, sebesar Rp 125 juta nantinya Mamungkah, selebihnya untuk pembang meliputi, perbaikan meru dan piyasan, pe natar pura, pembangunan pelinggih penyaw dan ruang makan. Pembangunan Pura Segara Tawanga Kecamatan Pasanggaran, Kab. Banyuwang berat akibat gelombang tsunami, dan kini padmasana. Dana yang diperlukan seluruh Pura Ponjok Batu, Kecamatan Teja Color Rendition Chart
