Tipe: Koran
Tanggal: 1995-01-11
Halaman: 09
Konten
HALAMAN 9 BALI POST AS BALI Rabu Kliwon, 11 Januari 1995 , Wanita dan Swalayan n, a bung. Ada yang tak dilanjutkan, yakni tradisi/keterampilan yang ar- tistik itu. Jangan alahkan, jika misalnya seorang ibu sempat melongok ke pasar swalaran untuk membeli kebutuhan rumah tangga, seperti ma- kanan, sekäigus untuk mencari canang sari. Dengan wajah belum begitu pena sepulang dari kerja, dengan bibir merah bergincu ken- tal, melenggang ke pasar swalayan Memarkir mobilnya yang me- wah, lenyap li dalam kerumunan, kemudian nongol di dagang canang sari. Hari itu tiba-tiba ia ingat, melihat ke kalender dan ada tanda bulatan mera. Berarti hari itu Pumama. Canang sai, wanita Bali dan swalayan adalah satu lintasan jalan kehidupan. Seperti halnya agama, manusia dan modernisasi. Bagaim- ana manusia nemanfaatkan keadaan di sana, sehingga ia bisa tetap hidup seimbang, begitulah gaya hidup masa kini jika melihat wanita tadi. Seimbang dalam pengertian, kebutuhan rohani seperti tanggung jawab agama can panggilannya dapat dilakukan. Pasar swalayan hanya bentuk modern dari pasar umumnya. Pasar seperti di manapun, selalu menawarkan kemungkinan untuk mem- buat orang merisa senang hidup. Bahkan pasar dewasa ini seperti memanjakan koisumen. Di dalam situasi itu, pasar pintar membaca peluang, maka anang sari dan banten lainnya gampang didapat di pasar. Bahkan juga gampang didapat di sebuah pasar swalayan. Supermarket lekat artinya dengan modernisasi. Orang-orang pun merasaan moderisasi di segala sektor. Tak terkecuali dalam hidup beragama, orang ebih memakai akal bagaimana hidup beragama se- cara sehat lalu hidup di akhirat selamat dan hidup di dunia tak telan- tar. Ketika waktu menjepit, kemampuan tidak seperti dulu; jika ada upacara selalu marak dan banten pun megah. Sebagian yang terjepit waktu mencari jalan keluar, hidup beragama makin disederhanakan, pikiran beragama makin ditajamkan dengan mendalami agama agar sampai pada hakikat. Kemudian boleh jadi upacara makin sederha- na, sementara penghayatan makin mendalam. Semoga saja, karena ada bentuk pelarian yang bisa dijadikan alternatif ketika merasa me- nemui jalan buntu tak diterima lingkungan. Hal semacam tadi tak hanya bisa terjadi pada wanita yang ber- tanggung jawab menyiapkan banten. Tetapi bisa terjadi pada semua pihak yang tergencet waktu ketika hubungan sosial makin terbatas. Sebagian orang belum siap dan menyiapan kondisi bagi mereka yang tergencet waktu hidupnya. Perubahan belum seirama dengan lingkun- gan adatnya. Akhirnya, yang tergencet waktu karena kesibukan kerja di kantor, kesibukan yang telah mengatur jadwal hidupnya, tergen- cet di tengah masyarakat yang masih menempatkan banten, upacara demikian kuat tanpa alternatif. Kebangkitan Hindu yang dianggap muncul belakangan ini sebagian belum mampu memberi kondisi pe- rubahan pada lingkungan ini. Wanita Bali dan pasar, merupakan pergeseran dari ketergantun- gan tradisional dalam hal upakara, dari wibawa geria ke pasar bebas. Kini banten yang bagaimana pun, orang bisa memilih tempat mem- belinya, Dominasi satu golongan tertentu yang semula menyiapkan banten diganti oleh eksistensi pasar. Dari gambaran ini barangkali belum jauh berubah dari ritualisasi ke penghayatan bernilai filsafat. ●Wenten Sadino al namun kurang Memahami Tattwa awan" Pelestarian Budaya Bali man kerajaan di Bali dikoodi- ikan oleh raja dan pendetase- paralel. Nampaknya, raja dan pendeta lakukan kerja sama yang anat k dalam membina kehidupan Haya Agama Hindu di Bali, den- selalu berpegang pada konsep erapan Agama Hindu seperti ebutkan dalam kitab Manawa armasastra di atas. Setelah zaman penjajahan, ko- nasi raja dan pendeta hilang. batnya, tiap-tiap desa adat dan ap pendeta mengembangkan ma sendiri-sendiri, sesuai den- kemampuan dan persepsinya sing-masing. Hal ini pulalah ng menyebabkan timbulnya bedaan-perbedaan yang cukup nit dalam adat istiadat Bali. Kemudian, sejak zaman ke- rdekaan lahir Parisada Hindu arma (PHDI) sebagai majelis uk mengambil fungsi koordi- i yang pernah hilang itu. PHDI da hakikatnya sudah banyak ngambil peranan koordinasi namun karena banyaknya per- salahan, nampaknya masih myak hal yang belum terselesai- m. Hambatan yang cukup berat adapi adalah keberadaan umat du yang demikian taat pada giatan-kegiatan ritual agama mun kurang memahami tattwa. sinilah "titik rawan" dari pem- aan budaya Bali untuk menca- cita-cita pelestarian. Kalau tattwa Agama Hindu pat dipegang teguh sebagai ar untuk menjaga kelestarian laya Bali, maka aspek negatif i pengaruh globalisasi tidak du ditakuti. Bertahannya bu- ya Bali yang landasannya dile- tan dari zaman Dang Hyang arkandya, Mpu Kuturan, Dang yang Dwijendra, disebabkan nataan budaya Bali yang benar- nar berdasarkan konsep-konsep sar Agama Hindu. Halikat penataan budaya Bali bagai penerapan Agama Hindu elipui usaha pemeliharaan am, pemeliharaan rasa kebersa- aan, ketahanan diri secara indi- dual can pemujaan kepada le- hur din Tuhan sebagai unsur ter- nggi Hal ini tercermin dalam ad Kerti sebagai konsep dasar embangunan Bali di masa lam- a Hindu au tilak melakukan bermacam- acan perbuatan dengan senga- atau tidak sengaja berdasarkan nilaiannya dan keputusan yang ambilnya. Apakah keputusan at ini telah bertumpu pada kaid- moralitas? Hanya pelakunya ig tahu berdasarkan pilihannya. Ketika orang bertanya tentang kah keputusan yang diambil te- herdasarkan pada kaidah moral- as-demi melihat banyak ken- atan suatu keputusan didasarkan epentingan sepihak-maka saat ula kita menyangsikan etika se- ara pologis. Dalam konteks inilah engantian etika dengan susila di- nggip kurang paradigmatik. ebat hanya akan meneguhkan kap yang bisa mengukur perilaku alah an benar, berdasarkan suatu orma hukum yang berlaku, na- un seara teologis telah "kadalu- rsa". Asakah suatu norma bisa di- nggap kadaluarsa? Tentu saja bisa. idak ada suatu norma budaya ang manpu bertahan melampaui egala zarian. Lebih agi, apa yang disebut usat sisten (dharma) kurang di- ahami secra dikodrati. Dharma dalah suau mata rantai yang kan menat perilaku manusia Hindu, sedan kan akal budi mem- merikan pertinbangan etika. Apa- ila akal bud telah diberi wa- vasan lebih progresif, semisal aidah yang mengatur hubungan manusia denganalam, yang sema a-mata merefleksikan spirit diri Hari zaman agrais, kelak berpin- pau, dan sesungguhnya masih amat relevan dengan tuntutan pembangunan dewasa ini. Tiga Aktivitas Budaya Para Resi Hindu yang menata dan membina kehidupan budaya Bali di masa lampau melakukan hingga budaya Bali masih tetap cayaan, sistem ilmu pengetahuan, bisa bergaul dengan budaya lain kesenian, bahasa, stratifikasi sos- dalam posisi yang sejajar dan ial, mata pencaharian dan teknolo- penuh dinamika konstruktif gi alat-alat hidup. menuju keagungan budaya bang- sa. Dari segi religi, budaya Bali tetap harus dimantapkan pada ke- Pelestarian budaya Bali harus percayaan terhadap Tuhan Yang tiga aktivitas untuk menjaga ke- dilakukan dengan mendialogkan Maha Esa semi kesucian. Bukan lestarian dan dinamika budaya antara konsep dasar Agama Hindu kepercayaan untuk mengejar ke- Bali. Ketiga aktivitas itu mencak- sebagai sumber pengembangan wisesan atau kesaktian, sebagaim- up pertahanan, pengembangan budaya Bali, dengan fakta-fakta ana belakangan ini mulai dan pengkayaan budaya, dengan budaya yang sedang berlangsung. berkembang. landasan dikotomi rwa bhineda. Kenyataan-kenyataan yang sedang Mpu Kuturan tidak meng- berlangsung itu harus dikembalikan gunakan dikotomi kedaerahan. pada konsep dasarnya. Kalau ada Tidak mempersoalkan asal usul hal-hal yang sudah jauh, bahkan budaya yang datang ke Bali. Bu- bertentangan dengan konsep dasar, daya luar dihadapi dengan konsep hendaknya dengan pikiran yang rwa bhineda, yaitu baik buruk, jernih, daya nalar tinggi serta penuh benar salah, cocok dan tidak co- keikhlasan, dilepaskan. Perubahan cok, pantas dan tidak pantas, wa- dan pergeseran boleh terjadi sepa- jar dan tidak wajar, tepat dan tidak, njang selalu bertumpu pada tat- tepat. Unsur luar boleh masuk twanya. Kalau hal ini tetap dipe- alah bahasa spiritual dan moral. Ida Pedanda Istri Mas Ida Pedanda Istri Mas dan Bali Post/Pras Kisah Banten di Pura Besakih PERISTIWA meletusnya Gu- pai-sampai tiang tidak ada yang nung Agung mungkin menyimpan ngayahin. Bahkan tamas, maupun banyak cerita bagi orang Karan- perlengkapan lain harus setiap hari gasem. Namun bagi Ida Pedanda dibersihkan." Istri Mas dari Geriya Pidada, Karangasem, sebuah kenangan asalkan benar, baik, cocok, pan- gang, budaya Bali akan lestari sep- Karenanya pembangunan bahasa tetapi oleh alam. 'Bagi tiang, kalau banten sudah selesai ya, harus dihaturkan. membuatnya sejak kecil harus melakoni kewajiban sebagai pu- tri pendeta. Aktivitasnya dalam hal banten ini dimulai dari meny- iapkan 'sekar pewedaan'. "Ke- mudian, tiang belajar membuat tangkih, canang, mulai dari yang kecil-kecil." Namun karena menyenangi pekerjaan itu, Ida Pedanda tergir- ing berurusan dengan banten. Pedanda Istri Mas kemudian did- idik oleh Pedanda Istri Rai, Pedan- da Istri Kawan yang pada zaman- nya merupakan tukang-tukang banten nomor satu. "Cara mere- ka mengajar, hari ini umpamanya saya dipercayai mengurus suci saja. Kemudian di lain hari pula kerti saja." ZEBONORES Jongkok ADA banyak hal yang bisa dimunculkan dari kata dasar "jongkok". Diolah sambil jongkok, duduk atau berlari, sama saja. Kita kenal, misalnya, sekeha jongkok, pejongkokan, IQ jongkok, nyongkokin taik kebo, dll. Sekeha jongkok mengandung pengertian suatu organisasi tradisional Bali, biasanya bergerak di sektor keuangan. Roda organ- isasinya dijalankan dengan sangat sederhana, tetapi penuh disiplin. Sederhananya kurang lebih sebagai berikut. Beberapa orang men- gadakan kesepakatan, mengeluarkan sejumlah uang, katakan misaln- ya berkumpul 10 orang, dengan masing-masing mengeluarkan Rp Aturan pada zamannya 10.000. Dengan demikian akan terkumpul Rp 100.000. Selanjutnya apalagi di kalangan Brahmana, uang itu mereka 'putar' atau dipinjamkan kepada orang yang memer- membuat wanita tenget. Tidak lukan dengan sejumlah bunga. Biasanya tidak terlalu besar, karena bisa sembarangan mempelajari yang meminjam anggota sekeha itu juga. Bunga uang itu dikumpul- sesuatu. "Tiang belajar nyastra kan dan dibagi setiap enam bulan sekali, pada hari Penampahan Ga- setelah potong gigi.", ujarnya. lungan, berupa daging babi untuk keperluan hari raya Galungan. Den- Namun lantaran tidak betah diam, gan modal satu juta rupiah, tak akan sulit bagi sekeha jongkok ini Ida Pedanda terus-menerus mem- untuk membeli seekor babi setiap enam bulan sekali. buat banten, meski itu dirasakan- nya cukup membuat letih. "Jadi tukang banten itu tuyuh," katan- Sebagai tukang banten, waktu tidurnya kadang saat jam berden- tang pukul 3 dinihari. Namun itu baginya tak soal jika dilandasi rasa suka. Menurutnya, semua pende- ta bisa membuat banten. "Bany- ak pendeta yang tidak bisa. Me- mang banyak lontar yang memuat mengenai banten, tetapi itu harus dikupas lagi." ya. Kalau pejongkokan, lain lagi ceritanya. Yang ini mengandung dua pengertian. Pertama, berarti rumah tinggal. Ada banyak cara untuk menyebut rumah tinggal, tergantung dari struktur bangunannya dan siapa yang memilikinya. Ada yang namanya puri, yang lainnya dise- but jero atau geria, paumahan, pejongkokan dan ada pula pakubon. Sebenarnya masing-masing bentuk rumah tinggal itu mempunyai karakter tersendiri. Tetapi belakangan karakter atau ciri khas masing- masing sering dilanggar. Ada yang rumah tinggalnya seperti istana, tetapi yang punya menyebutnya pejongkokan. Ada yang ngontrak rumah hanya satu kamar plus dapur ditambah kamar mandi dengan sistem keroyokan, tetapi disebutnya puri atau geria. Kekacauan seb- utan ini sedikit banyak juga ada hubungannya dengan kekacauan nama panggilan dan nama asli. Namanya Ngakan Ketut Kancrung, tetapi biasa dipanggil Gung Tut. Tak tahu sebabnya apa. Pejongkokan juga bisa berarti tempat untuk jongkok, atau tempat Wajib Tahu Tujuan istirahat, sesudah melewati kesibukan tertentu. Di pejongkokan Pedanda Istri Mas menyata- semacam ini bisa muncul dan berkembang berbagai isu. Baik tingkat kan, tukang banten tidak cuma desa/banjar, daerah, nasional maupun internasional. Jangan heran kalau harus bisa membuat banten atau di tempat begini ini berkembang suatu diskusi yang tak kalah hebat matanding saja. Seorang tukang dengan yang biasa dilakukan oleh kalangan intelektual di hotel berbin- banten wajib mengetahui tujuan tang. Jadi walau mereka berdiskusi di pejongkokan, tidak dengan dan maksud suatu banten yang sendirinya berarti para peserta datang dan ngomong dengan seman- dibuat, termasuk penempatannya gat IQ jongkok, sebutan lumrah bagi mereka yang sehat jasmani lum- dalam upacara. Kenapa di timur, puh rohani. Sama sekali tidak. Orang yang ngomong tidak sembaran- mengapa warnanya putih, menga- gan, tetapi melalui seleksi alam yang sangat ketat. Karenanya, kes- pa hitungannya sepuluh, dan se- impulannya pun biasanya tak kalah tajam dengan diskusi pada um- bagainya. "Itu semua harus dip- umnya. Kalaupun ada kekurangannya, pastilah di sektor kekuasaan. ikirkan oleh tukang banten. Dalam Kekuasaan untuk mewujudkan hasil diskusi di pejongkokan ini men- lontar hanya 'ujung-ujung'-nya jadi kenyataan. saja yang nampak. Tukang banten- Lain sekeha jongkok, lain pejongkokan, lain IQ jongkok dan lain lah yang harus pandai menafsir- pula yang namanya nyongkokin tain kebo. Yang terakhir ini dituju- kannya. Karena itu, jika ingin kan kepada perilaku tertentu yang suka membanggakan karya orang menjadi tukang banten tak cukup lain sebagai karyanya sendiri. Si A yang dengan susah payah mem- pandai membaca lontar, tetapi banting tulang untuk suatu pekerjaan tertentu, begitu selesai datang juga harus praktik langsung serta si B dengan bangga mengakui pekerjaan itu sebagai hasil karyanya. harus sempat 'ngayah pada tu- Sifat ini sebenarnya sangat jelek, karenanya tak heran menjadi un- kang banten yang telah berpen- gkapan celaan. Yang juga tak kalah mengherankan, sifat yang jelek galaman," katanya. dan tercela ini, justru laku keras di pasaran lokal maupun nasional ang pengiringnya, Ida Pedanda melakukan perjalanan menuju Pedanda Istri Mas, sesungguhnya Membuat banten, menurut dan barangkali juga di tingkat internasional. Besakih. "Sepanjang jalan, tiang tidak sulit. "Banten itu kalau di- ya kotoran kerbau. Masalahnya, kenapa kotoran kerbau harus diakui Dalam hal ini istilah nyongkokin berarti mengakui. Tain kebo artin- nunas ring Batara agar selamat ambil saban hari akan mudah. sebagai milik sendiri? Kenapa bukan kotoran ayam atau kotoran bu- sampai di Besakih," ujarnya. Wayan P. Windia Ajaibnya, begitu tiba di jaba Apalagi dasar hati menyukai. rung perkutut? Penelitian tentang hal ini belum pernah ada. Mungkin Ini adalah tugas tiang, biarpun Pura Besakih suasana gelap tiba- Membuat banten bukanlah peker- karena kerbau itu binatang besar, sehingga kotorannya pun tidak tang- jaan rumit." gung-tanggung besarnya. Atau mungkin pula karena sifat kerbau yang gunung akan meletus," begitu Ida tiba lenyap, sehingga Pedanda dan Setelah 40-an tahun menjadi demikian rupa sehingga paling memungkinkan untuk diolok-olok. Pedanda mengawali ceritanya. pengiringnya bisa melihat ke Keyakinan akan tujuan dan niat sekeliling pura. Bahkan saat, kat- pendeta, dengan keahlian sebagai Sebutan 'otak kerbau juga dianggap istilah lain dari IQ jongkok atau suci telah membuat Ida Pedanda anya, Pedanda Istri Mas melihat tukang banten, Ida Pedanda perlambang kebodohan. Istri Mas mampu melewati batu suatu 'jejak' suci. "Seperti sastra Darma Kusuma dari Pemerintah mendapatkan penghargaan berupa ujian yang berat itu. penawangsanga dan tapak kaki Daerah Bali. Tetapi seperti ia nam- Karena debu terus turun dan anak kecil," kenangnya.pak tidak terlalu peduli akan hal- melapisi persiapan bahan sajen. Ujian berat sebagai serati ban-hal semacam itu. Sama seperti ia Tetapi tugasnya harus diselesai- ten itu, diyakini Ida Pedanda se- tidak mempedulikan usianya. Pedanda Istri Raka dan atas anju- luskannya, hingga ajeg dalam ak- kan. Pedanda Istri Mas bersama Ketika Banten Jadi Bisnis KECENDERUNGAN mem- gitu mudah dan cepat. Bahkan tak Sistem ilmu pengetahuan tentang banten membuatnya bisa hendaknya yang memperkuat rasa berkisah penuh ketakjuban akan keagamaan dan rasa kebangsaan kebesaran Hyang Widhi. dalam wadah negara Pancasila. Di tengah gemuruh suara Gu- Sistem kesenian haruslah diper- nung Agung yang siap meletus tahankan untuk pemujaan pada dan suasana alam tidak menentu, Tuhan dan pelayanan kepada ses- di Besakih tahun 1963, pengabdi- ama. annya diuji. Bukan oleh tantangan Sistem bahasa, dalam hal ini menafsirkan isi lontar atau pert- bahasa Bali, pada hakikatnya ad- anyaan-pertanyaan kritis umat yang membutuhkan keahliannya, bagai suatu hal yang telah melk. Maka saat ditanya berapa usian- beli banten barangkali bukan se- sedikit ibu-ibu yang punya lang- Pedanda Istri Mas kala itu di- ran beberapa pihak yang bertang- tivitasnya kini. Hingga kini Ida ya, ia balik bertanya, "Kuda ya mata karena alasan kepraktisan ganan dagang canang yang siap Pembangunan ya)? Mungkin 95. Yang itu pasti dapat diterima menjadi Pembangunan berwawasan cun-racun feodalisme", sehingga dan memimpin upacara pakelem upacara pakelem ke Gunung pedanda tukang, untuk upacara begitu ia. jelas saya sudah tua sekarang," keterampilan majejahitan itu tidak ada yang punya rumah. Pat- unsur yang memperkaya budaya budaya pada hakikatnya adalah bahasa Bali akan jaya sebagai ba- di Besakih, yang akan dihaturkan Agung itu, disarankan membuat upacara besar seperti Eka Dasa Bali. sendiri mulai mengendor di kalan- ut diakui, bahwa kemudahan yang Yang jelas, pendeta yang putri pembangunan yang berangkat dari hasa moral dan spiritual. ke hadapan Batara Gunung banten di Denpasar. Akhirnya Rudra, juga dalam upacara-upac- pendeta dan bersuami pendeta ini, gan kaum wanita. Barangkali ban- sifatnya praktis ini memberikan Kalau sampai unsur luar lebih nilai-nilai luhur kepribadian Stratifikasi sosial dominan, berarti tidak cocok, sendiri, yang telah teruji secara dikembalikan pada konsep Catur gah kegiatan mempersiapkan ban- ten selesai tiang harus kembali ke banyak dilaksanakan di penjuru koni kesibukan sebagai tukang banten, karena toh banten dengan ada sisi positif kehadiran dagang Bali Agung. Tiba-tiba disadari, di ten- tiang ke Badung, tapi begitu ban- ara besar lain yang belakangan hingga saat ini masih tetap mela-yak yang kini merasa tak perlu dorongan untuk makin rajin 'mat- bisa majejahitan atau membuat uran' dalam keseharian. Artinya vertikal dan horizontal. Warna dengan tidak perlu men- ten itu, Gunung Agung pun mem- Besakih." banten. "Selama tangan saya mudah bisa dibeli. gubah bentuk-bentuk tradisional buat hajatannya. Menyemburkan Saat itu, menurut Ida Pedan- Banten bagi Pedanda Istri Mas masih bisa matanding, ya harus yang sudah ada. Mata pencaharian debunya dan mulai mengepulkan da, keadaan alam sudah tidak telah dikenalinya sejak masa digerakkan," ujarnya disertai sebagai wadah untuk mendapatkan asap hitam tebal. "Waktu itu or- menentu. Listrik mati, sepanjang kanak-kanak. Lahir dalam keluar- sumber pemeliharaan hidup secara ang-orang sudah mulai takut, sam- jalan gelap gulita. Bersama 2 or- ga Brahmana, berayah pendeta, senyum. ●Cok Sawitri tas, wajar dan memang sudah te- pat. Maka budaya dari unsur luar tidak pantas, tidak wajar dan tidak tepat. Ini pasti ditolak, karena bertentangan dengan konsep rwa bhineda. Karena kebijaksanaan para resi dan raja di masa lampau itulah, budaya Bali dapat meny- erap unsur luar dengan damai dan harmonis. Misalnya sastra kakawin yang amat digemari di Bali sebagai media budaya lahir batin, bahasanya menggunakan bahasa Jawa Kuna, nama-nama wiramanya berasal dari India dan ceritanya pun bersumber dari In- dia. Tetapi penampilannya tetap didominasi budaya Bali. anjang zaman. Bali sebagai kekayaan budaya Bali, harus dibersihkan dari "ra- Bali ini. DANA PUNIA ANDA Pembangunan berwawasan bu- daya adalah pembangunan yang justru menjadikan nilai-nilai bu- daya sendiri sebagai modal dasar pembangunan. Nilai-nilai luhur it- ekonomi, harus dikembalikan pada ulah yang dijadikan dasar untuk sifat mengutamakan kewajiban/tu- memajukan kehidupan individual, gas terlebih dahulu, baru kemudi- sosial dan alam lingkungan. Jangan an hak, adanya kejujuran kerja, sampai pembangunan melemahkan keikhlasan dan keterbukaan. Harus kehidupan individual, merusak ke- dihilangkan kebiasaan atasan men- setiap Rabu, untuk beberapa pura yang memerlukan antara lain: bersamaan dan alam. Apalagi sam- gakali bawahan atau sebaliknya, Pura Pancaka di Mataram, Pura Segara Suci di Jateng, Pura Raksa pai merusak keyakinan pada Tuhan untuk mendapat uang sebanyak- Wira Bengkalis di Riau, Pura Petitenget di Krobokan, Pura Gelap Yang Maha Kuasa. banyaknya, sampai mengorbankan Besakih, Pura Waikabubak di Sumba Barat, Pura Jagat Sebudi di Pembangunan berwawasan prinsip-prinsip moral. Sehingga Karangasem, Pura Dharma Jati di Jatim, Pura di Irian Jaya, Pura Giri budaya justru pembangunan yang timbul produksi fiktif, kerja fiktif, Shanti Bhuwana Nganjuk di Banyuwangi, Pura Bukit Amerta di mendorong kemandirian individ- dan mengakibatkan simanya kehar- Banyuwangi, Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Gianyar, Pura Siwa ual, merekatkan kebersamaan, monisan kerja. Prasta di Lobar, Pura Mandharagiri Semeru Agung di Jatim, Pura memelihara alam dan meningkat- Sementara alat-alat hidup Ranget di Lobar, Pura Lingkuk Bune di Lobar, Pura Ujung Desa di kan pemujaan pada Tuhan. harus diupayakan lebih meng- Mataram, Pura Sekartaji di Jatim, Pura Boyolali di Jateng, Pura Blam- Kel. Ketut Arnawa, Dps Di Bali hal ini telah terumus- gunakan bahan-bahan setempat bangan di Jatim, Pura Maospahit di Canggu, Pura Gunung Pengsong I W Sudarma, Jl. Mandalika Gg. Mutiara, Praya Bali Post, masih menerima titipan dana punia Anda yang dimuat Rp 559.500 untuk Pura Jagat Natha di Riau Dewasa ini berkembang sikap yang begitu fanatik pada budaya Bali dengan wawasan sempit, se- hingga menabukan unsur-unsur luar dengan dikotomi kedaerahan seperti anti-Barat, anti-India, anti- kan dalam konsep Tri Hita Kara- dengan bentuk-bentuk hasil re- unsur-unsur luar Bali. Sikap inilah na yang menjadi landasan filosofis konstruksi dari alat-alat yang me- yang dapat merusak budaya Bali, dari pendirian desa pakraman mang sudah pernah ada dari za- dan akan menyebabkan budaya yang lebih terkenal dengan desa man lampau. adat. Bali menjadi budaya yang teriso- lasi, beku dan akan semakin jauh dari tattwa Agama Hindu sebagai akar pokoknya. Ketut Sandi, Jl. Belimbing no. 14 Dps Kel. Ketut Arnawa, Dps Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 14.605.700 untuk Pura Ulun Danu di Songan Kintamani di Lobar, Pura Pengubengan di Besakih, Pura Desa/Puseh Desa Adat Jumlah yang dimuat hari ini Denpasar, Pura Pucak Tinggah di Tabanan, Pura Pucak Sangkur di Jumlah penerimaan sebelumnya Tabanan. Pura Adya Dharma di Salatiga, Pura Giri Indraloka di Jam- Jumlah penerimaan seluruhnya bi, Pura Kerthi Bhuwana di Lampung, Pura Ulun Danu Batur di Son- canang ini dalam mendorong se- Terlepas dari penilaian benar- mangat berupacara. salah sikap ini, barangkali tak ada Fakta lain bahwa untuk urusan salahnya bila mulai melongok 'maturan' yang sifatnya sewaktu- kalkulasi pos-pos anggaran yang waktu, seperti Hari Sasraswati, harus dikeluarkan untuk mendap- Pagerwesi, Tumpek Galungan dan atkan banten di beberapa kalan- Kuningan, kini pun mulai melibat- gan masyarakat kita, yang tak kan jasa dagang canang itu. Ban- sempat lagi membuatnya sendiri. yak pihak yang kini menghadapi Sebagai contoh, untuk kebutuhan hari-hari suci itu dengan tanpa Rp 5.000 sehari-hari keluarga kecil dibutu- dibebani oleh sulitnya membagi Rp 1.000 hkan sekitar Rp 200-450 untuk waktu membuat banten. Segalan- Rp 6.000 membeli canang sari atau canang ya bisa dengan mudah dibeli. Rp 553.500 tangkih. Dengan jumlah uang ini Lihatlah di dalam pasar atau tepi- Rp 559.500 bisa didapat sekitar 20-25 tanding an jalan menjelang hari-hari raya Batur canang tangkih atau sekitar 15-20 itu, tak sulit kita mendapatkan canang sari. Jika dikalkulasi se- canang dan segala perlengkapan bulan bisa habis keluar sekitar Rp upacara, seperti berbagai sampiy- Rp 1.000 2.400 - Rp 5.400. Itu kebutuhan an, sesayut, daksina, taledan, ti- Rp 5.000 untuk canang saja, belum untuk pat dampul sampai segehan. Isin- Rp 6.000 materi lainnya untuk hari-hari ya pun, seperti kacang saur gerang Rp 14.599.700 raya kecil seperti Purnama, Tilem, yang sudah digoreng, ada yang Rp 14.605.700 Kajeng Kliwon, Anggar Kasih dan menjual. Pokoknya tinggal nand- sebagainya. Untuk keluarga besar ing dan menghaturkan. Bahkan Tujuh aspek budaya itulah gan Kintamani, Pura Dalem Kusha Agra di Mataram, Pura Giri Kusu- Rp 34.367.500 untuk Pura Gelap di Besakih dengan sanggah/mrajan besar telah dikemas dengan harga yang Pembangunan budaya Bali yang perlu secara rinci dibenahi ma di Bogor, Pura Jagat Natha di Riau, Pura Wisnu Murti di Klaten Kel. Ketut Arnawa, Dps hendaknya dilihat dari pertumbu- untuk dibangun kembali, sesuai, Jateng, Pura Dhali Agrahita di Malang, Pura Payogan Agung Mula- I Wayan Hardita, Dps han tujuh aspek budaya sebagaim- dengan konsep dasarnya, yakni warman di Kutai, Pura Agung Kertha Bhuwana di Kediri Jatim, Pura I Wayan Sudarma, Jl. Mandalika Gg. Mutiara, Praya ana dinyatakan oleh Koentjaran- Agama Hindu. Agung Utara Segara di Bitung, Pura Bukit Indrakila di Desa Dausa Jumlah yang dimuat hari ini ingrat, yakni seperti sistem keper- I Ketut Wiana Kintamani Bangli, Pura Dharma Sari di Mataram, Pura Jagat Natha Jumlah penerimaan sebelumnya di Jembrana. dalam acuan teologis yang demikian kuat. Jika demikian, jalan spiritual- Rp 2.599.500 untuk Pura Waikabubak di Sumba Barat Syukur sikap sempit itu belum banyak mendapat pendukung, se- dah ke zaman industrial, mau tung secara teologis, maka rumus tidak mau bersentuhan dengan yang berlaku adalah menunjukkan teknologi dan etika profesi. Dis- perilaku orang lain dengan telun- harmonisasi antara etika dan akal juk dan menunjuk perilaku sendi- itas baru yang mungkin dilakukan, Nyoman Dana, Kantor Pos dan Giro Bebandem Amlapura budi menimbulkan perusakan ri dengan empat jari lainnya. pertama-tama adalah mempela- Kel. Kt. Arawa,a Dps alam, demi kepentingan sepihak. Sementara apa yang dikatakan jari, lalu menghayati agama se- Manik Agastiya, Denpasar Kecuali wahyu yang harus di- baik-buruk, benar-salah, kerap bagai kesatuan dari semua diri Jumlah yang dimuat hari ini terima secara ortodoksi ke alam menjadi kurang jelas dalam konteks ("tat twam asi"). Jumlah penerimaan sebelumnya iman, norma-norma sosial dan situasional tertentu, Lebih-lebih Upanisad, misalnya, menye-. Jumlah penerimaan seluruhnya budaya bisa saja berubah. Karena dalam konteks rahasia kekuasaan butkan, "Tetangga kita, sebenarn- ia diterima dalam konteks situa- metafisika, bahkan kekuasaan poli- ya adalah seorang diri itu sendiri, sional yang lain. Di sini kentara tik. Apa yang disebut dengan be- dan apa yang memisahkanmu sekali bahwa kita sedang membu- nar" kerap pula tidak terjangkau daripadanya hanyalah khayalan Rp 337.000 untuk Pura Wisnu Desa Menden Klaten tuhkan spiritualitas baru yang se- akal budi masyarakat beragama, dengan dan dalam semua ma- Kel. Ketut Arnawa, Dps suai dengan perkembangan pe- jika tanpa iman dan jauh dari pe- khluk. Kasih sayang universal itu Wijana, Peguyangan nalaran. Mahamani kesusilaan mahaman nilai wahyu, adalah persuadaraan yang ber- Jumlah yang dimuat hari ini dalam konteks religiositas, akan Jalan spiritualitas yang terakhir dasarkan kesatuan diri. Semua Jumlah penerimaan sebelumnya terasa sekali bahwa sekurangnya inilah yang dimaksud dengan hubungan kemanusiaan menjadi Jumlah penerimaan seluruhnya kita terpaksa berhitung soal baik kekhawatiran teologis. Dengan "ada", karena kesatuan itu. Kare- dan buruk, yang cenderung dikot- bahasa lain, etika sosial, politik na itu, "tat twam asi" jelas meru- omis dan paradoksal. Hitungan ini dan profesi tetap penting, namun pakan puncak kesadaran univer- Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 1.000 pengeluaran ini membengkak bisa pasti. Dari segi waktu dan tenaga, kondisi ini memang amat men- guntungkan dan efisien. Rp 10.000 mencapai Rp.13.500-an. Rp 5.000 Ini terkait dengan semangat Rp 16.000 maturan di rumah-rumah tangga Rp 34.351.500 yang kian semarak belakangan ini. Rp 34.367.500 Apalagi mendapatkan canang be- Rp 756.000 untuk Pura Payogan Agung Mulawarman di Kutai Parmadi Parwati, Sanur Rp 2.500 I Gede Sudantha, Kuta Rp 1.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 10.000 Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 13.500 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 2.586.000 Rp 2.599.500 Murti, Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 20.000 Sedangkan untuk tingkat upac- (Bersambung ke Hal. 15, Kol. 1) SIMPATI ANDA Rp 508.500 untuk Kadek Wiliawan Penderita Kanker Tulang Rp 736.000 LP3I Cab. Bali, Jl. Imam Bonjol KM 7 Dps Rp 756.000 Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 20.000 untuk Pura Ponjok Batu, Kec. Tejakula, Buleleng Parmadi Parwati, Sanur Rp 1.000 Ni Made Sudarmi, Jl. Hayam Wuruk 4 Dps Rp 5.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 6.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 331.000 Rp 337.000 Rp 5.444.500 untuk Pura Petitenget di Krobokan Kuta keras dilakukan, terutama setelah lebih penting lagi melihat dialek- sal, yang mengabstraksikan kesa- Kel. Ketut Arnawa, Denpasar suatu perbuatan dilaksanakan or- tikanya dengan pusat sistem agar daran tunggal itu sendiri. ang lain. Padahal jika mau berhi- perilaku setiap saat dapat ditata Trisna Yasa, Jl. Kartini III/4 Dps Jiwa Atmaja IW Sudarma, Jl. Mandalika Gg. Mutiara Praya MASIH PERLU DANA Umat Hindu di beberapa daerah masih memerlukan dana punia Tingkat II Buleleng, yang pembangunannya sudah dimulai 18 Desem- ber lalu, diperkirakan memerlukan dana Rp 1 milyar dengan waktu membangun sekitar 3 tahun. Anda untuk membangun pura dan sarana pendukung lainnya untuk ibadah. PHDI Tingkat Desa Karya Makmur di daerah transmigrasi me- merlukan dana untuk mewujudkan cita-cita umat memiliki seperangkat Rp 10.000 Rp 5.000 Rp 503.500 Rp 508.500 2cm Rp 5.000 Rp 3.312.150 Rp 5.317.150 Rp 3.317.150 untuk Komang Mardika, Penderita Tumor Mata Rp 10.000 LP3I Cabang Bali, Jl. Imam Bonjol KM 7 Dps Rp 20.000 Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 20.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 25.000 untuk Pura Segara Tawangalun Parmadi Parwati, Sanur Nitya Santhiaarsa, Dps di Banyuwangi Rp 1.000 Ni Md Sudarmi, Hayam Wuruk 4 Dps Rp 5.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 5.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya SIMPATI ANDA Rp 10.000 Rp 1.133.500 untuk Ni Ketut Raka Penderita Tangan Puntung Rp 5.000 LP3I Cabang Bali, Jl. Imam Bonjol KM 7 Dps Rp 10.000 Wijana, Peguyangan Rp 25.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 25.000 Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 11.000 Bali Pot di BRI Cabang Denpasar No. 31-45, Rp 5.433.500 1065.4. Rp 5.444.500 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 1.123.500 Rp 10.000 Rp 1.133.500 Rp 1.052.000 untuk Maulana, Penderita Kepala Membesar LP3I Cabang Bali, Jl. Imama Bonjol KMRp 1000 Kel. Ketut Arnawa, Dps Rp 2.000 Khalid Ibnu Faisal Aziz, SMA PGRI SerRp 3.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 694.000 untuk Ariyanti Penderita Kepala Membesar LP3I Cabang Bali, Rp 5.000 Rp 689.000 Rp 694.000 Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 10.000 Rp 1.042.000 Rp 1.052.000 Pura Luhur Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri Kabu- paten/Daerah Tingkat II Tabanan, memerlukan dana Rp 205.730.000 untuk pelaksanaan upacara Karya Agung Mamungkah, berlangsung gong. Bali Post menerima titipan sumbangan pembaca untuk saudara- Jl. Imam Bonjol KM 7 Dps 14 Juni 1995, serta untuk pembangunan dan perbaikan fisik. Dari Dana punia Anda dapat dikirim langsung ke bagian Sekretariat saudara kita yang tengah menderita dan ditimpa kemalangan, antara Jumlah penerimaan sebelumnya dana tersebut, sebesar Rp 125 juta nantinya untuk biaya Karya Agung Redaksi Bali Post Jalan Kepundung 67 A Denpasar atau dengan we- lain: Jumlah penerimaan seluruhnya Mamungkah, selebihnya untuk pembangunan dan perbaikan fisik sel pos dan rekening Bali Post di BRI Cabang Denpasar No. 31-45, Komang Mardika penderita tumor mata, Ariyawan penderita tu- meliputi, perbaikan meru dan piyasan, perbaikan undag, pelebaran 1065.4. mor, Wiliawan penderita kanker tulang, IGP Cakra penderita kaki Rp 791.500 untuk Km. Ely Saputra natar pura, pembangunan pelinggih penyawang, pembangunan dapur Pura Hargo Loka, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten gajah, Aryanti penderita kepala membesar, Maulana penderita kepala Penderita Kulit Bersisik dan ruang makan. Karanganyar, Jawa Tengah, yang direncanakan dibangun di lereng membesar, Kt. Raka penderita tangan puntung, Gd. Wardana pender- Trilaksmi, Dps pegunungan berlokasi di Dukuh Gununganten, Desa Balong. Untuk ita tumor, I Nyoman Rapa penderita perut mengeras, Wayan Kari LP3I Cabang Bali, lancamya pembangunan pura tersebut, dana punia Anda bisa lang- penderita kanker rahang, Wayan Mubagia penderita kepala membe- Jl. Imam Bonjol KM 7 Dps sung dikirim kepada bendahara panitia pembangunan Pura Hargo Loka, sar, Ely Saputra penderita kulit bersisik. Jumlah yang dimuat hari ini Sunardi, d.a. Kantor BKK Kecamatan Jenwati Karanganyar, Surakarta Sumbangan Anda dapat dikirim langsung ke bagian Sekretariat Jumlah penerimaan sebelumnya 57794, Jawa Tengah. Redaksi Bali Post 67 A Denpasar atau dengan weselpos dan rekening Jumlah penerimaan seluruhnya Pembangunan Pura Segara Tawangalun, Desa Sumberagung, Kecamatan Pasanggaran, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur, yang rusak berat akibat gelombang tsunami, dan kini hanya tinggal bangunan padmasana. Dana yang diperlukan seluruhnya Rp 37 juta. Pura Ponjok Batu, Kecamatan Tejakula, Kabupaten/Daerah Rp 685.000 untuk IGP Cakra Penderita Kaki Gajah Rp 10.000 Rp 5.000 LP3I Cabang Bali, Rp 15.000 Jl. Imam Bonjol KM 7 Dps Rp 5.000 Rp 776.500 Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 791.500 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 680.000 Rp 685.000 Color Rendition Chart
