Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Denpost
Tipe: Koran
Tanggal: 2000-02-22
Halaman: 01

Konten


4cm HARIAN WARGA KOTA DENPOST MEMBEDAH JANTUNG DAN KEGELAPAN KOTA MENDAGRI DIMINTA TEGUR GUBERNUR BALI Koordinasi Ketat Renon, DenPost Berbagai upaya yang dilakukan Pemda Bali dan Kanwil Dep- trans, tampaknya belum memuaskan para pengungsi bekas trans- migran Bali di Timtim. Buktinya, melalui Tim Pembela Pengungsi Bidang Non Litigasi, mereka menyampaikan pengaduan ke Men- trans dan Kependudukan. Mendagri dan Kepala BPN, serta Ketua Badan Kesejahteraan nasional. Mereka menilai Pemda Bali dan Deptrans tidak memenuhi komitmen yang disampaikan dih- adapan Mentrans di Jakarta. Sementara itu, Gubernur Bali, Dewa Made Beratha, Senin (21/2) kemarin, belum bisa dikonfirmasi soal pengaduan pen- gungsi ini, demikian juga Karo Humas Drs. Gde Nurjaya. Peja- bat-pejabat ini tengah mengadakan kunjungan kerja ke Nusa Penida, Klungkung. Seorang staf humas menganjurkan agar DenPost datang esok harinya (hari ini-Red). Dalam pertemuan dengan Mentrans di Jakarta Desember 1999 lalu, menurut tim pembela pengungsi, Gubernur Bali Dewa Made Beratha sempat memberikan jawaban bahwa ia telah memikirkan kebijakan yang mengarah ke solusi seperti ditawar- kan oleh menteri. Yakni memberikan tanah-tanah negara, sep- anjang tanah itu bukan hutan lindung dan tidak mengganggu kelestarian lingkungan. Sementara Nyoman Mustika (Plh. Kakanwil Deptrans) didampingi KT. Mustafa, mewakili kakanwil Deptrans Bali yang tengah mengadakan kunjungan kerja ke Kalimantan menegas- kan, pihaknya sudah berusaha maksimal menangani permasala- han yang dihadapi pengungsi ini dengan berkoordinasi ketat dengan Pemda Bali. Dalam surat pengaduan yang ditandatangani Ketua Tim Non Litigasi Putu Wirata Dwikora dan Sekretaris Nyoman Sunarta itu, tim pembela pengungsi menganggap janji-janji Gubernur Bali di Jakarta itu hanya janji-janji kosong belaka. Soal air bersih yang dikeluhkan pengungsi di asrama transi- to, Mustika menyebutkan, mereka sudah berusaha menanga- ninya setelah Deptrans merevisi dana anggaran. "Kita sudah menangani masalah air bersih itu. Bahkan kita sudah men- gadakan pendekatan ke PDAM Jimbaran yang mewilayahi daerah tersebut untuk bisa menydiakan air yang dibutuhkan," ujar Mustika. Pasalnya, sampai di Bali, lewat Wakil Gubernur Gusti Ba- gus Alit Putra, dikatakan tanah-tanah negara yang dimaksud- kan sudah tida ada lagi. Bahkan, tambah tim pembela, pen- yampaian itu disertai upaya mencari dukungan dari kalangan LSM tertentu. Padahal, dari pantauan tim pembela pengungsi, tanah-tanah negara itu, katanya, masih ada. Soal adanya beberapa pengungsi yang belum menerima ban- tuan ia mengaku akan segera berkordinasi dengan instansi terkait. Namun, untuk kelancarannya ia mengharap pihak tim pembela sudi menyampaikan data yang lebih kongkrit siapa- siapa pengungsi yang belum menerima bantuan. Tim pembela pengungsi juga menyorot cara penanganan yang dilakukan oleh Kanwil Deptrans Bali. Selain itu, soal kebutu- han air bersih, pelayanan kesehatan dan pendidikan juga mere- ka pertanyakan. "Data yang kongkrit itu sangat kita butuhkan untuk bisa menangani masalah ini lebih cepat. Namun, tentu proses menuju ke penyelesaian memerlukan waktu juga. Ini mohon dipahami," ujarnya saat dikonfirmasi Senin (21/2) kemarin di (rak) kantornya. Tidak hanya itu, uang lauk pauk yang seharusnya mereka terima untuk Januari lalu -yang sampai sekarang belum tu- run- juga dipersoalkan. Sementara, di beberapa kabupaten, jatah beras yang diterima masih ada yang kurang dari jumlah seharusnya. Soal Petitenget, Ratmadi Diminta Turun Tangan Dalam surat nomor: 12/11/TPPT-NI/2000 yang ditembuskan ke Presiden RI, Gubernur KDH Tingkat I Bali, Ketua DPRD Bali, Kakanwil Deptrans dan Kependudukan Bali, dan pihak-pihak lain- nya, tim pembela meminta pejabat-pejabat di Jakarta itu menegur aparatnya di daerah, seraya menegaskan kembali kemauan pen- gungsi untuk berdialog menuntaskan permasalahan ini. jutnya tergantung kepada bendesa adat Kerobokan be- serta manggala desa yang lain. KRIMINAL Polda Bali Teliti Kasus Karya Samia Sudiana mengharapkan su- rat pernyataan yang telah ditan- datangani oleh Bendesa adat Kerobokan, AA Kompyang Sut- edja saat demo FPPK Minggu (20/2) lalu hendaknya dilaksan- akan secara sungguh-sungguh. Sebab, seperti itulah aspirasi yang kini tengah berkembang di kalangan masyarakat adat Ker- obokan. Kereneng, DenPost Hingga saat ini, Ditserse Polda Bali masih meneliti laporan masyarakat yang mengadukan PT Karya Samia, yang tak kun- jung merealisasikan kewajiban penyediaan rumah bagi mereka. Laporan masyarakat sudah ada yang masuk ke Ditserse. Itu juga masih dilengkapi dengan keterangan saksi pelapor sendiri," tegas Kadispen Letkol Pol. Y. Suyatmo, ditemui Senin (21/2). "Pak Kompyang Sutedja jan- gan hanya mengatakan tidak tahu terhadap kasus ini. Se- bagai pengganti Bendesaa adat sebelumnya, beliau harus memberi penjelasan secara tuntas kepada warga. Kalau pun ada yang belum diketahui, be- liau harus proaktif mencari tahu," tegas Sudiana. Lebih jauh dipaparkan Kadispen, setelah berkoordinasi den- gan Ditserse, Polda Bali sampai kini masih menerima laporan masyarakat. "Jadi sejauh ini, kasus PT Karya Samia ini masih dalam pemeriksaan dan penelitian pelapor." tegas Kadispen. Tentang adanya tudingan polisi agak lamban dalam menan- gani kasus yang merugikan orang banyak ini, Kadispen mem- bantahnya dengan tegas. "Siapa bilang begitu. Bagaimana kami bisa bergerak mengusut kasus ini, kalau konsumen yang dirugi- kan belum ada yang melapor pada kami," tukasnya. Sekalipun media massa cukup marak memberitakan kasus penelantaran konsumen perumahan itu, Kadispen mengatakan pemberitaan media massa merupakan petunjuk bagi petugas. "Ini juga bisa sebagai dasar kami untuk bertindak lebih jauh," tandas Kadis- pen. Bila telah cukup bukti, sambungnya, tentu akan tersang- kanya segera dipanggil. Selama ini, tambahnya, tidak pernah terjadi transpar- ansi dari manggala desa adat Kerobokan kepada warga. Seh- ingga, ada banyak hal yang sam- pai kini masih belum jelas. Demikian pula adanya aksi massa yang berdemo ke DPRD Bali beberapa waktu lalu untuk menuntut janji perusahaan, Kadispen mengatakan polisi sudah memonitor perkembangan- nya. Tapi kami belum bisa mengambil tindakan, karena belum ada laporan. Lagipula, waktu demo konsumen di DPRD Bali itu, konsumen masih dalam taraf menuntut janji perusahaan. Ak- ibat masih ada tarik ulur antara perusahaan dan konsumen. masalahnya jadi masuk masalah perdata," tandas Suyatmo. la mencontohkan, panitia pura Petitenget yang masih be- lum jelas. Siapa yang memben- tuk, sampai kapan masa bak- tinya tidak diketahui warga se- cara jelas. "Saya sempat tanya kepada Pak Kompyang, beliau mengatakan tidak tahu panitia itu. Kalau memang tidak mam- pu sebaiknya diganti saja," ka- tanya. Untuk kasus seperti ini, tandasnya, diperlukan ketelitiam dalam menangani. "Jadi unsur-unsur dalam KUHP, harus be- nar-benar terpenuhi. Bila tidak, pelakunya tidak akan bisa dijer- at hukum," tegasnya. Tapi pria kelahiran Jatim ini menegaskan, bila telah ada laporan masyarakat masuk ke polisi, pasti akan ditindaklanjuti. (hen) FPPK, kata Sudiana, akan mengontrol kerja manggala desa adat Kerobokan. Bila memang ditemukan ada yang tidak beres lagi, pihaknya siap meluruskan. Pasti Jalan Sementara itu pihak PT Gr- Ida Ayu Manik, S.H.: Tak Pernah Ditekan SEJUMLAH warga Petulu yakin akan tanda-tanda keajaiban, terutama bila terke- na tahi burung kokokan. Mu- jurnya, bila ada orang yang akan berjualan, lantas dikenal tahi kokokan, itu menandakan dagangannya mudah terjual. BIASA-biasa saja! Demikian komentar Ida Ayu Istri Maník, S.H. ketika diminta komen- tarnya setelah suaminya AA Ngurah Oka Rat- madi, S.H. terpilih sebagai Bupati Badung dalam sidang paripurna khusus DPRD Badung di ruang pertemuan Unhi Denpasar. Namun tak semua orang berjualan bisa kena tahinya. Kendati hal itu dilakukan ber- jam-jam di bawah sarang koko- kan. Intinya harus kebetulan. "Kalau memang rakyat mem- percayai, berarti itu tanggung jawab yang harus dipikul," kata Istri Manik ketika ditemui di ru- mah Jabatan DPRD Bali, Renon, Denpasar. la mengaku tidak pernah membayangkan atau terbersit pikiran kalau suatu saat sua- minya bakal menduduki kursi no- mor satu di Badung. "Kalau rakyat tidak menghenda- ki, kami tidak memaksa. Kami tidak pernah min- ta kepada rakyat agar dip- ilih, tidak pernah bawa dukungan. Mungkin ini sudah seleksi alam," ka- tanya. Selain nasib baik-buruk. kotoran kokokan diyakini pu- nya kualitas terbaik untuk menyuburkan tanah. Tidak he- ran, warga setempat tiap sore, tanpa menyisakan sedikit pun, kotoran yang berhamburan di halaman rumah diangkut ke kebun atau sawah, lalu dit- aburkan di sana. Tanpa mesti dipupuk dengan pupuk buatan, panen dipastikan berhasil. Ketut Arka, adik kandung Kepala Dusun Petulu Gunung yang mendampingi Adin me- nambahkan, dulu desa itu ter- golong miskin. Selain terdap- at petani miskin, kebanyakan penduduk menjadi buruh. Mereka bekerja keluar desa, bahkan sampai ke daerah Ta- banan, Singaraja, dan Bangli. Ketika PDI dulu di- obok-obok, ia tidak per- nah merasa mendapat tekanan dari atasannya. Petitenget, DenPost Meskipun baru terpilih se- bagai Bupati Badung, AA Oka Ratmadi, S.H. sudah harus memikirkan sebuah kasus. Pasalnya, Forum Pemerhati Pembangunan Kerobokan (FPPK) mendesak Gubernurr Bali serta Bupati Badung seg- era turun tangan menyelesai- kan persoalan tanah laba pura di Petitenget yang kini meng- hangat. Wakil Ketua FPPK I Made Sudiana kepada DenPost men- gatakan, sebagai Bupati terpil- ih sudah selayaknya Ratmadi turut membantu penyelesaian permasalahan tersebut. "Dulu, Gubernur Bali waktu itu, IB Oka serta Bupati Badung ketika itu IGB Alit Putra ber- janji untuk membantu pura Pe- titenget. Nah, sekarang ada masalah yang muncul, kita minta Bupati Badung ngaturang ngayah membantu menyelesai- kan. Mengingat Pak Ratmadi baru terpilih mengganti Pak Alit Putra, maka layak jika beliau turun tangan," kata Sudiana Senin (21/2) kemarin. Sudiana merasa yakin, bila Ratmadi serius untuk menye- lesaikan kasus tersebut, kemu- ngkinan tidak akan terlalu lama menghangatnya. "Yang penting keseriusan Pak Ratmadi sendi- ri untuk ngaturang ngayah ke- pada Ida Bhatara di Pura Dang Kahyangan Petitenget," tegas- nya. Lebih lanjut Sudiana menandaskan, pihaknya han- yalah menyampaikan aspirasi yang berkembang di kalangan masyarakat desa adat Kerobo- kan. Sementara langkah selan- Maklum ketika itu birokrat berpihak kepada Golkar, sementara Manik berstatus sebagai pe- gawai negeri. "Tidak ada yang menekan saya. Kenai- kan pangkat pun berjalan seperti bi- asanya," tandasnya. Kini IA Istri Manik menjabat sebagai Kepala Seksi Pengawasan Orang Asing dan Pengamalan Sosial Budaya, Ditsospol Pemda Bali. Ketika ditanya apa yang perlu dilakukan para ibu saat ini dalam ikut mengisi pembangunan, den- gan cepat ia menjawab pemberan- tasan narkoba. "Di Badung sudah marak pema- kalan narkoba. Pemberantasan pere- daran narkoba bukan hanya tang- gung jawab pemerintah. Masyarakat luas, terma- suk ibu-ibu harus ikut berperan aktif mengupay- akan lingkungannya be- bas narkoba. Ibu-ibu harus bisa ikut berperan bersama desa adat un- tuk memberantas narko- ba. Kalau tidak, kita bisa kehilangan generasi penerus," katanya. (din) Selasa, 22 Februari 2000 Nomor 416 Tahun ke-2 DenPost/arb SENYUM HAMPA - Inilah senyum hampa anak-anak warga transmigran Bali di Timtim. Mereka, di asrama Transito Abianbase, menanti hari-hari panjang tentang nasib mereka yang tak jelas akhirnya. Entah sampai kapan. Soal Obsesi Denpasar Kota Budaya Pitana: Puspayoga Mimpi di Siang Bolong Tanjung Bungkak, DenPost hanya sebuah mimpi di siang bolong," ujar Pitana yang ditemui usai seminar sehari Gelar Aka- demis dan Ha...Ha...Ha.. di Ya- yasan Dharma Yasa, Denpasar ran alternatif-alternatif. Seperti kota jasa, kota bisnis atau kota pariwisataa budaya. dayaan di Bali. Yang ada, kata dia, sentra kebudayaan di Bali itu dan adalah Gelgel Klungkung. kemarin. Wacana soal obsesi wali kota terpilih, AA Ngurah Puspayoga yang ingin menjadikan Denpasar sebagai kota budaya tampaknya masih terus berlangsung. Kali ini, pengamat masalah sosial, Dr. Ir. I Gede Pitana, M.Sc an- gkat bicara. Tak tanggung-tang- gung Pitana menilai obsesi Pus- payoga itu sebagai sebuah mim- pi di siang bolong. "Saya sendiri cenderung ke- pada kota pariwisata budaya. Sebab, Denpasar memiliki po- tensi-potensi sebagai city tour yang cukup banyak. Seperti, Taman Budaya dan sebagain- ya," tandas Pitana. Faktor benang merah kese- jarahan itu pula, kata Pitana, sangat mutlak dalam penentu- an identitas Denpasar itu. Kare- na memang dalam benang mer- ah sejarah, Denpasar tidak per- nah menjadi sentra kebudayaan, maka identitas sebagai kota bu- daya untuk saat ini agak sulit. Tidak realistisnya obsesi itu, kata Pitana, kondisi nyata Den- pasar saat ini sulit untuk menu- ju sasaran sebagaimana di- harapkan dalam konsep kota budaya itu. Apalagi, sambungn- ya, ketika orang bicara budaya sudah tidak melihat Denpasar lagi, namun Gianyar yang me- mang lebih mengena. Tapi, keti- ka bicara jasa atau bisnis, Den- pasar mendapat penekanan yang jelas. "Obsesi itu tidak realistis. Itu Pitana berpendapat konsep kota budaya adalah budaya yang statis. Di mana budaya dikembangkan untuk budaya. Sementara kalau pariwisata budaya adalah budaya yang ber- sifat dinamis. Yang mana, bu- daya berkembang sesuai tun- tutan global. "Kalau Klungkung atau Gi- anyar saya rasa cukup tepat. Sebab, kedua daerah ini me- mang memiliki benang merah sejarah yang kuat sebagai kota budaya," kata Pitana. Lebih dari itu, sambung dos- en FP Unud ini, ketika bicara sebagai kota budaya, maka Denpasar harus berhadapan dengan "kompetitor-kompeti- tor". Di Bali sendiri, katanya, Denpasar sudah kalah dengan Gianyar. Sementara di luar, "kompetitor" yang cukup kuat yakni Yogyakarta. Berangkat dari hal itu, tandas- nya lagi, Denpasar lebih tepat sebagai kota pariwisata budaya. "Sebagai kota jasa juga saya rasa cukup tepat," imbuhnya. la juga tidak setuju dengan pemikiran sejumlah kalangan yang menilai Denpasar dalam benang merah sejarah tempo dulu merupakan sentra kebu- dayaan di Bali. Pasalnya, menu- rut Pitana, Denpasar belum pernah menjadi sentra kebu- Ketika ditanya, dasar pemikiran Puspayoga melontar- kan komitmen menjadikan Denpasar sebagai kota budaya itu, Pitana mengaku tidak tahu secara pasti. Namun, ia men- duga Puspayoga kurang didampingi thinker-thinker (pemikir) yang bisa memberikan masukan. Tapi, saya yakin Puspayoga akan terbuka den- gan semua ini," ujar Pitana sembari tersenyum. (jay) Pitana lebih setuju bila per- soalan identitas Denpasar hendaknya dalam suatu teba- Oknum Sopir Taksi Jadi Calo Seks? Cewek yang mengaku tinggal di sebuah perumahan mewah yang terletak di sekitar Semin- yak ini menyebutkan, cukup tanyakan pada sopir taksi jika ingin mencari dirinya. SEORANG CO (cewek orde- bagai sopir taksi sejak tiga tahun ran) pernah mengatakan, jika silam tersebut tak menyangkal ingin menemui dirinya, cukup jika dirinya dipesan oleh para CO ditanyakan kepada oknum sopir langganannya untuk mencarikan taksi. Tak dikatakan perusa- tamu. haan taksi mana yang dimak- sud, namun jika melihat ke- beradaan para sopir yang mangkal di tiap depan karaoke yang ada di Denpasar, kita bisa menebak jenis taksi yang di- manfaatkan sebagai perantara. Hal ini juga tak disangkal oleh seorang sopir taksi yang ditemui sedang mangkal di se- kitar jalan Teuku Umar, tepat- nya di depan sebuah karaoke yang sudah punya nama di Den- pasar, Minggu malam lalu. "Kami memang selalu mangkal di sini dan masing-masing sudah memiliki langganan (baca: CO) tetap," ujar Ngurah, salah seorang sopir. "Dari jasa tersebut, biasanya saya memperoleh uang tambah- an sekitar Rp 200.000 hingga Rp 350.000," imbuhnya. Kondisi inilah yang menyebabkan dirin- ya menjadi betah mengambil pekerjaan tersebut, meski diakui ia harus selalu begadang kare- na kondisi tersebut. Beberapa sopir taksi sudah tahu tempat tinggal saya," ujam- ya saat ditemui kemarin siang di Ramayana Bali Mall, saat cewek asal Depok ini tengah menunggu jemputan dari tamu. Cewek yang sering berpindah dari satu karaoke ke karaoke lainnya ini mengaku, pertama kali menjalani kehidupan itu karena pengaruh dari "mami"- sebutan untuk germonya. Selain itu, Ngurah menutur- kan dirinya pernah mengantar seorang CO yang hendak di- booking di sebuah hotel di Sanur. Selain mengantar, ia juga dim- inta oleh si CO untuk menjem- put kembali setelah 10 jam book ing-an berakhir. "Saat itu saya diberikan bayaran lebih dari argo yang tertera, jika dia memperoleh tip yang besar," tuturnya. Dikatakannya, para CO yang bekerja di karaoke tersebut, sa- ban hari pulangnya sekitar pukul 03.00 pagi. Karena itu lah, menjelang waktu tersebut sejumlah taksi sudah mulai mangkal di tempat itu. Pria yang menjalani pekerjaan se- Saat itu, dirinya ditawari pada seorang tamu Jepang. "Kata mami saat itu saya han- ya disuruh menemani tidur saja," tuturnya sembari me- nambahkan, ketika itu dirinya masih perawan. Awalnya per- mintaan tersebut sempat dito- laknya, tapi karena dikatakan dari uang yang diperoleh bisa meringankan jeratan hutang yang sebelumnya diberikan si mami, akhirnya Lisbeth meny- erah juga. (grd) Sementara seorang CO yang bekerja di sebuah karaoke yang terdapat di sekitar jalan Raya Kuta-sebut saja Lisbeth, men- gaku dirinya sering dikontak sopir langganannya jika ada tamu yang ingin mem-booking dirinya. Misteri Kokokan Petulu (2) Bulu Kokokan Sembuhkan Penyakit Tonja. Mereka biasanya membawa banten untuk matur piuning karena men- cari bulu kokokan untuk dijadikan obat. Adin tak bisa menjelas- kan, apa khasiat bulu bu- rung itu sehingga ada or- ang dari jauh ke sana khusus mencari bulu bu- ing. Setelah diberi petun- juk balian, mereka ke Pet- ulu nunas bulu kokokan untuk menyembuhkan penyakit pasien. Masih cerita Adin, se- menjak dibuatkan peling- gih, jumlah burung koko- kan di sana terus bertam- bah. Sebuah lembaga penelitian pernah men- catat bahwa tahun 1991 lalu seluruh kokokan di sana berjumlah 8.000 ekor. Sampai tahun ini dia perkirakan men- ingkat jadi 10.000. (dan) Ida Ayu Istri Manik ahawita Santika yang kini me- megang sertifikat HGB atas tanah yang dipersoalkan warga itu belum berhasil dimintai kon- firmasi. Menurut salah seorang stafnya yang dihubungi Senin (21/2) siang kemarin, GM San- tika Beach Hotel Bali, I Made Suweca Negara tengah men- gadakan rapat dengan Direksi Santika Group dari Jakarta. Menurut staf tersebut rapat itu dalam rangka membicarakan soal renovasi Santika Beach hotel. Namun, katanya, kemu- ngkina juga membicarakan kelanjutan pembangunan di Petitenget. "Silahkan Bapak hubungi be- sok saja. Soalnya sekarang waktunya agak mepet," kata staf tersebut. Namun, staf tersebut men- jelaskan pembangunan oleh PT Grahawitaa Santika yang meru- pakan anak perusahaan Santi- ka Group Jakarta di Petitenget itu sudah dipastikan akan tetap berjalan. Kini, kata dia, sudah dilakukan kegiatan pem- bersihan di atas tanah di Pe- titenget itu. "Prosesnya kan sudah se- lesai. Jadi, saya kira tidak akan ada masalah," katanya. Meski begitu, tambahnya, pengelolaan pembangunan yang direncanakan sebagai Santika Villas itu ditangani langsung oleh pihak Santika Group di Jakarta. Sementara Santika Beach Hotel Bali han- ya bertugas membantu. "Silahkan Bapak berhubun- gan dengan Bapak Lilik Oeta- ma selaku Direktur Utama Santika Group di Jakarta," sa- rannya. (jay) Namun sejak tahun 1965, lestariannya sebab mere- usai upacara besar semacam ka akan membawa rakh- Pedudusan agung di Pura Desa mat bagi kesejahteraan setempat, entah dari mana asal- penduduk Petulu," ucap nya datang sekitar 20 ekor bu- Arka menirukan ucapan rung kokokan. orang pintar itu. Selanjutnya warga di- minta melakukan upac- ara mapagin (menyambut kehadiran burung-red), sekaligus dibuatkan pel- inggih khusus. Semua petunjuk itu dilaksana- kan dengan baik. Awalnya dianggap hal biasa. Maklum saat itu wilayah Petu- lu Gunung memang ditumbuhi pohon bunut yang tinggi-tinggi. Burung itu bersarang disana. Bulan-bulan berikutnya jumlah- nya terus bertambah hingga mencapai ribuan. Bersamaan dengan itu tingkat kesejahter- aan penduduk juga mulai mem- baik. Mulai ada warga yang bisa mengukir, melukis, dan menger- jakan barang seni lainnya. Atas kesepakatan desa adat, dimintalah orang pintar untuk nunas raos baas pipis (minta pen- jelasan dari alam niskala, red). Ternyata, burung kokokan itu memang anugerah Hyang Widhi karena upacara wali sebelumn- ya terbilang sukses. "Burung itu harus dijaga ke- Hingga kini di peling- gih kokokan itu, tiap Tum- pek Landep (Sabtu Kli- won Wuku Landep enam bulan sekali) dilakukan upacara khusus. Peling- gih sejenis bedugul di depannya dibuatkan pa- tung kokokan. Warga se- tempat hampir tak per- nah lupa menghaturkan sesa- jen di tempat itu. Adin menambahkan, di pel- inggih itu bukan hanya orang DenPos/tus Petulu yang menghaturkan sa- jen, namun banyak juga orang dari luar desa. Sebut saja dari Pagutan, Baturiti, Kekeran atau шог