Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Waspada
Tipe: Koran
Tanggal: 2001-07-30
Halaman: 11

Konten


2 n Sabar sesungguhnya terlalu i. Apabila tidak tabah tidak memiliki iman an arah, bahkan akan kehilangan arah yang nia membuat semakin kiraan umat manusia idupan remaja putus nuh-membunuh atau sesama. Kesemuanya Denda. unuh-membunuh dan yebab terjadi serapuh gguhnya tidak disukai i semenjak dulu kala berulang dikarenakan Dinya. uk mendapatkan jalan Bar kepada sifat sabar, ada tiga macam, yaitu ar melakukan taat/ perbuatan maksiat. enjelaskan pahalanya ma, siapa yang sabar ginya/ditingkatkan ajat satu dengan yang ankan taat/ibadah ak antara derajat satu it bumi teratas dengan pa sabar mengekang kedudukannya 900 yang lainnya, sejauh 2). engkapan hidup agar ah SWT, sangat baik engadukan persoalan kepada Allah SWT. bali kepada-Nya: n kita akan kembali ik amal dikerjakan, sebaik-baik kembali sabar karena Allah, llah. Sumaharja Ritonga SALO gtsy Bus Waspada/Syahrul Karim n Pengajaran Kabupaten MBA atas nama Bupati las Kepala SLTP Negeri angsa sesuai dengan SK memutasikan mereka ke di sedang menyaksikand s Ismail AB yang beralih adi Kepala SLTP Negeri Di Lingkungan ng Harmonis upaten (Sekdakab) jika salah yang mengganjal pegawai dengan pimpi- ujar bupati. ati mengingatkan para inas dan stafnya serta pe lingkungan Pemda Aceh agar menyadari hal ini; okrat harus dijaga, sopan antara bawahan dengan juga haus dipelihara baik, harapnya. pun pejabat yang dilantik 10 orang eselon III dan 25 mejabat eselon IV di ling- Dinas Pendidikan, Dinsa astrian dan Perdagangan, ata dan Kebudayaan, me- n gelombang ke-5 sejak nya Undang-undang No. an 2000, ujarnya.(bll) ib Diyakini an GSBA maka saya hari ini membe- enjelasan dihadapan apa- dengan demikian masya- dak resah, juga saya ma- ia kepada NKRI," jelas Suri. mat Rikit Gaib, Drs. Dja- Hin Ilyas pada saat peme- dua belas anggota yang lir dari kelompok GSBA njelaskan, kehadiran me-. ntuk diperiksa bukan atas ekayasa. la dasarnya ada beberapa ta masyarakat yang lami tekanan berupaya askan duduk persoalan, itu mengingat seluruh rakat Rikit Gaib adalah camat Drs.Djamaluddin maka yang bersangkutan adakan negosiasi dan ri format terbaik dalam lesaikan isu yang berkem- engan dasar itu disepakati ksaan oleh aparat keama- alam hal ini jajaran Polres Tenggara untuk pemerik- angsung di kantor Camat Gaib dengan beberapa ke- n, pemeriksaan itu tanpa a tekanan, tidak ditahan Hak ada intimidasi.(b25) ALAT IKLAN ada iklan Ucapan Selamat Presiden Ibu Hj. Megawati amoputri dan Wakil Presiden k DR. H. Hamzah Haz dari uh Masyarakat Gayo Lues tan Sabtu, 28 Juli 2001 di man 12 terdapat kesalahan. Tertulis Drs. Maat Husin gai Bupati seharusnya Drs. t Husin sebagai Ketua tia Peningkatan Status * yah Pembantu Bupati Lues Menjadi Kabupa- Gayo Lues. Demikian kami aiki. WASPADA ACEH SUPLEMEN Masa Depan Anak-anak Aceh Utara Masih Suram, 951 Putus Sekolah Dasar JUTAAN anak-anak di seluruh pelosok tanah air boleh berbangga, pemerintah telah menetapkan tanggal 21 Juli adalah merupakan Hari Anak Nasional yang diperingati dengan berbagai kegiatan anak-anak, baik di Taman Kanak-kanak maupun Sekolah Dasar di seluruh Indonesia. Waspada/Bustami Banyak gedung sekolah dibakar OTK selama terjadi konflik Aceh. Dalam gambar terlihat sekelompok anak-anak usia SD tengah mengikis puing-puing mencari sesuatu dari bekas gedung sekolah mereka yang baru saja dibakar. Namun di balik itu, tidak semua anak akan menikmati hari bahagia tersebut, masih ada ribuan anak-anak di Aceh pada umumnya Aceh Utara khususnya yang hidup tidak menentu, masa depannya ma- sih suram, akibat konflik yang berkepanjangan di daerah ini. Berdasarkan catatan Was- pada di kantor Dinas Pendi- dikan Kabupaten Aceh Utara, anak korban DOM, pasca DOM yang putus sekolah dari 20 ke- camatan di daerah ini terdapat 951 orang anak, terdiri dari 516 anak laki-laki dan 435 orang anak perempuan usia sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/ MI). Selain itu dalam dua tahun terakhir ini, di Kabupaten Aceh Utara juga tercatat 8.074 orang anak yatim/piatu, di sekolah dasar 4.186 laki-laki, 3.888 orang anak perempuan yang hidupnya tidak menentu, ujar Kepala Dinas Pendidikan Ka- bupaten Aceh Utara melalui Kepala Seksi PLS (Pendidikan Luar Sekolah) Yusuf AS, dalam wawancara dengan Waspada di ruang kerjanya, baru-baru ini. Berdasarkan data di Dinas Pendidikan Aceh Utara, rang- king terbanyak anak yatim/pia- tu adalah di Kecamatan Tanah Jambu Aye Panton Labu 904 orang, menyusul Kecamatan Baktiya 703 orang, Banda Sakti 621 orang, Lhoksukon 571, Muara Dua, 570, Kecamatan Nisam 565 orang anak yatim/ piatu. neKecamatan Dewantara 458 orang, Kecamatan Sawang 395, Matang Kuli 392, Kuta Mak- mur 380, Tanah Luas 373, Syamtalira Bayu 314, Keca- matan Muara Batu 291, Keca- matan Seunuddon 257, Samu- dera 250, Kecamatan Cot Girek 225, Meurah Mulia 214, Blang Mangat 205 orang, Kecamatan Tanah Pasir 197 orang, Syam- talira Arun 189, anak yatim piatu usia sekolah dasar/madra- sah ibtidaiyah. Bukan itu saja, berbicara menyangkut nasib dan masa depan anak-anak di Aceh me- mang masih sangat mempri- "KITA sulit menjelaskan kepada pemerintah mengenai fakta-fakta anak di Aceh, ka-rena menurut perkiraan saya, apara- tur pemerintah tidak pernah (mau-red) membaca apalagi me- mahami Konvensi Hak Anak (KHA). Sehingga tidak melaksa- nakan secara sungguh-sungguh konvensi ini, terutama di Aceh," ungkap J Kamal Farza. 1 Dia mencontohkan, dalam ba- tasan usia anak menurut KHA adalah orang yang berusia 18 ta- hun ke bawah. Tapi dalam prak- tiknya, atau malah dalam penyu- sunan peraturan-peraturan lain, sering ini direservasi Indonesia, sehingga pemahaman mengenai usia anak menjadi berbeda. "Dalam praktik keseharian hal ini tentunya sangat merugi- kan anak, terutama untuk men- dapatkan pemenuhan haknya. dan perlindungan hukum," ung- kap J Kamal Farza dalam maka- lahnya berjudul Perlindungan Aanak Menurut Perspektif Kon- vensi Hak Anak, pada semiloka pemasyarakatan KHA baru-baru ini di Museum Negeri Banda Aceh. Sebagai contoh, sebutnya, ke- tika ada anak usia 18 tahun yang tertembak atau ditembak, korban sering digolongkan sebagai orang dewasa, sehingga hak-hak seba- gai anak menjadi hilang. "Belum lagi soal pemalsuan usia anak ketika dia menjadi korban suatu insi- den bersenjata," tambahnya lagi. Hal ini, katanya, mengenai administrasi. Anak jalanan misal- nya, sulit memperoleh kartu iden- pihak, karena masa depan bangsa dan negara berada di tangan anak-anak kita seka- rang ini, ujar Yusuf AS. titas, sehingga tidak bisa terdaftar dan diakui sebagai penduduk sua- tu kelurahan. Akibatnya, mereka hampir tidak pernah tersentuh program bantuan pemerintah. Juga sulit memiliki akses ter- hadap pelayanan kesehatan ka- rena lurah tidak mau mengeluar- kan surat keterangan dengan ala- san tidak memiliki kartu keluar- ga, surat keterangan penduduk dan kartu identitas lain. Aki- batnya anak sulit mendapatkan kelengkapan administrasi biro- krasi, misalnya untuk sekolah atau rumah sakit. Kita tidak dapat membaya- ngkan, bagaimana suramnya nasib bangsa di masa depan ka- lau anak-anak sekarang tidak bersekolah, sedangkan anak itu adalah generasi penerus bangsa di masa depan, ujar Yu- suf AS dengan nada prihatin. Pada hal pasal 20 KHA me- nyebutkan seorang anak yang kehilangan lingkungan keluar- ganya, baik sementara maupun tetap atau untuk kepentingannya yang terbaik tidak dapat terus berada dalam lingkungan itu, akan berhak memperoleh du- kungan dan bantuan khusus dari negara. Negara-negara peserta sesuai dengan hukum nasional mereka akan menjamin pemeli- haraan alternatif untuk anak seperti itu. mereka KOTA Sabang akhir-akhir ini sibuk bersolek diri, semen- tara para pengunjung sebagai tamu wisata terus berdatangan ke kota kecil mungil ini. Pesona wisata kota Sabang semakin asyik untuk dinikmati, tatkala masyarakat Aceh yang sedang dilanda rasa takut yang mencekam karena kondisi ke- amanan yang belum kondusif, mencari kedamaian di kota ini. Sabang, menjadi sarat de- ngan kunjungan wisata, setiap hari Jumat sampai Senin, kapal ferry KMP Pulau Rubiah dan KMP Tanjung Buram yang lalu lalang dari dan ke Balohan- Malahayati selalu penuh sesak melayani para penumpang. Mereka itu ada yang seke- luarga, kelompok, organisasi sekolah, keluarga besar suatu dinas instansi atau perkantoran baik negeri maupun swasta. Po koknya mereka memilih Sabang sebagai tempat hiburan atau represing untuk membuang ke- jenuhan setelah bekerja di kantor. Daya tarik Sabang sebagai daerah tujuan wisata sudah ti- dak diragukan lagi, bukan ha- nya untuk masyarakat Aceh dan para turis mancanegara. Mereka juga ikut bercengkra- man dengan berbagai aneka ragam ikan hias di Taman Laut Pulau Rubiah. Ketika pengunjung berdata- ngan ke kota Sabang, terkadang mereka merasa kecewa saat mencari tempat tidur yang nya- man di lokasi obyek wisata. Pa salnya, bila tidak cepat mem- boking bungalow, sudah pasti kan tidak sesuai dengan budaya Anak-anak sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah seka- rang di Aceh juga terdapat 9.954 orang anak dari keluarga ku- rang dan tidak mampu, yang tersebar di 434 sekolah dasar akibat kondisi ekonomi orang tuanya yang morat-marit, na- mun mereka masih bersekolah dengan bantuan berbagai pihak untuk kebutuhan sekolahnya, ujarnya. Sedangkan anak dari ke- luarga pra sejahtera (pra KS) dan KS-1 tahun 2000 saja di Aceh Utara tercatat 73.958 orang anak, yaitu Pra KS 43.322 dan KS-1 sebanyak 30.636 ora- ng, dari 95.440 murid sekolah dasar di Aceh Utara, inilah gam- baran anak-anak yang bernasib kurang menguntungkan yang perlu segera mendapat perha- tian kita semua, ujar Yusuf AS. Apa langkah-langkah yang telah diambil oleh Dinas Pen- didikan terhadap anak-anak ini, kepala Seksi Pendidikan Luar Sekolah itu menjelaskan, khusus untuk anak putus seko- lah telah kami bina melalui ke- hatinkan, apakah dengan di- cetuskannya Hari Anak Nasi- onal oleh pemerintah nasib anak-anak ini akan berobah, dari suram menjadi cerah? Hal ini perlu turun tangan semua Akibat Konflik Berkepanjangan Di Aceh "Konflik bersenjata telah me- nyebabkan anak-anak tidak men- dapat lagi hak bermain, hak re- kreasi (pasal 31 KHA), hak men- dapat informasi (pasal 17 KHA) dan dirampas haknya untuk ber- partisipasi dalam kegiatan seni rupa dan budaya (pasal 31 KHA)," ungkap Kamal. Anak-anak Kehilangan Hak Partisipasi Dan Budaya dan apa yang telah dan seharus- nya dilakukan organisasi non pe- merintah untuk anak-anak da- lam situasi ini. Menurut pekerja untuk hak anak ini, prinsip-prinsip piagam PBB menegaskan pengakuan atas martabat, hak-hak yang se- tara tidak boleh diganggu gugat, yang merupakan landasan ke- merdekaan, keadilan dan per- damaian dunia. terampilan/kerajinan tangan supaya mereka bisa mandiri, ujarnya. Pembinaan keterampilan yang telah kami lakukan pada tahun 2000 lalu adalah mera- ngkai lidi, pandan dan rotan, dengan jumlah sentra 250 setiap sentra 40 orang anggota, kelompok lidi 99, pandan 96 dan kelompok rotan 55, jelas Kasi PLS Dinas Pendidikan Aceh Utara. tidak kebagian tempat nginap. Meskipun sarana rumah ngi- nap sudah bertambah dengan klas representatif, namun masih dirasakan belum cukup. Meski raut wajah para pe- ngunjung terkadang diselimuti dengan kekecewaan, namun bila sudah tiba di obyek wisata Gapang Iboih, rasanya tak mu- ngkin kembali ke kota. Walau- pun harus tidur di dalam mobil atau menggelar tikar di tepi pantai dengan atap tenda biru tak menjadi soal, asalkan sem- pat menikmati udara segar di daerah ini. Yang lebih penting lagi nyemplung ke laut untuk berenang sambil menyelam de- ngan memakai senokel untuk mengintip aneka ragam ikan hias dan terumbu karang. Beberapa lokasi pantai di obyek wisata Ibioh dijumpai pantai Gapang, pantai Paneh, pantai Tepi Layeu, pantai Tepi Serikui, pantai Lhong Angin dan pantai Iboih. Semua pantai itu sangat mempesona, hampir setiap hari Sabtu dan Minggu dipenuhi dengan pengunjung. dan norma-norma agama dan tradisi masyarakat Aceh, tentu- nya tidak perlu untuk ditiru. Kita mengupayakan budaya Aceh ditiru oleh turis mancanegara dan budaya mereka tidak perlu ha- rus diikuti masyarakat Aceh. Tak heran bila anda berper- gian kesana terlihat turis man- canegara setelah kecapekan be- renang dan menyelam, mereka menjemurkan diri di pantai. Itu pemandangan yang biasa tak perlu ditertawai dan tak perlu ngintip-ngintip turis asing yang memang berpakaian rena- ng menim, sama halnya peman- dangan di kolam renang lainnya. Kebebasan orang asing me- nikmati keindahan alam Saba- ng sesuai dengan kebudayaan- Saat ini sangat diperlukan pe- nya dan sudah dapat dipasti- nambahan hotel bertaraf in- Untuk menunjang kemaju- an wisata kota Sabang, pihak Pemda Sabang dalam hal ini Dinas Pariwisata perlu mencari inovasi baru dengan berbagai terobosan melakukan promosi dan mencari investor menanam- kan modalnya di daerah ini. Sementara untuk anak ya- tim/piatu dan anak pra KS dan KS-1 juga telah kami bantu alat-alat kebutuhan sekolah, baik dari bantuan pemerintah maupun dari bantuan pihak ketiga, serta bea siswa, namun bantuan itu masih jauh dari ke- cukupan kebutuhannya, ujarnya. bulan) dan ini bukannya menda- menjadi yatim ketika pelaksa- pat perhatian malah dapat cemoo- naan DOM. han dan nistaan," tandas Kamal. Hilang Selanjutnya, dia mengung- kapkan konflik berkepanjangan di Aceh telah menyebabkan anak- anak kehilangan hak partisipasi dan budaya. Kegiatan rutin anak- anak seperti mengaji, mempe- lajari agama atau sekadar ber- kumpul dengan teman-temannya untuk mendengar hikayat dari orang tua pada malam hari (yang senyatanya itu mendapat perlin- dungan KHA) belakangan hanya jadi kenangan manis yang men- datangkan pilu. Problem Pendidikan Selain kendala sebagaima- na yang kita sebutkan di atas, dalam tiga tahun terakhir ini masih banyak lagi dijumpai problem pendidikan di daerah ini, bukan saja tingkat sekolah dasar bahkan sampai dengan SLTA. Ratusan gedung sekolah di- bakar orang tak dikenal (OTK) apakah itu sekolah dasar, SLTP bahkan SLTA pun ikut dibakar, akibatnya ribuan siswa terpak- sa belajar secara darurat, sehi- ngga mutu pendidikan dapat dibayangkan sendiri. Namun demikian, berkat ketekunan para guru, kegigi- han siswa untuk belajar, serta dorongan orang tua siswa, wa- ternasional, minimal hotel ber- bintang 1 dan 2. Kemudian menata obyek wi- sata dengan dengan berbagai fasilitas seperti tempat duduk, tempat pembuangan sampah, WC/KM dan memugar bente- ng-benteng bersejarah sehingga menarik untuk dilihat. Yang ti- dak kalah pentingnya yakni menghias kota Sabang dengan lampu hias di malam hari, sehi- ngga terlihat kota wisata ini benar-benar indah dan menawan. Transportasi darat dan laut menuju obyek wisata sangat di- perlukan untuk menunjang ke- Pada bagian lain, puluhan ribu anak-anak harus meng- ungsi, ribuan lainnya harus ter- lantar karena kehilanghan orang tua atau ditelantarkan dan pu- luhan anak meninggal dunia karena terkena peluru. Dikatakannya, menurut da- ta-data resmi pemerintah, 200 ribu balita di Aceh saat ini berada dalam situasi kekurangan gizi dan lebih 15 anak meninggal du- nia akibat gizi buruk. Sabang Sarat Dengan Kunjungan Wisata Diperkirakan lebih setengah juta anak-anak di Aceh saat ini kehilangan hak atas pendidikan formal (pasal 28 KHA), hak ber- kumpul secara bebas dalam ke- luarga (pasal 15) dan hak untuk mendapat pelatihan (pasal 16 KHA), urainya. J Kamal Farza, yang juga se- orang wartawan sebuah majalah terbitan Jakarta ini, mengutup pernyataan pasal 4 KHA: Negara peserta KHA akan mengambil semua langkah legislatif dan admin- istratif dan langkah-langkah lain untuk pelaksanaan hak-hak anak (yang diakui dalam konvensi ini). Sepanjang yang menyangkut dengan hak ekonomi, sosial dan budaya negara-negara peserta akan mengambil langkah-lang- kah secara maksimal dari sum- ber-sumber yang tersedia dan diperlukan dalam kerangka kerjasama internasional. Waspada/T Zakaria Al Bahri Aquarium raksasa Taman Laut Pulau Rubah Sabang yang kaya dengan aneka ragam ikan hias dan terumbu karang. laupun dalam keadaan serba kekurangan (darurat) tapi hasil pembelajaran siswa untuk me- ngecewakan, hal ini terbukti dengan nilai kelulusan dalam mengikuti Ebtanas yang baru lalu, ujar Al-Ustadz Tgk Haji Nazari Amin. Menurut tokoh pendidikan Aceh Utara itu, dalam situasi dan kondisi apapun pendidikan tidak boleh diabaikan, apakah itu pendidikan umum, lebih- lebih pendidikan agama, semua kita berkewajiban untuk mem- bantu pendidikan sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Makna membantu bukan berarti dengan uang semata- mata, tapi pikiran tenaga, juga merupakan bantuan yang tidak ternilai, Nabi Muhammad SAW telah bersabda "Apakah mati seseorang manusia putuslah segala amalannya kecuali tiga perkara, pertama, sadaqah ja- riah, kedua ilmu yang berman- faat untuk dirinya sendiri dan orang lain, ketiga anak yang shaleh," ujar Al-Ustadz Tgk Haji Nazari Amin mengutip hadist Nabi Muhammad SAW. Bagaimana anak kita men- jadi shaleh berguna bagi agama, bangsa dan negara kalau mere- ka tidak kita serahkan ke pendi- dikan, karena pendidikan itu adalah menjadi tanggung-jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah, semoga dengan pe- ringatan Hari Anak Nasional menjadi renungan kita semua. Semoga. Jamali Sulaiman Kenyataan menunjukkan, be- rapa orang anak jalanan yang mendapatkan hak seperti itu. Be- rapa banyak anak-anak pengu- ngsi yang mendapat perhatian dari pemerintah, dan berapa pu- luh anak sudah meninggal di pe- ngungsian gara-gara, misalnya mereka terkena ISPA atau kare- na tidak mendapatkan susu. Tapi, sebut Ketua Dewan Pe- ngurus YAB Aceh ini, fakta di la- pangan berbicara lain, selama konflik bersenjata berlangsung di Aceh, dalam sepuluh tahun ter- akhir tercatat, lebih 300 gedung sekolah terbakar, yang menye- Untuk menyusun ini, bisa mengadopsi beberapa konvensi internasional yang berkaitan dengan anak-anak seperti kon- vensi hak anak (KHA), konvensi ILO dan lainnya. "Penyusunan- nya seyogianya melibatkan NGO atau individu yang memiliki per- hatian kepada anak-anak," sebut "Di Aceh, angka anak yang turun ke jalan semakin besar (ter- Kesadaran Kolektif Pertanyaannya, apa yang se- masuk bayi berusia di bawah 10 babkan lebih dari 30 ribu anak harusnya dilakukan pemerintah pekerja untuk hak anak ini. Dikatakannya, organisasi non pemerintah (NGO) juga ha-rus diketahui fungsinya sebagai institusi kontrol, di luar perun- dang-undangan Indonesia, na- mun diakui oleh negara dan ma- syarakat internasional, yang terus harus mengawasi pemerintahan.. "Apakah mereka melakukan implementasi KHA atau tidak. Secara tegas harus diakui, ban- tuan kerjasama yang diperoleh organisasi non pemerintah dari pihak internasional bukanlah un- tuk mengimplementasi KHA, na- mun untuk mengawasi pemerin- tah atas implementasi itu," urai Ketua Presidium YAB Aceh ini. Jelasnya, NGO juga atas ke- sadarannya memberikan pema- haman dan menumbuhkan kesa- daran kolektif masyarakat untuk berempati terhadap masalah per-in- dungan dan pendidikan anak-anak. giatan wisata. Membangun kios-kios suvenir dan membe- rikan kesempatan kepada masyarakat untuk mencipta- kan kerajinan tangan dari ba- tok tempurung, kulit kerang, keong dan sebagainya sebagai kenang-kenangan untuk di- bawa pulang bagi setiap pelan- cong yang datang ke daerah ini. Selama ini barang suvenir dari Sabang hanya kue kacang hijau aguan, dodol jahe dan makan- an lainnya. Sedangkan dalam bentuk cendera mata belum ada. TZakaria Al Bahri Menurut Kamal, pertanyaan ini penting agar tidak mengabur- kan peran fungsi masing-masing institusi itu. Pemerintah secara tegas tersebut dalam KHA harus melakukan tindakan-tindakan perlindungan dan penyelamatan terhadap anak, dengan jalan me- nawarkan pilihan terbaik anak secara partisipatif. Dana-dana pembangunan yang dikucurkan lembaga in- ternasional atau bantuan-ban- tuan pihak asing harus dimak- simalkan untuk perlindungan anak, sesuai tuntutan KHA. Dan pengemisan dari bantuan asing dan utang dari luar negeri, ja- nganlah dianggap sepele, karena anak-anak yang sekaranglah yang menanggung bebannya, ce- tus Kamal. "Saatnya sekarang, Aceh me- nyusun suatu peraturan daerah (perda) tentang perlindungan anak, yang di dalamnya memuat keseluruhan hak-hak dan kepen- tingan anak secara komprehen- sif," pinta J Kamal Farza. "Atas kesadaran kolektif ini- lah muncul seratus, seribu, sejuta perhatian, pengawasan dan ban- tuan yang dapat disumbangkan menjadi urutan-urutan abjad un- tuk dipelajari dan dihitung anak- anak," ungkap Kamal. Dikatakannya, bila sudah tumbuh kesadaran kolektif ma- yarakat, perlindungan nyata hak- hak anak akan segera terwujud. Namun apabila masalah ini tidak segera dilakukan, hal terburuk yang harus dihadapi Aceh masa depan adalah terputusnya mata rantai yang menghubungkan piki- ran-pikiran kita sekarang kepada anak-anak yang sesungguhnya menjadi penghuni rumah-rumah masa depan. Atau lebih buruk lagi, sebut J Kamal Farza, bila dihari-hari mendatang anak-anak di Aceh sangat fasih menghitung jumlah mayat-mayat bergelimpangan, lalu mencocokkan dengan jumlah kuburannya yang ada, yang di dalamnya adalah kuburan ayah ibu, keluarga, teman atau guru- nya sendiri. ● Muhammad Zairin Asisten Tata Praja Pidie Yang Baru, Pelan Tapi Pasti MANUSIA dalam fitrahnya, mempunyai jalan hidup tersendiri yang telah digariskan sebagai wujud dari hukum Allah. Pada dirinya, diberikan. kemampuan untuk berbuat dan berkiprah untuk menyelesaikan berbagai persoalan dihadapinya. Jika manusia itu terhimpit atau terdepak dan lainnya, maka ada saja jalan keluarnya, sepanjang ia mau berusaha dan bersabar bahkan berdoa. Hal itu semua bisa didapati olehnya sendiri atau melalui garis tangan orang lain, yang mungkin tidak mesti dari kalangannya sendiri. Apalagi kalau memang Allah menghendaki, apapun bisa terjadi. Siapa sangka, seorang anak lelaki beberapa tahun lalu pernah didepak atasnnya yakni dicopot dari jabatan, kini menjadi tokoh pamong di kalangan pemerintahan Kabupaten Pidie. Dialah Drs Sofyan Alibasyah yang baru- baru ini dilantik oleh Bupati Pidie Ir H Abdullah Yahya MS menjadi Asisten I Tata Praja. Dengan ini kursi asisten I yang sudah dua bulan kosong, setelah pejabat lama Drs Abdullah Daud dilantik menjadi Sekdakab Pidie, sudah terisi kembali dengan kehadiran Sofyan Alibasyah yang oleh banyak orang dikenal sebagai pejabat serba bisa, termasuk di bidang agama sehingga sering menjadi iman shalat dan khatib Jumat. Waspada/Rusli Ismail SPd Asisten I Tata Praja Setda Pidie Drs Sofyan Alibasyah bersama istrinya Rosmawar Daud di dampingi kedua teman bergambar bersama seusai acara pelantikan di aula Pendopo Bupati selanjutnya masuk dan menamatkan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) tahun 1978. Dalam suasana penuh khidmat disaksikan unsur Muspida, para petinggi pejabat Pemkab, dan anggota DPRD, Drs Sofyan Alibasyah dengan tenang meneken berita acara serah terima jabatan. Itu artinya, Pak Yan-begitu nama populernya-sudah siap mengemban tugas Asisten Tata Praja sekaligus siap pula membantu bupati. Berkah Asisten I Tata Praja Drs Sofyan Alibasyah yang ditemui Waspada pada hari kedua masuk kantor/dinas di kamar Assiten I Tata Praja belum bersedia berkomentar banyak menyangkut visinya, kecuali mengatakan telah ada program-program yang nantinya akan dikonsultasi dengan Sekda dan bupati. SENIN, 30 JULI 2001 11 Malah, dia lebih banyak bernostalgia tentang perjalanan kariernya yang pasang surut sehingga sekarang dipercayakan Bupati Abdullah Yahya menjadi Asisten I. Dia amat bersyukur kepada Allah SWT atas kepercayaan dan penghargaan ini. "Saya tidak pernah bermimpi menjadi asisten I. Cita-cita saya dulu hanya sebatas menjadi pegawai negeri saja," cetusnya haru. Sofyan Alibasyah, putra kelahiran Laweueng, Muara Tiga, Pidie 31 Desember 1953 ini dengan sikap religius tinggi mengemukakan, "Apapun yang saya peroleh saat ini merupakan berkah dan hidayah dari Allah SWT, karena jadi apa pun saya, hal itu merupakan kehendak-Nya. Pria gagah yang mempersuntingkan Ny Rosmawar Daud, 44, tahun 1992 yang guru SMA (sekarang SMU) Negeri 1 Sigli dan telah dikaruniai 4 orang anak, 2 putra dan dua putri, anak yang pertama kini kelas 3 SMU dan anak yang paling terakhir menduduki kelas 2 SD. Ia dipandang atasannya cocok mengemban tugas dalam jabatan yang baru tersebut. Menurutnya, ia menyelesaikan sekolah rakyat (SR) di Laweueng tahun 1965, namun sempat menganggur selama dua tahun, kemudian masuk sekolah menengah ekonomi pertama (SMEP) Sigli selesai tahun 1971 dan tamat SMEA Sigli tahun 1974, Sofyan Alibasyah mengawali kariernya di PNS sejak tahun 1977 dan ditempatkan di sekretaris DPRD Pidie (1978). Pada tahun 1983-1984 menjadi Kasubbag pengembangan perkotaan, selanjutnya tugas belajar ke IIP 1984-1987, kembali menjadi Camat Indrajaya. Namun karena gagal memenangkan Golkar dalam Pemilu 1992, Sofyan dicopot dari camat oleh atasnya jadi staf di Irwilkab Pidie, Tapi atas kehendak Allah SWT, ia kembali dipercayakan atasannya menjadi Kabag Pemerintahan di kantor bupati. Dalam perjalanan kariernya Sofyan Alibasyah selalu menemui kendala dan musibah, sehingga ia kembali dicopot dari jabatannya Kabag pemerintahan karena dianggap melawan atasan, dan selanjutnya di tempatkan menjadi Kepala Tata Usaha di kantor pembantu bupati wilayah I Sigli. Tapi yang namanya mutiara kemanapun dibuang, toh ia tetap bercahaya dan memberi cahaya kepada orang lain, akhirnya Selasa pekan lalu orang yang penuh kesabaran ini kembali dinilai cocok oleh atasannya sehingga dipercayakan menjabat jabatan Asisten Tata Praja. Di kalangan seprofesinya, Sofyan Alibasyah dikenal sebagai seorang pejabat yang men idealis tinggi dan tidak mudah terombang-ambing, dia selalu berani mengatakan yang benar dan yang salah itu tetap salah meskipun dengan atasannya sekalipun. Karena sifat dan sikap itulah sehingga dia sering berhadapan dengan resiko terhadap dirinya seperti dicopot dari jabatannya. Anak ke empat dari dua belas bersaudara dari keluarga petani ini juga mengakui menjadi seorang pegawai negeri memang merupakan cita-citanya, tapi tidak sedikitpun membayangkan bakal terjadi Asisten I Tata Praja, katanya seraya menambahkan seorang pegawai negeri di manapun di tempatkan/dipercayakan atasannya tetap siap bekerja sebaik mungkin. Bagaimana kesan menjadi Asisten I Tata Praja, dia menyebutkan, biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Semua itu kehendak dari Allah dan kepercayaan diberikan atasan, saya berterima kasih kepada bupati yang telah memberikan kepercayaan itu, kata Sofyan Alibasyah. Ditanya tentang resep untuk sukses dalam karier, Drs Sofyan Alibasyah hanya menjawab "Tawakkal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak pernah menolak jika diberikan kepercayaan, loyal, disiplin dan penuh dedikasi terhadap yang benar," ujarnya. Dari Pameran Karya Anak Pengungsi Jauh Dari Kehidupan Normal Dan Standar Kesehatan yang konsen melihat masalah anak di kamp pengungsian. HAI kawan, bagaimana ke- adaan di sana tentu baik-baik saja, keadaan disini kurang aman kami sering mendengar suara tembakan dan bom. Kami tidak bisa bebas lagi bermain, karena takut sewaktu- waktu ada suara tembakan dan suara bom. Di tempat kami ba- nyak pengungsi karena banyak rumah yang dibakar sehingga me- reka harus tinggal di tempat pe- ngungsi. Mereka dipakasa oleh keada- an untuk hidup di tempat yang binatangpun akan menolak un- tuk menempatinya. Kehidupan yang telah membatasi ruang ber- main mereka, itulah kehidupan di kamp pengungsian. Surat Cut Meitari merupa- Dua bait surat di atas bukan- lah karya Anne Frank, bocah Yahudi yang sempat menggeger- kan dunia dengan buku diarinya. Tapi, adalah hasil karya Cut Mei- tari, seorang anak nelayan di Aceh Utara, yang ditujukan kepada rekan-rekannya di seluruh dunia. Meski singkat, dua bait surat ini telah dapat bercerita banyak kepada kita tentang nasib siswa kelas II SDN 15 Pusong Lama, Aceh Utara. Begitu pulalah Anne Frank, melalui diarinya mence- ritakan bagaimana hidupnya se- lalu tidak merasa aman karena dikejar-kejar tentara Nazi. Dalam diarinya, Anne Frank menceritakan bagaimana dia ha- rus merelakan kehilangan masa kecilnya yang indah. Dimana dia terpaksa hidup dalam ruang sem- pit di belakang toko ayahnya, tan- pa boleh mengeluarkan suara se- dikit pun agar tidak mengundang tentara Nazi yang siap membu- nuh, hanya karena dalam tubuh mereka mengalir darah Yahudi. Cut Meitari juga merasakan hal serupa. Walaupun bukan anak Yahudi yang hidup di zaman Hitler berkuasa, namun hari-hari yang dilaluinya tak jauh berbeda. Ia harus hidup berdesakan de- ngan makanan ala kadarnya dan tidur di atas sehelai tikar lusuh di kamp pengungsian, telah mele- nyapkan hari-hari menyenang- kan bermain di tepi pantai di de- sanya. kan selembar dari ratusan lembar surat yang ditulis oleh anak pe- ngungsi dari berbagai kantong pengungsi di Aceh, yang ikut di- pamerkan oleh People Crisis Cen- tre (PCC) di taman kota Banda Aceh, sejak Jumat (27/7) lalu. Selain surat-surat, pameran tersebut juga ikut menampilkan beberapa lukisan yang merupa- kan hasil karya anak-anak pe- ngungsi selama mereka dalam pengungsian. Berada dalam ruang pame- ran tersebut kita seakan dibawa ke Children Memorial di Museum Yad Vashem di Yerussalem. Mu- seum anak yang didirikan oleh pemerintah Israel untuk menge- nang anak-anak yang menjadi korban Nazi Jerman, itu memuat berbagai barang peninggalan anak-anak tersebut. Begitu juga yang ada di ta- man kota sore itu. Aneka lukisan dan surat yang dipajang seakan bercerita kepada kita tentang ke- pedihan hidup di pengungsian. Seperti umumnya anak-anak, tentunya memiliki hidup di pe- ngungsian. Seperti umumnya anak-anak, tentunya memiliki benda-benda yang menjadi kesa- yangan mereka. Anak di kamp pengungsi pun memiliki hal seru- pa. Sebagaimana anak lelaki Aceh lainnya yang memilih he-wan ternak sebagai benda kesa- yangannya. Walaupun mereka telah berada di pengungsian, pi- kiran mereka tetap kepada he- wan tersebut. "Kehidupan mereka sangat menyedihkan, menu makanan yang tidak memenuhi standar sehat, lingkungan dengan sani- tasi yang jauh dari normal serta Sehingga meskipun dilarang untuk kembali ke desa, anak- anak tersebut nekad pergi juga hanya untuk melihat hewan ter- nak mereka apa masih hidup atau sudah mati. "Mereka akan selalu proses pendidikan formal yang kembali ke desa, walaupun di tidak berjalan, merupakan pe- mandangan keseharian di kamp pengungsi," kata seorang aktivis Rusli Ismail SPd sana rawan terjadi kontak sen- jata, ujar salah seorang anggota PCC yang telah mendampingi anak pengungsi selama satu ta- hun itu. Lihatlah lukisan Miswar dari kamp pengungsi Babah Lueng, Samalanga, bercerita tentang keseharian di pengungsian. Para orang tua yang sibuk di dapur umum dan anak-anak yang ber-' main di sekitarnya, merupakan objek yang diambil Miswar. Atau lukisan yang memilu- kan karya Iskandar dari Tringga- deng. Dia memotret bagaimana seorang petani yang sedang me- nggarap sawah diberondong oleh orang berseragam dengan senjata api laras panjang. Menurut koordinator umum PCC Aceh, Juanda, sampai Juni 2001 pihaknya mencatat ada 8.250 orang anak berada di dalam kantong pengungsi yang tersebar di seluruh Aceh. Data tersebut menurutnya belum termasuk pe- ngungsi di Aceh Tengah. "Data- nya akan semakin besar, bila ditambah dengan pengungsian di Tiro dan Aceh Tengah," katanya. Kehidupan anak-anak di da- lam kamp pengungsian tersebut juga bervariatif. Ada yang meng- habiskan waktu sampai dua ta- hun lamanya di dalam kamp dan bahkan ada yang lebih dari dua tahun seperti di kamp Simpang Jambe, Aceh Utara. Dia menambahkan, di dalam kota Banda Aceh saja, terdapat 500 jiwa yang saat ini tersebar di beberapa kantong pengungsi seperti di Kampung Kramat dan Desa Lampulo. Pameran yang digelar PCC ini merupakan bagian peringatan hari anak nasional serta sebagai upaya pengugatan pertanggungj- awaban pemerintah terhadap hak anak sebagaimana termuat dalam konvensi anak yang telah dirati-fikasi oleh pemerintah In- donesia tahun 1992. Entah bagaimana kehidupan Anne Frank selama dua tahun bersembunyi di bawah tanah itu. Namun kita dapat melihat betapa Cut Meitari, Miswar dan masih ba-nyak lagi anak Aceh yang harus menjalani hari-hari mereka dalam kamp pengungsi- an sebagai sebuah rutinitas ke- hidupan. Ini mesti segera dihen- tikan. Zafrullah/Samsuar Color Rendition Chart 2cm